Anda di halaman 1dari 10

AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

USHUL FIQH QABLA TADWIN: GENEALOGI USHUL FIQIH


Oleh: Ahmad Zaki Mubarok*

Abstrak
Ushul Fiqh sebagai ruh hukum Islam berkembang bersamaan dengan perkembangan
umat Islam. ia menjadi tool untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang belum pernah
ada sebelumnya. Sebagai ilmu metode penetapan hukum, ia memiliki seperangkat teori yang
dihasilkan oleh para ulama sejak masa kenabian hingga saat ini. Ushul fiqh bukanlah ilmu
yang terpaku dengan satu masa saja, ia berkembang seiring dengan problematika yang
dihadapi oleh umat manusia.
Melacak jejak sejarah ilmu ini sangat menarik untuk dilakukan, karena akan
memberikan gambaran bagaimana hukum Islam dibangun di atas metode yang berbeda-beda
antara satu ulama dengan ulama lainnya. Metode yang digunakan, kultur budaya
masyarakat hingga madzhab yang dianutnya menjadi salah satu cirri hukum yang dihasilkan
oleh seorang mujtahid.
Sebelum ilmu ushul fiqh menjadi satu bidang ilmu yang kokoh seperti sekarang ini, ia
adalah kaidah-kaidah hasil pemahaman terhadap teks al-Quran dan al-hadits oleh para
shahabat Nabi, tabi’in dan ulama-ulama setelahnya. Hasil pemahaman yang dibangun atas
bimbingan wahyu telah menghasilkan ilmu ushul fiqh sebagaimana kita saksikan saat ini.

Key Word: Ushul Fiqh, Tadwin, Hukum Islam

A. Perkembangan Ushul Fiqh Pada merujuk kepada Rasulullah lewat


Masa Nabi Muhammad penjelasan beliau mengenai Al-Qur’an,
Sebagaimana ilmu keagamaan lain atau melalui sunnah beliau .
dalam Islam, ilmu ushul fiqih tumbuh dan Sejak periode awal sejarah Islam,
berkembang dengan tetap berpijak pada Al- perilaku kehidupan kaum muslimin dalam
Quran dan Sunnah, ushul fiqih tidak timbul keseluruhan aspeknya telah diatur oleh
dengan sendirinya, tetapi benih-benihnya hukum Islam. Aturan-aturan ini, pada
sudah ada sejak zaman Rasulullah dan esensinya, bersifat religius.2 Oleh karena
sahabat. Masalah utama yang menjadi itu, dalam pembinaan dan
bagian ushul fiqih, seperti ijtihad, qiyas, pengembangannya, selalu diupayakan
nasakh, dan takhsis sudah ada berdasarkan kepada al-Qur’an, sebagai
terperaktikkan pada zaman Rasulullah dan wahyu Ilahi yang terakhir, yang
Sahabat.1 Praktik-praktik yang di kemudian pengaplikasiannya untuk sebagian besar
hari diteoritisasi menjadi term-term khas dicontohkan dan dioperasionalkan oleh
inilah yang menjadi asal-usul atau sunnah Rasulullah .
genealogi dari ushul fiqih yang sampai ke Bagi umat Islam, syari’ah adalah
tangan kita. “tugas umat manusia yang menyeluruh”,
Pada masa Rasulullah , umat Islam meliputi moral dan etika pembinaan umat,
tidak memerlukan kaidah-kaidah tertentu aspirasi spiritual, ibadah formal dan ritual
dalam memahami hukum-hukum syar’i, yang rinci. Syari’ah mencakup semua
semua permasalahan dapat langsung hukum publik dan perseorangan, kesehatan

* Mahasiswa S3 Hukum Islam UIN Sunan


Gunung Djati Bandung
1 2
Rachmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqih (Bandung, Fazlur Rahman, Islam, (Chicago, University of
Pustaka Setia, 2010), hlm. 26 Chicago Press, 1979), hlm. 68

