Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA LANSIA

OLEH:

ABDUL MUTHALIB

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU 2020
Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Lansia

A. Definisi

Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses


menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut
organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah
kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun,
Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old)
adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi,
aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah
penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara
ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai
sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga
dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena
perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada
tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif,
terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk
merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan
yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
1. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki
kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang
lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan
aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam
segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak
berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan
yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi
a. Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti
pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.
b. Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan
ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari
tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya
c. Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau
berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi,
kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya
d. Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk
diakui akan keberadaannya, dan
e. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk
mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar
pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki
kebutuhan psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang
lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman
terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung
pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika
kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam
kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi,
2004).
2. Teori – teori Proses Menua
Sebenarnya secara individual Tahap proses menua terjadi pada orang dengan
usia berbeda Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua.
Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
a. Teori Genetic Clock
b. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
c. Teori “ pemakaian dan rusak “
d. teori akumulasi
e. Teori imonologi saw virus
f. Teori stres menua
g. Teori radikal bebas
h. Teori rantai silang
i. Theori program
3. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan – perubahan fisik
a) Sel
 Lebih sedikit jumlahnya
 Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan
intramuskuler
 Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
 Terganggunya mekanisme perbaikan sel
 Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
b) Sistem pernafasan
 Cepat menurunnya persarafan
 Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya
dengan stres.
 Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap
dingin.
 Kurangnya sensitif pada sentuhan
c) Sistem Pendengaran
 Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan
atau daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi
dan atau nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
 Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
 Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkanya kreatin
 Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres
d) Sistem penglihatan
 Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
 Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau
kekeruhan pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan
penglihatan
 Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya
gelap
 Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.
e) Sistem kardiovaskuler
 Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan
menjadi kaku
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur
ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak
f) Sistem pengaturan temperatur tubuh
 Temperatur tubuh menurun
 Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot
g) Sistem Respirasi
 Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas silia
 Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun
dan kedalaman bernafas menurun.
 Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
h) Sistem gastrointestinal
 Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
 Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
 Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
 Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
i) Sistem Endokrin
 Produksi dari hampir semua hormon menurun.
 Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
 Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya
didalam pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH
dan LH.
 Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran
zat
j) Sistem kulit
 Kulit keriput atau mengkerut
 Permukaan kulit kasar dan bersisik
 Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun.
 Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
 Rambut dan hidung dan telinga menebal.
 Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularitas
k) Sistem muskoloskeletal
 Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
 Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
 Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.

B. Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan
1) Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan
pergeseran sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk
mengevaluasi ulang mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian
ulang ini mengrahkan lansia untuk mengganti peran yang sudah hilang
dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia mampu menemukan
cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua dan okupasi
2) Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia
mengalami beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan
kenyamanan berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin
mengalami kesulitan terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang
lain memiliki kemampuan untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan
aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami perubahan dan ketidaknyamanan
fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai mereka, ”sumber-
sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri sendiri
mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
3) Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara
paling konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan
dengan : ”hidup secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek
dari kematian personal-the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan
perasaan kurang penting dibanding pengetahuan yang telah diperoleh
seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan lebih panjang daripada yang
dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia menyelesaikan hal ini melalui
warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka pada masyarakat, dan
persahabatan mereka
C. Permasalahan yang timbul Pada Lansia
1) Permasalah Umum
 Jumlah lansia miskin makin banyak
 Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
 Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani
lansia
 Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
2) Permasalahan Khusus
 Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya
perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan
medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan organ tubuh lansia,
seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok,
penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga
berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena
proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos
masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas
jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan
fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan
terjadi peningkatan tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi
penurunan fungsi organ reproduksi terutama ditemukan pada wanita,
otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria dan
sexsualitas tidak selalu menurun
 Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat
dihilangkan melalui nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang
terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan prostat dan
inkotenensia
D. Sikap perawat terhadap lansia

Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan


memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan
dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi
yang optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan
pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan
pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga
kesehatan profesional.

Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk
memberikan perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan
lembaga pekerjaan seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi
dengan lansia sebagai anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena
lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi
perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.

1) Pendekatan perawatan lanjut usia


a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu:
 Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain.
 Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami
kelumpuhan atau sakit
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan
sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya
perawatan dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul
bersama dengan sesama klien lanjut usia untuk menciptakan
sosialisasi mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan


Praktik. Jakarta : EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik
Keperawatan Pendekatan Integral pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis
Treumatoid) Pada Lansia. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Sumatera Utara
Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan
Demensia pada Home Care. Universita Muhammadiyah Malang
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :
Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua.
Jakarta: EGC
Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may
12nd
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi kedua. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai