1 PB PDF
1 PB PDF
Jurnal yang berjudul " Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi
Sosial pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila
Kabupaten Bone Bolango "
Oleh
FAHYUNI DEU
NIM :841 411 088
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Studi Ilmu Keperawatan
Jurnal yang berjudul ―Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemanipuan lnteraksi Sosial
pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila
Kabupaten Bone Bolango‖
Oleh
FAHYUNI DEU
NIM. 841 411 088
Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Hari/ Tanggal : Selasa, 07 Juli 2015
Waktu : 14.00 — 15.00 WITA
Penguji:
Boekoesoe M.Kes
590110 198603 2 003
ABSTRAK
Fahyuni Deu, 2015. Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi,
Program Studi Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,
Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Rini F. Zees, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan
Pembimbing II dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes.
Salah satu masalah kesehatan utama di kalangan lanjut usia adalah penurunan fungsi
kognitif. Menurunnya fungsi kognitif dan kemampuan fisik lansia akan mengakibatkan
lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar yang
menyebabkan interaksi sosial menurun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.
Desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi 200
responden, sampel penelitian berjumlah 30 responden menggunakan tehnik purposive
sampling, teknik analisa data menggunakan uji Chi Square.
Kesimpulan penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan
kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila
Kabupaten Bone Bolango dengan nilai (p value = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05).
Disarankan pihak puskesmas lebih memperhatikan pelayanan lansia dan memberikan
penyuluhan terhadap keluarga agar dapat memberikan dukungan pada lansia.
Fahyuni Deu, Rini F. Zees, S.Kep., Ns., M.Kep, dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo
Fahyunideu23@gmail.com
ABSTRAK
Fahyuni Deu, 2015. Hubungan Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi Sosial pada
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi,
Program Studi Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,
Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Rini F. Zees, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan
Pembimbing II dr. Sri A. Ibrahim, M.Kes.
Salah satu masalah kesehatan utama di kalangan lanjut usia adalah penurunan fungsi
kognitif. Menurunnya fungsi kognitif dan kemampuan fisik lansia akan mengakibatkan
lansia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar yang
menyebabkan interaksi sosial menurun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
hubungan fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango.
Desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi 200
responden, sampel penelitian berjumlah 30 responden menggunakan tehnik purposive
sampling, teknik analisa data menggunakan uji Chi Square.
Kesimpulan penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan
kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila
Kabupaten Bone Bolango dengan nilai (p value = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05).
Disarankan pihak puskesmas lebih memperhatikan pelayanan lansia dan memberikan
penyuluhan terhadap keluarga agar dapat memberikan dukungan pada lansia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kabila Kabupaten Bone
Bolango dan waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 18-22 Mei 2015. Menggunakan
metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional.
Dalam penelitian ini variabel independen (bebas) adalah fungsi kognitif. Dan
variabel dependen (terikat) adalah interaksi sosial.
1
Wreksoatmodjo, B. R. (2014). Pengaruh Social Engagement terhadap Fungsi Kognitif
Lanjut Usia di Jakarta. 41 (3) : 171-172.
2
Novita Sari, R. (2012). Hubungan Bentuk Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup pada
Lansia. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
3
Ahmadi, A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien lansia umur ≥ 60 tahun yang datang
berkunjung/berobat di Puskesmas Kabila dan tercatat di buku register di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kabila pada bulan Januari sampai dengan April 2015 sebanyak 200
jiwa. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel purpossive sampling maka
diperoleh sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden.
KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Karakteristik responden berdasarkan umur
No Umur (Tahun) Jumlah %
1. Elderly (60-74) 22 73,3
2. Old (75-90) 8 26,7
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2015
Hasil Penelitian menunjukkan dari 30 responden, yang berumur 60-74 (elderly) 22
orang (73,3%) dan responden yang berumur 75-90 (old) 8 orang (26,7%).
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah %
1. Perempuan 21 70
2. Laki-laki 9 30
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2015
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, berjenis kelamin perempuan 21
orang (70%) dan berjenis kelamin laki-laki 9 orang (30%). Hal ini menunjukkan bahwa
responden yang mengalami penurunan fungsi kognitif sebagian besar berjenis kelamin
perempuan.
3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
No Pendidikan Jumlah %
1. SD 15 50
2. SMP 9 30
3. SMA 6 20
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2015
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, yang berpendidikan SD 15 orang
(50%), SMP 9 orang (30%), dan SMA 6 orang (20%).
HASIL PENELITIAN
1. Fungsi kognitif pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila
No Fungsi Kognitif Jumlah %
1. Normal 13 43,3
2. Gangguan Kognitif 17 56,7
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2015
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, yang mengalami fungsi kognitif
normal 13 orang (43,3%) dan yang mengalami gangguan kognitif 17 orang (56,7).
2. Interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila
No Interaksi Sosial Jumlah %
1. Baik 15 50
2. Kurang 15 50
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2015
Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, yang mengalami interaksi sosial
baik 15 orang (50%) dan yang mengalami interaksi sosial kurang 15 orang (50%).
3. Hubungan fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah
kerja Puskesmas Kabila
Interaksi Sosial
Jumlah P
Fungsi Kognitif Baik Kurang Value
n % n % n %
Normal 13 86,7 0 0 13 43,3
Gangguan Kognitif 2 13,3 15 100 17 56,7 0,000
Jumlah 15 100 15 100 30 100
Sumber : Data Primer 2015
Dari hasil analisa data menunjukkan bahwa dari 30 responden, yang mempunyai
fungsi kognitif normal berjumlah 13 responden (43,3%), dengan kemampuan interaksi
sosial baik berjumlah 13 reponden (86,7%) dan kemampuan interaksi sosial kurang
berjumlah 0 reponden (0%). Sedangkan yang mempunyai gangguan kognitif berjumlah 17
responden (56,7%), dengan kemampuan interaksi sosial baik berjumlah 2 reponden
(13,3%) dan kemampuan interaksi sosial kurang berjumlah 15 reponden (100%).
Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi square diperoleh p
value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari (α = 0,05) dengan demikian dapat dikatakan
bahwa ada hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada
lansia.
PEMBAHASAN
1. Fungsi kognitif pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami fungsi kognitif
normal sejumlah 13 orang (43,3%) dan yang mengalami gangguan fungsi kognitif
sejumlah 17 orang (56,7%). Kemampuan kognitif terus berkembang selama masa muda,
tetapi tidak semua perubahan kognitif pada masa dewasa mengarah pada peningkatan
potensi. Bahkan kadang-kadang beberapa kemampuan kognitif mengalami kemerosotan
seiring dengan pertambahan usia. Meskipun demikian, sejumlah ahli berpendapat bahwa,
kemunduran keterampilan kognitif yang terjadi terutama pada masa dewasa akhir, dapat
ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan (Desmita, 2010).4
Penelitian yang dilakukan oleh (Yuniati dkk, 2004),5 menjelaskan bahwa faktor-
faktor yang berhubungan dengan keluhan subyektif gangguan kognitif pada lansia antara
lain adalah faktor umur, kesulitan merawat diri, perasaan sedih, rendah diri dan tertekan,
kesulitan melaksanakan fungsi sosial, pendidikan, status perkawinan dan faktor konsumsi
buah dan sayur. Berdasarkan hal di atas peneliti berasumsi bahwa tinggi rendahnya nilai
fungsi kognitif dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif, antara
lain umur, jenis kelamin, dan pendidikan. Faktor umur sangat berpengaruh terhadap fungsi
kognitif pada lansia, karena lansia cenderung sulit untuk mengingat hal-hal yang baru atau
hal-hal yang lama karena lansia tidak termotivasi untuk mengingat sesuatu. Hal ini di
buktikan dengan 22 orang (73,3%) lansia berumur 60-74 tahun (elderly) dan 8 orang
(26,7%) lansia berumur 75-90 tahun (old).
Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia. Perempuan
cenderung mempunyai resiko lebih besar terjadinya gangguan kognitif dibandingkan laki-
4
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
5
Yuniati, F. & Riza, M. (2004). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kesulitan
Mengingat dan Konsentrasi pada Usia Lanjut di Indonesia Tahun 2004. Jurnal.