Ushul Fiqh Qabla … 343


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

bahkan kesopanan dan akhlak.3 Memang ‫ﻗﺎل اﺟﺘﻬﺪ رأى وﻻ اﻟﻮ ﻓﻀﺮب رﺳﻮل اﷲ ﻋﻠﻰ‬
dari sekian aspek yang diatur oleh Islam,
‫ﺻﺪرﻩ وﻗﺎل اﳊﻤﺪ ﷲ اﻟﺬي وﻓﻖ رﺳﻮل اﷲ ﳌﺎ‬
aspek hukum mempunyai kedudukan
tersendiri, karena ia menyentuh langsung ‫ﻳﺮﺿﻲ اﷲ ورﺳﻮﻟﻪ‬
kenyataan yang dihadapi umat Islam. Kalau Artinya: “Bagaimana engkau
dilihat ayat-ayat al-Qur’an yang (mu’az) mengambil suatu keputusan
mengandung dasar hukum, baik mengenai hukum terhadap permasalahan
hukum yang diajukan kepadamu?
ibadah maupun sosial kemayarakatan, bila
Jawab mu’az saya akan mengambil
diikuti perbandingan yang diberikan oleh suatu keputusan hukum berdasarkan
Abdul Wahab Khallaf, seperti yang dikutip kitab Allah (Al-Quran). Kalau kamu
oleh Harun Nasution hanyalah sekitar 5,8 tidak menemukan dalam kitab
persen dari seluruh ayat al-Qur’an yang Allah? Jawab Mu’az, saya akan
berjumlah 6360 ayat.4 mengambil keputusan berdasarkan
Di zaman Rasulullah sumber keputusan berdasarkan sunnah
Raulullah. Tanya Nabi, jika engkau
hukum Islam hanya dua, yaitu Al-Quran
tidak ketemukan dalam sunnah?
dan Assunnah. Apabila suatu kasus terjadi, Jawab Mu’az, saya akan berijtihad,
Nabi menunggu turunnya wahyu yang dan saya tidak akan menyimpang.
menjelaskan hukum kasus tersebut. Apabila Lalu Rasulullah menepuk dada
wahyu tidak turun, maka Rauslullah Mu’az seraya mengatakan segala
menetapkan hukum kasus tersebut melalui puji bagi Allah yang telah memberi
taufik utusan Rasulnya pada sesuatu
sabdanya, yang kemudian dikenal dengan
yang diridhai oleh Allah dan
hadits atau sunnah. rasulnya.
Hal ini antara lain dapat diketahui
dari sabda Rasulullah sebagai berikut: Hadits ini secara tersurat tidak
Artinya:“Sesungguhnya saya memberikan menunjukkan adanya upaya Nabi untuk
keputusan kepada kamu melalui mengembangkan Ilmu Ushul Fiqh, tapi
pendapatku dalam hal-hal yang tidak secara tersirat jelas Nabi telah memberikan
diturunkan wahyu kepadaku.” (HR. Abu keluasan dalam mengembangkan akal
Daud dari Ummu Salamah). untuk menetapkan hukum yang belum
Hasil ijtihad Rasulullah ini secara tersurat dalam Al-Quran dan Sunnah.
otomatis menjadi sunnah bagi Umat Islam. Artinya dengan keluwesannya Nabi dalam
Hadits tentang pengutusan Mu’az Ibn Jabal melakukan pemecahan masalah-masalah
ke Yaman sebagai qadi, menunjukkan ijtihadiyah telah memberikan legalitas yang
perijinan yang luas untuk melakukan ijtihad kuat terhadap para sahabat. Dalam sebuah
hukum pada masa Nabi. Dalam pengutusan haditsnya yang mengandung kebolehan
ini Nabi bersabda: bagi manusia untuk mencari solusi terhadap
‫ﻛﻴﻒ ﺗﻘﻀﻲ اذا ﻋﺮض ﻟﻚ ﻗﻀﺎء؟ ﻗﺎل اﻗﻀﻲ‬ urusan-urusan keduniaan Rasulullah
‫ﺑﻜﺘﺎ ب اﷲ ﻗﺎل ﻓﺎن ﱂ ﲡﺪ ﰲ ﻛﺘﺎب اﷲ؟ ﻗﺎل‬ bersabda:

‫ﻓﺒﺴﻨﺔ رﺳﻮل اﷲ ﻗﺎل ﻓﺎن ﱂ ﲡﺪ ﰲ ﺳﻨﺔ رﺳﻮل اﷲ‬ ‫اﻧﺘﻢ اﻋﻠﻢ ﺑﺄﻣﻮر دﻧﻴﺎﻛﻢ‬
Artinya: “Kamu lebih mengetahui
tentang urusan duniamu”
3
Ibid., hlm. 101-109 Cara-cara Rasul berijtihad inilah
4
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai yang menjadi bibit munculnya ilmu ushul
Aspeknya, (Jakarta, Bulan Bintang, t.th.), hlm. 7

344 Ushul Fiqh Qabla …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

fiqh. Pada masa Nabi, seringkali para Akan tetapi ada keraguan yang besar
sahabat “dilatih” berijtihad dalam berbagai dari kelompok yang menyatakan sebaiknya
kasus, Seperti kasus shalat ashar di bani dibunuh saja bahwa kelak para tawanan
quraizah. Nabi menyuruh para sahabat agar tersebut akan menjadi duri dalam daging
shalat ashar di desa Bani Quraizah , namun bagi umat Islam. Setelah itu Rasulullah .
ternyata sebelum mereka sampai di desa mendapatkan ayat yang menyatakan bahwa
tersebut, waktu ashar hampir habis. Maka para tawanan yang pandai membaca
sebagian sahabat melakukan shalat ashar di tersebut jangan dibunuh, tapi dihukum
perjalalan meskipun belum sampai di Desa untuk mengajar umat Islam membaca,
Bani Quraizhah, karena.Jika shalat ashar di sampai seluruh umat Islam di daerah itu
tempat tujuan, waktunya diprediksi sudah pandai membaca, setelahnya tawanan dapat
magrib.Sebagian sahabat tidak mau shalat dibebaskan. Karena jumlah umat Islam
di perjalanan, karena Nabi memerintahkan yang tidak pandai membaca sangat banyak,
tadinya shalat ashar di Desa Bani maka butuh waktu yang sangat lama bagi
Quraizhah. Mereka ashar di Desa tujuan. para tawanan untuk bebas. Malah akhirnya
Kepada kelompok yang shalat, Nabi para tawanan itu menjadi umat muslim.
mengatakan “Anda telah kreatif Contoh lain yakni pada kasus
memahami Pesanku dengan melaksanakan tayamum Ibnu Mas’ud dan Umar bin
shalat di perjalanan” kelompok yang shalat Khathab. Pada suatu hari Umar dan Ibnu
di perjalanan ini memahani nash Secara Mas’ud mau melaksanakan shalat, tapi
rasional dan kontekstual merupakan bibit tidak ada air. Maka mereka bertayammum,
Ahli Ra’y. Kemudian kepada kelompok kemudian mereka melaksanakan shalat.
yang tidak shalat di jalan Tapi di desa Bani Beberapa saat selesai shalat, tiba-tiba
Quraizah Nabi mengatakan “Anda telah mereka menemukan air. Seorang kembali
mengamalkan sabdaku” kelompok yang berwudhu’ dan melaksakan shalat,
shalat di Desa Tujuan, Kelompok ini Sementara seorang lagi tidak mengulangi
mehami nash Secara literal (tekstual) lagi wudhu’ dan shalatnya. Apa yang
merupakan bibit Ahli Hadits. dibenarkan Rasulullah ? Rasulullah tidak
Kemudian dalam kasus lain, yakni menyalahkan salah satu di antara mereka.
tentang tawanan perang. Pada suatu saat Kepada Ibnu Mas’ud ia berkata,”Laka
Islam menang dalam sebuah peperangan Ajrani” (Bagimu dua pahala), sedangkan
dan memiliki tawanan perang yang pandai kepada Umar, Rasulullah berkata,
membaca. Pada saad itu ada beberapa “Ajzaatka Shalatuka”, (shalatmu yang
pendapat para sahabat, yaitu ada kelompok sekali itu telah memadai (cukup), tak perlu
yang menyatakan sebaiknya dibunuh saja diulang lagi.
karena mereka tawanan perang dan Berdasarkan contoh-contoh kasus
golongan kafir. Akan tetapi ada juga tersebut, dapat diketahui bahwa Ijtihad
kelompok yang menyatakan bahwa tersebut ada yang ditaqrir (diakui)
sebaiknya jangan dibunuh, karena para Rasulullah, ada yang turun ayat tentangnya
tawanan perang tersebut pandai membaca dan ada yang dibenarkan Rasulullah.
(berpendidikan) sebaiknya mereka Dorongan untuk melakukan ijtihad itu
dihukum untuk mengajari umat Islam tersirat juga dalam hadits Nabi yang
membaca. Pada saat itu banyak sekali umat menjelaskan tentang pahala yang diperoleh
Islam yang tidak pandai membaca. seseorang yang melakukan ijtihad sebagai

Ushul Fiqh Qabla … 345


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

upaya yang sungguh-sungguh dalam Berbeda dengan ibadah, dalam


mencurahkan pemikiran baik hasil muamalah penjelasan Nabi lebih banyak
usahanya benar atau salah. bersifat garis besar, sedangkan perincian
Selain dalam bentuk anjuran dan dan penjelasan pelaksanaannya diserahkan
pembolehan ijtihad oleh Nabi di atas, Nabi kepada manusia. Manusia dengan akal yang
sendiri pada dasarnya telah memberikan dianugerahkan kepadanya diberi peranan
isyarat terhadap kebolehan melakukan lebih banyak. Artinya, ini pulalah salah satu
ijtihad setidak-tidaknya dalam bentuk qiyas faktor yang ikut mendukung terhadap
sebagaimana dapat kita temukan dalam pertumbuhan ilmu ushul fiqh selanjutnya.
hadits-hadits Nabi yang artinya: Dalam beberapa kasus, Rasulullah
Seorang wanita namanya Khusaimiah juga menggunakan qiyas ketika menjawab
datang kepada Nabi dan bertanya, Ya pertanyaan para sahabat. Misalnya ketika
Rasulullah ayah saya seharusnya telah menjawab pertanyaan Umar Ibn Khatab
menunaikan haji, dia tidak kuat duduk
tentang batal atau tidaknya puasa seseorang
dalam kendaraan karena sakit,
Apakah saya harus melakukan haji yang mencium istrinya. Rasulullah
untuknya? Jawab Rasulullah dengan bersabda:
bertanya bagaimana pendapatmu bila “Apabila kamu berkumur-kumur
Ayahmu mempunyai utang? Apakah dalam keadaan puasa, apakah
engkau harus membayar? Perempuan puasamu batal?” Umar men-
itu menjawab , Ya, Nabi berkata utang jawab:”Tidak apa-apa” (tidak
kepada Allah lebih utama untuk batal). Rasulullah kemudian ber-
dibayar” sabda “maka teruskan puasamu.”
(HR. al-Bukhari, muslim, dan
Hadits ini menggambarkan upaya
Abu Dawud).
qiyas yang dilakukan oleh Nabi, yaitu
ketika seorang sahabat datang kepada Nabi Hadits ini mengidentifikasikan
yang menanyakan tentang keharusan kepada kita bahwa Rasulullah jelas telah
penunaian kewajiban ibadah haji bapaknya menggunakan qiyas dalam menetapkan
yang mengidap sakit, Nabi menegaskan hukumnya, yaitu dengan mengqiyaskan
keharusan penunaiannya dengan melaku- tidak batalnya seseorang yang sedang
kan pengqiyasan terhadap pembayaran berpuasa karena mencium istrinya
utang antara sesama manusia. sebagaimana tidak batalnya puasa karena
Ada satu hal yang perlu dicatat, berkumur-kumur.
kehadiran Nabi sebagai pemegang otoritas Rasulullah , dalam memecahkan
tunggal dalam permasalahan-permasalahan masalah yang muncul, terkadang juga
hukum membuat Nabi sangat berhati-hati meminta pendapat para sahabat melalui
disatu pihak, dan terbuka dipihak lain. forum musyawarah. Sebagai contoh, beliau
Sikap hati-hati yang ditempuh oleh Nabi meminta pertimbangan kepada Abu Bakar
dalam rangka penerapan hukum Islam dan Umar dalam menangani tawanan
bidang ibadah. Penjelasan Nabi yang perang Badar.5 Pada masa itu, segala
berkaitan dengan ini cukup rinci. Wahyu masalah yang timbul di kalangan umat
memegang peranan sangat penting. Sikap dapat diselesaikan di hadapan beliau yang
terbuka yang ditempuh oleh Nabi dalam
5
upaya pengembangan hukum Islam bidang Abu al-’Ainaini Badran, Ushul al-Fiqh al-
muamalah. Islami, (Mesir: Muassasah Syabab al-Jami’ah al-
Iskandariyah, t.th.), hlm. 5

346 Ushul Fiqh Qabla …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

memiliki otoritas keagamaan.6 Yang jadi seringkali mereka meng hasilkan


9
masalah barangkali setelah sepeninggal pemecahan yang berbeda. Oleh karena itu,
Rasul, yakni perihal siapa yang mengganti tidaklah berlebihan kalau Ibnu Khaldun,
hak otoritatif tersebut. Pada satu sisi, seorang sosiolog muslim yang terkenal
sumber pemecahan masalah keagamaan mengatakan: “Tidaklah sahabat itu mampu
telah terputus, sedang pada sisi lain, berfatwa, dan tidak semua dari mereka itu
kejadian-kejadian yang timbul dalam dapat diambil dan dijadikan pedornan
masyarakat tentu berlangsung tanpa dalam agama”.10 Lain halnya di kalangan
mengenal batas. Untuk mengantisipasi hal Syi’ah yang berkeyakinan bahwa para
tersebut, maka dibutuhkan pranata ijtihad imam mereka memiliki hak otoritatif
secara kontinue demi pemenuhan kebutuh- sebagaimana juga yang dimiliki oleh Rasul
an masyarakat Islam.7 dalam menginter pretasikan wahyu Ilahi.
Apapun yang diputuskan olehnya melalui
B. Perkembangan Ushul Fiqh Pada interpretasi dan elaborasi adalah mengikat
Masa Sahabat kaum muslimin.11
Memang, semenjak masa sahabat Sebagai contoh hasil ijtihad para
telah timbul persoalan-persoalan baru yang sahabat, yaitu Umar bin Khattab tidak
menuntut ketetapan hukumnya. Untuk itu menjatuhkan hukuman potong tangan
para sahabat berijtihad, mencari ketetapan kepada seseorang yang mencuri karena
hukumnya. Setelah wafat Rasulullah kelaparan (darurat atau terpaksa). Alasan
sudah barang tentu berlakunya hasil ijtihad rasional Umar atas kasus ini adalah karena
para sahabat pada masa ini, tidak lagi pada masa itu suasana ekonomi sangat
disahkan oleh Rasulullah , sehingga gawat (paceklik), yang disebut dengan amul
dengan demikian semenjak masa sahabat maja’ah, yaitu tahun kelaparan.
ijtihad sudah merupakan sumber hukum. Contoh lain yaitu Kasus tanah Sawad
Pada masa sahabat yang lebih dekat di Iraq. Umar tidak memberikan
dengan tradisi kehidupan Rasulullah , harta ghanimah (hasil perang) kepada
pemecahan masalah hukum lebih banyak prajurit Islam, walaupun menurut Al-quran
bersandar pada al-Qur’an dan tradisi yang (Al-Anfal ayat 41), bahwa 80 % hasil
dibawa oleh Rasul, dan mereka saling tersebut harus diserahkan kepada prajurit
bertukar informasi tentang tradisi Rasul Islam yang telah berhasil membebaskan
tersebut.8 Apabila mereka tidak daerah tersebut. Hal ini dilakukan karena
menemukannya dalam dua sumber tersebut, Umar punya alasan yang rasional, yaitu
mereka dengan segala upaya dan Jika penduduk asli dibiarkan mengusai-
kesungguhan berijtihad mencari pemecahan nya,maka mereka akan bayar kharaj yang
masalah dengan selalu mengambil inspirasi menjadi pemasukan (income) untuk biaya
dan menangkap pesan-pesan universal al- menjaga perbatasan daulah Islam. Jika
Qur’an dan sunnah. Dalam berijtihad
9
Amir Nurudin, Ijtihad Umar ibn al-Khattab,
6
Ibid. (Jakarta, Rajawali Press, 1991), hlm. 71
7 10
Abdul Wahhab Khalaf, Mashadir al-Tasyri’ al- Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun,( t.k.,
Islami, (Kuwait, Dar al-Qalam, 1976), hlm. 6 Dar al-Bayan, t.th.), hlm. 446
8 11
Muhammad Yusuf Musa, Tarikh al-Fiqh al- Abdul Aziz A Sachenia, Kepemimpinan Dalam
Islami, (Kairo, Dar al-Kutub al-Haditsah, 1958), Islam Perspektif Syi’ah, (Bandung, Mizan,
hlm. 277 1991), hlm. 23

Ushul Fiqh Qabla … 347


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

ghanimah diberikan, Umar khawatir para Secara eksplisit Ali bin Abi Thalib
sahabat akan menjadi tuan-tuan Tanah. pun menggunakan qiyas, hal ini tercermin
Kemudian dalam Kasus tidak dalam ucapannya: “Bila seseorang
memberi zakat pada Muallaf. Umar tidak meminum khamr, ia akan mengigau. Bila
memberikan zakat kepada muallaf, padahal mengigau ia akan menuduh orang berbuat
menurut Al-Qur’an (surat al-Ma’idah ayat zina, sedangkan had (hukuman) bagi orang
60), mereka berhak mendapat. Hal ini yang menuduh itu 80 kali deraan”12
dilakukan Umar dengan alasannya yang Apabila diperhatikan secara cermat,
rasional, yaitu: dulu di masa Rasulullah dan para sahabat mengistimbath hukum, mula-
Abu Bakar, Islam belum kuat dan belum mula dengan memperhatikan teks-teks Al-
banyak jumlahnya, maka diperlukan upaya Quran kemudian Sunnah. Bila hukumnya
pelunakan hati orang yang baru masuk tidak ditemukan di dalam keduanya,
Islam agar tertarik kepada Islam dan makin mereka melakukan ijtihad dan mengumpul-
banyak yang masuk Islam, tetapi di masa kan para sahabat untuk bermusyawarah dan
Umar, Islam telah kuat, tidak begitu hasil kesepakatan mereka dikenal
dibutuhkan lagi pelunakan hati melalui dengan ijma’ sahabat. Sahabat telah meng-
materi (dana zakat). gunakan metode qiyas dan istislah dalam
Pada masa Ali bin Abi Thalib pun berijtihad. Mereka juga telah menggunakan
ada beberapa contoh Ijtihad, misalnya Ali ijma’sebagai sumber hukum
berpendapat bahwa wanita yang suaminya Dari contoh-contoh ijtihad yang
meninggal dunia dan belum dicampuri serta dilakukan oleh Rasulullah , demikian
belum ditentukan maharnya, hanya berhak pula oleh para sahabatnya baik di kala
mendapatkan mut'ah (pemberian). Ali Rasulullah masih hidup atau setelah
menyamakan kedudukan wanita tersebut beliau wafat, tampak adanya cara-cara yang
dengan wanita yang telah dicerai oleh digunakannya, sekalipun tidak dikemuka-
suaminya dan belum dicampuri serta belum kan dan tidak disusun kaidah-kaidah
ditentukan maharnya, yang oleh syara' (aturan-aturan) nya, sebagaimana yang kita
ditetapkan hak mut'ah baginya, kenal dalam Ilmu Ushul Fiqh. Karena pada
sebagaimana disebutkan dalam firman masa Rasulullah , demikian pula pada
Allah: masa sahabatnya, tidak dibutuhkan adanya
Artinya :"Tidak ada sesuatupun kaidah-kaidah dalam berijtihad dengan kata
(mahar) atas kamu, jika kamu lain pada masa Rasulullah dan pada
menceraikan isteri-isterimu sebelum masa sahabat telah terjadi praktek
kamu bercampur dengan mereka
berijtihad, hanya saja pada waktu-waktu itu
dan sebelum kamu menentukan
maharnya. Dan hendaklah kamu tidak disusun sebagai suatu ilmu yang kelak
memberikan mut'ah (pemberian) disebut dengan Ilmu Ushul Fiqh karena
kepada mereka. Orang yang mampu pada waktu-waktu itu tidak dibutuhkan
menurut kemampuannya dan orang adanya.
yang miskin menurut kemampuan- Hal ini dikarenakan Rasulullah
nya (pula), yaitu pemberian menurut mengetahui cara-cara nash dalam
yang patut. Yang demikian itu
menunjukkan hukum baik secara langsung
merupakan ketentuan bagi orang-
orang yang berbuat kebajikan." (Al- atau tidak langsung, sehingga beliau tidak
Baqarah : 236).
12
Rachmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqih, hlm. 26

348 Ushul Fiqh Qabla …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

membutuhkan adanya kaidah-kaidah dalam kegiatan ijtihad juga mencapai kemajuan


berijtihad, karena mereka mengetahui yang besar dan lebih bersemarak.
sebab-sebab turun (asbabun nuzul) ayat- Dalam pada itu, pada masa ini juga
ayat Al-Qur'an, sebab-sebab datang semakin banyak terjadi perbedaan dan
(asbabul wurud) Al- Hadits, mempunyai perdebatan antara para ulama mengenai
ketazaman dalam memahami rahasia- hasil ijtihad, dalil dan jalan-jalan yang
rahasia, tujuan dan dasar-dasar syara' dalam ditempuhnya. Perbedaan dan perdebatan
menetapkan hukum yang mereka peroleh tersebut, bukan saja antara ulama satu
karena mereka mempunyai pengetahuan daerah dengan daerah yang lain, tetapi juga
yang luas dan mendalam terhadap bahasa antara para ulama yang sama-sama tinggal
mereka sendiri (Arab) yang juga bahasa Al- dalam satu daerah.Kenyataan-kenyataan di
Qur'an dan As-Sunnah. Dengan pengetahu- atas mendorong para ulama untuk
an yang mereka miliki itu, mereka mampu menyusun kaidah-kaidah syari'ah yakni
berijtihad tanpa membutuhkan adanya kaidah-kaidah yang bertalian dengan tujuan
kaidah-kaidah. dan dasar-dasar syara' dalam menetapkan
hukum dalam berijtihad.
C. Perkembangan Ushul Fiqh Pada Demikian pula dengan semakin
Masa Tabi’in luasnya daerah kekuasan Islam dan
banyaknya penduduk yang bukan bangsa
Pada masa tabi'in, tabi'it-tabi'in dan
Arab memeluk agama Islam. Maka
para imam mujtahid, di sekitar abad II dan
terjadilah pergaulan antara orang-orang
III Hijriyah wilayah kekuasaan Islam telah
Arab dengan mereka. Dari pergaulan antara
menjadi semakin luas, sampai ke daerah-
orang-orang Arab dengan mereka itu
daerah yang dihuni oleh orang-orang yang
membawa akibat terjadinya penyusupan
bukan bangsa Arab atau tidak berbahasa
bahasa-bahasa mereka ke dalam bahasa
Arab dan beragam pula situasi dan
Arab, baik berupa ejaan, kata-kata maupun
kondisinya serta adat istiadatnya. Banyak
dalam susunan kalimat, baik dalam ucapan
diantara para ulama yang bertebaran di
daerah-daerah tersebut dan tidak sedikit maupun dalam tulisan. Keadaan yang
demikian itu, tidak sedikit menimbulkan
penduduk daerah-daerah itu yang memeluk
keraguan dan kemungkinan-kemungkinan
agama Islam. Dengan semakin tersebarnya
dalam memahami nash-nash syara'. Hal ini
agama Islam di kalangan penduduk dari
mendorong para ulama untuk menyusun
berbagai daerah tersebut, menjadikan
kaidah-kaidah lughawiyah (bahasa), agar
semakin banyak persoalan-persoalan
dapat memahami nash-nash syara'
hukum yang timbul. Yang tidak didapati
sebagaimana dipahami oleh orang-orang
ketetapan hukumnya dalam Al-Qur'an dan
Arab sewaktu turun atau datangnya nash-
As-Sunnah. Untuk itu para ulama yang
nash tersebut.
tinggal di berbagai daerah itu berijtihad
Setelah meluasnya futuhat daulah
mencari ketetapan hukumnya.
islamiyah (abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah),
Karena banyaknya persoalan-
umat Islam Arab banyak berinteraksi dan
persoalan hukum yang timbul dan karena
berkolaborasi dengan bangsa-bangsa lain
pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan
(selain bangsa arab yang berbeda bahasa
dalam berbagai bidang yang berkembang
dan berbeda pula latar belakang
dengan pesat yang terjadi pada masa ini,
peradabannya, perbauran tersebut

Ushul Fiqh Qabla … 349


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

menyebabkan lemahnya kemampuan ketika menghadapi berbagai


berbahasa Arab Fusoha di kalangan persoalan.
sebagian umat, terutama di Irak. Di sisi Sedangkan ciri madrasah ahli hadits,
lain, kebutuhan akan ijtihad sangatlah mereka lebih berhati-hati dalam berfatwa
mendesak karena semakin banyaknya menggunakan qiyas, karena setting dan
masalah-masalah baru yang belum pernah latar sosial yang mereka hadapi berbeda
terjadi dan sangat diperlukan kejelasan pula, situasi tersebut didukung oleh faktor-
hukum fiqhnya. Pada periode inilah, faktor, yaitu banyaknya hadits yang berada
munculnya dua madrasah besar yang di tangan mereka dan sedikitnya kasus-
mencerminkan metode mereka dalam kasus baru yang memerlukan
berijtihad, yakni Madrasah ahli ra’yi di Irak ijtihad, pengaruh pendidikan yang mereka
dengan pusatnya di Bashrah dan Kufah dan peroleh dari guru mereka, seperti Abdullah
Madarasah Ahli Hadits di Hijaz yang bin Umar ra, dan Abdullah bin ‘Amr bin
berpusat di Mekkah dan Madinah. ‘Ash, yang sangat berhati-hati mengguna-
Perbedaan mendasar dari kedua kan logika dalam berfatwa.
madrasah tersebut terletak pada banyaknya Pada masa tabi’in inilah cara
penggunaan hadits atau penganalogian mengistinbath hukum semakin ber-
dalam berijtihad. Madrasah ahlir-ra’yi lebih kembang. Di antara mereka ada yang
banyak menggunakan qiyas (analogi) menempuh metode maslahah atau metode
dalam berijtihad, hal ini disebabkan oleh: qiyas di samping berpegang pula pada
1. Sedikitnya jumlah hadits yang sampai fatwa sahabat sebelumnya. Pada nmasa
ke ulama Irak dan ketatnya seleksi tabi’in inilah mulai tampak perbedaan-
hadits yang mereka lakukan, hal ini perbedaan mengenai hukum sebagai
dikarenakan banyaknya hadits-hadits konskuensi logis dari perbedaan metode
palsu yang beredar di kalangan yang digunakan oleh para ulama ketika
mereka, sehingga tidak mudah bagi itu.13
mereka untuk menerima riwayat Corak perbedaan pemahaman lebih
seseorang kecuali melalui proses jelas lagi pada masa sesudah tabi’in atau
seleksi yang sangat ketat. Di sisi lain pada masa Al- Aimmat Al- Mujtahidin.
masalah baru yang mereka hadapi Sejalan dengan itu, kaidah-kaidah istinbath
semakin kompleks serta kebutuhan yang digunakan juga semakin jelas
akan ijtihad kian mendesak, maka bentuknya bentuknya. Abu Hanifah
mau tidak mau, mereka hanya misalnya menempuh metode qiyas dan
mampu mengandalkan qiyas istihsan. Sementara Imam Malik berpegang
(penganalogian) sebagai sarana dalam pada amalan mereka lebih dapat dipercaya
menetapkan hokum-hukum yang ada. dari pada hadis ahad.14
Masalah-masalah baru ini muncul Jadi sudah barang tentu, jika
akibat peradaban dan sosial perbedaan dari kedua madrasah diatas
masyarakat Irak yang begitu melahirkan perdebatan-perdebatan yang
beragam.
2. Pengaruh atas reaksi guru mereka,
13
Abdullah bin Mas’ud ra yang banyak Abu Zahrah, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah,
menggunakan qiyas dalam berijtihad (Kairo, Dar al-Fikr al-Arabi, t.th.), Jilid II, hlm.
12
14
Ibid.

350 Ushul Fiqh Qabla …


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

cukup sengit. Atas dasar inilah, para ulama (150-204 H) dalam sebuah kitab yang
terinspirasi dan dipandang perlu untuk diberi nama Ar-Risalah. Dan kitab tersebut
membuat kaidah-kaidah (dowabith) tertulis adalah kitab dalam bidang Ilmu Ushul Fiqh
yang dibukukan sebagai undang-undang yang pertama sampai kepada kita. Oleh
bersama dalam menyatukan dua madrasah karena itu terkenal di kalangan para ulama,
ini. Di antara ulama yang mempunyai bahwa beliau adalah pencipta Ilmu Ushul
perhatian terhadap masalah ini adalah Al- Fiqh.
Imam Abdur Rahman bin Mahdi Apa yang dikemukakan diatas
rahimahullah (135-198 H). Beliau meminta menunjukkan bahwa sejak
kepada Al Imam Asy-Syafi’i rahimahullah zaman Rasulullah saw, sahabat, tabi’in dan
(150-204 H) untuk menulis sebuah buku sesudahnya, pemikiran hukum Islam
tentang prinsip-prinsip metode berfikir mengalami perkembangan. Namun
yang dapat digunakan sebagai pedoman demikian, corak atau metode pemikiran
untuk berijtihad. Maka lahirlah kitab Ar- belum terbukukan dalam tulisan yang
Risalah karya Imam Syafi’i sebagai kitab sistematis. Dengan kata lain, belum
pertama dalam ushul fiqh. terbentuk sebagai suatu disiplin ilmu
Hal ini tidak berarti, bahwa sebelum tersendiri.
imam Syafi’i, prinsip prinsip ushul fiqh
tidak ada sama sekali, tetapi ia sudah ada D. Penutup
sejak masa ulama-ulama Hanafiyah, akan Ilmu ushul fiqih tidak timbul dengan
tetapi kaidah-kaidah itu belum disusun sendirinya, tetapi benih-benihnya sudah ada
secara sistematis menjadi sebuah disiplin sejak zaman Rasulullah . Masalah utama
ilmu atau khazanah ilmu tersendiri dan yang menjadi bagian ushul fiqih, seperti
masih berserakan pada kitab-kitab fiqh para ijtihad, qiyas sudah ada pada zaman
‘ulama. Maka dari itu Ar- Risalah, kitab Rasulullah dan Sahabat. Pada masa
ushul fikih yang ditulis oleh imam Syafi’i Rasulullah , umat Islam tidak
ini pantas menjadi rujukan utama dan memerlukan kaidah-kaidah tertentu dalam
model teoritis bagi para ulama sesudahnya memahami hukum-hukum syar’i, semua
untuk mengembangkan dan menyempurna- permasalahan dapat langsung merujuk
kan disiplin ilmu ushul fikih. kepada Rasulullah lewat penjelasan
Dengan disusunnya kaidah-kaidah beliau mengenai Al-Qur’an.
syar'iyah dan kaidah-kaidah lughawiyah Pada masa sahabat telah timbul
dalam berijtihad pada abad II Hijriyah, persoalan-persoalan baru yang menuntut
maka telah terwujudlah Ilmu Ushul Fiqh. ketetapan hukumnya. Untuk itu para
Dikatakan oleh Ibnu Nadim bahwa ulama sahabat berijtihad, mencari ketetapan
yang pertama kali menyusun kitab Ilmu hukumnya. Pada masa sahabat yang lebih
Ushul Fiqh ialah Imam Abu Yusuf -murid dekat dengan tradisi kehidupan Rasulullah
Imam Abu Hanifah- akan tetapi kitab saw, pemecahan masalah hukum lebih
tersebut tidak sampai kepada kita. banyak bersandar pada al-Qur’an dan
Diterangkan oleh Abdul Wahhab tradisi yang dibawa oleh Rasul, dan mereka
Khallaf, bahwa ulama yang pertama kali saling bertukar informasi tentang tradisi
membukukan kaidah-kaidah Ilmu Ushul Rasul tersebut. Apabila mereka tidak
Fiqh dengan disertai alasan-alasannya menemukannya dalam dua sumber tersebut,
adalah Muhammad bin Idris asy-Syafi'iy mereka dengan segala upaya dan

Ushul Fiqh Qabla … 351


AL MASHLAHAH JURNAL HUKUM DAN PRANATA SOSIAL ISLAM

kesungguhan berijtihad mencari pemecahan


masalah dengan selalu mengambil inspirasi
dan menangkap pesan-pesan universal al-
Qur’an dan sunnah
Pada masa tabi’in inilah cara
mengistinbath hukum semakin ber-
kembang. Di antara mereka ada yang
menempuh metode maslahah atau metode
qiyas di samping berpegang pula pada
fatwa sahabat sebelumnya. Pada nmasa
tabi’in inilah mulai tampak perbedaan-
perbedaan mengenai hukum sebagai
konskuensi logis dari perbedaan metode
yang digunakan oleh para ulama ketika itu.

E. Daftar Pustaka
Abu al-’Ainaini Badran, Ushul al-Fiqh al-
Islami, Mesir: Muassasah Syabab al-
Jami’ah al-Iskandariyah, t.th.
Abdul Aziz A Sachenia, Kepemimpinan
Dalam Islam Perspektif Syi’ah,
Bandung: Mizan, 1991
Abdul Wahhab Khalaf, Mashadir al-
Tasyri’ al-Islami, Kuwait: Dar al-
Qalam, 1976
Abu Zahrah, Tarikh al-Madzahib al-
Islamiyah, Kairo: Dar al-Fikr al-
Arabi, t.th
Amir Nurudin, Ijtihad Umar ibn al-
Khattab, Jakarta: Rajawali Press,
1991
Fazlur Rahman, Islam, Chicago: University
of Chicago Press, 1979
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya, Jakarta: Bulan
Bintang, t.th
Muhammad Yusuf Musa, Tarikh al-Fiqh
al-Islami, Kairo: Dar al-Kutub al-
Haditsah, 1958
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun,
t.t., Dar al-Bayan, t.th
Rachmat Syafei, Ilmu Ushul Fiqih,
Bandung: Pustaka Setia, 2010

352 Ushul Fiqh Qabla …

Anda mungkin juga menyukai