Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SOSIAL DAN KEBUDAYAAN

MASYARAKAT MELAYU
Sebagai tugas kelompok mata kuliah islam dan peradaban melayu

Dosen Pengampu :
Halimatussakddiah,S.Ag. M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok : 6
Adetia Yeyen Purnamasari NIM 1710207001
Diah Ayu Anggraini NIM 1720207026
Haryanti NIM 1720207031
Asmiyati NIM 1730207054
Chika Olivia Dewi NIM 1730207057
M. Hisyam Ihsan NIM 1730207088
Nadila NIM 1730207090
Retno Riski Utama NIM 1730207098
Risda Yanti NIM 1730207021

Kelas : Pendidikan Biologi 2017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2019/1441 H
Pendahuluan

Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena


manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup
karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan
berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan
merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan
hasi - hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan
kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak
kebudayaan.
Kebudayaan Melayu yang telah disentuh oleh Islam melakukan suatu proses
budaya. Jiwa masyarakat Melayu mulai mengalami penghidupan baru dengan
mengalirnya nilai - nilai Islam di dalam kehidupan mereka. Timbulnya
rasionalisme dan intelektualisme ini dapat dibayangkan sebagai semangat yang
menggerakkan proses merevolusikan pandangan hidup masyarakat Melayu,
memalingkannya dari alam seni dan mitos yang khayali menuju kepada alam akal
dan budi yang menuntut cara hidup yang tertib dan teratur. Kebudayaan Melayu
yang diterima oleh semua golongan orang Melayu, tumbuh dari sejarah
perkembangan kebudayaan Melayu itu sendiri, yang selalu berkaitan dengan
tumbuh, berkembang dan runtuhnya kerajaan - kerajaan Melayu, dengan Islam,
perdagangan internasional dan penggunaan bahasa Melayu. Simbol kebudayaan
Melayu yang sampai sekarang ini diakui sebagai referensi bagi identitas Melayu
adalah Islam, bahasa Melayu, keramah - tamahan dan keterbukaan1
Adapun pada kali ini kami membahas mengenai pengertian sosial dan
kebudayaan, sistem sosial masyarakat melayu, dan sistem kebudayaan masyarakat
melayu.

1
Parsudi Suparlan. Melayu dan Non - Melayu: Kemajemukan dan Identitas Budaya .
(Pekanbaru: Pemda Tk I Riau, 1985). hal. 25.

1
Pembahasan

A. Pengertian Sosial dan Kebudayaan


Dalam kehidupan sosial, manusia terus berkembang dalam lingkungan
masyarakat yang berkelompok, lingkungan pergaulan, dari mulai pertemanan,
persahabatan, ikatan sebuah kekerabatan, sampai kepada persaudaraan. Selain
dalam kehidupan berkelompok, sosial juga berkembang dalam sebuah
organisasi. Masyarakat merupakan peleburan dari kelompok - kelompok
sosial, kebiasaan dan tata kelakuan merupakan petunjuk - petunjuk
bagaimana harus memperlakukan warga - warga kelompok maupun warga -
warga dari kelompok lainnya. Berikut pengertian sosial dari beberapa ahli
yaitu :
1. Keith Jacobs, mengemukakan pengertian sosial secara umum adalah
sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs komunitas.
2. Philip Wexler, menyatakan bahwa sosial adalah sifat dasar dari setiap
individu manusia.
3. Lewis, arti kata sosial merupakan sesuatu yang dapat dicapai, dihasilkan
serta ditetapkan dalam proses interaksi sehari - hari antara warga suatu
negara dengan pemerintahannya.2

Kebudayaan berasal dari kata budaya sedangkan budaya adalah bentuk


jamak dari kata budidaya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya
sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta buddayah yaitu bentuk jamak dari
kata buddhi yang berarti budi atau akal, dalam bahasa inggris kata budaya
berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata
Cultuur, dalam bahasa latin, berasal dari kata corela.3 Berikut pengertian
budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli:
1. E.B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan komplek yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat
2
Judistira K. Garna . Ilmu - ilmu Sosial Dasar Konsep Posisi. (Bandung: PPs. UNPAD,
1996). hal.39
3
Aloliliweri. Dasar - Dasar Komunikasi Antar Budaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003). hal. 45

2
istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat
2. R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebai konfigurasi tingkah laku
yang dipelajari dan hasil ntingkah laku yang dipelajari, dimana unsur
pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat
lainnya.
3. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.4

B. Sistem Sosial Masyarakat Melayu


Salah satu ciri masyarakat yang bertamadun adalah adanya stratifikasi
sosial. Organisasi sosial yang dimaksud berdasarkan pembagian anggota
kepada beberapa lapisan sosial yang mempunyai perbedaan dari segi
kekuasaan, kekayaan, gaya hidup, pekerjaan dan sebagainya. Masyarakat
melayu hidup berkelompok berdasarkan kekerabatan dan kekeluargaan.
Dengan demikian, terdapat sistem sosial yang berdasarkan asas kekeluargaan
sehingga apabila terjadi suatu pekerjaan besar seperti pesta dan keramaian,
maka masyarakat akan melakukannya dengan suka rela tanpa ada gaji atau
upah. Masyarakat melayu bergotong royong bersama - sama dalam
menghadapi pekerjaan - pekerjaan sosial kemasyarakatan. Adapun dari segi
kekeluargaan, masyarakat melayu dibagi menjadi dua kelompok yaitu
menerapkan sistem kekeluargaan bilateral dan menerapkan sistem
kekeluargaan nasab ibu (matrilineal), yang digunakan oleh orang
Minangkabau Malaysia.5
Kedua kelompok tersebut menganut agama islam, maka sistem
kekeluargaan melayu itu banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan Islam.
Budaya melayu memiliki ciri khusus tersendiri, diantaranya adalah tentang
kepercayaan dan agama. Suku melayu merupakan suku yang memilih agama
Islam sebagai kepercayaan yang dianutnya. Islam di alam melayu telah hadir
sejak abad ke 13 M. kedatangan islam pada saat itu telah mendatangkan
4
Aloliliweri. Dasar - Dasar Komunikasi Antar Budaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2003). hal. 45
5
Koentjaraningrat, dkk. Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam  Perubahan.
(Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2007). hal. 124.

3
perubahan yang sangat dinamis dalam kehidupan orang melayu. Perubahan
tersebut meliputi adat - istiadat, kesenian, bahasa, intelektual, sastra,
kepercayaan, dan politik serta beberapa aspek kehidupan lainnya.6
Sistem sosial dalam Islam menolak adanya perbedaan derajat dan
kedudukan manusia kecuali atas dasar ilmu dan taqwa. Islam telah
mengangkat derajat manusia dan menyamakan kedudukan mereka disisi
Allah Swt sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surah Al-Mujadalah ayat
11 sebagai berikut:

Artinya: Hai orang - orang beriman apabila dikatakan kepadamu:


“berlapang - lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “berdirilah
kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang - orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.7

Berdasarkan ayat di atas dipahami bahwa Islam membentuk suatu


sistem masyarakat yang saling mengasihi dan menghormati. Sejajar dengan
realiti tersebut kedatangan Islam ke Alam Melayu menjadikan golongan
bawah mendapat perhatian. Tidak ada lagi sistem kasta seperti yang ada
dalam ajaran Hindu. Meskipun masih terdapat perbedaaan status antara
golongan bangsawan dengan rakyat namun tidaklah begitu nampak.8

6
Ibid. Hal. 128.
7
Al – Qur’an Terjemahan.
8
Amran Kasimin. Agama dan Perubahan Sosial Di Kalangan Penduduk Asli di Tanah
Melayu. Terjemahan. (Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1995). hal. 182.

4
C. Bentuk Kemasyarakatan Suku Melayu
Bentuk masyarakat ada tiga yaitu: masyarakat sederhana, masyrakat
madya atau kota, dan masyarakat modern. Ketiga bentuk masyarakat ini
memiliki ciri-ciri yang berbeda. Berikut ini cirri - ciri ketiga masyarakat
tersebut.
a. Masyarakat sederhana
Masyarakat sederhana memiliki cirri - ciri sebagai berikut:
1. Ikatan keluarga dan masyarakatnya sangat kuat
2. Organisasi sosial berdasarkan tradisi turun - temurun
3. Memiliki kepercayaan yang kuat terhadap hal - hal gaib
4. Tidak memiliki lembaga - lembaga khusus, seperti lembaga pendidikan
5. Hukum yang berlaku tidak tertulis
6. Sebagian besar keperluan untuk keluarga sendiri atau untuk pasaran
skala kecil
7.  Kegiatan ekonomi dan sosial dilakukan dengan gotong royong9

b. Masyarakat madya atau masyarakat kota


Masyarakat kota memiliki ciri - ciri sebagai berikut:
1.  Ikatan keluarga masih kuat, tetapi dengan masyarakat sekitar sudah 
merenggang
2.  Adat - istiadat masih dihormati, tetapi sudah mulai terbuka dengan
pengaruh dari luar
3.  Masyarakat mulai berfikir rasional
4.  Timbulnya lembaga - lembaga formal sampai tingkat lanjutan
5.  Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis
6.  Memberi kesempatan pada produksi pasar sehingga muncul perbedaan
struktur masyarakat
7.  Gotong royong hanya untuk keperluan dikalangan tetangga dan kerabat
dekat saja. Sedangkan kegiatan ekonomi dilakukan atas dasar uang.10

9
Amran Kasimin. Agama dan Perubahan Sosial Di Kalangan Penduduk Asli di Tanah
Melayu. Terjemahan. (Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1995). Hal.102.
10
Ibid.

5
c.  Masyarakat modern
Berikut ini cirri - ciri masyarakat modern:
1. Hubungan sosial atas dasar kepentingan pribadi
2. Hubungan dengan masyarakat lain sudah terbuka dan saling
memengaruhi
3. Kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sangat kuat
4. Terdapat stratifikasi sosial berdasarkan keahlian
5. Tingkat pendidikan formal tinggi
6. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis
7. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan uang dan
alat pembayaran lain.11

Masyarakat suku melayu sangat mementingkan persaudaraan. Maka


bentuknya pun bisa dilihat dari ciri-cirinya. Ciri-ciri kepribadian orang
melayu ialah watak orang melayu yang tampak pada umumnya (modal
personality). Terbentuknya watak umum tidak lepas dari tuntutan norma
adat-istiadat yang terdapat dalam masyarakat melayu. Watak umum dan
kepribadian orang melayu yang dilukiskan di sini adalah watak kepribadian
orang melayu yang ideal, yang dianggap baik dan menjadi tuntutan adat-
istiadat yang berlaku. Penonjolan watak kepribadian ini bukan berarti
etnosentris atau menganggap sukunya paling baik.12
Adat-istiadat melayu adalah semua konsep serta aturan-aturan yang
terbentuk dengan baik dan terintegrasi kuat dalam sistem budaya orang
melayu, yang menata tindakan-tindakan anggota masyarakat dalam
kehidupan sosial dan kebudayaan. Ciri kepribadian orang melayu pada
umumnya tidak lepas dari cara orang melayu melihat dunia sekelilingnya,
melihat dirinya sendiri, kesadaran agamanya, kesadaran terhadap kebutuhan
hidup sehari-hari, kesadarannya di tengah-tengah orang lain dan orang asing,
dan sebagainya. Semua itu mencetuskan sikap dan tingkah-laku orang

11
Amran Kasimin. Agama dan Perubahan Sosial Di Kalangan Penduduk Asli di Tanah
Melayu. Terjemahan. (Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1995). Hal.102.
12
Abdullah Ishak. Kedah Dahului Melaka Terima Islam Di Tanah Melayu.(Kedah: Al-
Islam, 1988). hlm. 98.

6
melayu dalam menghormati orang lain sesuai dengan tuntutan adat-
istiadatnya.13
Dari uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa bentuk
masyarakat suku melayu adalah masyarakat sederhana. Karena dari ciri-
cirinya masyarakat melayu masih sangat kuat ikatan kekeluargaanya. Kalau
dilihat di daerah kabupaten Kayong Utara kepercayaan masyarakat melayu
terhadap hal-hal mistis masih sangat kuat dan hukum yang digunakan di sana
pun masih hukum yang tidak tertulis.

D. Lapisan Sosial Masyarakat Melayu


Tingkatan lapisan sosial Masyarakat Melayu pada dasarnya sudah ada
sebelum masa kolonial walaupun pada masa itu belum begitu kental terlihat
dan memasyarakat. Setelah cukup terbukanya hubungan dengan dunia luar,
adanya hubungan perdagangan dengan negara asing, wilayah-wilayah di
beberapa kerajaan melayu dijadikan kawasan perkebunan asing, akhirnya
perubahan yang semakin kompleks terjadi terhadap pelapisan sosial
masyarakat Melayu di Sumatra Timur.
Yang paling mendukung terjadinya perubahan ini adalah
bertambahnya pembagian wilayah akibat bertambahnya jumlah penduduk
yang akhirnya menambah "petugas" yang akan mengurus wilayah-wilayah
yang baru tersebut, ditambah lagi adanya campur tangan bangsa asing
(misalnya belanda) untuk ikut menentukan siapa-siapa yang akan ditunjuk
sebagai "petugas" tersebut. Tingkatan sosial masyarakat Melayu pada
dasarnya hanya mengenal 2 golongan, yaitu pertama kaum bangsawan yang
dibedakan atas beberapa tingkatan yaitu martabat (jasa), jarak social dan juga
jarak hubungan kekerabatan dengan sang penguasa (sultan) sedangkan yang
kedua rakyat kebanyakan (rakyat jelata).
Kesejarahan Melayu, tentu saja ditopang oleh nilai-nilai luhur, sinergi
Islam dengan budaya Melayu menjadi sistem nilai (culture value system)
yang hidup dan dikembangkannya dalam berkehidupan, pedoman orientasi

13
Husni Tamrin dan Afrizal Nur. Pemetaan Kebudayaan Melayu, Laporan Hasil
Penelitian Universiti Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. (Pekan Baru: UIN Sultan
Syarif Kasim Riau, 2007). hal.03.

7
bagi segala kegiatan manusia sehingga tingkah laku yang dipraktekkan
berdasar pada sistem nilai yang dianut. Budaya Melayu yang tersebar luas di
kepulauan nusantara dan Asia Tenggara akan mengalami perkembangan
sesuai dengan hubungannya dengan lingkungan, hal inilah yang menjadi
perbedaan antara Melayu yang terdapat di suatu daerah dengan daerah lain.
Perbedaan yang banyak dijumpai adalah pada aspek nilai ekspresif, terutama
pada logat atau dialek bahasa yang digunakan. Perbedaan tersebut tentu saja
tidak dapat dilepaskan dari faktor sejarah dan pengalaman orang-orang
Melayu dengan lingkungannya.
Tiga alasan penting yang membedakan orang Melayu dengan ras lain
dalam proses pembentukan budayanya di masa lampau, yaitu berorientasi
pada kelautan, kelonggaran dalam struktur sosial dan berafiliasi pada agama
Islam. Penjelasan mengenai tiga alasan tersebut dapat dipaparkan sebagai
berikut: Pertama, pola kehidupannya yang berorientasi kepada kelautan, atau
dapat disebut sebagai maritime based, sehingga orang Melayu menyebut diri
mereka dengan ‘orang laut’ (di Sambas, orang Melayu juga disebut sebagai
orang laut, sementara orang Dayak disebut sebagai orang darat, istilah ini
sudah terbentuk sejak lama, dan terdapat dalam folk lore Melayu Sambas).
Dua Kerajaan Melayu yang besar di dalam sejarah, Funan dan Sriwijaya di
awal - awal abad Masehi merupakan Kerajaan maritim, bukan Kerajaan yang
agraria based atau yang land - based. 14
Posisi Melayu yang menempati wilayah - wilayah penting di
kepulauan Nusantara, lahirnya kota dan pelabuhan dagang menjadikan
Melayu berhubungan dengan bangsabangsa lain, dalam proses ini berdampak
pada perubahan. Difusi budaya tidak akan terjadi jika sekiranya masyarakat
penerima budaya baru tidak lentur dan terbuka terhadap budaya baru tersebut.
Dalam proses ini, orang-orang Melayu telah menerima difusi budaya
dikarenakan mereka sangat terbuka dan longgar dalam struktur sosialnya. Hal
tersebut berlangsung melalui proses yang sangat panjang dan peranan Bangsa
Melayu dalam perdagangan internasional dan antar pulau, setidak - tidaknya
mulai abad ke-5. Dari sinilah sangat dimungkinkan akan melahirkan
14
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. (Jakarta: Gramedia,
1994). hal. 17.

8
peradaban baru. Perjumpaan orang - orang Melayu dengan bangsa lain dalam
kurun niaga itu adalah bagian yang tak dapat dinafikan dalam proses
pendewasaan peradaban.15
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, dapat kita pahami
bahwa masyarakat melayu merupakan masyarakat yang lentur terhadap
budaya lain yang memiliki nilai filosofi lebih tinggi, sehingga dalam budaya
Melayu banyak serapan-serapan budaya luar yang mengukuhkan jati diri
mereka, yaitu Islam itu sendiri. Tidak hanya itu, ketika Islam menjadi agama
resmi orang Melayu, maka kita harus melihat tidak hanya Islam itu sebagai
agama yang berdasar pada al-Qur’an dan Sunnah nabi, bagian yang terkadang
luput dari mata kita adalah siapa yang membawa Islam tersebut dalam alam
Melayu.
Islam yang terkonstruksi dalam budaya lokal adalah salah satu
referensi bagi masyarakat tradisional dalam menanamkan nilai - nilai Islam
dalam berkehidupan. Pemahaman dan pengakuan terhadap Yang Maha dan
alam gaib tertuang di dalamnya, ada yang mengatur kehidupan manusia,
sehingga harus tunduk dan patuh pada penguasa alam. Keyakinan ini pada
awalnya adalah keyakinan yang dimiliki oleh orang Melayu yang masih
memiliki kepercayaan terhadap mahluk halus, baik yang terdapat di laut,
maupun di hutan maupun terhadap benda-benda lain (animisme-dinamisme),
bukan kepercayaan yang berasal dari Hindu-Budha sebagaimana masyarakat
Jawa. Lambat laun ketika Islam datang, maka terjadilah akulturasi dan
sinkretik antara budaya lokal dan Islam.16
Seiring dengan melemahnya peran dan pengaruh pusat-pusat
kebudayaan secara perlahan akan berdampak pada berubahnya orientasi nilai
yang terdapat dalam tiga komponen adat-istiadat Melayu di atas. Dalam
bahasan di awal, telah dipaparkan bagaimana peran Melayu dalam panggung
sejarah, hingga menjadi suatu kekuatan politik di nusantara, posisi
pelabuhan-pelabuhan di kesultanan Melayu Nusantara menjadi sentral dan
utama dalam perwujudan kekuatan politik tersebut, mulai dari penyebaran

15
Aloliliweri. Dasar - dasar Komunikasi Antar Budaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003). hal.107.
16
Ahmad Shalaby. Sejarah Kebudayaan Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1974). hal.103.

9
Islam hingga kompleksitas masalah kehidupan sosial yang mengitarinya.
Kerajaan-kerajaan Islam yang tumbuh subur pada abad ke-13 tidak hanya
sebagai simbol kekuatan politik, akan tetapi satu kekuatan intelektual
keagamaan juga muncul pada sisi lainnya. Namun, sekarang sepertinya
kekuatan intelektual itu mulai tergerus oleh dinamika zaman, atau dalam
bahasa Isjoni (2007: 110) budaya Melayu berada dipersimpangan jalan.
Seakan-akan kekuatan intelektual keagamaan yang telah tumbuh dan
berkembang dalam diri orang Melayu kembali dipertanyakan. Persoalan ini
tentu saja akan ditanggapi dengan beragam dan reaksi yang bermacam-
macam.17

E. Sistem Kebudayaan Masyarakat Melayu


Kebudayaan Melayu sebagai kebudayaan yang universal memiliki
semangat toleransi yang tinggi dan menghargai perbedaan, baik perbedaan
pendapat, aliran, pandangan, dan lain - lain yang dipandang sebagai suatu
hikmah. Masyarakat Melayu juga mudah menerima berbagai pikiran dan
tamadun yang datang. Hal ini dengan jelas terlihat dalam pernyataan Sultan
Syarif Kasim II di saat ia dinobatkan sebagai Sultan Siak pada tahun 1915,
bahwa “ia menyenangi semua kebudayaan, kesenian, dan adat - istiadat
apapun yang datang ke Siak”.18
Di samping itu, juga terdapat persatuan masyarakat Tapanuli yang
didirikan sekitar tahun 1930-an oleh Dr. Tobing dan J.M. Sitanggang, serta
adanya bangunan Kelenteng (rumah ibadah pemeluk agama Kong Hu Cu)
yang sudah ada sebelum Istana Siak didirikan. Faktor yang cukup penting
menumbuhkan sikap orang Melayu seperti itu ialah letak geografis bumi
Melayu di persimpangan lintas peradaban yang mengharuskan masyarakat
Melayu mengarifi kebudayaan - kebudayaan yang masuk, khususnya
peradaban - peradaban besar, seperti, India, Cina, Eropa, dan Islam, yang

17
Daniel Peret, 1998, Hubungan Budaya Dalam Sejarah Dunia Melayu, Artikel pilihan
dari majalah Archipel. (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1998). hal.09.
18
Hasbullah. Islam dan Transformasi Kebudayaan Melayu di Kerajaan Siak. (Pekanbaru:
Yayasan Pusaka Riau, 2007). hal.32

10
kemudian diangkat dan diakomodasi serta dilakukan modifikasi oleh orang
Melayu.19
Kebudayaan Melayu yang telah disentuh oleh Islam melakukan suatu
proses budaya. Jiwa masyarakat Melayu mulai mengalami penghidupan baru
dengan mengalirnya nilai - nilai Islam di dalam kehidupan mereka.
Timbulnya rasionalisme dan intelektualisme ini dapat dibayangkan sebagai
semangat yang menggerakkan proses merevolusikan pandangan hidup
masyarakat Melayu, memalingkannya dari alam seni dan mitos yang khayali
menuju kepada alam akal dan budi yang menuntut cara hidup yang tertib dan
teratur. Berpalingnya masyarakat melayu dari kepercayaan lama kepada
Islam, memberikan indikasi bahwa Islam telah mampu masuk ke dalam
kehidupan orang Melayu dan sekaligus memberi warna dalam setiap aspek
kehidupannya.
Kebudayaan Melayu yang diterima oleh semua golongan orang Melayu,
tumbuh dari sejarah perkembangan kebudayaan Melayu itu sendiri, yang
selalu berkaitan dengan tumbuh, berkembang dan runtuhnya kerajaan-
kerajaan Melayu, dengan Islam, perdagangan internasional dan penggunaan
bahasa Melayu. Simbol kebudayaan Melayu yang sampai sekarang ini diakui
sebagai referensi bagi identitas Melayu adalah Islam, bahasa Melayu,
keramah-tamahan dan keterbukaan.20
Variasi kebudayaan Melayu juga menghasilkan variasi dalam identitas
orang Melayu, yaitu sebagai identitas khusus dari identitas Melayu dan
merupakan suatu ciri dari ke-Melayuan itu sendiri yang penuh dengan
keterbukaan dan dilandasi oleh prinsip hidup bersama dalam perbedaan. Di
antara variasi kebudayaan orang Melayu dan identitas sosial-budaya orang
melayu yang nampak penting referensi dalam interaksi adalah variasi-variasi
berdasarkan atas lokalitas.21

19
Hasbullah. Islam dan Transformasi Kebudayaan Melayu di Kerajaan Siak. (Pekanbaru:
Yayasan Pusaka Riau, 2007). hal.32
20
Husni Tamrin dan Afrizal Nur. Pemetaan Kebudayaan Melayu Riau, Laporan Hasil
Penelitian Universiti Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. (Pekanbaru: UIN Sultan Syarif
Kasim Riau, 2007). hal.56.
21
Ibid.

11
Tidak diragukan lagi bahwa agama orang Melayu adalah Islam.
Terlepas apakah mereka menjalankan ajaran Islam secara utuh atau tidak.
Islam diperkenalkan di kepulauan Melayu (Nusantara) melalui berbagai
proses yang berangsur-angsur dan rumit. Keyakinan baru ini, khususnya sejak
abad ke-15, tidak hanya mentransformasikan berbagai aspek kunci nilai-nilai
dan norma - norma Melayu, tetapi juga telah menjadi faktor penting dalam
identitas diri Melayu. Sungguhpun demikian, peranan dan pengaruh Islam
dalam kehidupan Melayu dibatasi oleh banyak kendala historis, politik,
kultural, dan institusional. Hal ini meliputi kolonialisme, kebiasaan dan
sistem nilai tradisional Melayu atau adat, dan feodalisme Melayu.22
Kemunculan dan perkembangan Islam di dunia Melayu menimbulkan
transformasi kebudayaan lokal. Transformasi kebudayaan Melayu itu dalam
banyak hal hampir sama dengan konversi masyarakat Arab ke dalam Islam
pada abad ke 7 yang juga merupakan transformasi kebudayaan bangsa Arab.
Transformasi suatu kebudayaan melalui pergantian agama dimungkinkan,
karena Islam menekankan bukan hanya keimanan yang benar, tetapi juga
tingkah laku yang baik, yang pada gilirannya setidaknya secara ideal harus
diejawantahkan setiap Muslim dalam pelbagai aspek kehidupannya. 23
Menggunakan istilah “revolusi agama”, menggambarkan terjadinya
transformasi kebudayaan di kawasan Melayu dari suatu keagamaan lokal
kepada sistem keagamaan Islam, lengkap dengan berbagai bentuk
pengejawantahan kebudayaannya. Revolusi agama yang memunculkan
transformasi kebudayaan itu disebabkan beberapa faktor yang inheren atau
factor - faktor lain yang kemudian secara kental diasosiasikan dengan Islam.24
Kehadiran Islam telah mampu memberi warna dalam kehidupan
masyarakat Melayu yang tentu saja melalui proses akulturasi dan adaptasi
antara nilai - nilai Islam dengan kebudayaan lokal. Fenomena dan ekspresi
kebudayaan Islam di kawasan Melayu, juga mencakup ciri - ciri universal

22
Hussin Mutalib. Islam Etnisitas Perspektif Politik Melayu (terjemahan). (Jakarta: LP3ES,
1995). hal.75.
23
Bryson, L. Pinklistiein & R,M, Mac Iver. Conflict of Power in Culture, Preceeding of the
Seventh Conferenc on Science, Philosopy anf Religion. (London & New York, 1978). hal.34.
24
Reid, Anthony. Dari Ekspansi Hingga Krisis, Jaringan Perdagangan Global Asia
Tenggara 1450 – 1680 (terjemahan). (1999).hal.67.

12
membuat kebudayaan di kawasan tertentu dapat disebut dengan meminjam
istilah Hodgson sebagai Islamicate. Hodgson merinci lebih jauh tradisi
keagamaan Islam, dengan segala diversitasnya, yang tetap mempertahankan
suatu bentuk integralitas, tetapi pada saat g sama, kebudayaan Islam di
kawasan mana pun, juga mempunyai unsur - unsur yang bisa disebut khas
bagi kawasan yang bersangkutan. Oleh para pemeluknya maupun para
pengamatnya, Islam dipandang sebagai agama sekaligus peradaban. 25
Pertemuan Islam dengan budaya Melayu terjadi dalam keadaan yang
seimbang dan sulit diungkapkan mana unsur - unsur yang berasal dari Islam
dan mana unsur - unsur yang berasal dari Melayu. Melayu bukan hanya
semata - mata persoalan geneologis, tetapi yang terpenting merupakan
wilayah kultural yang merupakan “state of mind”, demikian juga dengan
Islam merupakan “state of mind”. Pertemuan Islam dengan budaya Jawa
terjadi pada Islam berada di bawah (little tradition), sedangkan budaya Jawa
berada di atas (great tradition), dan Islam (yang berada di bawah) harus
secara perlahan - lahan menggerogoti budaya Jawa (yang berada di atas) agar
ia tetap eksis. Bahkan pertemuan Islam dengan budaya Melayu merupakan
suatu bentuk akomodasi dan hubungan timbal balik (reciprocal) di mana
Islam sudah di Melayukan atau Melayu yang sudah di Islamkan. 26

F. Bentuk – Bentuk Kebudayaan Melayu


Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide - ide, gagasan, nilai - nilai, norma - norma, peraturan, dan
sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud
kebudayaan ini terletak dalam kepala - kepala atau di alam pemikiran
warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka
itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada

25
Hodgson, Marshall G.S. The Venture of Islam Iman dan Sejarah dalam Peradaban
Dunia masa klasik Islam (terjemahan). (1999).hal.89.
26
Rachmat Subagya. Agama Asli Indonesia. (Jakarta: Sinar Harapan,1981).hal.45.

13
dalam karangan dan buku - buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.27
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas - aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat
tata kelakuan.28
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa
benda - benda atau hal - hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang
lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah
kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.29

G. Konstribusi Kebudayaan Melayu


Dunia Melayu-Islam sebenarnya mempunyai sejarah gemilang sebelum
datangnya penjajah Barat di rantau ini. Sejarah telah menunjukkan bahwa
dunia Melayu-Islam merupakan pusat peradaban, pusat perkembangan
budaya dan pusat perdagangan yang penting. Kebudayaan Melayu-Islam
sejak ratusan tahun telah memperlihatkan kemampuannya untuk berkembang
pesat merangkumi bahasa, kesusasteraan, kesenian, pemikiran, dan norma
hidup. Dalam membincangkan tentang kegemilangan tamadun dan budaya
Melayu, yang menjadi persoalan yang sering dibahas ialah siapakah yang
layak memainkan peranan untuk mengangkat marwah dan derajat Melayu
sehingga menjadi masyhur dan terkenal. Jawabannya ialah Islam yang
27
Aloliliweri. Dasar - dasar Komunikasi Antar Budaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003). hal.90.
28
Ibid.
29
Ibid.

14
menjadi pegangan dilihat sebagai faktor utama yang memainkan peranan
dalam memperkuat bangsa Melayu beserta kebudayaannya. Dalam
meluaskan perbincangan tentang perkara ini, penulis akan mengupas
kebudayaan ini dari aspek kesenian sebagai asas. Tamadun dan peradaban
Islam telah mempengaruhi bidang kesenian Melayu, baik dari segi ukiran,
seni bangunan, dan seni hias. Contohnya dalam pembangunan masjid,
pengaruh seni bangunan masjid dari Asia Barat telah mempengaruhi reka
bentuk masjid di alam Melayu. Ia dapat dizahirkan berdasarkan bentuk kubah
dan bentuk mihrab yang menghadap kiblat.30
Peranan Islam dalam kebudayaan Melayu ini diperkukuhkan lagi
dengan pengaruh seni lagu dan musik yang dikembangkan oleh panyair-
penyair Islam untuk menggantikan seni lagu dan musik pra Islam. Media seni
lagu dan musik ini telah digunakan oleh para pendakwah untuk
mengembangkan agama Islam. Maka dapat dirumuskan bahwa agama Islam
ke alam Melayu merupakan satu zaman transformasi kepada umat Melayu
yang asalnya dalam kegelapan kepada cahaya. Selama ini, umat Melayu
dibelenggu dengan paham dan pegangan yang bergantung kepada mitos dan
khayalan, namun Islam telah mempengaruhi dan mencorakkannya untuk
kesejahteraan ummah.31

H. Tantangan Kebudayaan Melayu di Era Globalisasi

Globalisasi bukan sekedar slogan, tetapi ia adalah perancangan strategik


dunia Barat bagaimana menjadikan masyarakat non Barat, khususnya orang-
orang Islam sebagai sasaran penjajahan bentuk baru. Kekuatan langit terbuka
yang menghasilkan teknologi komunikasi dan telekomunikasi serta
penguasaan sistem keuangan dan ekonomi di bawah sistem keuangan
internasional (IMF), Bank Dunia, Persatuan Perdagangan Dunia (WTO)
adalah contoh bagaimana Barat sedang mengatur langkah yang amat agresif
supaya konsep dunia tanpa sempadan dapat dicapai dan akhirnya proses
pembaratan dapat terjadi dalam semua aspek kehidupan. Inilah tantangan
30
Fariza Md. Sham. Peranan Islam Dalam Sejarah dan Kebudayaan Melay dalam
Dakwah Kepada Masyarakat Muslim Di Malaysia. (Bangi: Jabatan Pengajian Dakwah dan
Kepimpinan UKM, 2002). hal.67.
31
Ibid.

15
terbesar yang sedang dihadapi oleh umat Islam karena secara jangka panjang
umat Islam menghadapi gugatan dan ancaman yang luar biasa.32
Dalam hal sedemikian, tidak dapat mengelak untuk maju dan
berkembang. Sebagian daripada tuntutan untuk maju dan berkembang
mampu memberi pengaruh dalam jati diri dan integritas umat Islam,
khususnya dalam bersaing dengan dunia Barat yang dilihat maju dan modern
kehidupannya. Oleh karena itu, amat perlu pemikiran ulang dibuat, strategi
baru dibangunkan dan pendekatan bijaksana diatur supaya Islam sebagai
agama yang pernah menempa nama dalam pembinaan tamadun manusia
mampu menjuarai kembali dalam arus perubahan dunia yang semakin hilang
pedoman dan arahnya. Justru kekuatan aqidah, iman, kualitas diri yang
dibangun berasaskan keteguhan ilmu yang sepadu, berjiwa merdeka,
kepentingan keadilan dan moral harus menjadi orientasi dalam proses
pendidikan dan pembangunan ummah.33
Dalam membicarakan beberapa tantangan globalisasi terhadap
kebudayaan Melayu-Islam, dinyatakan beberapa tantangan yang perlu diberi
perhatian khusus. Di antaranya:
1. Ancaman keutuhan kebudayaan Melayu. Beberapa perkembangan yang
dapat dilihat di sini ialah ancaman yang menggugat keutuhan kebudayaan
Melayu-Islam yang berpaksikan globalisasi. Sebagai contoh, dampak
negatif yang dibawa oleh paham liberalisme yang memberi pengaruh
kepada pemahaman Islam. Dapat dilihat dari sebagian pendukung paham
ini yang mencoba menyebarkannya dalam kehidupan beragama,
khususnya agama Islam sehingga ia mampu memberi pengaruh yang besar
kepada survival umat Islam itu sendiri.
2. Penghinaan terhadap peribadi Rasulullah dan ulama’ muktabar.
Masyarakat Melayu-Islam memnag terkenal sensitif dengan isu kerasulan
Rasulullah SAW. Namun, sejak belakangan ini lahirnya satu usaha dan
gerakan yang mengendaki agar pribadi Rasulullah dipermainkan dan
dipertikaikan. Terdapat tindakan yang secara terang-terangan menghina

32
Sidek Baba. Memahami Konsep Penguasaan Ilmu Pengetahuan dalam Ke Arah Umat
Hadhari. (Kuala Lumpur: Yayasan Ilmuwan, 2010). hal.43.
33
Ibid.

16
pribadi Rasulullah yang digambarkan sebagai insan yang mempunyai
kecenderungan nafsu yang tinggi melalui perkawinan Rasulullah SAW.
Perkara ini timbul hasil dari pengaruh globalisasi yang sedang melanda
umat Islam di seluruh dunia.34

I. Pandangan Orang Luar tentang Orang Melayu


Isabella Bird, (The Golden Chersonese, Oxford University Press)
seorang pengembara Inggris telah menceritakan tentang orang Melayu
Perak semasa beliau melawat negeri itu pada abad ke 19. Beliau
menerangkan orang Melayu tinggal di kampung menumpukan kepada
pekerjaan bertani dan menangkap ikan. Mereka tidak suka tinggal di
bandar. Rumah dan perkampungan mereka di tepi hutan dan di tepi
sungai. Mereka suka kebebasan untuk bergerak. Rumah mereka dibina
agak berjauhan antara satu dengan yang lain. Rumah dibina di atas tiang,
dinding rumah diperbuat dari kayu yang telah diketam, bumbung rumah
dari daun nipah yang disirat. Bumbung rumah agak tinggi dan curam.
Rumah orang miskin dan orang kaya tidak jauh berbeda, kecuali tangga
rumah orang miskin dibina dari kayu dan rumah orang kaya dari batu.
Rumah mereka tidak banyak ruang, didapati ruang tamu juga digunakan
sebagai tempat tidur. Dalam rumah tidak banyak perabot. Tikar digunakan
sebagai tempat duduk. Lantai rumah pula dipasang renggang supaya udara
dapat beredar ke dalam rumah dan sampah dan sisa makanan boleh disapu
ke bawah rumah tuntuk dimakan oleh ayam. Pada waktu malam nyamuk
di keliling dapat dihalau dengan memasang unggun api di bawah rumah.35
Seterusnya Bird juga menerangkan lelaki Melayu bersifat pendiam,
cemburu, curiga dan pembelot. Perempuan pula berbadan kecil, pembersih
dan bergiat dalam aktiviti ekonomi seperti menganyam tikar dan bakul.
Pakaian mereka dari sutera atau kain kapas yang menutup bahagian lutut
hingga leher. Rupa paras Melayu berkulit sawo matang, kening mereka
rendah, tulang pipi tinggi, hidung leper, mulut lebar dengan bibir tebal.
Rambut hitam berkilat dan rambut perempuan pula disiput.
34
Farish, A. Noor. Let Islam Lead The Way With Its Progressive View In Sequality. Dalam
News Straits Times, 2000). hal.39.
35
Hasan, I. H. Sejarah dan Kebudayaan Islam. (Jakarta : Kalam Mulia, 2003). Hal 40

17
Perempuan Melayu dikatakan malas bekerja, hasil jualan tikar dan
buahan mereka membeli kain baju. Perempuan suka memakai sarung
berwarna merah dan berjalur-jalur. Baju kebaya dikenakan kerongsang
yang diperbuat dari perak, emas atau permata. Sanggul rambut atau siput
rambut disematkan pin sanggul. Kain yang dipakai perempuan diikat
dengan tali pinggang yang diperbuat dari perak atau emas bertatahkan
permata. Bagi lelaki pula memakai sarung dan baju Melayu dan di kepala
mereka memakai destar.
Undang-undang mereka adalah berteraskan undang-undang Islam.
Bird juga memetik pendapat seorang pegawai Inggris yang bernama Capt.
Shaw, yang menyatakan orang Melayu itu lembut, halus, lurus dan
peramah, serta mementingkan harga diri. Mereka sensitif dan sanggup
membunuh untuk menjaga dan mempertahankan harga diri dan keluarga.
Mereka beragama Islam dan cita-cita utama mereka ialah untuk
menunaikan haji ke Mekah. Ada di kalangan mereka yang telah ke Mekah
beberapa kali. Di sekeliling rumah ditanam dengan pokok buahan seperti
nangka, durian, sukun, mangga, pisang dan lain-lain. Mereka
menghabiskan masa dengan mendengar muzik, cerita atau mengadakan
ritual keagamaan. Setiap masjid ada kariahnya dan setiap kariah terdapat
44 buah rumah. Kalau ada kampung yang hendak membina masjidnya
sendiri mesti ada 44 buah rumah. Hal-hal ugama diserahkan kepada Imam
yang juga melaksanakan tugas-tugas berkaitan perkahwinan dan kematian.
Kenduri sering diadakan seperti pada masa kelahiran, memotong jambul,
perkhatanan dan perkahwinan. Dan pada waktu kenduri ini lazimnya
disembelih kerbau. 36
Dari segi kepercayaan, orang Melayu amat percaya kepada hantu,
pawang, bomoh dan tanda-tanda baik-buruk. Sebagai contoh, orang
Melayu percaya adanya hantu, harimau jadi-jadian dan sebagainya. Orang
Melayu juga percaya kepada keujudan pelesit, polong dan lain-lain.
Burung pungguk dikatakan burung hantu. Penanggalan pula dalam bentuk
wanita, kepalanya boleh ditanggalkan dan meninggalkan badan untuk
36
Kessing, Roger, M,. Antropologi Budaya Suatu Persperktif Kontemporer, jilid 2, terj:
Samuel Gunawan.( Jakarta: Erlangga, 1992). Hal 30

18
pergi mencari darah perempuan yang baru bersalin. Orang Melayu juga
percaya kesan azimat yang dipakai pada badan mereka. Bagi Bird, yang
paling penting untuk menjelaskan identiti orang Melayu ialah keris dan
konsep amuk. Keris dilihat sebagai senjata dan simbol diri atau kejantanan
lelaki Melayu. Amuk juga dikaitkan dengan harga diri. Orang mengamuk
sekiranya harga dirinya dicemuh atau diperendahkan, ataupun dirinya dan
keluarganya diaibkan. Mereka mengamuk kerana pandangan mereka
menjadi gelap dan tidak tahan menanggung malu dan celaan
tersebut.Pengadapsian tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor fisikal,
seperti iklim, tofografi sumber daya alam dan sejenisnya. 37
Perkembangan zaman juga mendorong terjadinya perubahan-
perubahan disegala bidan termasuk kedalam kebudayaan. kebudayaan
dianut semua kelompok sosial akan bergeser baik itu secara lambat
maupun cepat yang akan menimbulkan antara kelompok-kelompok yang
menghendaki perubahan dan yang tidak menghendaki perubahan. Hal
yang terpenting dalam proses pengembangan suatu kebudayaan adalah
dengan adanya kontrol atau kendali terhadap prilaku reguler (yang
tampak) yang ditampilkan oleh para penganut kebudayan. Karena tidak
jarang perilaku yang dianut didalm kelompok sosial nya. Yang diperlukan
disini adalah kontrol sosial yang ada dimasyarakat, yang menjadi suatu
cambuk bagi komunitas yang menganut kebudayaan tersebut.

37
Roza Ellya. Islam dan Tamadun Melayu.( Pekanbaru-Riau: Daulat Riau,2013).Hal 20

19
PENUTUP

KESIMPULAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Jadi, kebudayaan adalah hasil
cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang
kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni susila, hukum adat serta
setiap kecakapan dan kebiasaan.
Kehidupan orang Melayu dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam, baik dalam
bidang sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya. Masyarakat Melayu juga
menjadikan Islam sebagai identitas budaya (cultural identity), atau Islam menjadi
teras utama dalam budaya Melayu. Dengan memasukkan nilai-nilai Islam dalam
adat atau budaya Melayu akan mempermudah proses persebatian Islam dengan
budaya Melayu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahawa Islam merupakan teras
utama daripada budaya Melayu. Namun, hal ini hanya sebatas kandungan nilai
budaya saja dan tidak wujud sepenuhnya dalam perilaku masyarakat Melayu. Jadi,
Melayu identik dengan Islam hanya berada pada peringkat wujud ideal daripada
kebudayaan dan belum sampai pada peringkat wujud perilaku daripada
kebudayaan. Dengan demikian, perlu dilakukan proses sosialisasi "memelayukan
orang melayu".

20
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an Terjemahan.

Abdullah, Ishak. 1998. Kedah Dahului Melaka Terima Islam Di Tanah Melayu.
Kedah : Al- Islam.

Ahmad, Shalaby. 1974. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Aloliliweri. 2003. Dasar - Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.

Amran Kasimin. 1995. Agama dan Perubahan Sosial Di Kalangan Penduduk Asli
di Tanah Melayu. Terjemahan. Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Malaysia.

Bryson, L. Pinklistiein & R,M, Mac Iver. 1978. Conflict of Power in Culture,
Preceeding of the Seventh Conferenc on Science, Philosopy anf Religion.
London & New York.

Daniel Peret. 1998. Hubungan Budaya Dalam Sejarah Dunia Melayu. Kuala
Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia.

Farish A. Noor. 2000. “Let Islam Lead The Way with Its Progressive View In
Sexuality,” dalam News Straits Times, 4 November 2000.

Fariza Md. Sham. 2002. “Peranan Islam Dalam Sejarah dan Kebudayaan
Melayu.” dalam Dakwah Kepada Masyarakat Muslim Di Malaysia. Bangi:
Jabatan Pengajian Dakwah dan Kepimpinan UKM.

Hasan, I. H. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta : Kalam Mulia

Hasbullah. 2007. Islam dan Transformasi Kebudayaan Melayu di Kerajaan Siak.


Pekanbaru: Yayasan Pusaka Riau.

Hodgson, Marshall G.S. 1999. The Venture of Islam Iman dan Sejarah dalam
Peradaban Dunia masa klasik Islam (terjemahan).

Husni Tamrin dan Afrizal Nur. 2007. Pemetaan Kebudayaan Melayu Riau,
Laporan Hasil Penelitian Universiti Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pekanbaru : UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Hussin Mutalib. 1995. Islam Etnisitas Perspektif Politik Melayu (terjemahan).


Jakarta: LP3ES.

Judistira K. Garna (1996). Ilmu - ilmu Sosial Dasar Konsep Posisi. Bandung:
PPs. UNPAD. Jumsari Jusuf (transliterasi).

21
Kessing, Roger, M. 1992. Antropologi Budaya Suatu Persperktif Kontemporer,
jilid 2, terj: Samuel Gunawan. Jakarta: Erlangga

Koentjaraningrat, dkk., 2007. Masyarakat Melayu dan Budaya Melayu dalam


Perubahan. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu.
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :
Gramedia.

Parsudi Suparlan. 1985. Melayu dan Non - Melayu: Kemajemukan dan Identitas
Budaya. Pekanbaru: Pemda Tk I Riau.

Rachmat Subagya. 1981. Agama Asli Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.

Reid, Anthony. 1999. Dari Ekspansi Hingga Krisis, Jaringan Perdagangan


Global Asia Tenggara 1450 – 1680 (terjemahan).

Roza Ellya.2013. Islam dan Tamadun Melayu. Pekanbaru-Riau: Daulat Riau

Sidek Baba. (2010). “Memahami Konsep Penguasaan Ilmu Pengetahuan,” dalam


Ke Arah Umat Hadhari. Kuala Lumpur: Yayasan Ilmuwan.

22

Anda mungkin juga menyukai