Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN

(KELAS LINTAS MINAT)


“PENGARUH PEMBERIAN ASI TERHADAP TUMBUH
KEMBANG BAYI”

KELOMPOK 3
Amanda Nazira 101211131014
Arifa Yusrina 101211133004
Ummu Farihah 101211131227

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2015

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum...........................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus..........................................................................................2
1.3 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II ISI
2.1 ........................................................................Analisis Situasi Daur Hidup Bayi.......3
2.2 ..............................................Fisiologi Tunbuh Kembang Bayi Usia 0-12 Bulan.......3
2.3 .......................................Kebutuhan Gizi Bayi dan Kandungan Gizi dalam ASI.......4
2.4 .........................................................Masalah Gizi Bayi dan Dampak Kesehatan.....10
2.5 ..............................Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Gizi Bayi.....13
BAB III PENUTUP
3.1 ..........................................................................................................Kesimpulan.....16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi merupakan unsur yang sangat penting bagi pembentukan tubuh manusia
yang berkualitas. Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap
daur kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Kebutuhan
akan nutrien berubah sepanjang daur kehidupan, dan ini terkait dengan pertumbuhan
dan perkembangan masing-masing tahap kehidupan. Masalah gizi terjadi di setiap
siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa dan usia
lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis, karena pada
masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Gangguan gizi
yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat dipulihkan walaupun
kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi (Depkes RI, 2007).
Proses perkembangan anak berawal dari bayi. Bayi merupakan makhluk yang
sangat peka dan halus. Bayi akan terus tumbuh dan berkembang dengan sehat, sangat
bergantung pada proses kelahiran dan perawatannya. Masa tumbuh kembang bayi
sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang dilakukan oleh orang tuanya terutama ibu.
Pola asuh diantaranya meliputi pemberian ASI eksklusif, penerapan inisiasi menyusu
dini, serta pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) lokal pada bayi 6 bulan
ke atas dan meneruskan ASI sampai umur 2 tahun (Depkes, 2009). Program ASI
Eksklusif merupakan program promosi pemberian ASI saja pada bayi sampai dengan
umur 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Angka cakupan ASI di
Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan Riskesdas 2010, persentasi pemberian
ASI eksklusif: pada bayi usia 0 bulan (39,8%),1 bulan (32,5%), 2 bulan (30,7%), 3
bulan (25,2%), 4 bulan (26,3%) dan 5 bulan (15,3%).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mempelajari pengaruh pemberian ASI terhadap tumbuh kembang bayi.
1.2.2 Tujuan Khusus

1
1. Mempelajari daur hidup dan fisiologi tumbuh kembang bayi
2. Mempelajari kebutuhan gizi bayi dan kandungan gizi ASI
3. Mempelajari defisiensi gizi bayi, dampak, pencegahan dan penanggulangannya

1.3 Manfaat

Menambah pengetahuan terkait manfaat pemberian ASI terhadap tumbuh kembang


bayi.

2
BAB II
ISI
2.1 Analisis Situasi Daur Hidup Bayi
Fertilitas ialah peristiwa bersatunya antara spermatozoa dan ovum yang berasal
dari sel yang berbeda. Untuk dapat bertemu dan bersatu keduanya harus melalui
perjalanan panjang dan mengalami proses persiapan serta tempat pertemuan harus
memenuhi syarat dari spermatozoa. Keberhasilan fertilitas mengandung arti yang
sangat penting bagi proses perkembanggbiakan, karena menghasilkan sebuah sel baru
yang disebut zigot. Lama hidup ovum diperkirakan kurang dari 24 jam dan lama
hidup spermatozoa setelah ejakulasi kurang 48 jam. Pada konsepsi, yakni
menyatunya sperma dengan telur, terbentuk sel yang demikian kecilnya sehingga
hanya dapat dilihat dengan alat mikroskop. Produk penyatuan tersebut diberi nama
janin. Pada hari berikutnya janin ini tumbuh dan berkembang hingga berat dan
panjangnya bertambah. Di samping itu, terdapat pula proses diferensiasi dan
pematangan, sel-sel dari hari ke hari semakin banyak dan membentuk organ dengan
fungsi tertentu, seperti jantung, ginjal, hati, saluran pencernaan(lambung dan usus),
paru-paru dan sebagainya. Pada waktu bayi dilahirkan semua organ sudah berbentuk
dengan fungsi yang smepurna.
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi
(Notoatmodjo, 2007). Pemberian ASI eksklusif merupakan suatu kegiatan dengan
memberikan ASI secara penuh bagi bayi yang berumur 0 – 12 bulan tanpa diberi
tambahan makanan pendamping ASI. Pemberian ASI sangat mempengaruhi tumbuh
dan kembang bayi.
2.2 Fisiologi Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-12 Bulan
Pada tahun pertama kehidupan ditandai dengan pertumbuhan fisik, maturasi
kemampuan yang semakin terasah, dan reorganisasi psikologis. Parameter
pertumbuhan fisik adalah berat badan, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala. Pada
usia 0-2 bulan, bayi mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Perkembangan fisik
bayi baru lahir dapat menurun 10% dibawah berat badan lahir dalam satu minggu

3
pertama sebagai hasil pengeluaran cairan ekstravaskular dan intake yang terbatas.
Pertambahan berat badan bayi dalam satu bulan pertama sebanyak 30 gr. Pergerakan
tangan dan kaki sangat besar dan tidak terkontrol. Senyum dapat terjadi secara
involunter. Perkembangan kognitif bayi usia 0-2 bulan dapat membedakan pola,
warna, dan konsonan. Mereka dapat mengetahui ekspresi wajah (senyuman). Untuk
perkembangan emosional bayi usia 0-2 bulan tergantung dari dampak lingkungan
sekitarnya. Bayi hanya dapat menangis apabila tidak merasa nyaman dan lapar.
Normalnya bayi menangis paling puncaknya pada usia 6 minggu, bayi normal yang
sehat dapat menangis selama 3 jam/ hari, lalu menurun 1 jam atau berkurang sampai
3 bulan (Nelson, 2007 dalam Stefani, 2011).
Bayi usia 6-12 bulan dapat mencapai posisi duduk, meningkatnya mobilitas, dan
kemampuan-kemampuan baru untuk mengeksplorasi dunia disekitarnya.
Perkembangan fisik ditandai dengan penambahan berat badan tiga kali lipat, panjang
badan bertambah 50%, lingkar kepala bertambah 10 cm. Kemampuan duduk dicapai
pada usia 6-7 bulan. Beberapa bayi sudah dapat berjalan pada usia 1 tahun.
Pertumbuhan gigi di sentral mandibular sudah tumbuh. Perkembangan kognitif bayi
usia 6 bulan suka memasukkan benda apa saja yang dipegangnya ke mulut.
Perkembangan emosional terdapat korespondensi respon objektif di sosial dan
perkembangan komunikatif. Terdapat “stranger anxiety”. Bayi usia 7 bulan dapat
mengenal komunikasi nonverbal, ekspresi emosional, mengenal vocal tone dan
ekspresi wajah. Sekitar usia 9 bulan dapat membagi emosi dengan yang lain,
misalnya membagi mainan yang dibelikan orang tua dengan anak lainnya (Nelson,
2007 dalam Stefani, 2011).
2.3 Kebutuhan Gizi Bayi dan Kandungan Gizi dalam ASI
Kebutuhan gizi bayi lebih sedikit dari kebutuhan orang dewasa, namun jika
dibandingkan per unit berat badan maka kebutuhan gizi bayi jauh lebih besar dari usia
perkembangan lain. Makanan bergizi menjadi kebutuhan utama bayi pada proses
tumbuh kembangnya, sehingga kelengkapan unsur pada gizi hendaknya perlu
diperhatikan dalam makanan sehari-hari yang dikonsumsi bayi.
1. Energi

4
Kebutuhan energi pada bayi dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak,
protein yang terkandung dalam makanan sehari-hariya. Kebutuhan energi
pada bayi meningkat sejalan dengan kenaikan berat badannya. Hal ini
dikarenakan pada masa bayi terjadi proses pertumbuhan yang sangat cepat
sehingga kebutuhan energi juga besar. Kebutuhan energi pada 2 bulan
pertama adalah 120kkal per kilogram berat badan bayi . Selama 6 bulan
pertama kehidupannya, bayi membutuhkan energi sebanyak 115-120 kkal per
kilogram bert badan, sedangkan untuk bayi usia 6 bulan sampai 12 bulan rata-
rata kebutuhan energinya 105-110 kkal per kilogram berat badan. Kebutuhan
energi bayi diantaranya digunakan untuk meningkatkan berat badan,
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan, melakukan aktivitas fisik
ketika tidur dan bangun, mengatur suhu tubuh, metabolisme makanan, serta
untuk proses penyembuhan dari sakit.
2. Protein
Protein sangat penting pada tumbuh kebang bayi sejak di dalam
kandungan ibu sampai dilahirkan, sehingga protein harus selalu ada dalam
makanan yang dikonsumsi. Asupan protein pada bayi sejak lahir sampai usia
6 bulan sekitar 2,2 gram per kilogram berat badan, sedangkan untuk bayi usia
6 bulan sampai 12 bulan membutuhkan protein 1,6 gram per kilogram berat
badan.
Asupan protein yang kurang akan memnyebabkan terhambatnya
pertumbuhan jaringan dan organ serta terhambatnya pertumbuhan yang akan
berpengaruh terhadap tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala.
Sedangkan asupan protein yang berlebihan pada bayi akan menyebabkan
kelebihan asam amino yang harus dimetabolisme dan dieliminasi sehingga
akan memperberat kerja ginjal dan hati.
3. Lemak
Tidak ada rekomendasi khusus akan kebutuhan lemak pada bayi.
ASImenyiapkan 55% energi yang berasal dari lemak, hal ini memperlihatkan
bahwa betapa pentingnya asupan lemak bagi bayi. Kebutuhan lemak pada

5
bayi semuanya berasal dari ASI, ataupun susu formula, serta makanan
pendamping ASI. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang
proses penyerapannya di dalam alat percenaan bayi akan lebih cepat
dibanding asam lemak jenuh yang berasal dari susu sapi. ASI juga
mengandung asam lemak omega 3 yang dibutuhkan untuk perkembangan
otak.
Bayi membutuhkan lemak dalam jumlah banyak untuk metabolisme pada
sistem reproduksi (gonad) dan perkembangan otak. Lemak juga dibutuhkan
bayi untuk memberikan energi pada proses metabolisme di hati, otak, otot,
dan termasuk jantung. Selain itu, bayi memerlukan lemak untuk menyuplai
energi ke dalam hati, otak dan otot termasuk otot jantung. Kebutuhan lemak
akan berubah dan menurun ketika bayi sudah menjadi lebih besar dan
menerima makanan padat.
4. Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat sangat tergantung pada besarnya kebutuhan energi.
Sumber karbohidrat utama bagi bayi adalah laktosa yang terdapat dalam ASI.
ASI yang dikonsumsi bayi mengandung laktosa sekitar 7%. Kadar laktosa
yang tinggi akan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan lactobacillus dalam
usus bayi sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi. Selain itu, kadar
laktosa yang tinggi dapat memperbaiki penahanan (retensi) beberapa mineral
penting untuk pertumbuhan bayi, seperti kalium, fosfor, dan magnesium.
Bayi yang sudah mulai mendapatkan makanan padat akan memperoleh
karbohidrat dari makanan jenis buah-buahan (glukosa), madu (fruktosa), serta
gula pasir (sukrosa). Karbohidrat sebagai sumber ennergi dibutuhkan dalam
jumlah besar guna proses pertumbuhan bayi yang cepat sejak dilahirkan.
5. Vitamin
Vitamin merupakan unsur ensensial bagi gizi normal. Vitamin adalah
suatu zat organik yang tidak dapat dibuat oleh tubuh, tetapi diperlukan oleh
tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan tubuh dan pemeliharaan kesehatan.
Kecuali vitamin D, semua kebutuuhan vitamin pada bayi yang mendapatkan

