Peradaban Melayu
Peradaban Melayu
MASYARAKAT MELAYU
Sebagai tugas kelompok mata kuliah islam dan peradaban melayu
Dosen Pengampu :
Halimatussakddiah,S.Ag. M.Pd.I
Disusun Oleh:
Kelompok : 6
Adetia Yeyen Purnamasari NIM 1710207001
Diah Ayu Anggraini NIM 1720207026
Haryanti NIM 1720207031
Asmiyati NIM 1730207054
Chika Olivia Dewi NIM 1730207057
M. Hisyam Ihsan NIM 1730207088
Nadila NIM 1730207090
Retno Riski Utama NIM 1730207098
Risda Yanti NIM 1730207021
1
Parsudi Suparlan. Melayu dan Non - Melayu: Kemajemukan dan Identitas Budaya .
(Pekanbaru: Pemda Tk I Riau, 1985). hal. 25.
1
Pembahasan
2
istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh
manusia sebagai anggota masyarakat
2. R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebai konfigurasi tingkah laku
yang dipelajari dan hasil ntingkah laku yang dipelajari, dimana unsur
pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat
lainnya.
3. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.4
3
perubahan yang sangat dinamis dalam kehidupan orang melayu. Perubahan
tersebut meliputi adat - istiadat, kesenian, bahasa, intelektual, sastra,
kepercayaan, dan politik serta beberapa aspek kehidupan lainnya.6
Sistem sosial dalam Islam menolak adanya perbedaan derajat dan
kedudukan manusia kecuali atas dasar ilmu dan taqwa. Islam telah
mengangkat derajat manusia dan menyamakan kedudukan mereka disisi
Allah Swt sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surah Al-Mujadalah ayat
11 sebagai berikut:
6
Ibid. Hal. 128.
7
Al – Qur’an Terjemahan.
8
Amran Kasimin. Agama dan Perubahan Sosial Di Kalangan Penduduk Asli di Tanah
Melayu. Terjemahan. (Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1995). hal. 182.
4
C. Bentuk Kemasyarakatan Suku Melayu
Bentuk masyarakat ada tiga yaitu: masyarakat sederhana, masyrakat
madya atau kota, dan masyarakat modern. Ketiga bentuk masyarakat ini
memiliki ciri-ciri yang berbeda. Berikut ini cirri - ciri ketiga masyarakat
tersebut.
a. Masyarakat sederhana
Masyarakat sederhana memiliki cirri - ciri sebagai berikut:
1. Ikatan keluarga dan masyarakatnya sangat kuat
2. Organisasi sosial berdasarkan tradisi turun - temurun
3. Memiliki kepercayaan yang kuat terhadap hal - hal gaib
4. Tidak memiliki lembaga - lembaga khusus, seperti lembaga pendidikan
5. Hukum yang berlaku tidak tertulis
6. Sebagian besar keperluan untuk keluarga sendiri atau untuk pasaran
skala kecil
7. Kegiatan ekonomi dan sosial dilakukan dengan gotong royong9
9
Amran Kasimin. Agama dan Perubahan Sosial Di Kalangan Penduduk Asli di Tanah
Melayu. Terjemahan. (Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1995). Hal.102.
10
Ibid.
5
c. Masyarakat modern
Berikut ini cirri - ciri masyarakat modern:
1. Hubungan sosial atas dasar kepentingan pribadi
2. Hubungan dengan masyarakat lain sudah terbuka dan saling
memengaruhi
3. Kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sangat kuat
4. Terdapat stratifikasi sosial berdasarkan keahlian
5. Tingkat pendidikan formal tinggi
6. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis
7. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan uang dan
alat pembayaran lain.11
11
Amran Kasimin. Agama dan Perubahan Sosial Di Kalangan Penduduk Asli di Tanah
Melayu. Terjemahan. (Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1995). Hal.102.
12
Abdullah Ishak. Kedah Dahului Melaka Terima Islam Di Tanah Melayu.(Kedah: Al-
Islam, 1988). hlm. 98.
6
melayu dalam menghormati orang lain sesuai dengan tuntutan adat-
istiadatnya.13
Dari uraian diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa bentuk
masyarakat suku melayu adalah masyarakat sederhana. Karena dari ciri-
cirinya masyarakat melayu masih sangat kuat ikatan kekeluargaanya. Kalau
dilihat di daerah kabupaten Kayong Utara kepercayaan masyarakat melayu
terhadap hal-hal mistis masih sangat kuat dan hukum yang digunakan di sana
pun masih hukum yang tidak tertulis.
13
Husni Tamrin dan Afrizal Nur. Pemetaan Kebudayaan Melayu, Laporan Hasil
Penelitian Universiti Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru. (Pekan Baru: UIN Sultan
Syarif Kasim Riau, 2007). hal.03.
7
bagi segala kegiatan manusia sehingga tingkah laku yang dipraktekkan
berdasar pada sistem nilai yang dianut. Budaya Melayu yang tersebar luas di
kepulauan nusantara dan Asia Tenggara akan mengalami perkembangan
sesuai dengan hubungannya dengan lingkungan, hal inilah yang menjadi
perbedaan antara Melayu yang terdapat di suatu daerah dengan daerah lain.
Perbedaan yang banyak dijumpai adalah pada aspek nilai ekspresif, terutama
pada logat atau dialek bahasa yang digunakan. Perbedaan tersebut tentu saja
tidak dapat dilepaskan dari faktor sejarah dan pengalaman orang-orang
Melayu dengan lingkungannya.
Tiga alasan penting yang membedakan orang Melayu dengan ras lain
dalam proses pembentukan budayanya di masa lampau, yaitu berorientasi
pada kelautan, kelonggaran dalam struktur sosial dan berafiliasi pada agama
Islam. Penjelasan mengenai tiga alasan tersebut dapat dipaparkan sebagai
berikut: Pertama, pola kehidupannya yang berorientasi kepada kelautan, atau
dapat disebut sebagai maritime based, sehingga orang Melayu menyebut diri
mereka dengan ‘orang laut’ (di Sambas, orang Melayu juga disebut sebagai
orang laut, sementara orang Dayak disebut sebagai orang darat, istilah ini
sudah terbentuk sejak lama, dan terdapat dalam folk lore Melayu Sambas).
Dua Kerajaan Melayu yang besar di dalam sejarah, Funan dan Sriwijaya di
awal - awal abad Masehi merupakan Kerajaan maritim, bukan Kerajaan yang
agraria based atau yang land - based. 14
Posisi Melayu yang menempati wilayah - wilayah penting di
kepulauan Nusantara, lahirnya kota dan pelabuhan dagang menjadikan
Melayu berhubungan dengan bangsabangsa lain, dalam proses ini berdampak
pada perubahan. Difusi budaya tidak akan terjadi jika sekiranya masyarakat
penerima budaya baru tidak lentur dan terbuka terhadap budaya baru tersebut.
Dalam proses ini, orang-orang Melayu telah menerima difusi budaya
dikarenakan mereka sangat terbuka dan longgar dalam struktur sosialnya. Hal
tersebut berlangsung melalui proses yang sangat panjang dan peranan Bangsa
Melayu dalam perdagangan internasional dan antar pulau, setidak - tidaknya
mulai abad ke-5. Dari sinilah sangat dimungkinkan akan melahirkan
14
Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. (Jakarta: Gramedia,
1994). hal. 17.
8
peradaban baru. Perjumpaan orang - orang Melayu dengan bangsa lain dalam
kurun niaga itu adalah bagian yang tak dapat dinafikan dalam proses
pendewasaan peradaban.15
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, dapat kita pahami
bahwa masyarakat melayu merupakan masyarakat yang lentur terhadap
budaya lain yang memiliki nilai filosofi lebih tinggi, sehingga dalam budaya
Melayu banyak serapan-serapan budaya luar yang mengukuhkan jati diri
mereka, yaitu Islam itu sendiri. Tidak hanya itu, ketika Islam menjadi agama
resmi orang Melayu, maka kita harus melihat tidak hanya Islam itu sebagai
agama yang berdasar pada al-Qur’an dan Sunnah nabi, bagian yang terkadang
luput dari mata kita adalah siapa yang membawa Islam tersebut dalam alam
Melayu.
Islam yang terkonstruksi dalam budaya lokal adalah salah satu
referensi bagi masyarakat tradisional dalam menanamkan nilai - nilai Islam
dalam berkehidupan. Pemahaman dan pengakuan terhadap Yang Maha dan
alam gaib tertuang di dalamnya, ada yang mengatur kehidupan manusia,
sehingga harus tunduk dan patuh pada penguasa alam. Keyakinan ini pada
awalnya adalah keyakinan yang dimiliki oleh orang Melayu yang masih
memiliki kepercayaan terhadap mahluk halus, baik yang terdapat di laut,
maupun di hutan maupun terhadap benda-benda lain (animisme-dinamisme),
bukan kepercayaan yang berasal dari Hindu-Budha sebagaimana masyarakat
Jawa. Lambat laun ketika Islam datang, maka terjadilah akulturasi dan
sinkretik antara budaya lokal dan Islam.16
Seiring dengan melemahnya peran dan pengaruh pusat-pusat
kebudayaan secara perlahan akan berdampak pada berubahnya orientasi nilai
yang terdapat dalam tiga komponen adat-istiadat Melayu di atas. Dalam
bahasan di awal, telah dipaparkan bagaimana peran Melayu dalam panggung
sejarah, hingga menjadi suatu kekuatan politik di nusantara, posisi
pelabuhan-pelabuhan di kesultanan Melayu Nusantara menjadi sentral dan
utama dalam perwujudan kekuatan politik tersebut, mulai dari penyebaran
15
Aloliliweri. Dasar - dasar Komunikasi Antar Budaya. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003). hal.107.
16
Ahmad Shalaby. Sejarah Kebudayaan Islam. (Jakarta: Bulan Bintang, 1974). hal.103.
9
Islam hingga kompleksitas masalah kehidupan sosial yang mengitarinya.
Kerajaan-kerajaan Islam yang tumbuh subur pada abad ke-13 tidak hanya
sebagai simbol kekuatan politik, akan tetapi satu kekuatan intelektual
keagamaan juga muncul pada sisi lainnya. Namun, sekarang sepertinya
kekuatan intelektual itu mulai tergerus oleh dinamika zaman, atau dalam
bahasa Isjoni (2007: 110) budaya Melayu berada dipersimpangan jalan.
Seakan-akan kekuatan intelektual keagamaan yang telah tumbuh dan
berkembang dalam diri orang Melayu kembali dipertanyakan. Persoalan ini
tentu saja akan ditanggapi dengan beragam dan reaksi yang bermacam-
macam.17
17
Daniel Peret, 1998, Hubungan Budaya Dalam Sejarah Dunia Melayu, Artikel pilihan
dari majalah Archipel. (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, 1998). hal.09.
18
Hasbullah. Islam dan Transformasi Kebudayaan Melayu di Kerajaan Siak. (Pekanbaru:
Yayasan Pusaka Riau, 2007). hal.32
10
kemudian diangkat dan diakomodasi serta dilakukan modifikasi oleh orang
Melayu.19
Kebudayaan Melayu yang telah disentuh oleh Islam melakukan suatu
proses budaya. Jiwa masyarakat Melayu mulai mengalami penghidupan baru
dengan mengalirnya nilai - nilai Islam di dalam kehidupan mereka.
Timbulnya rasionalisme dan intelektualisme ini dapat dibayangkan sebagai
semangat yang menggerakkan proses merevolusikan pandangan hidup
masyarakat Melayu, memalingkannya dari alam seni dan mitos yang khayali
menuju kepada alam akal dan budi yang menuntut cara hidup yang tertib dan
teratur. Berpalingnya masyarakat melayu dari kepercayaan lama kepada
Islam, memberikan indikasi bahwa Islam telah mampu masuk ke dalam
kehidupan orang Melayu dan sekaligus memberi warna dalam setiap aspek
kehidupannya.
Kebudayaan Melayu yang diterima oleh semua golongan orang Melayu,
tumbuh dari sejarah perkembangan kebudayaan Melayu itu sendiri, yang
selalu berkaitan dengan tumbuh, berkembang dan runtuhnya kerajaan-
kerajaan Melayu, dengan Islam, perdagangan internasional dan penggunaan
bahasa Melayu. Simbol kebudayaan Melayu yang sampai sekarang ini diakui
sebagai referensi bagi identitas Melayu adalah Islam, bahasa Melayu,
keramah-tamahan dan keterbukaan.20
Variasi kebudayaan Melayu juga menghasilkan variasi dalam identitas
orang Melayu, yaitu sebagai identitas khusus dari identitas Melayu dan
merupakan suatu ciri dari ke-Melayuan itu sendiri yang penuh dengan
keterbukaan dan dilandasi oleh prinsip hidup bersama dalam perbedaan. Di
antara variasi kebudayaan orang Melayu dan identitas sosial-budaya orang
melayu yang nampak penting referensi dalam interaksi adalah variasi-variasi
berdasarkan atas lokalitas.21
19
Hasbullah. Islam dan Transformasi Kebudayaan Melayu di Kerajaan Siak. (Pekanbaru:
Yayasan Pusaka Riau, 2007). hal.32
20
Husni Tamrin dan Afrizal Nur. Pemetaan Kebudayaan Melayu Riau, Laporan Hasil
Penelitian Universiti Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. (Pekanbaru: UIN Sultan Syarif
Kasim Riau, 2007). hal.56.
21
Ibid.
11
Tidak diragukan lagi bahwa agama orang Melayu adalah Islam.
Terlepas apakah mereka menjalankan ajaran Islam secara utuh atau tidak.
Islam diperkenalkan di kepulauan Melayu (Nusantara) melalui berbagai
proses yang berangsur-angsur dan rumit. Keyakinan baru ini, khususnya sejak
abad ke-15, tidak hanya mentransformasikan berbagai aspek kunci nilai-nilai
dan norma - norma Melayu, tetapi juga telah menjadi faktor penting dalam
identitas diri Melayu. Sungguhpun demikian, peranan dan pengaruh Islam
dalam kehidupan Melayu dibatasi oleh banyak kendala historis, politik,
kultural, dan institusional. Hal ini meliputi kolonialisme, kebiasaan dan
sistem nilai tradisional Melayu atau adat, dan feodalisme Melayu.22
Kemunculan dan perkembangan Islam di dunia Melayu menimbulkan
transformasi kebudayaan lokal. Transformasi kebudayaan Melayu itu dalam
banyak hal hampir sama dengan konversi masyarakat Arab ke dalam Islam
pada abad ke 7 yang juga merupakan transformasi kebudayaan bangsa Arab.
Transformasi suatu kebudayaan melalui pergantian agama dimungkinkan,
karena Islam menekankan bukan hanya keimanan yang benar, tetapi juga
tingkah laku yang baik, yang pada gilirannya setidaknya secara ideal harus
diejawantahkan setiap Muslim dalam pelbagai aspek kehidupannya. 23
Menggunakan istilah “revolusi agama”, menggambarkan terjadinya
transformasi kebudayaan di kawasan Melayu dari suatu keagamaan lokal
kepada sistem keagamaan Islam, lengkap dengan berbagai bentuk
pengejawantahan kebudayaannya. Revolusi agama yang memunculkan
transformasi kebudayaan itu disebabkan beberapa faktor yang inheren atau
factor - faktor lain yang kemudian secara kental diasosiasikan dengan Islam.24
Kehadiran Islam telah mampu memberi warna dalam kehidupan
masyarakat Melayu yang tentu saja melalui proses akulturasi dan adaptasi
antara nilai - nilai Islam dengan kebudayaan lokal. Fenomena dan ekspresi
kebudayaan Islam di kawasan Melayu, juga mencakup ciri - ciri universal
22
Hussin Mutalib. Islam Etnisitas Perspektif Politik Melayu (terjemahan). (Jakarta: LP3ES,
1995). hal.75.
23
Bryson, L. Pinklistiein & R,M, Mac Iver. Conflict of Power in Culture, Preceeding of the
Seventh Conferenc on Science, Philosopy anf Religion. (London & New York, 1978). hal.34.
24
Reid, Anthony. Dari Ekspansi Hingga Krisis, Jaringan Perdagangan Global Asia
Tenggara 1450 – 1680 (terjemahan). (1999).hal.67.
12
membuat kebudayaan di kawasan tertentu dapat disebut dengan meminjam
istilah Hodgson sebagai Islamicate. Hodgson merinci lebih jauh tradisi
keagamaan Islam, dengan segala diversitasnya, yang tetap mempertahankan
suatu bentuk integralitas, tetapi pada saat g sama, kebudayaan Islam di
kawasan mana pun, juga mempunyai unsur - unsur yang bisa disebut khas
bagi kawasan yang bersangkutan. Oleh para pemeluknya maupun para
pengamatnya, Islam dipandang sebagai agama sekaligus peradaban. 25
Pertemuan Islam dengan budaya Melayu terjadi dalam keadaan yang
seimbang dan sulit diungkapkan mana unsur - unsur yang berasal dari Islam
dan mana unsur - unsur yang berasal dari Melayu. Melayu bukan hanya
semata - mata persoalan geneologis, tetapi yang terpenting merupakan
wilayah kultural yang merupakan “state of mind”, demikian juga dengan
Islam merupakan “state of mind”. Pertemuan Islam dengan budaya Jawa
terjadi pada Islam berada di bawah (little tradition), sedangkan budaya Jawa
berada di atas (great tradition), dan Islam (yang berada di bawah) harus
secara perlahan - lahan menggerogoti budaya Jawa (yang berada di atas) agar
ia tetap eksis. Bahkan pertemuan Islam dengan budaya Melayu merupakan
suatu bentuk akomodasi dan hubungan timbal balik (reciprocal) di mana
Islam sudah di Melayukan atau Melayu yang sudah di Islamkan. 26
25
Hodgson, Marshall G.S. The Venture of Islam Iman dan Sejarah dalam Peradaban
Dunia masa klasik Islam (terjemahan). (1999).hal.89.
26
Rachmat Subagya. Agama Asli Indonesia. (Jakarta: Sinar Harapan,1981).hal.45.
13
dalam karangan dan buku - buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.27
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut
dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas - aktivitas
manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul
dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat
tata kelakuan.28
3. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa
benda - benda atau hal - hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang
lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah
kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.29
14
menjadi pegangan dilihat sebagai faktor utama yang memainkan peranan
dalam memperkuat bangsa Melayu beserta kebudayaannya. Dalam
meluaskan perbincangan tentang perkara ini, penulis akan mengupas
kebudayaan ini dari aspek kesenian sebagai asas. Tamadun dan peradaban
Islam telah mempengaruhi bidang kesenian Melayu, baik dari segi ukiran,
seni bangunan, dan seni hias. Contohnya dalam pembangunan masjid,
pengaruh seni bangunan masjid dari Asia Barat telah mempengaruhi reka
bentuk masjid di alam Melayu. Ia dapat dizahirkan berdasarkan bentuk kubah
dan bentuk mihrab yang menghadap kiblat.30
Peranan Islam dalam kebudayaan Melayu ini diperkukuhkan lagi
dengan pengaruh seni lagu dan musik yang dikembangkan oleh panyair-
penyair Islam untuk menggantikan seni lagu dan musik pra Islam. Media seni
lagu dan musik ini telah digunakan oleh para pendakwah untuk
mengembangkan agama Islam. Maka dapat dirumuskan bahwa agama Islam
ke alam Melayu merupakan satu zaman transformasi kepada umat Melayu
yang asalnya dalam kegelapan kepada cahaya. Selama ini, umat Melayu
dibelenggu dengan paham dan pegangan yang bergantung kepada mitos dan
khayalan, namun Islam telah mempengaruhi dan mencorakkannya untuk
kesejahteraan ummah.31
15
terbesar yang sedang dihadapi oleh umat Islam karena secara jangka panjang
umat Islam menghadapi gugatan dan ancaman yang luar biasa.32
Dalam hal sedemikian, tidak dapat mengelak untuk maju dan
berkembang. Sebagian daripada tuntutan untuk maju dan berkembang
mampu memberi pengaruh dalam jati diri dan integritas umat Islam,
khususnya dalam bersaing dengan dunia Barat yang dilihat maju dan modern
kehidupannya. Oleh karena itu, amat perlu pemikiran ulang dibuat, strategi
baru dibangunkan dan pendekatan bijaksana diatur supaya Islam sebagai
agama yang pernah menempa nama dalam pembinaan tamadun manusia
mampu menjuarai kembali dalam arus perubahan dunia yang semakin hilang
pedoman dan arahnya. Justru kekuatan aqidah, iman, kualitas diri yang
dibangun berasaskan keteguhan ilmu yang sepadu, berjiwa merdeka,
kepentingan keadilan dan moral harus menjadi orientasi dalam proses
pendidikan dan pembangunan ummah.33
Dalam membicarakan beberapa tantangan globalisasi terhadap
kebudayaan Melayu-Islam, dinyatakan beberapa tantangan yang perlu diberi
perhatian khusus. Di antaranya:
1. Ancaman keutuhan kebudayaan Melayu. Beberapa perkembangan yang
dapat dilihat di sini ialah ancaman yang menggugat keutuhan kebudayaan
Melayu-Islam yang berpaksikan globalisasi. Sebagai contoh, dampak
negatif yang dibawa oleh paham liberalisme yang memberi pengaruh
kepada pemahaman Islam. Dapat dilihat dari sebagian pendukung paham
ini yang mencoba menyebarkannya dalam kehidupan beragama,
khususnya agama Islam sehingga ia mampu memberi pengaruh yang besar
kepada survival umat Islam itu sendiri.
2. Penghinaan terhadap peribadi Rasulullah dan ulama’ muktabar.
Masyarakat Melayu-Islam memnag terkenal sensitif dengan isu kerasulan
Rasulullah SAW. Namun, sejak belakangan ini lahirnya satu usaha dan
gerakan yang mengendaki agar pribadi Rasulullah dipermainkan dan
dipertikaikan. Terdapat tindakan yang secara terang-terangan menghina
32
Sidek Baba. Memahami Konsep Penguasaan Ilmu Pengetahuan dalam Ke Arah Umat
Hadhari. (Kuala Lumpur: Yayasan Ilmuwan, 2010). hal.43.
33
Ibid.
16
pribadi Rasulullah yang digambarkan sebagai insan yang mempunyai
kecenderungan nafsu yang tinggi melalui perkawinan Rasulullah SAW.
Perkara ini timbul hasil dari pengaruh globalisasi yang sedang melanda
umat Islam di seluruh dunia.34
17
Perempuan Melayu dikatakan malas bekerja, hasil jualan tikar dan
buahan mereka membeli kain baju. Perempuan suka memakai sarung
berwarna merah dan berjalur-jalur. Baju kebaya dikenakan kerongsang
yang diperbuat dari perak, emas atau permata. Sanggul rambut atau siput
rambut disematkan pin sanggul. Kain yang dipakai perempuan diikat
dengan tali pinggang yang diperbuat dari perak atau emas bertatahkan
permata. Bagi lelaki pula memakai sarung dan baju Melayu dan di kepala
mereka memakai destar.
Undang-undang mereka adalah berteraskan undang-undang Islam.
Bird juga memetik pendapat seorang pegawai Inggris yang bernama Capt.
Shaw, yang menyatakan orang Melayu itu lembut, halus, lurus dan
peramah, serta mementingkan harga diri. Mereka sensitif dan sanggup
membunuh untuk menjaga dan mempertahankan harga diri dan keluarga.
Mereka beragama Islam dan cita-cita utama mereka ialah untuk
menunaikan haji ke Mekah. Ada di kalangan mereka yang telah ke Mekah
beberapa kali. Di sekeliling rumah ditanam dengan pokok buahan seperti
nangka, durian, sukun, mangga, pisang dan lain-lain. Mereka
menghabiskan masa dengan mendengar muzik, cerita atau mengadakan
ritual keagamaan. Setiap masjid ada kariahnya dan setiap kariah terdapat
44 buah rumah. Kalau ada kampung yang hendak membina masjidnya
sendiri mesti ada 44 buah rumah. Hal-hal ugama diserahkan kepada Imam
yang juga melaksanakan tugas-tugas berkaitan perkahwinan dan kematian.
Kenduri sering diadakan seperti pada masa kelahiran, memotong jambul,
perkhatanan dan perkahwinan. Dan pada waktu kenduri ini lazimnya
disembelih kerbau. 36
Dari segi kepercayaan, orang Melayu amat percaya kepada hantu,
pawang, bomoh dan tanda-tanda baik-buruk. Sebagai contoh, orang
Melayu percaya adanya hantu, harimau jadi-jadian dan sebagainya. Orang
Melayu juga percaya kepada keujudan pelesit, polong dan lain-lain.
Burung pungguk dikatakan burung hantu. Penanggalan pula dalam bentuk
wanita, kepalanya boleh ditanggalkan dan meninggalkan badan untuk
36
Kessing, Roger, M,. Antropologi Budaya Suatu Persperktif Kontemporer, jilid 2, terj:
Samuel Gunawan.( Jakarta: Erlangga, 1992). Hal 30
18
pergi mencari darah perempuan yang baru bersalin. Orang Melayu juga
percaya kesan azimat yang dipakai pada badan mereka. Bagi Bird, yang
paling penting untuk menjelaskan identiti orang Melayu ialah keris dan
konsep amuk. Keris dilihat sebagai senjata dan simbol diri atau kejantanan
lelaki Melayu. Amuk juga dikaitkan dengan harga diri. Orang mengamuk
sekiranya harga dirinya dicemuh atau diperendahkan, ataupun dirinya dan
keluarganya diaibkan. Mereka mengamuk kerana pandangan mereka
menjadi gelap dan tidak tahan menanggung malu dan celaan
tersebut.Pengadapsian tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor fisikal,
seperti iklim, tofografi sumber daya alam dan sejenisnya. 37
Perkembangan zaman juga mendorong terjadinya perubahan-
perubahan disegala bidan termasuk kedalam kebudayaan. kebudayaan
dianut semua kelompok sosial akan bergeser baik itu secara lambat
maupun cepat yang akan menimbulkan antara kelompok-kelompok yang
menghendaki perubahan dan yang tidak menghendaki perubahan. Hal
yang terpenting dalam proses pengembangan suatu kebudayaan adalah
dengan adanya kontrol atau kendali terhadap prilaku reguler (yang
tampak) yang ditampilkan oleh para penganut kebudayan. Karena tidak
jarang perilaku yang dianut didalm kelompok sosial nya. Yang diperlukan
disini adalah kontrol sosial yang ada dimasyarakat, yang menjadi suatu
cambuk bagi komunitas yang menganut kebudayaan tersebut.
37
Roza Ellya. Islam dan Tamadun Melayu.( Pekanbaru-Riau: Daulat Riau,2013).Hal 20
19
PENUTUP
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an Terjemahan.
Abdullah, Ishak. 1998. Kedah Dahului Melaka Terima Islam Di Tanah Melayu.
Kedah : Al- Islam.
Amran Kasimin. 1995. Agama dan Perubahan Sosial Di Kalangan Penduduk Asli
di Tanah Melayu. Terjemahan. Kuala lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Malaysia.
Bryson, L. Pinklistiein & R,M, Mac Iver. 1978. Conflict of Power in Culture,
Preceeding of the Seventh Conferenc on Science, Philosopy anf Religion.
London & New York.
Daniel Peret. 1998. Hubungan Budaya Dalam Sejarah Dunia Melayu. Kuala
Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia.
Farish A. Noor. 2000. “Let Islam Lead The Way with Its Progressive View In
Sexuality,” dalam News Straits Times, 4 November 2000.
Fariza Md. Sham. 2002. “Peranan Islam Dalam Sejarah dan Kebudayaan
Melayu.” dalam Dakwah Kepada Masyarakat Muslim Di Malaysia. Bangi:
Jabatan Pengajian Dakwah dan Kepimpinan UKM.
Hodgson, Marshall G.S. 1999. The Venture of Islam Iman dan Sejarah dalam
Peradaban Dunia masa klasik Islam (terjemahan).
Husni Tamrin dan Afrizal Nur. 2007. Pemetaan Kebudayaan Melayu Riau,
Laporan Hasil Penelitian Universiti Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pekanbaru : UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
Judistira K. Garna (1996). Ilmu - ilmu Sosial Dasar Konsep Posisi. Bandung:
PPs. UNPAD. Jumsari Jusuf (transliterasi).
21
Kessing, Roger, M. 1992. Antropologi Budaya Suatu Persperktif Kontemporer,
jilid 2, terj: Samuel Gunawan. Jakarta: Erlangga
Parsudi Suparlan. 1985. Melayu dan Non - Melayu: Kemajemukan dan Identitas
Budaya. Pekanbaru: Pemda Tk I Riau.
22