Pembangunan Manusia
laki, hal ini disebabkan karena adanya penurunan hormon estrogen pada perempuan
monopouse, sehingga meningkatkan resiko penyakit neuro degeneratif, karena hormon ini
diketahui memegang peranan penting dalam memelihara fungsi otak. Hal ini dibuktikan
dengan 21 orang (70%) lansia berjenis kelamin perempuan dan 9 orang (30%) lansia
berjenis kelamin laki-laki. Demikian dengan pendidikan sangat berpengaruh terhadap
fungsi kognitif pada lansia, karena tingkat pendidikan yang tinggi mempunyai resiko lebih
rendah terjadinya penurunan fungsi kognitif karena dengan proses pendidikan yang
berjalan terus menerus seseorang akan cenderung mempunyai kemampuan dalam uji fungsi
kognitif. Dibuktikan dengan 15 orang (50%) lansia berpendidikan SD, 9 orang (30%)
lansia berpendidikan SMP, dan 6 orang (20%) berpendidikan SMA.
2. Interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mengalami interaksi sosial
yang baik sejumlah 15 orang (50%) dan yang mengalami interaksi sosial yang kurang
sejumlah 15 orang (50%). Pada masa tua, individu mulai menarik diri dari masyarakat,
sehingga memungkinkan individu untuk menyimpan lebih banyak aktivitas-aktivitas yang
berfokus pada dirinya dalam memenuhi kestabilan pada stadium ini (Tamher dkk, 2009). 6
Penelitian yang dilakukan oleh (Nyumirah, 2012),7 menjelaskan bahwa lansia yang
sebelum dilakukan terapi perilaku kognitif mengalami penurunan kemampuan interaksi
sosial yang menyebabkan pikiran, perasaan dan perilaku negatif sehingga lansia malas
melakukan interaksi dengan orang lain, malas melakukan aktivitas, merasa tidak berguna,
sehingga menyebabkan lansia suka menyendiri, diam dan jarang berkomunikasi dengan
orang lain.
Peneliti berasumsi bahwa berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga atau orang
terdekat dari responden, interaksi sosial lansia yang kurang tersebut dipengaruhi oleh sikap
lansia yang tinggal di wilayah kerja puskesmas kabila yang hampir sebagian besar
mempunyai sikap tertutup, jarang berkomunikasi dengan orang lain yang menyebabkan
lansia kurang bergaul dengan teman-teman atau tetangga. Hal ini dipengaruhi oleh sikap
lansia yang sudah tidak melibatkan diri dari kegiatan sosial, karena mereka menganggap
sudah tidak cocok dengan kebutuhan mereka.
3. Hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial pada lansia di
wilayah kerja Puskesmas kabila
Hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial menunjukkan
bahwa responden yang mengalami fungsi kognitif normal dengan kemampuan interaksi
sosial baik sebanyak 13 responden (86,7%) dan responden yang mengalami gangguan
fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial kurang yaitu sejumlah 15 responden
(100%). Seseorang yang berpartisipasi secara aktif dalam berinteraksi sosial dengan baik
kontak mata dan mempunyai keterikatan emosional dengan teman dekat atau ikut serta
dalam memberikan respon terhadap suatu situasi yang santai akan mempunyai fungsi
kognitif yang baik. Sedangkan seseorang yang tidak mau berinteraksi dengan baik dan
tidak mampu beradaptasi dengan perubahan sosial akan menimbulkan reaksi stress dimulai
6
Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
7
Nyumirah, S. (2012). Pengaruh Terapi Prilaku Kognitif Terhadap Kemampuan Interaksi
Sosial Klien Isolasi Sosial di RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Tesis.
Universitas Indonesia.
dengan meningkatkannya produksi glukocorticoid dan ini berpengaruh terhadap
hipotalamus dan secara perlahan akan mempengaruhi fungsi kognitifnya (Hesti, dkk,
2008).8
Penelitian yang dilakukan oleh (Rosita, 2012),9 menjelaskan bahwa fungsi kognitif
berpengaruh secara langsung terhadap kemampuan interaksi sosial pada lansia yang tinggal
di kelurahan Mandan wilayah kerja Puskesmas Sukoharjo. Hal ini dapat diketahui bahwa
semakin tinggi nilai fungsi kognitif pada lansia menjadi acuan dalam meningkatnya
kemampuan interaksi sosial pada lansia atau sebaliknya.
Pada penelitian ini responden yang mengalami gangguan fungsi kognitif tetapi
mempunyai kemampuan interaksi sosial yang baik sebanyak 2 responden (13,3%), hal ini
disebabkan karena responden merasa dirinya masih kurang pengetahuan sehingga
responden berusaha untuk mencari tambahan pengetahuan dengan cara berinteraksi sosial,
baik yang dengan orang yang sudah dikenal atau belum dikenal sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi kognitif berpengaruh secara
langsung terhadap kemampuan interaksi sosial pada lansia yang tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Kabila. Hal ini dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai fungsi
kognitif pada lansia menjadi acuan dalam meningkatnya kemampuan interaksi sosial pada
lansia atau sebaliknya. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan uji statistik chi square
diperoleh p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ada hubungan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi sosial
pada lansia.
SIMPULAN
1. Fungsi kognitif pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila yang
mengalami fungsi kognitif normal sebanyak 13 orang (43,3%) dan yang mengalami
gangguan fungsi kognitif sebanyak 17 orang (56,7 %).
2. Kemampuan interaksi sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila
yang mempunyai interaksi sosial dalam kategori baik sebanyak 15 orang (50%) dan
yang mempunyai interaksi sosial dalam kategori kurang sebanyak 15 orang (50%).
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan kemampuan interaksi
sosial pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kabila dimana diperoleh p
value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05.
SARAN
1. Bagi Manajemen Puskesmas
Lebih memperhatikan pelayanan lansia dan memberikan penyuluhan terhadap keluarga
agar dapat memberikan dukungan pada lansia.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Perawat bisa memahami pengkajian kemampuan kognitif pada lansia dan lebih
8
Hesti, dkk. (2008). Pengaruh Gangguan Kognitif Terhadap Gangguan Keseimbangan
Pada Lanjut Usia. Artikel Penelitian. 3 (25): 26-31
9
Rosita, M. D. (2012). Hubungan Antara Fungsi Kognitif dengan Kemampuan Interaksi
Sosial pada Lansia di Kelurahan Mandan Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.
Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
memperhatikan kondisi lansia khususnya dalam hal mengingat. Dengan cara melakukan
senam otak terhadap lansia.
3. Bagi Responden
Diharapkan bagi responden untuk tetap mau melatih ingatannya dengan cara melakukan
senam otak agar kemampuan fungsi kognitifnya dapat meningkat.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian yang berusia kurang dari 60 tahun pada fungsi kognitif
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pembanding dengan fungsi kognitif pada lansia
yang berusia 60 tahun atau lebih.
Daftar Pustaka
Ahmadi, A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Dayamaes, R. (2013). Gambaran Fungsi Kognitif Klien Usia Lanjut Di Posbindu Rosella
Legoso Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Timur Tangerang Selatan. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Maryam, R. S, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Geriatrik Merawat Lansia dengan Cinta dan Kasih
Sayang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Novita Sari, R. (2012). Hubungan Bentuk Interaksi Sosial dengan Kualitas Hidup pada
Lansia. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Nurjanah, F. (2012). Gambaran Status Kognitif Lanjut Usia Menurut Jenis Pekerjaan di
Wilayah Puskesmas Masaran II. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Selatan: Salemba
Medika.
Rantepadang, A. (2012). Interaksi Sosial dan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Lansot
Kecamatan Tomohon Selatan. 1 (1) : 62-63.
Rohana, S. (2011). Senam Vitalisasi Otak lebih Meningkatkan Fungsi Kognitif Kelompok
Lansia daripada Senam Lansia di Balai Perlindungan Sosial Propinsi Banten. 11
(1) : 16-17
Sanjaya, A. (2012). Hubungan Interaksi Sosial Lansia dengan Kesepian Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Balita Wilayah Binjai dan Medan. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Setiadi. (2013). Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (edisi 2). Yogyakarta:
Graha Ilmu
Setiawan, R. A. (2014). Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Demensia
di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta. Skripsi. Stikes Kusuma Husada.
Stanley, M. & Beare, P.G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (edisi 2). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tamher, S. & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika