Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MANAJEMEN PERUBAHAN
Presentasi
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Ainil Mardiah 1920522042
Hamdi Anugrah 1920522056
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Resistensi dari
Perubahan”. Shalawat beserta salam kepada Rasulullaah Muhammad SAW, semoga
syafaatnya senantiasa kita dapatkan di akhirat kelak. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.
Dalam penulisan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan
dari dosen mata kuliah Manajemen Perubahan yaitu: Dr. Yulihasri, SE., M.BA
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah. Kritik dan saran sangat
dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan
manfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Cover.....................................................................................................................
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan............................................................................................1
ii
BAB IV Penutup..................................................................................................24
Lampiran..............................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada tulisan ini adalah
sebagai berikut:
2
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1 Konsep Resistensi
Resistensi atau resistance berasal dari kata resistance merupakan suatu
kondisi dimana konsidi tersebut menunjukan sebuah sikap untuk berperilaku
bertahan, berusaha melawan, menentang atau upaya oposisi pada umumnya sikap
ini tidak berdasarkan atau merujuk pada paham yang jelas. Resistensi sering
terjadi karena eksekutif dan pekerja melihat perubahan dari sudut pandang yang
berbeda. Bagi manajer senior, perubahan berarti peluang, baik untuk bisnis
maupun dirinya sendiri. Akan tetapi bagi banyak pekerja, perubahan dilihat
sebagai kekacauan dan gangguan.
Resistensi terhadap perubahan bersifat tiga dimensi menyangkut
komponen affective, behavioral dan cognitive. Komponen affective adalah
bagaimana orang merasa tentang perubahan. Komponen cognitive adalah
bagaimana orang berfikir tentang perubahan. Komponen behavioral adalah apa
yang dilakukan orang dalam perubahan. Respon behavioral dapat mempunyai
respon aktif maupun pasif. Gejala resistensi aktif, diindikasikan sebagai: bersifat
kritis, menemukan kesalahan, ejekan, menunjukkan ketakutan, menggunakan
fakta secara selektif, kesalahan atau tuduhan, sabotase, intimidasi, manipulasi,
mengubah fakta, menghambat, merusak, memulai gosip dan membantah. Gejala
retensi pasif adalah menyetujui secara verbal, namun tidak ditindaklanjuti, gagal
melaksanakan perubahan, menangguhkan atau menahan, berpura-pura
mengabaikan, menahan informasi, saran, membantu atau mendukung, menunggu,
dan membiarkan perubahan gagal.
3
seperti mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan lain sebagainya
atau secara implisit seperti loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja
menurun, kesalahan kerja meningkat, dan lain sebagainya.
4
memandang program ini bertentangan dengan ajaran agama, sehingga
menimbulkan sikap negatif.
b. Organizational Sources of Resistance
1. Structural Inertia (Inersia Struktural). Artinya penolakan yang terstrukur.
Organisasi, lengkap dengan tujuan, struktur, aturan main, uraian tugas,
disiplin, dan lain sebagainya menghasil- kan stabilitas. Jika perubahan
dilakukan, maka besar kemungkinan stabilitas terganggu.
2. Limited Focus of Change (Fokus perubahan yang terbatas). Perubahan
dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya difokuskan pada satu bagian
saja karena organisasi merupakan suatu sistem. Jika satu bagian diubah
maka bagian lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen mengubah
proses kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur
organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar.
3. Group Inertia (Inersia Kelompok Kerja). Walau ketika individu mau
mengubah perilakunya, norma kelompok punya potensi untuk
menghalanginya. Sebagai anggota serikat pekerja, walau sebagai pribadi
kita setuju atas suatu perubahan, namun jika perubahan itu tidak sesuai
dengan norma serikat kerja, maka dukungan individual menjadi lemah.
4. Threat to Expertise (Ancaman terhadap Keahlian). Perubahan dalam pola
organisasional bisa mengancam keahlian kelompok kerja tertentu.
Misalnya, penggunaan komputer untuk merancang suatu desain,
mengancam kedudukan para juru gambar.
5. Threat to Established Power Relationships (Ancaman terhadap Hubungan
Kekuasaan yang Telah Dicapai). Mengintroduksi sistem pengambilan
keputusan partisipatif seringkali bisa dipandang sebagai ancaman
kewenangan para penyelia dan manajer tingkat menengah.
5
sulit untuk menebak alasan-alasan penolakan tersebut, dan selain itu penolakkan
secara aktif tanpa alasan biasanya sangat frontal.
6
sampai terlupakan, nyatakan bahwa betapa pentingnya melakuakan
perubahan itu.
3. Lakukan pemisahan dengan cara memetakan orang orang yang pro dan
kontra, buatlah perbedaan perlakuan terhadap orang yang pro perubahan.
Dengan demikian terbentuk dengan sendirinya koalisi yang mendukung
perubahan yang akhirnya mengurangi jumlah orang-orang
yang resisten. Bisa dilakukan dengan mutasi, rolling, membentuk
kelompok kerja baru, dan seterusnya.
4. Memfasilitasi perubahan sikap sejauh itu bisa dilakukan, masuk akal dan
tidak memancing kecemburuan orang lain. Ini bisa dilakukan apabila
alasan dan motif resistensinya masuk akal, obyektif, dan untuk kebaikan
orang banyak.
5. Menyatakan dengan tegas keuntungan dan kerugian serta ancaman jika
perubahan tidak segera dilakukan. Meramu ancaman dan imbalan sebagai
strategi untuk menumbuhkan partisipasi. Kalau hanya ancaman saja,
resistensi masih bisa dilakukan dengan “diam-diam”. Tetapi kalau hanya
imbalan saja, ini bisa menimbulkan kecemburuan dan rasa ketidakadilan.
6. Menunjukkan bukti-bukti kemajuan atau prestasi yang didapat dari
perubahan untuk membuka kesadaran orang-orang yang resisten
7. Menerapkan manajemen kinerja (reward management) sehingga terdapat
perbedaan yang jelas dalam hal reward antara orang yang kinerjanya bagus
dan orang yang kinerjanya tidak bagus. Kalau sampai orang yang
mendukung itu mendapatkan reward yang sama dengan orang yang
resisten, ini tentu akan menghambat.
8. Menggunakan berbagai cara berkomunikasi yang cocok. Untuk orang yang
tidak paham, gunakan penjelasan yang clear-cut (jelas pengertiannya).
Untuk orang yang senior, gunakan ajakan yang halus. Untuk orang yang
berpengaruh, gunakan bahasa yang memuliakan. Untuk orang yang banyak
dan berbeda-beda (misalnya dalam meeting), gunakan bahasa yang mudah
dipahami.
7
9. Langkah terakhir adalah menggunakan ‘paksaan’ yang sudah disepakati
dalam organisasi, misalnya peringatan, pemutasian, penurunan, sampai ke
pemecatan.
8
c. Dapat memakan waktu yang cukup lama, bila banyak karyawan yang
terlibat.
2) Partisipasi & Pelibatan
a. Para inisiator perubahan tidak punya informasi yang dibutuhkan untuk
merancang perubahan.
b. Pada saat yang bersamaan ada pihak lain yang mempunyai kekuasaan
yang cukup besar.
c. Bila karyawan ikut berpartisipasi, maka mereka akan terlibat aktif untuk
ikut melaksanakan perubahan, dan informasi relevan yang mereka miliki
akan diintegrasikan ke dalam rencana perubahan
d. Dapat memakan waktu cukup lama, bila para karyawan yang terlibat,
mungkin merancang perubahan yang tidak tepat.
3) Fasilitasi & Dukungan
a. Bila resistensi dari karyawan muncul karena masalah penyesuaian diri
b. Tidak ada pendekatan lain yang lebih baik untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan penyesuaian diri
c. Dapat memakan waktu yang cukup lama, mahal, dan tidak ada jaminan
untuk berhasil
4) Negosiasi & Persetujuan
a. Bila karyawan atau sekelompok karyawan secara pasti akan terkena
dampak perubahan, dan pada sisi lain, karyawan/ kelompok karyawan tsb
memiliki kekuasaan yang cukup untuk melakukan resistensi
b. Untuk menghindari resistensi yang besar, terkadang pendekatan ini
adalah yang relatif mudah untuk dilakukan. Pada banyak kasus terlalu
mahal , karena dapat mengundang pihak lain untuk meminta perlakuan
serupa
5) Manipulasi & Kooptasi
a. Bila pendekatan lain tidak dapat digunakan atau terlalu mahal
b. Penyelesaiannya relatif cepat dan tidak mahal untuk masalah resistensi
c. Dapat menimbulkan masalah di masa depan, bila para karyawan tahu
mereka telah dimanipulasi
6) Ancaman (baik nyata maupun terselubung)
9
a. Bila dibutuhkan waktu cepat untuk melakukan perubahan, dan para
inisiator perubahan memiliki kekuasaan cukup besar.
b. Cukup cepat dan dapat mengatasi segala macam resistensi
c. Beresiko, khususnya bila ancaman tsb. mendorong kemarahan karyawan
kepada para inisiator perubahan.
Selain itu, yang tidak boleh kita lupakan adalah perubahan mungkin juga
bersifat menantang dan menyenangkan selain juga mampu menciptakan peluang-
peluang baru dan positif. Dalam konteks inilah, sangat penting sekali peran visi
dan upaya sungguh-sungguh para pemimpin untuk mengkomunikasikannya.
Sehingga visi masa depan dan kepemimpinan sangat berpengaruh besar untuk
menyatukan SDM di semua jenjang dan menciptakan momentum bagi perubahan.
10
Resistensi adalah hal wajar. Perlu diingat bahwa orang wajar dapat
mengambil pandangan yang berbeda mengenai masalah yang sama. Mungkin
dalam beberapa kasus yang ada, kita percaya bahwa prioritasnya adalah untuk
meningkatkan efisiensi operasional, sementara orang yang lain mungkin percaya
bahwa beberapa perubahan yang diperlukan untuk strategi. Dan lebih penting lagi
adalah mereka mungkin benar atau kita mungkin benar, tetapi mereka dapat
memberitahukan sesuatu yang berguna tentang cara terbaik untuk melakukan yang
diinginkan. Adanya resistensi ini akan memberikan pembelajaran kepada Anda
dari sudut pandang orang lain, meskipun Anda tahu cara penyelesaiannya.
11
ada. Atau mereka mungkin perlu untuk mengembangkan metode baru. Atau
mereka mungkin hanya tidak percaya bahwa perubahan yang diharapkan dapat
dilakukan dalam waktu tertentu. Pahamilah bahwa perspektif Anda berbeda dari
mereka.
Harga yang dibayar jika perubahan tidak berhasil dilakukan, mungkin bagi
Anda adalah ongkos pembelajaran, namun bagi kebanyakan mereka merupakan
sebuah kesia-siaan besar yang sulit dihadapi. Tanyakan pada diri Anda sendiri jika
menjalani perubahan apakah akan terasa tidak nyaman, dan jika memang
demikian kondisinya, alangkah lebih baik melihat kembali konsekuensi dari
kegagalan dan menyesuaikannya kepada orang-orang Anda.
12
cenderung lebih menyenangi dunia yang stabil dan terprediksi. Sifat ini cukup
natural.
Namun kenyataan yang kita hadapi adalah bahwa dunia ini ternyata
tidaklah selalu statis, justru dinamikanya luar biasa tinggi. Duniapun menjadi sulit
diprediksi. Maka, jika kita terus menerus hanya menginginkan kestatisan, jangan-
jangan kitalah yang menjadi tokoh dibalik pepatah “seperti katak dalam
tempurung”.
13
BAB III
PEMBAHASAN
14
dalam waktu yang tidak terlalu jauh & langsung diserap dengan baik oleh pasar.
15
memutuskan dengan berani demi menaklukkan rintangan di masa lalu. Elop
menyingkirkan sistem operasi Symbian yang sudah begitu lama dibenamkan
dalam ponsel-ponsel canggihnya dan beralih fokus pada pengembangan sistem
operasi Windows Phone dari Microsoft. Saat itu, apa yang ditempuh Elop
terkesan sangat berisiko tetapi berpotensi menghasilkan laba tinggi dan membantu
Nokia menadapatkan kembali masa jayanya. Bila Nokia sudah memilih
mengadopsi Android, hal yang terbaik yang bisa ia capai ialah menjadi pabrikan
rata-rata yang mengekor kesuksesan yang lain karena komoditasnya yang juga
hampir serupa.
16
untuk mengakhiri pabrik di Salo, Finlandia. Nokia mengumumkan pemecatan 10
ribu orang pekerjanya di seluruh dunia, menutup pabriknya dan melakukan
divestasi dengan menggarap Vertu, bisnis ponsel dengan segmen eksklusif dan
mewah.
Persaingan dengan pemain seperti Apple, Samsung dan Google tak pelak
menjadi alasan lesunya bisnis yang dijalankan Nokia. Nokia juga menutup dua
kantor di China dan merumahkan karyawannya. Aksi ini dilakukan sebagai bagian
dari upaya perusahaan untuk menata ulang operasionalnya di pasar smartphone
terbesar dunia tersebut. Langkah tersebut dilakukan terkait market sharenya yang
terus turun di sana, begitupun di negaranegara lain. Mungkin ini juga akibat
menurunnya jumlah produksi akibat persaingan permintaan pasar dari produsen
lain. Di bulan Mei pengapalan handset Nokia turun sebesar 24% di kuartal
pertama, sehingga hal ini membuat Samsung mengambil alih predikat sebagai
produsen mobile-phone terbesar di dunia. Isu utama yang sedang dihadapi Nokia
kini ialah kas. Meskipun sudah secara ekstrim mengurangi pengeluaran di
berbagai pos, Nokia masih harus membutuhkan banyak dana untuk
melakukannya. Dengan mempertimbangkan semua ini, Nokia diperkirakan akan
mengantongi kas bersih senilai 2,7 miliar euro di akhir 2012, menurut analis
Morgan Stanley. Semua peringkat utang Nokia sudah dicap sampah. Jika keadaan
Nokia terus memburuk, tak mustahil posisi perusahaan ini akan menjadi lebih
rawan dan rapuh. Nokia yang berdiri tahun 1865 bisa jadi gulung tikar.
Pelajaran yang bisa kita petik dari gagalnya Nokia untuk bertahan dalam
industry ponsel dunia ialah bahwa saat Anda terlambat masuk dalam sebuah
ekosistem, selanjutnya akan lebih sukar untuk memulihkan diri. Terdapat begitu
banyak aspek yang harus digabungkan dan dikoordinasikan dalam Nokia. Ini juga
membuat banyak pihak menjadi kurang puas dengan Nokia. Ini juga terjadi pada
Apple di dekade 1990-an dengan produk Mac-nya saat itu, Apple menghadapi
kemerosotan dalam bisnis PC. Hanya dengan merombak aturan main (dengan
sama sekali keluar dari bisnis PC), ia kemudian berhasil melakukan loncatan ke
posisi puncak. Namun bisnis ponsel cerdas bahkan lebih dinamis dan ganas.
Untuk menang dalam industri ini, diperlukan lebih dari sekadar perangkat keras
17
dan lunak yang mencengangkan pembeli. Tetapi dibutuhkan juga upaya untuk
menarik pengembang, yang juga membutuhkan konsumen dan untuk itu juga
diperlukan posisi ritel yang kokoh. Ini juga memerlukan keahlian pemasaran yang
prima.
Dari taksi, kontainer dan alat berat, hingga logistik, Blue Bird Group
adalah kelompok usaha yang siap melayani segala kebutuhan Anda. Bagi banyak
warga Jakarta dan kota-kota besar di
Indonesia, Blue Bird Group bukan hanya
sekadar perusahaan taksi tapi menjadi
bagian dari gaya hidup. Jika New York
terkenal dengan yellow taxi dan London dengan black cab, maka Jakarta dengan
18
Blue Bird: armada taksi biru yang selalu menghiasi jalan-jalan Ibukota yang sibuk
setiap waktu.
19
Tahun 1965, Alm. Ibu Mutiara Fatimah Djokosoetono, Alm. dr.
Chandra Suharto (anak laki-laki pertama Alm. Ibu Mutiara
Fatimah Djokosoetono) dan dr. Purnomo Prawiro (anak laki-
laki termuda Alm. Ibu Mutiara Fatimah Djokosoetono) menjalankan
taksi tanpa argo yaitu Chandra Taxi, yang merupakan nama dari Alm. dr. Chandra
Suharto. Pada tahun 1972, Alm. Ibu Mutiara Fatimah
Djokosoetono bersama-sama dengan dr. Purnomo
Prawiro dan dr. Chandra Suharto, dan
juga mitra bisnis lainnya, secara
resmi memulai bisnis transportasi dengan 25 armada
taksi. Seiring perjalanannya, Blue Bird selalu menjadi pelopor dalam
mengubah industri taksi di Indonesia. Beberapa inovasi tersebut diantaranya
adalah pengenaan tarif berdasarkan sistem argometer, serta melengkapi seluruh
armadanya yang ber-AC dengan radio komunikasi. Selain itu, penggunaan sistem
GPS pada armada kami juga memberikan rasa aman kepada para pelanggan
kami.Pada tahun 2011, Blue Bird juga menjadi perusahaan taksi pertama di
Indonesia yang memberikan layanan mobile reservation melalui BlackBerry.Kini,
Blue Bird Group telah mengembangkan bisnisnya. Selain tetap fokus di bisnis
passenger transportation, kami juga mengembangkan bisnis lain di bidang
logistik, properti, industri dan alat-alat berat, sampai menyediakan layanan
konsultasi IT. Pada tahun 2014, PT Blue Bird Tbk, salah satu anak perusahaan
Blue Bird Group yang meliputi bisnis taksi, rental mobil, dan charter bus, resmi
Go Public di Bursa Efek Indonesia.
Misi
Tujuan kita adalah tercapainya kepuasan pelanggan, dan mengembangkan
serta mempertahankan diri sebagai pemimpin pasar di setiap kategori yang kita
20
masuki. Dalam transportasi darat, kita menyediakan layanan yang handal, dan
berkualitas tinggi dengan penggunaan sumber daya yang efisien dan kita
melakukannya sebagai satu tim yang utuh.
21
integritas. Kesungguhan Blue Bird Group melakukan perubahan di internalnya
juga ditunjukan dengan mengadaptasi hal-hal baru. “Driver Blue Bird dikenal
jujur, mengembalikan barang pelanggan yang tertinggal, ini tetap dijaga,” dan
nilai-nilai ini terus diingatkan Krisis bisa terjadi kapan saja, dimana saja, kepada
siapa saja. Tidak ada perusahaan, bagaimanapun kuat finansialnya, bagaimanapun
kuat reputasinya yang kebal terhadap krisis. Hal inilah yang pernah terjadi dan
dirasakan oleh perusahan Blue Bird Group, demonstrasi anarkis oleh para pengemudi
taksi, salah satunya mereka yang berseragam Blue Bird, sudah terlanjur beredar. Caci
maki masyarakat sudah telanjur menyebar di dunia maya. Berbagai media nasional,
termasuk online, turut menjadikan aksi anarkis oknum pengemudi berseragam
“burung biru” itu sebagai bahan berita yang hangat pada saat itu (22/3/17). Oleh
karena itu dibutuhkan penanganan yang sangat cepat oleh public relations atau tim
manajemen krisis Blue Bird Group
Manajemen Blue Bird cukup tanggap menghadapi krisis yang terjadi saat
itu, Pada hari saat terjadinya demonstrasi, manajemen melakukan klarifikasi di
akun resmi media sosialnya. Manajemen juga mengimbau agar sopir Blue Bird
tidak mengikuti aksi demonstrasi dan tetap melayani penumpang. Pada hari yang
sama, manajemen Blue Bird menggelar press conference yang dihadiri oleh
Komisaris Utama Blue Bird sekaligus putri pemilik perusahaan ini, Noni Sri
Aryati Purnomo. Konten press conference berisi permohonan maaf dan janji
untuk menggratiskan layanan taksi selama satu hari pasca demonstrasi kepada
seluruh pelanggan di wilayah Jabodetabek. Demo besar para pengemudi taksi se-
Jabodetabek ini sejatinya hanya puncak gunung es dari fenomena disruption dan
persoalannya yang melanda sejumlah industri di Indonesia.
Perkembangan teknologi telekomunikasi yang mengubah perilaku
konsumen Indonesia, pada tahun lalu secara signifikan telah mempengaruhi bisnis
jasa transportasi darat di Indonesia. Dengan teknologi telekomunikasi, konsumen
angkutan darat kini dapat menyewa kendaraan dengan lebih mudah
(menggunakan aplikasi di smartphone), lebih murah (dibandingkan tarif sewa
kendaraan reguler), dan lebih cepat (karena jumlah armadanya sangat banyak
mengingat manajemen menggunakan sistem crowdsourcing untuk mendapatkan
pengemudi dan kendaraan sewanya). Jadi, siapa saja yang memiliki kendaraan
kini bisa bergabung dalam bisnis ini yang saat ini dikembangkan oleh tiga brand
22
besar, yaitu Go-Jek, Grab, dan Uber. Bayangkan, dalam situasi di mana peraturan
belum dibuat untuk mengatur bisnis baru ini, Blue Bird harus sudah menghadapi
kompetisi yang sangat ketat. Tak heran kalau dalam waktu yang tidak terlalu lama
sejak ketiga brand pendatang baru bisnis transportasi darat ini masuk ke pasar,
bisnis Blue Bird langsung tergerus. Tidak hanya manajemen yang galau
menghadapi bisnis yang menurun, para pengemudi yang setiap hari berada di
lapangan lebih galau lagi mendapati pelanggannya yang pada lari.
Di tengah kegalauan inilah muncul ide demonstrasi yang berdampak pada
reputasi brand Blue Bird. Jadi, upaya recovery yang dilakukan Blue Bird tidak
cukup sekadar memulihkan reputasi. Perlu upaya yang lebih fundamental untuk
memberikan value layanan baru dan melakukan revitalisasi demi menghadapi peta
persaingan baru serta perubahan lansekap bisnis transportasi darat di Indonesia.
Menggandeng Sang Disruptor Menyadari hal ini, Blue Bird pada 1 Februari 2017
lalu secara legowo menggandeng “Sang Disruptor” Go-Jek, pelopor penyedia
angkutan berbasis online Indonesia yang secara signifikan mengubah peta bisnis
jasa angkutan darat di negeri ini. Kerjasama strategis antara Blue Bird dan Go-Jek
ini diumumkan secara resmi oleh CEO Go-Jek Nabiel Makarim lewat press
release yang dikirimkan ke sejumlah media.
Melalui partnership ini, Blue Bird dapat memperluas akses layanannya
kepada konsumen yang telah mengunduh aplikasi Go-Jek—diperkirakan
jumlahnya mencapai sekitar 10 juta orang. Jasa Blue Bird dapat dipesan melalui
fitur Go-Blue Bird, maupun Go-Car pada aplikasi Go-Jek, sehingga sistem
pembayaran serta promo yang ditetapkan Go-Jek juga berlaku untuk Blue Bird.
Misalnya, untuk pembayaran dengan Go-Pay, pengguna Blue Bird akan mendapat
diskon sebesar 30%. Sejatinya, pada tahun lalu, segera setelah krisis terjadi, Blue
Bird meremajakan aplikasi mobile My Blue Bird-nya dengan meluncurkan versi
terbaru pada Mei 2016.
Lewat aplikasi ini Blue Bird menawarkan berbagai fitur—di antaranya
kemampuan melihat taksi yang tersedia di sekitar lokasi, sistem penilaian untuk
pengemudi, dan advanced booking. Fitur-fitur tersebut diberikan atas saran
terbanyak dari para responden survei online dan offline yang diselenggarakan
Blue Bird dalam rangka proses peningkatan pelayanan dan pengalaman
23
penumpang. Sigit P. Djokosoetono, Direktur PT Blue Bird Tbk., pada saat re-
launching mengatakan bahwa aplikasi My Blue Bird ini akan terus
disempurnakan. “Jadi ini hanyalah awal dari penyempurnaan itu,” katanya sambil
menambahkan bahwa aplikasi My Blue Bird diperkenalkan pertama kali pada
2011. Seiring perkembangan kompetisi, penumpang menginginkan aplikasi yang
dapat melakukan lebih banyak hal. “Karena itu, selain fitur-fitur yang hari ini
telah tersedia, kami juga akan menambahkan segera berbagai fitur pada update
berikutnya, di antaranya pembayaran non-tunai (cashless), Blue Bird eVoucher,
serta kode promosi. Nantinya juga akan ada fitur Easy Ride, di mana penumpang
yang menyetop taksi di jalan, tetap bisa membayar via aplikasi.”
Mengatasi krisis yang terjadi pada PT Blue Bird Group, Blue Bird
menggunakan strategi dengan membuat program kampanye “reimagining Blue Bird”
dengan tema “Berbenah Untuk Berubah” yang disuarakan melalui YouTube. Program
Kampanye “Berbenah untuk Berubah” PT Blue Bird Group Tbk, yang diunggah
melalui YouTube, dapat dikatakan berhasil karena telah membuat persepsi atau opini
yang positif pada publik bahwa taksi Blue Bird mengakui mereka lamban menerima
perkembangan zaman dan ingin melakukan perubahan dengan cara berbenah diri
dalam mengikuti perkembangan zaman, sehingga menimbulkan suatu sikap dan citra
yang positif di benak publik. Dalam video tersebut, perusahaan Blue Bird mau
mengakui kesalahan dan menegaskan berkomitmen untuk berubah mengikuti
perkembangan zaman.
“.... Beri kami kesempatan, karena kami ingin bersama-sama ikut
pertandingan. Kami sedang berbenah, karena kami ingin berubah.” (pesan yang
disampaikan oleh Blue Bird dalam kampanye Blue Bird“Berbenah untuk
Berubah”).
Dan dari video kampanye Blue Bird “Berbenah untuk Berubah” memberikan
pesan bahwa mereka tetap terus berkomitmen dalam memberikan pelayanan yang
terbaik kepada publiknya dengan mengikuti perkembangan era digitalization. Pada
video kampanye tersebut, pihak manajemem dalam hal ini Ibu Noni Purnomo selaku
Direktur Utama PT Blue Bird meminta maaf kepada publik. Permintaan maaf tersebut
ternyata telah berhasil menarik perhatian dan mendapatkan simpati dari publik.
Publik berharap agar penyelenggara transportasi terbesar ini akan memberikan
24
service yang lebih baik, sehingga pada akhirnya dapat membangun opini publik
positif dan berdampak terhadap reputasi Blue Bird.
25
BAB IV
PENUTUP
1. Nokia
Manajemen Nokia tidak mampu mengatasi permasalahan internalnya
sehingga penjualan terus menurun dan kerugian perusahaan bertambah besar.
Kompetisi dengan China dapat dimenangkan salah satunya dengan cara
meminimalkan harga agar produk-produk murah dari Cina tidak sepenuhnya
menguasai pasar. Strategi lain yang dapat dilakukan oleh Nokia adalah
memberikan edukasi dan pemahaman kepada pasar terhadap pemakaian produk
yang kualitas tinggi agar meminimalkan penguasaan pasar oleh produk dari Cina
yang murah. Apabila ingin berhasil maka Nokia harus selalu berinovasi, bergerak
cepat dan berkolaborasi dengan pesaing. Inovasi akan selalu dimenangkan oleh
mereka yang menguasai core competency dalam industrinya. Dalam kasus
industri gadget, core competencies itu adalah pada penguasaan dua bidang
sekaligus : hardware design dan software. Hanya mereka yang menguasai aspek
software dan hardware sekaligus yang akan menguasai dunia digital masa depan.
Pelajaran yang bisa dipetik dari lenyapnya brand Nokia adalah setiap
perusahaan tetap harus dinamis dan mengantisipasi setiap perkembangan pasar
dan harus siap menghadapi perubahan.
26
Mengelola reputasi memang bukan pekerjaan mudah. Mengelola krisis juga
tak bisa sekadar tampil di media tanpa strategi public relations yang komprehensif,
tepat, dan cermat. Oleh karena itu untuk menghadapi perubahan bisnis yang terjadi
Blue Bird Group melakukan perubahan secara total. Pertama perusahaan Blue
Bird Group memasukkan orang luar (bukan anggota keluarga) ke dalam direksi
group bisnis keluarga ini sebagai Direktur pemasaran yang sebelumnya memiliki
pengalam berkarir di Industri FMCG (Fast Moving Consumer Goods) : Coca Cola
Indonesia, Garuda Indonesia, dan Sampoerna. Kini Blue Bird juga didukung oleh
orang-orang dari industri yang berbeda.
Pelajaran yang dapat diambil dari kasus ini adalah perusahaan harus
senantiasa melakukan perubahan, karena pola bisnis selalu berubah dan bersifat
dinamis sehingga perubahan adalah hal yang mutlak untuk dilakukan.
27
Perkembangan teknologi dan sistem informasi membawa perubahan besar dalam
dunia bisnis, biasanya proses bisnis dilakukan secara konvensional namun
sekarang bisnis menjadi E-business atau bisnis digital. Strategi bisnis pun
akhirnya ikut berubah, bisnis yang biasanya menggunakan strategi persaing yang
sengit dengan competitor, pada saat ini harus saling berkolaborasi agar tetap
bertahan dalam era persaingan ekonomi digital.
DAFTAR PUSTAKA
Hayes, John. 2014. The Theory and Practice of Change Management. Fourth
Edition. Palgrave Macmillan.
Kotter, J.P. & Schlesinger, L.A. 1979. Choosing Strategies for Change. Harvard
Business Review. March-April.
Maurer, Rick. 2006. 12 Steps That Can Build Support for Change. The Journal
for Quality and Participation. Cincinnati: Spring 2006. Vol. 29, Iss. 1; pg.21.
Nasution, M. Nur. 2010. Manajemen Perubahan. Jakarta : Ghalia Indonesia
Pearce II, John A. & Richard B. Robinson. Jr. 2012. Strategic Management:
Formulation, Implementation and Control. 13th Edition. The McGraw-Hill
Co., Inc.
Raths, David. 2006. Leading through Change. Network World. Framingham: Mar
6, 2006. Vol. 23, Iss. 9; pg. 46.
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi, Edisi 9. Jakarta : Prentice Hall.
Tynan, Dan. 2006. 10 Tips for Managing Change. Infoworld. San Mateo: Apr 10,
2006. Vol. 28, Iss. 15; pg. 35.
Weiss, W. H. 2006. Managing in Changing World. SuperVision. Burlington: Jun
2006. Vol. 67, Iss. 6; pg. 17.
Wibowo.2008 manajemen perubahan. Edisi ke dua. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Winardi. 2004. Manajemen Perubahan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sumber Website:
28
https://www.digination.id/read/014584/belajar-dari-blue-bird-transformasi-digital-
adalah-kunci
https://www.managementstudyguide.com/individual-and-organizational-sources-
of-resistance-to-change.htm
https://swa.co.id/swa/trends/management/begini-cara-blue-bird-hadapi-
perubahan-bisnis
https://www.youtube.com
LAMPIRAN
29
30
31