6
ASI akan terpenuhi selama mendapatkan ASI dalam jumlah cukup dan ibu
memiliki status gizi yang baik. Kebutuhan vitamin D dapat terpenuhi dengan
mengaktifkan vitamin D yang ada dalam tubuh bayi dengan cara mendapatkan
penyinaran sinar matahari. Penyinaran oleh sinar matahari berlangsung selama
10 – 15 menit tiap hari. Setelah bayi mulai dengan makanan padat, bayi
memperoleh vitamin dari asupan makanan padatnya di samping dari ASI yang
masih terus diberikan.
6. Mineral
Kebutuhan mineral pada bayi dapat dipenuhi melalui pemberian ASI dan
ketika bayi mulai mendapatkan makanan padat juga dapat diperoleh melalui
makanan pendamping ASI. Manfaat mineral secara umum adalah untuk
membangun jaringan tulang dan gigi, mengatur tekanan osmose dalam tubuh,
memberikan elektrolit untuk keperluan oto-otot dan syaraf, serta membuat
berbagai enzim.
7. Air
Kecukupan air pada bayi merupakan hal penting yang harus diperhatikan.
Kecukupan air pada bayi usia 3 bulan sebanyak 150 ml/kgBB. Kecukupan ini
biasanya sudah terpenuhi dari konsumsi ASI. Kecukupan air pada bayi lebih
besar daripada orang dewasa karena kehilangan air melalui kulit dan ginjal
pada bayi lebih besar. Kecukupan cairan pada bayi harus sangat diperhatikan
karena bayi biasanya rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan
kehilangan air, seperti diare, demam dan muntah-muntah.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat dibutuhkan
untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi secara
optimal. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan
ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih
sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terserang alergi, dan lebih jarang
sakit. Sebagai hasilnya, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pertumbuhan yang optimal dapat
dilihat dari penambahan berat badan, tinggi badan, ataupun lingkar kepala, sedangkan

7
perkembangan yang optimal dapat dilihat dari adanya peningkatan kemampuan
motorik, psikomotorik dan bahasa.
Pemberian ASI lebih menguntungkan dibandingkan susu formula atau Pengganti
Air Susu Ibu (PASI). Hal ini dikarenakan ASI mengandung zat gizi yang sesuai bagi
bayi. Nilai gizi yang dikandung dalam ASI berbeda dari hari ke hari, tergantung dari
fase menyusui atau usia bayi yang disusui. Beberapa jenis zat gizi yang terdapat
dalam ASI adalah sebagai berikut :
2.4 Defisiensi Gizi Bayi dan Dampak Kesehatan
Beberapa permasalahan gizi yang sering dialami oleh bayi diantaranya :
1. Gizi lebih dan dampaknya
Asupan zat gizi idealnya harus mengandung cukup bahan bakar (energi) dan
semua zat esensial sesuai kebutuhan sehari-hari. Pemberian makanan yang
mengandung energi berlebihan akan menimbulkan obesitas dan kegemukan,
sedangkan zat gizi esensial yang diberikan berlebihan untuk jangka waktu lama
akan menimbulkan penimbunan zat gizi tersebut dan dapat menjadi racun dalam
tubuh seperti hipervitaminosis A, hipervitaminosis D, dan hiperkalemi.
Kegemukan pada bayi akan membuat proses tumbuh kembangnya yang normal
terhambat oleh karena berat badan yang lebih. Bayi dengan berat badan lebih
akan terlihat pada catatan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan tiap bulan
saat menimbang.
2. Gizi kurang dan dampaknya
Gizi kurang diakibatkan beberapa hal, diantaranya :
a. Kekurangan Kalori Protein (KKP)
Istilah KEP, tanda dan gejala telah banyak dibahas dalam pokok
bahasan tentang protein. Penanggulangan KEP ringan dapat dilakukan dengan
cara meningkatkan kualitas asupan makanan anak dengan mengubah pola
makanan/menu yang dihidangkan sehari-hari. Hidangan yang disajikan sehari-
hari dapat berasal dari makanan pokok setempat, seperti beras, jagung,
singkong. Pemenuhan kebutuhan protein harus diutamakan dengan cara
menggunakan bahan makanan yang tinggi kandungan protein tapi tidak perlu

8
mahal harganya. Penanganan KEP berat peerlu mendapatkan perhatian khusus
karena penderita KEP berat biasanya sangat mudah terinfeksi, dan juga
mengalami defisiensi zat gizi lain. Tindakan yang paling utama adalah
menangani gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara
memberikan cairan intravena.
b. Kekurangan Vitamin A (Xerophthalmia)
ASI merupakan sumber vitamin A yang terbaik bagi bayi. Kekurangan
vitamin A diderita oleh 250 juta di seluruh dunia. Vitamin A sangat penting
untuk mempertahankan kesehatan dan pencegahan penyakit. Tanpa ASI, bayi
baru lahir memiliki cadangan vitamin A hanya untuk beberapa minggu saja.
Defisiensi vitamin A jarang terjadi pada bayi yang mendapat ASI. Meskipun
ibu mengalami kekurangan gizi, ASInya masih mengandung vitamin A yang
cukup untuk selama 6 bulan dengan ASI Eksklusif. Namun kadar vitamin A
dalam ASI tetap dipengaruhi oleh makanan ibu dan status gizi ibu. Apabila
ibu cukup mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin maka sampai
dengan usia 6 bulan kebutuhan gizi bayi termasuk vitamin A, akan tercukupi
dari ASI. Anak yang tidak memperoleh cukup vitamin A beresiko terkena
rabun senja. Gejala kekurangan vitamin A akan timbul apabila:
1. Pola makan yang tidak cukup mengandung vitamin dalam jangka
panjang.
2. Gangguan dalam penyerapan vitamin A atau provitamin A seperti
karena adanya penyakit pankreas, diare kronik, KEP.
3. Terdapat gangguan konversi provitamin A menjadi vitamin A, seperti
karena adanya gangguan pada fungsi kelenjar tiroid.
4. Kerusakan hati, seperti pada penderita kwasiorkhor, hepatitis kronik.
5. Kurang terbentuk Retinol Binding Protein (RBP) dan kurang
prealbumin pada penyakit Kwashiorkor dan penyakit lain.
Upaya penanggulangan tidak dapat benyak menolong apabila kekurangan
telah terjadi lama dan menyebabkan kerusakan mata yang parah. Seringkali
penderita bisa sembuh tapi biasanya meninggalkan kecatatan pada mata.

9
Upaya yang dilakukan adalah mengurangi gejala klinis terutama didaerah
yang memiliki prevalensi tinggi KVA. Pemerintah Indonesia memiliki
program pemberian kapsul vitamin A kepada balita sebanyak 2 kali dalam 1
tahun sebagai upaya pencegahan terhadap terjadinya kekurangan vitamin A
(xerophthalmia). Bentuk intervensi yang dilakukan untuk menanggulangi
KVA terdiri dari 3 bentuk, yaitu:
1. Pemberian vitamin A dosis tinggi diberikan satu kali kepada bayi usia
diatas 6 bulan.
2. Meningkatkan konsumsi vitamin A yang berasal dari asupan makanan.
Hal ini didukung oleh upaya pendidikan gizi kepada masyarakat agar
mengubah pola makan dalam keluarga.
3. Fortifikasi makanan yang digunakan sehari-hari.
c. Kekurangan Zat Besi (Anemia Gizi Besi)
Sampai usia 6 bulan, bayi masih memiliki cukup cadangan besi dari
ibu yang diberikan selama dalam kandungan, namun setelah usia 6 bulan
cadangan besi itu akan semakin menipis, sehingga diperlukan asupan besi
tambahan untuk mencegah kekurangan besi. Berdasarkan SKRT 1995, angka
kejadian anemia di Indonesia pada anak usia kurang dari 5 tahun adalah 40,5
%. Anemia dapat mengganggu perkembangan fisik dan mental anak.
Beberapa ciri anemia antara lain: pucat pada lidah, telapak tangan dan bibir
bagian dalam, sehingga menyebabkan bayi kelelahan dan kesulitan bernafas.
Anemia yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat merusak perkembangan
intelektual. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita anemia sering
mengalami BBLR dan anemia. Anemia pada bayi bisa juga diakibatkan
karena investasi cacing dan malaria. ASI mengandung sejumlah kecil (0.5–1
mg/L) besi, namun bayi yang mendapat ASI jarang menderita kekurangan
besi karena penyerapan zat besi yang ada dalam ASI paling tinggi
dibandingkan zat besi dalam makanan lain. Zat besi dalam infant formula
tidak diserap sebaik dalam ASI. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini

10
mengganggu penyerapan zat besi dalam ASI. Namun meskipun menderita
anemi, ibu tetap dapat memproduksi ASI yang cukup untuk bayi mereka.
d. Kekurangan Zat Yodium (Gondok Endemic)
Yodium sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental bayi. Apabila seorang bayi tidak memperoleh yodium
yang cukup, atau apabila ketika hamil ibu mengalami kekurangan yodium
maka anak akan lahir dengan menderita cacat mental, kurang kemampuan
dalam mendengar atau berbicara, atau akan terlambat perkembangan fisik dan
mentalnya.
2.5 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Gizi Bayi
Pola pemberian ASI yang tidak sesuai pada bayi yang berlangsung pada saat
tumbuh kembang merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan
pola pemberian asi yang tidak sesuai pada bayi. Beberapa faktor yang terjadi pada
tahapan dalam pemberian ASI yang tidak sesuai pada bayi:
a. Banyaknya anak yang tidak mendapatkan ASI ekslusif dikarenakan oleh
pemberian makanan lain selain ASI oleh orang tua sesaat setelah anak
lahir.
b. Adanya kepercayaan dan kebiasaan dari orang tua tentang memberikan kopi
dan madu pada anaknya sesaat setelah lahir.
c. Selain itu adanya kasus ASI yang tidak keluar pada hari pertama setelah
melahirkan sehingga terpaksa memberikan anaknya cairan lain seperti susu
formula sebagai pengganti ASI.
d. Banyak ibu-ibu yang terlalu cepat memberikan makanan pendamping ASI
kepada anaknya sehingga menggagalkan pemberian ASI ekslusif, hal ini
terjadi karena ketidak tahuan ibu mengenai umur yang tepat untuk
memberikan makanan pendamping ASI bagi anaknya.
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun
bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk menunjang
pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan zat
gizi dan antibodi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar

11
dipengaruhi oleh jumlah ASI yang diperoleh, termasuk energi dan zat gizi
lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain
dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan usia sampai sekitar enam bulan (Ramdha,
2014).
Pemberian ASI meningkatkan kecerdasan karena didalam ASI terkandung
nutrien-nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau
sedikit sekali terdapat pada susu sapi antara lain: Taurin yaitu suatu bentuk zat putih
telur yang hanya terdapat pada ASI, Laktosa merupakan hidrat arang utama dari
ASI yang hanya sedikit sekali terdapat dalam susu sapi, Asam Lemak ikatan
panjang (DHA, AA, Omega 3, Omega 6), merupakan asam lemak utama dari ASI
yang terdapat sedikit dalam susu sapi. ASI yang pada hari pertama terdapat
kolostrum (cairan kekuning-kuningan lebih kental) merupakan makanan bergizi
(nutrisi) mengandung zat anti infeksi penting bermanfaat membantu bayi melawan
infeksi dan penyakit (Ramdha, 2014).
Zat-zat anti infeksi dapat digolongkan dalam golongan spesifik dan non spesifik.
Responsi imunitas spesifik pada umumnya memerlukan kerja sama dengan zat non
spesifik untuk menyingkirkankuman atau virus dalam tubuh. Faktor-faktor proteksi
terdiri atas berbagai macam immunoglobulin, lisozim, laktoperoksidase, faktor
pertumbuhan laktobasilus, substansi antistreptokokus, laktoferin, makrofag dan
lemak. Menyusui dalam jangka panjang dapat memperpanjang jarak kelahiran
karena masa amenorhoe lebih panjang. UNICEF dan WHO membuat
rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya.
Sesudah umur 6 bulan, bayi baru dapat diberikan makanan pendamping ASI (MP-
ASI) dan ibu tetap memberikan ASI sampai anak berumur minimal 2 tahun.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan
para ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya.
Jadwal pemberian makanan tambahan bayi berdasarkan umur sebagai berikut:
a. Usia 0-4 bulan diberikan ASI saja.
b. Usia 4-5 bulan diberikan ASI dan bubur.
c. Usia 5-6 bulan diberikan ASI, bubur dan sayur.

12
d. Usia 6-7 bulan diberikan ASI, bubur, sayur dan buah.
e. Usia 7-8 bulan diberikan ASI, bubur, sayur, buah dan protein hewani.
f. Usia 8-9 bulan diberikan ASI, bubur, sayur, buah, protein hewani dan protein
nabati.
g. Usia 9-10 bulan diberikan selain makanan seperti diatas, bayi mulai
diperkenalkan pada makanan yang dapat menyebabkan alergi (alergenic food)
seperti: telur, daging dan ikan.
h. Usia 10-12 bulan, bayi mulai dilatih dengan memberi makanan seperti yang
dimakan oleh anggota keluarga lain (makanan keluarga).

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan
(janin), bayi sampai usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan merupakan
masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Gangguan gizi yang terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dapat
dipulihkan walaupun kebutuhan gizi pada masa selanjutnya terpenuhi. Masa tumbuh
kembang bayi dipengaruhi pola asuh terutama dalam hal pemberian ASI ekskusif.
Pemberian ASI meningkatkan kecerdasan karena didalam ASI terkandung nutrien-
nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi. Kandungan dalam ASI cukup
untuk memenuhi gizi bayi, kemudian dibantu dengan pemberian MP-ASI setelah bayi
berusia 6 bulan. Dengan pemberian ASI pada bayi akan meminimalisir terjadinya
masalah gizi pada bayi, baik itu gizi lebih maupun gizi kurang sehingga gangguan
kesehatan permanen pada daur kehidupan berikutnya bisa diatasi.

3.2

14
DAFTAR PUSTAKA

Stefani (2011) Hubungan Kejadian Penyakit Autistik pada Anak dengan Usia
Maternal dan Paternal di Kota Medan. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hayati, Aslis Wirda. 2008. BUKU SAKU GIZI BAYI. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
http://www.lkc.or.id/2013/10/02/kandungan-asi-yang-sempurna/ Diakses pada
Minggu, 31 Mei 2015 pukul 22.15 WIB.
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/ASI-dan-Ketahanan-
Pangan12.pdf Diakses pada Minggu, 31 Mei 2015 pukul 22.23 WIB.
Ramdha Z., Hadju V. dan Salam A. (2014) Gambaran Pemberian ASI Eksklusif dan
Kejadian KEP pada anak usia 6-23 bulan di Pulau Barrang Lompo Kota
Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.
Arisman M. Gizi dalam Daur Kehidupan 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai