Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI DAN KIMIA KLINIK

PRAKTIKUM II : FUNGSI GINJAL

Hari, Tanggal Praktikum: Sabtu, 8 Juni 2019


Kelas: A2A
Golongan: II
Kelompok: IV
Sindy Astika Damayanti (171200159)

Dosen Pengampu : I Gusti Putu Agus Ferry Sutrisna Putra, STT., M.Si
IK. Putra Juliantara, S.Pd., M. Si
I Wayan Tanjung Aryasa, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS


INSTITUT ILMU KESEHATAN MEDIKA PERSADA BALI
DENPASAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Untuk penentuan kunatitatif dari nitrogen urea pada serum. Hanya untuk
diagnosis secara in vitro
2. Untuk penentuan kuantitatif dari kreatinin pada serum dan urine

1.2 Prinsip Praktikum


1. Urease
Urea + H2O 2 NH2 + CO2
GD
2 NHO4 + 2--Ketoglutarate + 2 NADH 2 L-glutamate + 2NAD+ +
2 H2O
Urea dihidrolisis oleh urease untuk menghasilkan ammonia dan karbon
dioksida. Amonia yang bebas akan bereaksi dengan  ketoglutarate dan
NADH untuk mengasilkan glutamate.
2. Alkali medium
Creatinin + Sodium Picrate Creatinine-picrate kompleks
(Kuning-Orange)
Kreatinin akan bereaksi dengan asam pikrat pada kondisi basa untuk
membentuk suatu kompleks berwarna yang akan menyerap dengan panjang
gelombang 510 nm. Terjadinya pembentukan warna sebanding dengan kadar
kreatinin didalam sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Anatomi Ginjal


Ginjal adalah organ retroperitoneal yang terletak di bagian belakang organ
retroperitoneal Ginjal berwarna coklat kemerahan dan berada di sisi kanan dan kiri
kolumna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3. Posisi kedua ginjal
berbeda, ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya
organ hati yang besar. Masing-masing ginjal memiliki fasies anterior, fasies inferior,
margo lateralis, margo medialis, ekstremitas superior dan ekstremitas inferior
(VitaHealth. 2007)
Bagian luar ginjal dilapisi oleh capsula fibrosa, capsula adiposa, fasia renalis dan
corpus adiposum pararenal. Masing masing ginjal memiliki bagian yang berwarna
coklat gelap di bagian luar yang disebut korteks dan medulla renalis di bagian dalam
yang berwarna coklat lebih terang. Medulla renalis terdiri dari kira-kira 12 piramis
renalis yang masing- masing memiliki papilla renalis di bagian apeksnya. Di antara
piramis renalis terdapat kolumna renalis yang memisahkan setiap piramis renalis
(VitaHealth. 2007)

2.2 Fisiologi Ginjal


Didalam ginjal manusia terdapat organ yang bernama neforn, yang jumlahnya
sekitar satu juta nefron yang masing- masing dari nefron tersebut memiliki tugas untuk
membentuk urin. Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru, oleh sebab itu, pada
trauma, penyakit ginjal, atau penuaan ginjal normal akan terjadi penurunan jumlah
nefron secara bertahap. Setelah usia 40 tahun, jumlah nefron biasanya menurun setiap
10 tahun. Berkurangnya fungsi ini seharusnya tidak mengancam jiwa karena adanya
proses adaptif tubuh terhadap penurunan fungsi faal ginjal (VitaHealth. 2007)
Didalam proses pembentukan urin terjadi tiga tahapan yang terjadi didalam
ginjal yaitu filtrasi glomerulus reabsorbsi tubulus, dan sekresi tubulus. Filtrasi dimulai
pada saat darah mengalir melalui glomerulus sehingga terjadi filtrasi plasma bebas-
protein menembus kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Proses ini dikenal sebagai
filtrasi glomerulus yang merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin. Setiap
hari terbentuk ratarata 180 liter filtrat glomerulus. Dengan menganggap bahwa volume
plasma rata-rata pada orang dewasa adalah 2,75 liter, hal ini berarti seluruh volume
plasma tersebut difiltrasi sekitar enam puluh lima kali oleh ginjal setiap harinya.
Apabila semua yang difiltrasi menjadi urin, volume plasma total akan habis melalui urin
dalam waktu setengah jam. Namun, hal itu tidak terjadi karena adanya tubulus-tubulus
ginjal yang dapat mereabsorpsi kembali zat-zat yang masih dapat dipergunakan oleh
tubuh. Perpindahan zat-zat dari bagian dalam tubulus ke dalam plasma kapiler
peritubulus ini disebut sebagai reabsorpsi tubulus. Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar
dari tubuh melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan
kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180 liter plasma yang difiltrasi
setiap hari, 178,5 liter diserap kembali, dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir melalui
pelvis renalis dan keluar sebagai urin. Secara umum, zat-zat yang masih diperlukan
tubuh akan direabsorpsi kembali sedangkan yang sudah tidak diperlukan akan tetap
bersama urin untuk dikeluarkan dari tubuh.
Proses ketiga adalah sekresi tubulus yang mengacu pada perpindahan selektif
zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke lumen tubulus. Sekresi tubulus merupakan rute
kedua bagi zat-zat dalam darah untuk masuk ke dalam tubulus ginjal. Cara pertama
adalah dengan filtrasi glomerulus dimana hanya 20% dari plasma yang mengalir
melewati kapsula Bowman, sisanya terus mengalir melalui arteriol eferen ke dalam
kapiler peritubulus. Beberapa zat, mungkin secara diskriminatif dipindahkan dari
plasma ke lumen tubulus melalui mekanisme sekresi tubulus. Melalui 3 proses dasar
ginjal tersebut, terkumpullah urin yang siap untuk diekskresi (VitaHealth. 2007)

2.3 Urea
Urea merupakan hasil dari metabolisme protein didalam tubuh. Urea akan
dihidrolisis didalam air dengan bantuan urease sehingga dapat menghasilkan ammonia
dan karbon dioksida (Satriana, 2008). Urea merupakan produk akhir dari metabolisme
protein yang terbentuk di hati yang akan dilepaskan kedalam darah dan dibawa ke
ginjal. Ginjal akan menyaring urea yang ada didalam darah untuk dikeluarkan melalui
urine. Normalnya, urea akan tetap berada didalam darah dalam jumlah yang kecil, tetapi
stabil. Pemeriksaan urea dilakukan ketika seseorang memiliki tanda dan gejala yang
mungkin disebabkan oleh penyakit ginjal atau memiliki kondisi yang dapat
menyebabkan memburuknya fungsi dari ginjal (Prodia). Kadar normal dari urea
didalam darah adalah pada rentang 10-50 mg/dL.

2.4 Kreatinin
Kreatinin merupakan suatu produk akhir dari metabolisme keratin fosfat yang
terjadi didalam otot dan akan dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang kosntan serts
diekskresikan kesalam urine dengan kecepatan yang sama (Satriana, 2008). Kreatinin
dapat disintesis didalam liver dalam jumlah yang sama dan dapat mengalami proses
fosforilasi di otot menjadi fosfokreatin. Terjadinya peningkatan pada kadar kreatinin
didalam darah menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal khususnya karena
gangguan filtrasi glomerulus (seperti nekrosis tubulus akut) (Kaloko, 2008).
Jika terjadi kerusakan ginjal, maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan
pada kadar kreatninin. Tetapi, peningkatan kreatinin yang terjadi belum tentu
menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Peningkatan kreatinin yang terjadi bisa
disebabkan karena massa otot, makanan, ras, jenis kelamin, usia dan konsumsi obat-
obatan yang mempengaruhi sekresi dari kreatinin. Nilai normal dari kreatinin didalam
darah untuk pria adalah 0.75-1.3 mg/dL dan untuk wanita 0.6-1.1 mg/dL (Prodia).
BAB III
ALAT DAN BAHAN

3.1 Penetapan Kadar Kreatinin


Alat : Bahan :
 Tabungreaksi  Serum
 Mikropipet  Reagent 1
 Tissue  Reagent 2
 Kuvet  Aquadest
 Spektrofotometer  LarutanStandar
 Beaker glass
 Yellow tip dan blue tip
 Timer/Stopwatch
 Water bath

3.2 Penetapan Kadar Ureum


Alat : Bahan :
 Tabungreaksi  Serum
 Mikropipet  Reagent 1 (Urease, GLDH, 2-
 Tissue oxoglutarate)
 Kuvet  Reagent 2 (NADH)
 Spektrofotometer  Aquadest
 Beaker glass  LarutanStandar
 Yellow tip dan blue tip
 Timer/Stopwatch
 Water bath
BAB IV
CARA KERJA

4.1. Larutan Standar Urea

Dibuat larutan standar sebanyak 2 (1 untuk yang tidak diinkubasi dan 1 lagi
untuk yang diinkubasi)

Siapkan untuk masing-masing tabung reagen 1 sebanyak 800 µL

Ditambahkan untuk masing-masing tabung standar sebanyak 10 µL

Ditambahkan untuk masing-masing tabung reagen 2 sebanyak 200 µL


Tabung 1 ditunggu hingga 30 detik lalu dibaca di spektrofotometer

Tabung 2 dipanaskan dulu dengan water bath pada suhu 370C, lalu tunggu
selama 60 detik lalu dibaca di spektrofotometer

4.2. Larutan Sampel Urea

Dibuat larutan sampel sebanyak 2 (1 untuk yang tidak diinkubasi dan 1 lagi
untuk yang diinkubasi)

Siapkan untuk masing-masing tabung reagen 1 sebanyak 800 µL

Ditambahkan untuk masing-masing tabung sampel sebanyak 10 µL

Ditambahkan untuk masing-masing tabung reagen 2 sebanyak 200 µL


Tabung 1 ditunggu hingga 30 detik lalu dibaca di spektrofotometer

Tabung 2 dipanaskan dulu dengan water bath pada suhu 370C, lalu tunggu
selama 60 detik lalu dibaca di spektrofotometer

4.3. Larutan Standar Kreatinin

Dibuat larutan standar sebanyak 2 (1 untuk yang tidak diinkubasi dan 1 lagi
untuk yang diinkubasi)

Siapkan untuk masing-masing tabung reagen 1 sebanyak 500 µL

Ditambahkan untuk masing-masing tabung reagen 2 sebanyak 500 µL

Ditambahkan untuk masing-masing tabung standar sebanyak 100 µL


Tabung 1 dipanaskan dengan water bath pada suhu 370Clalu ditunggu
hingga 60 detik lalu dibaca di spektrofotometer

Tabung 2 dipanaskan dulu dengan water bath pada suhu 370C, lalu tunggu
selama 120 detik lalu dibaca di spektrofotometer

4.4. Larutan Sampel Kreatinin

Dibuat larutan sampel sebanyak 2 (1 untuk yang tidak diinkubasi dan 1 lagi
untuk yang diinkubasi)

Siapkan untuk masing-masing tabung reagen 1 sebanyak 500 µL

Ditambahkan untuk masing-masing tabung reagen 2 sebanyak 500 µL

Ditambahkan untuk masing-masing tabung sampel sebanyak 100 µL


Tabung 1 dipanaskan dengan water bath pada suhu 370C lalu ditunggu
hingga 60 detik lalu dibaca di spektrofotometer

Tabung 2 dipanaskan dulu dengan water bath pada suhu 370C, lalu tunggu
selama 120 detik lalu dibaca di spektrofotometer
BAB V
HASIL PRAKTIKUM

5.1 Hasil Praktikum Urea


a. Tidak dipanaskan
Tabung 1
Blanko 0.000
Standar 1 1.233
Sampel 1 Lea 1.259

b. Dipanaskan (370C)
Tabung 2
Blanko 0.000
Standar 2 0.901
Sampel 2 Lea 1.042

c. Perhitungan
1. Abs Standar = 1.233 - 0.901
= 0.332
2. Abs Sampel = 1.259 - 1.042
= 0.217

3. Urea =

=
= 32.68 mg/dl

5.2 Hasil Praktikum Kreatinin


a. Setelah dipanaskan selama 60 detik
Tabung 1
Blanko 0
Standar 1 1.426
Sampel 1 Lea 0.122

b. Setelah dipanaskan selama 120 detik


Tabung 2
Blanko 0
Standar 2 1.912
Sampel 2 Lea 0.181

c. Perhitungan
1. Abs Standar = 1.912 - 1.426
= 486
2. Abs Sampel = 0.181 - 0.122
= 0.059

4. Kreatinin =

=
= 0,24 mg/dl

BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Urea
Pada praktikum yang dilakukan, sampel darah yang dipakai adalah sampel D
(sampel yang digunakan adalah serum darah) dan dibuat larutan standar sebanyak dua
dan dibuat larutan sampel sebanyak dua. Masing-masing larutan standar dan sampel
dibuat oleh orang yang berbeda. Dibuat dengan orang yang berbeda adalah untuk
mengetahui apakah hasil yang didapatkan sama ataukah berbeda. Total larutan yang
dibuat adalah sebanyak 5, yang terdiri dari 1 larutan blanko, 2 larutan standar dan 2
larutan sampel. Pada saat praktikum, larutan standar 1 dan sampel 1 tidak perlu
dipanaskan menggunakan water bath, tetapi larutan ditunggu selama 30 detik.
Sedangkan, untuk larutan standar 2 dan sampel 2 dipanaskan menggunakan water bath
pada suhu 370C, lalu larutan akan ditunggu selama 60 detik baru kemudian akan dibaca
dengan menggunakan spektrofotometer. Larutan blanko merupakan larutan yang
digunakan sebagai kontrol atau sebagai nilai transmittan sebanyak 100% (Rizkiany,
2011). Larutan blanko yang digunakan dalam praktikum adalah aquadest. Sedangkan
larutan standar merupakan larutan yang mendapatkan perlakuan yang sama dengan
analit dan mengandung komponen analit dengan konsentrasi yang sudah diketahui
(Rizkiany, 2011). Untuk larutan standar yang digunakan dalam praktikum
menggunakan campuran reagen 1 sebanyak 800 µl dengan reagen 2 sebanyak 200 µl,
lalu dicampur dengan larutan standar 10 µl. Larutan sampel merupakan larutan yang
akan digunakan untuk mengecek kadar urea didalam darah. Lautan sampel yang
digunakan pada praktikum adalah campuran antara reagen 1 sebanyak 800 µl dengan
reagen 2 sebanyak 200 µl dan dicampurkan dengan sampel sebanyak 10 µl.
Percobaan penentuan kadar urea didalam darah menggunakan metode
spektrofotometri dimana metode ini memiliki prinsip menggnakan cahaya untuk
mengetahui kadar urea didalam darah. Terdapat dua cahaya yang ada pada
spektrofotometri, yaitu cahaya absorban dan cahaya transmittan. Cahaya absorban
merupakan cahaya yang tidak bergerak atau diam pada kuvet yang sudah mengandung
sampel yang akan dicek kadar ureanya. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan
akan dinyatakan dalam suatu nilai yang disebut nilai absorbansi karena nilai absorbansi
memiliki hubungan dengan konsentrasi didalam sampel (Rizkiany, 2011). Cahaya
transmittan merupakan cahaya yang bergerak atau melewati kuvet yang sudah
mengandung sampel. Konsentrasi urea yang ada didalam darah memiliki nilai yang
sama dengan cahaya yang diam, maka perhitungan untuk konsentrasi urea dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil praktikum yang sudah didapatkan, maka dihasilkan nilai


larutan blanko adalah 0, nilai larutan standar 1 (yang tidak dipanaskan dengan
menggunakan water bath) adalah 1.233 dan nilai larutan sampel 1 adalah 2.359.
Sedangkan untuk nilai larutan standar 2 (yang dipanaskan dengan menggunakan water
bath pada suhu 370C) adalah 0,901 dan nilai larutan sampel 2 adalah 1.042. Sehingga,
berdasarkan data diatas kadar urea didalam darah didapatkan hasil sebesar 32,68 mg/dL.
Nilai normal urea berada pada rentang 10-50 mg/dL. Nilai urea yang didapatkan pada
saat praktikum berada dalam rentang nilai normal. Seharusnya, nilai larutan standar dan
sampel yang dipanaskan dengan water bath pada suhu 37 0C memiliki nilai yang lebih
kecil dibandingkan dengan yang tidak dipanaskan. Hal tersebut dikarenakan larutan
akan menguap pada saat dipanaskan sehingga nilai yang dihasilan akan lebih kecil
dibandingkan dengan larutan yang tidak dipanaskan. Nilai standar yang didapatkan
berada diatas 0. Seharusnya nilai standar berada pada rentang 0 dan tidak boleh
melebihi 0. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Faktor pemipetan sampel
Pemipetan sampel termasuk kedalam faktor yang dapat mempengaruhi hasil
karena penekanan mikropiper pada masing-masing orang berbeda, Hal
tersebut juga yang dapat mempengaruhi hasil dari pemeriksaan sampel.
2. Kuvet
Kuvet yang digunakan merupakan kuvet kwarsa yang sudah pernah
digunakan sebelumnya. Syarat-syarat kuvet yang baik untuk mendapatkan
hasil yang baik adalah kuvet yang digunakan tidak boleh terdapat gorsan
agar cahaya yang masuk kedalah kuvet tidak mengalami pemantulan cahaya
sehingga akan didapatkan hasil yang tepat dan akurat. Karena kuvet yang
digunakan pada praktikum kali ini sudah pernah digunakan sebelumnya,
maka kemungkinan untuk teradpatnya gorasan pada kuvet juga menjadi
semakin besar, sehingga cahaya yang masuk kedalam kuvet menjadi tidak
maksimal sehingga kadar urea didalam darah yang didapatkan juga akan
berbeda.
3. Waktu pendiaman sampel dalam waktu tertentu
Pada prosedur kerja, larutan sampel dan standar yang tidak dipanaskan
didiamkan selama 30 detik. Pada saat praktikum, waktu pendiaman larutan
standar dan sampel lebih dari 30 detik. Hal tersebut dikarenakan proses
pembuatan larutan standar dan sampel membutuhkan waktu yang lama
sehingga larutan sampel dan standar yang sudah dibuat akan didiamkan
dalam waktu yang lama sehingga dapat mempengaruhi hasil dari kadar urea
didalam darah.
4. Pemanasan larutan standar dam sampel pada water bath
Waktu pemanasan larutan standar dan sampel pada water bath juga dapat
mempengaruhi hasil dari pemeriksaan urea didalam darah. Pada saat
praktikum, waktu pemanasan kurang pas yang diakibatkan karena waktu
pemanasan larutan standar dengan sampel tidak dilakukan secara bersamaan.
Hal tersebut mengakibatkan tidak tepatnya waktu pemanasan pada larutan
standar dan sampel sehingga hasil yang didapatkan juga kurang akurat.
5. Spektrofotometer
Pada praktikum, spektrofotometer yang digunakan diletakkan diatas meja
kayu dan disampingnya terdapat incubator. Hal tersebut juga dapat
mempengaruhi kualitas dari uji spektrofotometer. Spektrofotometer
merupakan alat yang sebaiknya ditempatkan diatas meja beton agar hasil
yang didapatkan menjadi lebih stabil. Jika ditaruh diatas meja kayu, cahaya
yang dikeluarkan oleh spektrofotometer dapat terganggu jika adanya getaran
pada meja tersebut, sehingga pemeriksaan yang dilakukan juga menjadi tidak
maksimal.

6.2 Kreatinin
Pada praktikum yang dilaukan, sampel darah yang dipakai adalah sampel D
(sampel yang digunakan adalah serum darah). Total larutan yang dibuat ada sebanyak 5
yang terdiri dari 1 larutan blanko, 2 larutan standar dan 2 larutan sampel. Masing-
masing larutan standar dan sampel dibuat oleh orang yang berbeda. Dibuat dengan
orang yang berbeda adalah untuk mengetahui apakah hasil yang didapatkan sama
ataukah berbeda. Pada saat praktikum, semua larutan standar dan sampel dipanaskan
pada water bath pada suhu 370C. Tetapi, pada larutan standar 1 dan sampel 1
dipanaskan selama 60 detik lalu dibaca pada spektrofotometer. Sedangkan pada larutan
standar 2 dan sampel 2 dipanaskan selama 120 detik lalu dibaca pada spektrofotometer.
Larutan blanko merupakan larutan yang dapat digunakan sebagai kontrol atau yang
digunakan sebagai nilai transmittan sebanyak 100% (Rizkiany, 2011). Larutan blanko
yang digunakan pada saat praktikum adalah aquadest. Larutan standar merupakan
larutan yang mendapatkan perlakuan yang sama dengan analit dan mengandung
komponen analit dengan konsentrasi yang sudah diketahui (Rizkiany, 2011). Larutan
standar yang digunakan pada saat praktikum menggunakan campuran reagen 1
sebanyak 500 µl dengan reagen 2 sebanyak 500 µl lalu dicampur dengan larutan standar
sebanyak 100 µl. Untuk larutan sampel menggunakan campuran reagen 1 sebanyak 500
µl dengan reagen 2 sebanyak 500 µl lalu dicampur dengan larutan sampel sebanyak 100
µl.
Percobaan penentuan kadar kreatinin didalam darah menggunakan metode
spektrofotometri dimana metode ini meggunakan prinsip cahaya untuk mengetahui
kadar kreatinin didalam darah. Pada spektrofotometer terdapat 2 cahaya, yaitu cahaya
absorban dan cahaya transmittan. Cahaya absorban merupakan cahaya yang tidak
bergerak atau diam pada kuvet yang sudah berisikan sampel yang akan dicek kadar
kreatininnya. Nilai yang didapatkan dari cahaya yang dikeluarkan akan diteruskan dan
dinyatakan dalam suatu nilai yang disebut nilai absorbansi karena nilai absorbansi
memiliki hubungan dengan konsentrasi didalam sampel (Rizkiany, 2011). Cahaya
transmittan merupakan cahaya yang bergerat atau cahaya yang melewati kuvet yang
berisikan sampel. Konsentrasi kreatinin yang ada didalam darah memiliki nilai yang
sama dengan cahaya yang diam, maka perhitungan untuk konsentrasi urea dapat
dirumuskan sevagai berikut:
Berdasarkan hasil praktikum yang sudah didapatkan, maka dihasilkan nilai
larutan blanko adalah 0, nilai larutan standar 1 (yang dipanaskan pada water bath selama
60 detik) adalah 1.426 dan nilai larutan sampel 1 adalah 0.122. Sedangkan nilai untuk
larutan standar 2 (yang dipanaskan dengan water bath selama 120 detik) adalah 1.912
dan nilai larutan sampel 2 adalah 0.181. Sehingga, berdasarkan data diatas kadar
kreatinin didalam darah didapatkan hasil sebesar 0,24 mg/dL. Rentang nilai normal
kreatinin adalah 0.6-1.4 mg/dL. Nilai kreatinin yang didapatkan tidak berada pada
rentang normal, yang disebabkan karena sampel yang diuji jumlahnya tidak sesuai yang
ditentukan karena sampel tersisa sedikit. Adapun Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil dari kadar kreatinin didalam darah antara lain:
1. Faktor pemipetan sampel
Pemipetan sampel termasuk kedalam faktor yang dapat mempengaruhi hasil
karena penekanan mikropiper pada masing-masing orang berbeda, Hal
tersebut juga yang dapat mempengaruhi hasil dari pemeriksaan sampel.
2. Kuvet
Kuvet yang digunakan merupakan kuvet kwarsa yang sudah pernah
digunakan sebelumnya. Syarat-syarat kuvet yang baik untuk mendapatkan
hasil yang baik adalah kuvet yang digunakan tidak boleh terdapat gorsan
agar cahaya yang masuk kedalah kuvet tidak mengalami pemantulan cahaya
sehingga akan didapatkan hasil yang tepat dan akurat. Karena kuvet yang
digunakan pada praktikum kali ini sudah pernah digunakan sebelumnya,
maka kemungkinan untuk teradpatnya gorasan pada kuvet juga menjadi
semakin besar, sehingga cahaya yang masuk kedalam kuvet menjadi tidak
maksimal sehingga kadar kreatinin didalam darah yang didapatkan juga akan
berbeda.
3. Pemanasan larutan standar dan sampel pada water bath
Waktu pemanasan larutan standar dan sampel pada water bath juga dapat
mempengaruhi hasil dari pemeriksaan urea didalam darah. Pada saat
praktikum, waktu pemanasan kurang pas yang diakibatkan karena waktu
pemanasan larutan standar dengan sampel tidak dilakukan secara bersamaan.
Hal tersebut mengakibatkan tidak tepatnya waktu pemanasan pada larutan
standar dan sampel sehingga hasil yang didapatkan juga kurang akurat.
BAB VII
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran kadar
urea didalam darah mendapatkan hasil yang valid karena kadar yang didapatkan berada
dalam rentang normal. Sedangkan pengkuruan kadar kreatinin didalam darah
mendapatkan hasil yang kurang valid karena kadar yang didapatkan berada dibawah
rentang normal. Hal tersebut dikarenakan larutan sampel yang digunakan terlalu sedikit
karena habis sehingga tidak sesuai dengan jumah volume yang seharusnya digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Kaloko, G. A.S. 2008. Pemeriksaan Urea Nitrogen Darah dan Kreatinin Darah

Kambing Peranakan Etawa setelah Pemberian Pakan Komplit (skripsi).

Surabaya: Universitas Airlangga.

m.prodia.co.id/id/produklayanan/pemeriksaanlaboratoriumdetails/urea-n

m.prodia.co.id/id/produklayanan/pemeriksaanlaboratoriumdetails/kreatinin

Rizkiany, H.N. 2011. Pendahuluan Spektrofotometer. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Satriana. 2008. Studi Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Darah Anjing Kampung

(Canis familiaris) Umur 3 dan 6 Bulan (skripsi). Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai