Anda di halaman 1dari 46

TUGAS RANGKUMAN

MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1 SAMPAI BAB 6

DISUSUN OLEH

KADEK ELDA PRIMADISTYA

(022.125.003)

KHUSNIATUN NISSAH

(022.125.006)

CHUZAIMAH SEIBER ALFADILLAH

(022.125.007)

BAB 1
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti

Kampus A, Jl. Kyai Tapa no. 1 Grogol Jakarta Barat 11440.

Kampus F, Jl. Jenderal Ahmad Yani No 107 By Pass, Rawasari, Jakarta Timur 13210.
PENDAHULUAN

A. Overview: Belajar dari Krisis Perbankan


Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di bidang
keuangan, moneter, dan perbankan pada Juni 1983. Deregulasi tersebut telah mengakibatkan
kebutuhan dana secara langsung maupun tidak langsung melalui perbankan. Kondisi ini
mendorong tumbuhnya perbankan kita baik menyangkut produk perbankan, jumlah bank
maupun jumlah cabang yang pada gilirannya semakin banyak menjangkau masyarakat yang
membutuhkan jasa perbankan. Kondisi perbankan yang sarat dengan pertumbuhan
(eskpansif) terjadi hingga awal 1997 menjelang krisis perbankan.
Krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1997/1998 memberikan pelajaran sangat serius
dalam bisnis perbankan. Bank kesulitan likuiditas, kualitas asset memburuk, tidak mampu
menciptakan earning dan akhirnya modal terkuras dalam waktu yang sangat cepat san
kondisi ini melanda sebagian besar bank di Indonesia. Kondisi yang memprihatinkan ini
terjadi hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return in asset (ROA) negative, terjadi
negative spread, sangat sedikit bank yang membagi dividen, likuiditas rendah, kredit
bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) relative tinggi dan rasio kecukupan modal
bank di bawah 8% bahkan beberapa bank mengalami Capital Adequacy Ratio (CAR)
negative (direktori perbankan indonesia dan direktori pasar modal Indonesia 1997 s/d 2004).
Kesulitan-kesulitan lembaga perbankan di Indonesia tampak berkepanjangan, padahal Bank
Indonesi telah menjalankan tugasnya sebagai lender of last resort, yaitu fungsi yang melekat
sebagai perlindung bank dalam hal terajadi kesulitan likuiditas. Disamping itu Bank
Indonesia telah menciptakan jejaring pengaman (safety net) dengan memberikan penjaminan
penuh (blanket guarantee) atas simpanan masyarakat.
Kesulitan ini menunjukan ada kebujakan perbankan yang “keliru” ataupun kelemahan-
kelemahan manajerial lain dalam bisnis perbankan di Indonesia. Dalam perspektif
manajemen perbankan, Hahm dan Mishkin (2000) menyebutkan bahwa akar masalah krisis
perbankan di Asia Tenggara karena adanya liberalisasi keuangan yang ditandai dengan
semakin bebasnya arus dana asing masuk ke sector perbankan di mana Indonesia termasuk
yang sangat cepat melakukan liberalisasi di bidang perbankan melalui kebijakan deregulasi.
Peningkatan capital inflow ini deisebabkan negara berkembang memangmembutuhkan dana
untuk pembangunan ekonomi. Di samping itu pemerintah juga memberikan jaminan tidak
langsung terhadap investor asing melalui kebijakan managable floating rate sehingga resiko
forex juga dimungkinkan akan semakin kecil, sementara IMF memberikan dukungan dengan
menjamin bahwa investasi akan aman bila dilakukan di negara berkembang khususnya Asia
Tenggara. Hal ini semakin mendorong masuknya dana asing le lembaga perbankan domestic.
Arus dana asing yang masuk ke lembaga perbankan domestic kemudian sebagian besar
ditematkan pasa kredit untuk membiayai proyek-proyek yang memiliki yield atau keuntungan
yang diharapkan tinggi.
Proyek-proyek dengan tield tinggi tentu juga akan memiliki resiko tinggi. Dalam
kebijakan perkreditan bank, penentuan bunga kredit didasarkan juga dari tingka resiko suatu

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


1
proyek yang akan dibiayai. Semakin tinggi resiko, maka bank akan semakin tinggi dalam
menentukan premi resiko. Maknanya adalah semakin tinggu resiko maka lending rate juga
semakin tinggi.
Bank-bank yang berada di negara sedang berkembang dan sedang mekalikan liberalisasi
keuangan, umumnya memiliki personal pada aspek atau teknis manajerial yaitu kurang
memiliki loan officer yang terlatih dengan baik, pemahaman risk assessment system yang
sangat lemah, keahlian manajemen lainnya relative buruk. Problem ini mengakibatkan
pertumbuhan kredit yang sangat tinggi (lending boom) pada sector-sektor usaha/proyek yang
berisiko tinggi yang memperluas sumber-sumber pengawasan bank. Bank telah gagal
menyeleksi dan memonitor kredit yang tepat. Disamping itu pada negara berkembang yang
telah melakukan liberalisasi keuangan umumnya begitu banyak regulasi dinancial yang
buruk. Otoritas pengawas bank gagal mekakukan supervise terhadap bank.
Penempatan krediy yang berisiko tinggi, buruknya kemampuan manajemen, lemahnya
keahlian loan officer dan buruknya regulasi serta pertumbuhan kredit yang sangat tinggi telah
menciptakan ketidakpastian pada dunia perbankan di negara berkembang. Ketidakpastian
inimenciptakan asimetri informasi. Asimetri informasi sering dimaknai sebagai informasi
yang tersembunyi, yang tidak semua stekholder mengetahuinya. Semakin tinggi asimetri
informasi mengidentifikasikan semakin tinggi risiko perbankan. Kondisi ini sangat rawan
bagi lembaga perbankan nasional karena membuka peluang bagi paraspekulan pasar uang
untuk melakukan tindakan spekulatif.
B. Pengertian Bank dan Perbankan

Pengertian bank sering disamakan dengan pengertian perbankan. Padahal hal tersebut
sangatlah berbeda. Bank hanya mencangkup aspek kelembagaan. Bank adalah sebuah
lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito
tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit)
kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit
spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat banyak. Pada pengertian di atas tampak sangat static, bank sebagai
lembaga atau badan usaha.

Sedangkan pengertian perbankan sangat dinamis. Perbankan adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan bank, mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha tersebut adalah menyangkut jasa
keuangan. Dalam perspektif ilmu keuangan, perbankan adalah bagian dari ilmu keuangan.
Dengan demikian pembahasan manajemen perbankan memfokuskan pada masalah keuangan,
bukan bidang marketing maupun sumber daya manusia

C. Kriteria Bank
Pemahaman terhadap karakteristik bank sangat diperlukan dalam mengelola bank. Beberapa
karakteristik antara lain:
1. Bank adalah lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara keuangan

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


2
2. Bank juga merupakan industry kegiatan yang mengandalkan kepercayaan sehingga harus
selalu menjaga kesehatannya.
3. Pengelolaan bank dalam melakukan kegiatannya juga selalu dituntut senantiasa menjaga
keseimbangan pemeliharaan likuiditas dengan kebutuhan profitabilitas yang wajar serta
modal yang cukup sesuai penanamnya
4. Bank juga dapat dipandang sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dan bagian dari
system moneteryang mempunyai kedudukan strategis sebagai menunjang pembangunan
5. Secara operasional bank mempunyai cirri khas yaitu aktiva tetapnya relative rendah,
hutang jangka pendeknya lebih banyak jumlahnya dan perbandingan antara aktiva dengan
modal sangat besar.
D. Keunikan Bank
Bank mempunyai beberapa keunikan yang tidak dimiliki oleh lembaga keuangan lainnya.
Antony Saunders (2004) menyebutkan bahwa bank mempunyai keunikan sebagai berikut:
1. Ada peran monitor to monitor
2. Keputusan pemberian kredit oleh bank akan memberikan efek positif berupa good news.
3. Bank mampu memerankan transfer kekayaan dari yang tua ke yang muda
4. Bank dapat bertindak sebagai asset transformer
E. Jenis Bank
1. Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, terdiri dari:
a. Bank umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah dalam jegiatannya memberikan hasa lalu lintas
pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang daam kegiatannya tidak
memberikan lalu lintas pembayaran
2. Jenis bank dilihat dari fungsinya, ada beberapa yaitu:
a. Bank Komersial, yaitu bank yang dalam pegumpulan dananya terutama menerima
deposito dalam bentuk deposito lancer (giro) dan deposito berjangka dan dalam
usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek
b. Bank Pembangunan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima deposito dalam bentuk deposito berjangka dan atau mengeluarkan kertas
berharga jangka pendek dan jangka panjang dan dalam usahanya terutama
memberikan kredit
c. Bank Tabungan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima
deposito dalam bentuk deposito tabungan dan dalam usahanya terutama
memperhitungkan dananya dalam kertas berharga.
3. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya
a. Bank Pemerintah Pusat
b. Bank Pemerintah Daerah
c. Bank Swasta Nasional
d. Bank Swasta Asing

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


3
e. Bank Swasta Campuran
4. Jenis bank berdasarkan kegiatan devisa:
a. Bank Devisa
b. Bank Non Devisa
5. Jenis bank berdasarkan dominasi pangsa pasarnya:
a. Retail Banking
b. Wholesale Banking
F. Kegiatan Usaha Bank
a. Kegiatan Usaha Bank Umum Konversional
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu
2. Member kredit
3. Menebitkan surta pengakuan hutang
4. Membeli, menjual aau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan
atas mana perintah nasabahnya:
- Surat-surat wesel
- Surat pengakuan hutang dan kertas dagang
- Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah
- Sertefikat Bank Indonesia
- Oblihasi
- Surat daganga berjangka waktu sampau dengan 1 (satu) tahun
- Instrument surat berharga yang berjangka waktu sampau dengan 1 (satu) tahun
5. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri atau nasabah
6. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank
lain
7. Menerima pembayaran dari taguhan atas surat berharga
8. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat berharga
9. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan kontrak
10. Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya
11. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat
12. Menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip
syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia
b. Kegiatan Utama Bank Umum Syariah
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu dan tidak bertentangan dengan prinsip syariah
2. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad
musyawarah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan model syariah

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


4
3. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah
4. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabag
5. Melakukan usaha kartu debit atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
6. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah
7. Melakukan kegiatan caluta asing berdasarkan prinsip syariah
8. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pension berdasarkan prinsip syariah
9. Memberli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh
pemerintak dan atau Bank Indonesia
c. Kegiatan Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
2. Memberikan kredit
3. Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat Bank Indonesi (SBI), deposito
berjangka, sertifikat deposito dan atau tebungan pada bank lain
d. Kegiatan Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) syariah
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, dan investasi berupa
deposito atau bentuk lainnya yang dipersamakan
2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk pembagian bagi hasil, pembiayaan
untuk transaksi jual beli, pinjaman berdasarkan akad qardh, pembiayaan penyewaan,
pengambil alihan hutang berdasarkan akad hawalah
3. Menemoatkan dana oada banj syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan wadi’ah
dan investasi berdasarkan akad mudharabah
4. Memindahkan uang, baik utntuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan
nasabah
5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank syariah
G. Larangan Kegiatan Usaha Bank
a. Larangan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
1. Melakukan penyertaan modal, kecuali melakukan kegiatan sebagaimana maksud
dalam no. 15 dan 16 pada penyelesaian kegiatan usaha Bank Umum Konvensional
tersebut diatas
2. Melakukan usaha peransuransian
3. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dihelaskan di atas
b. Larangan Kegiatan Bank Umum Syariah
1. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah
2. Melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung dipasar modal
3. Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam angka 19 dan 20
pada kegiatan usaha bank syariah
4. Melakukan kegiatan usaha peransuransian, kecuali sebagai agen pemasaran asuransi
syariah

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


5
c. Larangan Kegiatan Usaha BPR Konvensional
1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing
3. Melalukan penyertaan modal
4. Melakukan usaha peransuransian
5. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam kegiatan
usaha BPR diatas
d. Larangan kegiatan usaha BPR Syariah
1. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan perinsip syariah
2. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran
3. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran uang asing dengan
ijin Bank Indonesia
4. Melakukan kegiatan usaha peransuransian, kecuali sebagai aden pemaaran asuransi
syariah
5. Melakukan penyertaan modal
H. System Perbankan
Pengertiaan system perbankan ada dua macam, pertama adalah sebagai suatu jaringan
yang terintegrasi dengan lembaga-lembaga perbankan yang terdiri dari BI, Bank Umum, dan
BPR. Kedua adalah sebagai satu jaringan yang terintegrasikan bank-bank deposito yang
terdiri dari sejumlah bank deposito.

System perbankan yang berlaku di Indonesia ada dua macam, yaitu:


1. Unit Banking Sistem, yaitu suatu system yang menyebutkan bahwa berlakunya pola
operasional perbankan pada ruang lingkup unit tertentu saja, berdiri sendiri dan
mempunyai kewenangan yang mencangkup kegiatan sebatas di Bank yang bersangkutan
2. Branch Banking Sistem, yaitu system perbankan yang terdiri dari kantor pusat, kantor
cabang dengan management modern yang terpadu, terencana dan ada desentralisasi
kecenangan yang luas serta wilayah operaisonalnya sangat luas/tidak pada wilayah
tertentu saja.
Cirri-ciri bank yang menganut system ini adalah:
1. Bank dapat melakukan diversifikasi produk yang lebih bervariatif guna mendukung
jaringan cabang/operasional yang luas
2. Bank dapat melakukan intermediary lokasi sehingga dapat tumbuh lebih cepat dan dapat
mengambil peran yang lebih besar dalam perekonomian
3. Bank dapat melakukan ekspansi fisik ke daerah ekonomi baru sebagai pusat pertumbuhan
4. Kantor pusat membuat perencanaan jangka panjang, cabang-cabang bank cendrung
membuat rencana jangka pendek
5. Delegasi wewenang lebih jelas dan mantap terutama dalam memutuskan kredit
berdasatkan status cabang
6. System ini lebih memungkinkan mendorong bank untuk menjangkau pasar terdekat
dengan cabang-cabangnya

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


6
System cabang memiliki kelemahan yaitu, ketika suatu cabang menerima permohonan
kredit yang bukan wewenangnya. Proses perkreditan menjadi lebih lama karena harus
melalui kantor pusat. Kredit diputuskan oleh komite pusat. Disamping itu dengan system
ini akan merugikan bank bila delegasi wewenang dari pusat ke cabang tidak diikuti
kemampuan manajerial/SDM di tingkat cabang
I. Lingkungan Perbankan
Bank-bank beroperasi pada skala nasional maupun internasional. Dalam operasinya, bank
akan berinteraksi dengan sesame bank di dalam negeri, dengan perusahaan non bank dan
bank dan non bank yang berada di luar negeri. Interaksi ini membentuk lingkungan tersendiri
menurut tingkat ineteraksinya. Lingkungan tersebut lingkungan internal, lingkungan
eksternal dan lingkungan internasional.
a. Lingkungan internal
Lingkungan internal adalah lingkungan di kalangan perbankan. Dalam lingkungan
internal, bank mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai peserta dalam persaingan dan
sebagai bagian organic system perbankan. Sebagai peserta atau sebagai bagian organic
sudah selayaknya menyenal lingkungan internal beroperasinya suatu bank yang
menyangkut aspek:
1. Undang-Undang Perbankan (UU No.10 tahun 1998) dan ketentuan/peraturan lain
yang berkaitan dengan lembaga perbankan
2. Kebijakan moneter dan perbankan yang dilakukan Bank Indonesia maupun
Departemen Keuangan RI
3. Struktur Perbankan Indonesia atau konsentrasi Perbankan
4. System perbankan yang berlaku di Indonesia: unit atau branch banking system
5. Jenis bank yang beroperasi: Bank Umum Konvensional atau Bank Syariah, Devisa
atau Non Devisa
6. Peta perkembangan perbankan baik menyangkut jumlah, penyebaran dan posisi dana
serta prospeknya
7. Persaingan antar bank

Perhatian terhadap aspek-aspek tersebut berguna bagi bank untuk menentukan


keuatan dan kelemahan, peluang dan tantangan bank yang bersangkutan, kemudian bank
dapat memposisikan sebagai lender, challenger, follower, atau nicher dalam persaingan
antar bank

System perbankan merupakan jaringan yang terintegrasi, secara otomatis antar bank
ada saling ketergantungan dan harus berinteraksi satu sama yang lain sebagai bagian dari
system perbankan. Bukti bahwa antar bank saling tergantung dan saling berinteraksi
misalnya dalam hal transfer dana antar bank, kliring antar bank, peneriamaan uang kartal
untuk diedarkan dari Bank Indonesia, pinjam meminjam dana antar bank, kredit
sindikasi, bank koresponden, hubungan bank devisa dengan non devisa dalam transaksi
dengan surat kredit berdokumen (letter of credit) dan sebagainya

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


7
b. Lingkungan eksternal
Lingkungan eksternal adalah lingkungan berganda (multiple encironment), dengan
kata lain sebagai lingkungan yang rangkap atau berlapis-lapis, lingkungan ini terdiri dari
lingkungan fisik, teknologi, hukum, social-demografi, ekonomi, lingkungan usaha,
ekonomi makro, politik dan persaingan. Sementara pihak-pihak yang penting bagi bank
dalam lingkungan ini adalah rumah-tangga-rumah-tangga, unit-unit pemerintahan dan
perusahaan non keuangan.

Tabel 1.1.
Klasidikasi Industri Di Indonesia

PERTANIAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI


Pertanian Makanan dan minuman
Perkebunan Industry tembakau
Pertenakan Farmasi
5
Perikanan Kosmetik dan alat kep. Rumah
1
tangga
Kehutanan Lain-lain yang belum terklasifikasi
Lain-lain yang belum terklasifikasi
INDUSTRI, PROPERTI& REAL
ESTATE
Pertambangan Konstruksi
Pertambangan batu bara 6 Property dan real estate
Pertambangan minyak dan gas Lain-lain yang belum terklasifikasi
bumi
2 Pertambangan logam dan mineral
Penggalian batu dan tanah INFRASTRUKTUR,
UTILITAS&TRANSPORTASI
Lain-lain yang belum terklasifikasi Energy
Jalan tol. Pelabuhan&sejenisnya
7
INDUSTRI DASAR DAN KIMIA Telekomunikasi
Semen Transportasi
Keramik, gelas, dan porselen Lain-lain yang belum terklasifikasi
Produk logam dan sejenisnya
Kimia KEUANGAN
3 Plastic Bank
Pakan ternak Lembaga pembiayaan
Industry kayu dan pengolahannya 8 Perisajaan efek
Pulp dan kertas Asuransi
Lain-lain yang belum terklasifikasi Reksadana
Lain-lain yang belum terklasifikasi
4 ANEKA INDUSTRI 9
Mesin dan alat berat PERDAGANGAN DAN JASA
Otomotif dan komponennya Perdaganan besar barang industry

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


8
Tekstil dan garmen Perdagangan besar barang konsumsi
Alas kaki Perdagangan eceran
Kabel Hotel dan restoran
Elektronik Pariwisata dan hiburan
Lain-lain yang belum terklasifikasi Periklanan dan media jasa
Jasa computer dan perangkatnya

Perusahaan-perusahaan yang diklasifikasikan pada tabel 1.1 (selain bank atau selain
industry keuangan) perlu mendapat perhatian bank, sebab perusahaan non financial
tersebut ada yang mengalami kelebihan dana maupun ada yang membutuhkan dana. Bank
komersial atau bank deposito dapat beroperasi secara terus menerus karena jasa
intermediasinya digunakan oleh mereka.
c. Lingkungan internasional
Komponen yang relevan drngan lingkungan internasional adalah moneterisasi
perekonomian dunia, tingkat dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang
internasional atau sebaliknya, posisi neraca berjalan suatu negara devisa, inflasi relative,
suku bunga relative, laju pertumbuhan ekonomi bangsa dan persaingan internasional.
Factor-faktor tersebut saling berkait dan bank dapat mengambil manfaat dari perilaku
factor tersebut, khususnya bank-bank yang berurusan dengan msalah transaksi
internasional (valuta asing), beberapa factor yang secara eksplisit sebagai factor yang
mempengaruhi kurs valuta asing:
1. Penawaran dan permintaan valuta asing. Penawaran valuta asing dicerminkan atau
terjadi ketika terjadi ekspor barang dan jasa dari suatu negara ke negara lain yang
menghasilkan valuta asing atau forex
2. Factor tingkat inflasi. Perbedaan tingkat inflasi antar negara dapat menimbulkan
fluktuasi kurs valuta asing. Pada negara yang mengalami inflasi yang lebih tinggi
akan mendprpng impor dari negara yang inflasinya lebih rendah. Impor barang ini
yang akan mendorong permintaan valuta negara eksportir.
3. Factor tingkat bunga. Peningkatan suku bunga umumnya dilakukan untuk menarik
modal dari luar negeri.
4. Factor kebijakan pemerintah. Dalam memelihara stabilitas nilai kurs suatu mata uang,
umumnya suatu negara akan melakukan kebijakan-kebijakan di bidang moneter.
5. Posisi neraca transaksi berjalan (current aacount) dan neraca modal. Posisi ini dapat
dilihat pada neraca pembayaran suatu negara (balance of payment) sub current
account dan capital account.
Disamping factor-faktor diatas, pertumbuhan perekonomuan suatu negara akaan
memberikan daya tarik bagi para investor di luar negeri. Daya tarik ini akan diikuti
oleh penanaman modal luar negeri di Indonesia, artinya permintaan rupiah terhadap
mata uang asing juga meningkat.
J. Keberlangsungan Kegiatan Bank, Lingkungan Perbankan dan Manajemen Integratif

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


9
Fungsi usaha suatu bank adalah mencari pendapatan bagi para pemiliknya, sedangkan
fungsi ekonomi suatu bank adalah menyediakan berbagai jasa keuangan yang diperlukan
dalam perekonomuan. Dengan kata lain fungsi utama suatu bank akan dapat dilakukan kalau
bank tersebut menjalankan fungsi ekonomi. Untuk dapat menjalankan dungsi ekonominya,
suatu bank hatus dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Bank dapat tumbuh dan
berkembang karena mampi menyesuaikan dengan ilngkungannya. Dengan demikian bank-
bank yang tidak mampu menyesuaikan lingkungan akan tidak menjalankan fungsi ekonomi,
fungsi usaha, dan kemudian akan lenyap atau kehilangan dasar hidupnya.

Perangkat fungsi ada dua yaitu, perangkat fungsi keluar yang terdiri dari fungsi usaha dan
fungsi ekonomi, dan perangkat fungsi kedua yaitu, perangkat fungsi antara system. Dengan
menjalankan perangkat fungsi antara system maka memungkinkan secara integrative bank
dapat menjalankan fungsi usaha dan fungsi ekonomi dalam rangka penyesuaian terhadap
lingkungan. Manajemen yang menjalankan pendekatan system ini disebut manajemen
integrative.

Dengan perhatian uraian di atas sebeneranya dapat diringkas bahwa keberhasilan bank
dalam menjalankan usahanya sangat tergantung dari kemampuan memahami/menyesuaikan
dengan lingkungannya, kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya, kemampuan
melakukan penyesuaian terhadap perubahan lingkungannya serta kemampuan menjalankan
manajemen integrative

K. Efisiensi Ekonomi, Persaingan dan Pasar Kompetitif

Efisiensi ekonomi pada perbankan juga mengandung dua dimensi, yaitu tersedianya
berbagai macam instrument financial bagi pemilik aktiva yang menguntungkan, memberikan
ng portofolio yang paling optimal untuk kepentingan return, risk dan likuiditas. Alokasi
sumber dana pada penggunaan yang paling bernilai dan tersedianya berbagai instrument
keuangan akan terjadi bila bank-bank berada pada lingkungan yang kompetitif. Lingkungan
yang kompetitif akan melahirkan persaingan yang kompetitif. Persaingan akan timbul bila
terdapat banyak penjual/bank sehingga sering disebut penawaran kompetitif. Pada sisi
permintaan, semakin banyak jumlah pembeli juga akan menciptakan permintaan kompetitif.
Pertemuan penawaran kompetitif dengan permintaan kompetitif akan membentuk pasar
kompetitif.

Pasar kompetitif merupakan syarat adanya persaingan. Persaingan dari sisi penawaran
dapat dibedakan persaingan harga dan persaingan bukan harga. Persaingan harga bias diatasi
dengan bekerja pada tingkat yang paling efisien untuk menurunkan biaya tetap atau biaya
variable, keberhasilan menurunkan biaya akan meningkatkan pernjualan produk atau jasa.
Peningkatan penjualan akan mendorong perkembangan bank. Bila sebagian besar
perusahaan/penjual/bank berkembang, maka perekonomian juga akan berkembang.
Perkembangan ekonomi tersebut didorong oleh persaingan harga.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


10
L. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Arah Kebijakan Perbankan

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar system perbankan
Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arahan, bentuk dan tatanan industry
perbankan untuk rentan waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan suatu
perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan dalam
rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Visi API yaitu: menciptakan system perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna
menciptakan kestabilan system keuangan alam rangkat membantu mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional.

Guna mempermudah mencapaian visi API tersebut, makan ditetapkan beberapa sasaran
yang ingin dicapai, yaitu:

1. Menciptakan struktur perbankan domestic yang sehat dan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan
2. Menciptakan system pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada
standart nasional
3. Menciptakan industry perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta
memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko
4. Menciptakan good corporate government dalam rangka memperkuat kondisi internal
perbankan nasional.
5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mewujudkan terciptanya industry
perbankan yang sehat
6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlingungan konsumen jasa perbankan
M. Tantangan Perbankan Ke Depan

Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbankan harus dilakukan di
berbagai bidang terutama untuk menjawan tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan
dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah


Untuk mncapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu lima tahun ke
depan, diperlukan pertumbuhan kredit perbankan yang cukup besar. Sementara itu,
kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini mengidentifikasikan bahwa
pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak
memperbaiki kondisi permodalannya
2. Struktur perbankan yang belum optimal
Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh terkonsentrasinya
struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai 75% asset perbankan di
Indonesia). Namun demikian bank-bank kecil dalam hal ini perlu mendapatkan perhatian
karena selain jumlahnya relative banyak, bank-bank kecil tersebut juga memiliki

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


11
cangkupan usaha yg relative sama dengan bank-bank besar namun dengan kemampuan
operasional, manajemen risiko dan corporate governance yang relative lebih terbatas.
3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh
masyarakat masih kurang
Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan ditandai dengan
seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai kurangnya akses terhadap kredit
dan tingginya suku bunga kredit serta masih banyaknya prakti penyediaan jasa keuangan
informal.
4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
Hal ini disebabkan karena masih terdapatknya beberapa prinsip-prinsip pridensial yang
masih belum diterapkn secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu
ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law-
enforcment pengawasan yang belum efektif.
5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah
Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya corporate government dan
core banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang
cukup mendasar pada dua hal tersebut.
6. Profitabilitas dan efisien operasional bank yang tidak sustainable
Tingkat profitabilitas dan efisien operasional yang dicapai oleh perbankan pada
umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini
disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank-bank. Marhin yang diperoleh
bank-bank semakin mengecil karena adanya kecendrungan suku bunga yang menurun
7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan
Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh
langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. Oleh karena itu, menjadi tantangan
sangat besar bagi perbankan dan Bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara
bersama-sama menciptakan standar-standar yang jelas dalam membentuk mekanisme
pengaduan nasabah dan transportasi informasi produk perbankan
8. Perkembangan Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi oleh perbankan.
Perkembangan teknolohi informasi (TI) menyebabkan makin pesatnya perkembangan
jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga risiko-risiko yang muncul menjadi
lebih besar dan bervariasi.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


12
BAB 2
REGULASI DAN PENGATURAN PERBANKAN
A. Mengapa Perlu Regulasi

Ada beberapa alasan lain yang perlu dipahami, mengapa bank perlu diatur, alasan tersebut
antara lain:

a. Lembaga perbankan di samping mempunyai tujuan bisnis juga mengemban amanat


nasional untuk mensejahterakan rakyat banyak. Oleh karena itu, kegiatan bank tidak
boleh mengabaikan kepentingan rakyat, yaitu kemakmuran bersama. Dominasi atau
monopoli perbankan sangat bertentangan dengan konsep pemerataan kemakmuran.
b. Persamaan kepentingan stakeholder. Bank yang beroperasi untuk publik berarti melayani
publik. Oleh karena itu bank juga disebut lembaga kuasi publik (kuasi publik institusion).
Kepentingan stakeholder mutlak diperhatikan. Mereka adalah pemilik saham, para
pegawai di dalamnya, pada kreditur, pada deposan dan masyarakat umumnya yang
menggunakan jasa perbankan.
c. Bank merupakan lembaga kepercayaan. Sebagai lembaga kepercayaan, maka masyarakat
akan dipercayakan dananya di bank. Deposan yang bertindak sebagai kreditur/ investor
pada bank juga harus merasa bahwa investasinya aman di bank tersebut.
d. Bank umumnya beroperasi dengan modal yang samngat rendah dibandingkan dengan
hutang atau kewajiban kepada pihak eksternal.
e. Kebangkrutan atau likuidasi bank dapat menimbulkan domino effect terhadap bank lain
yang sehatr. Bila ini terjadi maka akanm mengganggu sistem perbankan nasional dan
perekonomian nasional. Untuk itu perlu diatur.

B. Regulasi, Deregulasi, dan Reregulasi

Ada beberapa yang bisa menjadi pedoman, antara lain:

1. Tidak menimbulkan konsentrasi kekuatan ekonomi


2. Memberikan fleksibilitas bagi bank untuk tumbuh secara optimal
3. Dapat menciptakan pasar yang kompetitif
4. Dapat melindungi kepentingan stakeholder
5. Dapat diterima oleh pihak-pihak yang diatur maupun pihak yang mengaturnya
6. Dapat dilaksanakan secara bertanggung jawab, tidak dapat disimpangi oleh pihak-pihak
yang diatur
7. Memiliki kepekaan untuk membedakan bank yang berkinerja baik dan bank yang
berkinerja buruk
8. Dinamis, artinya regulasi harus bersifat dinamis yaitu sesuai dengan perkembangan
pemikiran pemerintah serta lembaga pengatur, perkembangan sektor riil, teknologi,
produk dan jasa perbankan, manajemen dan sebagainya.

C. Tujuan Pengaturan Perbankan

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


13
Regulasi, deregulasi, maupun reregulasi yang diciptakan otoritas moneter dibidang
perbankan harus sinergi dengan regulasi disektor lain selain bank. Dengan demikian, tujuan
pengaturan bank sebenarnya untuk kepentingan safety, stability, dan structure

1. Safety
Dalam hal ini adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan pasar dalam penarikan
simpanan oleh masyarakat yang berakibat pada ambruknya suatu bank. Otoritas moneter
sangat menyadari bahwa jumlah uang yang beredar mayoritas melalui bank. Peredaran
uang akan mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja, produksi danmpendapatan
masyarakat. Kegagalan suatu bank bisa menimbulkan rush pada beberapa bank lain dan
ini beraarti akan menggangu sistem perbankan nasional. Memang tidak menutup
kemungkinan resiko kegagalan bank tersebut telah dicover melalui insurance deposit,
namun demikian konsekuensi ini tetap menimbulkan biaya bagi bank maupun
perekonomian secara macro.
2. Stability
Tujuan safety dan stability dapat dipandang sebagai motif fundamental ekonomi macro
dan micro. Pada level ekonomi makro, penawaran uang merupakan faktor penentu yang
sangat penting dari aktivitas ekonomi secara totaol. Para ahli monetertentu akan
mengatakan bahwa faktor ini sangat penting. Dengan demikian otoritas moneter
berkepentingan untuk melindungi the money suply dan meningkatkan pengendalian bank
reserves, interest rate serta kredit perbankan. Sedangkan pada ekonomi mikro,
memfokuskan pada risk exposure of individual bank dan mengisolasi kemungkinan
domino effect. Untuk melakukan hal tersebut, otoritas moneter akan memperhatikan
setiap individual bank agar dapat beroprasi secara aman dan sehat.
3. Structure
Pengendalian struktur perbankan (structure) perlu dilakukan melalui regulasi. Struktur
disini bisa diartikan menyangkut jumlah/penyebaran bank. Structure objective dapat
dipandang sebagai perhatian otoritas moneter terhadap masalah persaingan dan efesiensi
bank. Competitive price akan dinikmati oleh masyarakat atau nasabah untuk
mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang relatif lebih rendah dan tingkat bunga
simpanan yang relatif lebih tinggi.
D. Ketentuan kelembagaan, Kepengurusan, dan Kepemilikan Bank
1. Pendirian Bank
a. Pendirian Bank Umum
Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan ijin gubernur Bank
Indonesia.
Bank umum hanya dapat didirikan oleh :

1) Warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia, atau


2) Warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia dengan warga negara asing
atau badan hukum asing secara kemitraan.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


14
3) Pemerintah daerah (khusus untuk bank umum syariah)
b. Pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR nhanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan ijin Bank
Indonesia. BPR hanya dapat didirikan dimiliki oleh :
1) Warga negara Indonesia
2) Badan Hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia
3) Pemerintah Daerah, atau
4) Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam angka 1), 2),dan 3)
c. Modal disektor untuk mendirikan BPR ditetapkan paling sedikit sebesar ;
1) Rp 5 miliar untuk BPR yang didirikan di wilayah DKI jakarta
2) Rp 2 miliar untuk BPR yang didirikan di wilayah ibukota provinsi dipulau jawa
dan Bali dan di wilayah kabupaten atau kotamadya Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi
3) Rp 1 miliar untuk BPR yang didirikan di ibukota provinsi diluar pulau jawa dan
Bali dan di pulau Jawa dan Bali diluar wilayah sebagaimana disebut dalam angka
1) dan 2)
4) Rp 500 juta untuk Bpr yang didirikan diwilayah lain di luar wilayah sebagaimana
disebut dalam angka 1), 2) dan 3)
d. Modal disetor untuk mendirikan BPR syariah ditetapkan sekurang-kuarangnya;
1) Rp 2 miliar untuk BPRS yang didirikan di wilayah DKI jakarta dari kabupaten /
Kota tangerang, Bogor Depok dan Bekasi;
2) Rp 1 miliar untuk BPRS yang didirikan di wilayah ibukota provinsi diluar
wilayah sebagaimana disebut dalam angka 1)
3) Rp 500 juta untuk BPRS yang didirikan diluar wilayah angka 1) dan 2)
e. Pembukaan Kantor cabang Bank Asing

Pembukaan kantor cabang Bank Asing dapat dilakukan apabila bank yang akan
membuka kantor cabang :

1) Memiliki peringkat dan reputasi minimal A dari lembaga pemeringkat


internasional termuka
2) Memiliki total asset yang termasuk dalam 200 besar dunia
3) Menempatkan dana usaha minimal setara Rp 3 triliun
4) Memberikan surat pernyataan tidak berkeberatan untuk membungkus kantor
cabang diindonesia dari otoritas perbankan di negara tempat kantor pusat bank.
f. Pembukaan Kantor Perwakilan Bank Asing
Kantor Perwakilan hanya diperkenankan melakukan kegiatan antara lain :

1) Memberikan keterangan kepada pihak ketiga mengenai syarat dan tata cara dalam
melakukan hubungan dengan kantor pusat/kantor kantor cabangnya diluar negri.
2) Membantu kantor pusat atau kantor cabangnya diluar negri dalam mengawasi
agunan kredit yang berada di indonesia.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


15
3) Bertindak sebagai pemegang kuasa dalam menghubungi instansi/ lembaga guna
keperluan kantor pusat atau kantor cabangnya diluar negri.
4) Bertindak sebagai pengawas terhadap proyek-proyek yang sebagian atau
seluruhnya dibiayai oleh kantor pusat atau kantor cabangnya diluar negri.
5) Melakukan kegiatan promosi dalam rangka memperkenalkan bank.
6) Memberikan informasi mengenai perdagangan, ekonomi dan keuangan indonesia
kepada pihak luar negri atau sebaliknya.
7) Membantu para eksportir Indonesia guna memperoleh akses pasar di luar negri
melalui jaringan internasional yang dimiliki kantor perwakilan atau sebaliknya.
2. Kepemilikan Bank

Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank umum konvensional,
dilarang berasal:

1. Dari pinjaman fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari Bank dan pihak lain di
Indonesia, atau
2. Untuk pecucian uang.
Sumber dana yang diguinakan dalam rangka kepemilikan bank umum syariah dan BPR
syariah, dilarang berasal :

a. Dari pinjaman atau mfasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan pihak
lain
b. Dari sumber yang diharamkan menurut prinsip syariah (bagi BPR syariah); dan
c. Dari dan untuk tujuan pencucian uang
Pihak-pihak yang dapat menjadi pemilik bank wajib memenuhi syarat :

a. Memiliki akhlak dan moral yang baik


b. Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan peraturan perbankan syariah bagi bank umum syariah
c. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan oprasional bank yang sehat
dan tangguh (bagi bank umum syariah )
d. Tidak termasuk dalam daftar tidak lulus ( khusus bagi bank umum konvesional ).
3. Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan di Indonesia

Pemegang saham pengendali (PSP) adalah badan hukum atau perorangan dan kelompok
usaha yang:

a. Memiliki saham bank sebesar 25% atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan
bank dan mempunyai hak suara.
b. Memiliki saham bank kurang dari 25% dari jumlah sahamyang dikeluarkan bank dan
mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian bank
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kebijakan kepemilikan tunggal dikecualikan bagi :

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


16
a. Kepemilikan PSP pada 2 bank yang melakukan kegiatan usaha dengan prinsip
berbeda, yakni secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah.
b. Kepemilikan PSP pada 2 bank yang salah satunya merupakan bank campuran ( joint
venture bank )
c. Bank holding company yang dibentuk sesuai ketentuan bank indonesia mengenai
kepemilikan tunggal.
4. Kepengurusan Bank

Kepengurusan Bank Umum :

1) Dewan komisaris
2) Direksi
Kepengurusan Bank konvensional:
1) Dewan Komisaris
2) Direksi
Kepengurusan BPR Syariah:
1) Dewan Komisaris
2) Direksi
5. Dewan Pengawas Syariah

a. Bank sryariah wajib membentuk DPS yang berkedudukan di kantor pusat Bank.
b. Anggota DPS wajib memenuhi persyaratan integritas, kompetensi dan reputasi
keuangan.
c. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS
d. Jumlah anggota DPS di Bank umum Syariah paling kurang 2orang atau paling banyak
50% dari jumlah anggota direksi.
6. Komite Perbankan Syariah

Komite perbankan syariah adalah forum yang beranggotakan para ahli yang di bidang
syariah muamalah dan ahli ekonomi, ahli keuangan, dan ahli perbankan, yang bertugas
membanyu BI dalam mengimplementasikan fatwa MUI menjadi ketentuan yang akan
dituangkan kedalam peraturan Bank Indonesia.

7. Pemanfaatan Tenaga Kerja ASING dan Program Alih Pengetahuan di Sektor


Perbankan

a. Bank dapat memanfaatkan Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam menjalankan kegiatan
usahanya dengan memenuhi ketentuan Bank indonesia.
b. Bank wajib meminta persetujuan dari BI sebelumnya mengangkat TKA untuk
menduduki jabatan sebagai komisaris, direksi dan pejabat eksekutif
c. Bank wajib menyampaikan rencana pemanfaatan TKA kepada BI. Rencana
pemanfaatan TKA dimaksud wajib dicantumkan dalam rencana Bisnis Bank.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


17
d. Bank wajib menjamin terjadinya alih pengetahuan (transfer of knowladge) dalam
pemanfaatan TKA.
8. Penilaian Kemampuan dan Kepatuan ( Fit and Proper Test ) pada Bank Umum dan
BPR

Penilaian kemampuan dan kabupaten pada Bank umum dan BPR dilakukan oleh Bank
Indonesia terhadap :

a. Calon pemegang Saham Pengendali PSP dan calon pengurus


b. PSP dan pengurus , dan
c. Pejabat eksekutif bank dan pemimpin kantor kantor perwakilan (KPW) Bank Asing.
Persyaratan integritas bagi calon PSP dan calon pengurus meliputi:

a. Memiliki akhlak dan moral yang baik.


b. Memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan.
c. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pengembangan oprasional bank yang sehat
d. Tidak termasuk dalam Daftar Tidak Lulus (DTL).
Faktor integritas nbagi PSP, pengurus dan pejabat eksekutif yaitu tidak pernah
dilakukannya tindakan-tindakan baik secara langsung maupun tidak langsung berupa :

a. Perbuatan rekayasa atau praktik-prakktik perbankan yang menyimpang dari ketentuan


perbankan.
b. Perbuatan menolak memberikan komitmen dan tidak memenuhi komitmen yang telah
disepakati dengan BI atau pemerintah.
c. Perbuatan yang memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemilik,
pengurus, dan pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan bank.
d. Perbuatan yang melanggar prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.
9. Pembelian Saham Bank Umum

a. Perorangan atau badan hukum untuk dapat membeli saham bank umum secara
langsung maupum melalui bursa.
b. Jumlah kepemilikian saham oleh warga negara asing/badan hukum asing maksimal
99% dari modal disetor bank.
c. Kepemilikian bank umum oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar
modal sendiri badan hukum yang bersangkutan
d. Pembelian saham yang menyebabkan kepemilikan mencapai 25% atau lebih dari
jumlah saham bnak, atau kurang dari 25% namun menyebabkan beralihnya
pengendalian bank wajib memperoleh ijin dari BI.
10. Merger, Konsolidasi dan akuisisi Bank Merger, Kosolidasi dan Akuisisi Bank
Umum

a. Merger, konsolidasi, dan akuisisi dapat dilakukan atas inisiatif bank yang
bersangkutan atas permintaan BI dan atau inisiatif badan khusus.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


18
b. Merger atau konsolidasi dapat dilakukan antara bank konvensional dengan bank
syariah apabila bank hasil merger atau konsolidasi menjadi bank syariah.
c. Akuisisi bank umum dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum, baik
melalui pembelian saham bank secara langsung maupun melalui bursa yang
mengakibatkan beralihnya pengendalian bank.
Merger, Konsolidasi dan Akuisisi BPR/BPRS

a. Konsolidasi, dan akuisisi BPR/BPRS yang bersangkutan atau permintaan BI.


b. Merger atau konsolidasi hanya dapat dilakukan antar BPR atau BPRS
c. Merger atau konsolidasi antara konvensional dengan BPRS syariah hanya dapat
dilakukan apabila BPR hasil merger atau konsolidasi menjadi BPR syariah.
11. Pembukaan Kantor Bank

 Kantor Cabang Bank Umum


 Kantor Cabang BPR
 Kantor Cabang BPR syariah
 Unit Usaha Syariah (UUS)
12. Perubahan Nama dan Logo Bank

a. Perubahan nama bank wajib dilakukan dengan memenuhi ketentuan perundang-


undangan yang berlaku
b. Bank yang telah memperoleh persetujuan perubahan anggaran dasar terkait dengan
penggunaan nama baru dari instansi berwenang wajib mengajukan permohonan
kepada BI mengenai mpenetapan penggunaan ijin usaha yang dimiliki untuk bank
dengan nama baru.
c. Perubahan logo bank wajib dilaporkan kepada BI paling lambat 30 hari kerja sebelum
perubahan dilakukan dengan pelaksanaan dari perubahan dilakukan dengan
pelaksanaan dari perubahan logo dimaksud wajib dilaporkan ke BI.
13. Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum / BPR konvensional Menjadi Bankl
Umum/ BPR syariah

a. Bank hanya dapat mengubah kegiatan usahanya menjadi bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan ijin dari gubernur Bank Indonesia.
b. Rencana Perubahan kegiatan usaha tersebut wajib dicantumkan dalam rencana bisnis
bank.
c. Bank yang semula memiliki ijin usaha sebagai bank yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional dan telah memperoleh ijin perubahan kegiatan usaha menjadi
bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
14. Penutupan Kantor cabang Bank

Penutupan kantor cabang bank hanya dap[at dilakukan dengan persetujuan Bank
Indonesia. Permohonan untuk memperoleh persetujuan prinsip penutupan KC wajib

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


19
disertai dengan alasan penutupan, dan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam
ranghka penyelesaian seluruh kewajiban KC kepada nasabah dan Pihak lainnya.

15. Peningkatan Bank Umum Non Devisa menjadi Bank Umum Devisa

Persyaratan untuk menjadi umum devisa adalah : CAR minimum dalam bulan terakhir
8% tingkat kesehatan selama 24 bulan terakhir berturut-turut tergolong sehat, modal
disetor minimal Rp 150 miliar.

16. Perubahan ijin Usaha bank Umum menjadi Ijin usaha BPR dalam rangka
konsolidasi

a. Perubahan ijin usaha bank umum menjadi ijin usaha BPR hanya dapat dilakukan
dengan ijin dari Gubernur Bank Indonesia
b. Perubahan ijin dimaksud dapat dilakukan secara sukarela atau mandatori.
c. Bank umum yang pada tanggal 31 Desember 2010 tidak memenuhi modal inti
minimum Rp 100 miliar.
17. Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank

a. Bank indonesia menetapkan status Bank dalam pengawasan intensif.


b. Bank indonesia menetapkan status Bank dalam pengawasan khusus.
18. Tindak Lanjut Penanganan Terhadap BPR dalam status pengawasan Khusus
(DPK)

a. Menambah modal
b. Menghapus bukukan kredit yang tergolong macet dan memperhitungkan kerugian
BPR dengan modalnya
c. Mengganti anggota direksi dan dewan komisaris BPR
d. Melakukan merger atau konsolidasi dengan BPR lain
19. Likuidasi bank

Likuidasi Bank adalah tindakan penyalamatan seluruh hak dan kewajiaban bank sebagai
akibat pencabutan ijin usaha dan pembubaran badan hukum bank.

20. Pencabutan ijin Usaha Atas Permintaan pemegang Saham (self liquidation)

a. Bank yang dapat dimintakan pencabutan ijin usahanya atas permintaan pemegang
saham sendiri merupakan bank yang tidak sedang ditempatkan dalam peng
b. Pencabutan Ijin Usaha atas permintaan pemegang saham bank hanya dapat dilakukan
oleh bank indonesia.
c. Pencabutan ijin usaha atas permintaan pemegang saham bank dilakukan dalam 2
tahap: persetujuan persiapan pencabutan ijin usaha, dan keputusan pencabutan ijin
usaha.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


20
d. Apabila permohonan pencabutan ijin usaha disetujui, bank indonesia memberikan
surat ijin keputusan pencabutan ijin usaha bank
e. Sejak tanggal pencabutan ijin usaha, diterbitkan,apabila di kemudian hari terdapat
kewajiban yang belum diselesaikan.
21. Kebutuhan kegiatan Usaha dan Beberapa Produk Bank

1) Pedagang Valuta Asing (PVA) bagi Bank


2) Transakti derivatif
3) Comercial paper (CP)
4) Simpanan :- Giro, deposito , sertifikat Deposite , tabungan
5) Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
6) Prinsip Syariah Dalam kegiatan penghimpunan Dana dan penyaluran Dana serta
pelayanan Jasa Bank Syariah.
Ketentuan kehati-hatian

1. Modal Inti Bank Umum


2. Kewajiban penyediaaan Modal minimum (KPMM) ketentuan KPMM bagi Bank
Umur Konvensional.
a. Bank secara individual
b. Bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak
Untuk BPRS, ATMR terdiri dari :

- Aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko penyediaan dana atau tagihan
yang melekat pada setiap pos aktiva.
- Pos tertentu dalam daftar kewajiban komitmen dan kompetensi (off balance sneet
account )
3. Posisi Devisa Neto (PDN)
4. Bebas maksimum pemberian kredit (BMPK) dan Ketentuan BPMK bagi Bank
5. Kualitas Aktiva
6. Penyisihan penghapusan Aktiva (PPA)

- Penyisihan penhapusan Aktiva (PPA) bank Syariah


- Penyisihan penghapusan Aktiva produktif
- Penyisihan penghapusan aktiva (PPA) BPR syariah
7. Restrukturisasi kredit

8. Restrukturisasi pembiayaan bagi Bank syariah dan UUS

9. Giro wajib minimum (GMW) Bank Umum konvensional

10. Penerapan Prinsip Mengenai Nasabah ( Know your customer )

11. Transparansi Kondisi Keuangan Bank Umum

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


21
12. Prinsip kehati-hatian dalam kegiatan penyertaan Modal Bank Umum

13. Prinsip kehati – hatian dalam Aktivitas Sekuritasi aset bagi bank Umum

G. Peneliaian Tingkat Kesehatan Bank

- Bank Umum Konvensional


- Bank Umum Syariah (BUS)
- BPR
H. Ketentuan self Regulatory Banking (SRB)

1) Pedoman Penyusunan Kebijakasanaan Prekreditan Bank (PPKPB)


2) Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bagi Bank Umum
3) Satuan kerja Audit Intern (SKAI) Bank Umum
4) Direktur Kepatuhan
5) Rencana Bisnis Bank Umum
6) Penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi oleh Bank
7) Penerapan manajemen risiko bagi Bank Umum
8) Penerapan manajemen Risiko secara konsolidasi bagi Bank yang menjadi pengendalian
terhadap Perusahaan Anak
9) Penerapan manajemen risiko pada internet Banking
10) Penerapan manajemen Risiko pada Bancassurance
11) Penerapan manajemen risiko pada aktivitas bank yang berkaitan dengan Bank
12) Sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat Bank Umum
I. Ketentuan Pembiayaan

1. Fasilitas Pendanaan jangka Pendek (FPJP) bagi Bank Umum


2. Fasilitas pendanaan jangka Pendek (FPJP) bagi BPR
3. Fasilitas pembiayaan jangka pendek bagi Bank Syariah (FPJPS)
4. Fasilitas likuiditas Intrahari (FLI ) bagi Bank Umum
5. Fasilitas likuiditas intrahari bagi Bank umum berdasarkan prinsip syariah (FLS )
6. Fasilitas pembiayaan Darurat (FPD) bagi Bank Umum
J. Ketentuan Lainya

1. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Dalam Rupiah (FASBI)


2. Pinjaman Luar Negri Bank ( PLN)
3. Pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah
4. Lembaga sertifikasi Bagi BPR / BPRS
5. Pembatasan transaksi Rupiah dan Pemberian Kredit valas oleh Bank
6. Sistem killing nasional
7. Real time gross settlement (RTGS)
8. Sertifikat bank indonesia (SBI)
9. Sertifikat bank Indonesia syariah (SBIS)

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


22
10. Surat Utang Negara (SUN)
11. Rahasia Bank
12. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) perbankan
13. Penyelesaian pengaduan Nasabah
14. Mediasi Perbankan
15. Intensif dalam rangka konsolidasi perbankan
16. Perlakuan khusus terhadap kredit Bank bagi Daerah-Daerah Tertentu di Indonesia yang
Terkena Bencana
17. Sistem Informasi Debitur (SID)

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


23
BAB 3
PENGAWASAN BANK OLEH REGULATOR

Pengawasan bank oleh regulator perlu dilakukan agar tidak terjadi inefiensi proses analisis
risikom ketidakcukupan monitoring dan kegagalan transfer informasi, struktur insentif yang
buruk dan ketidakcukupan corporate govermanance (Liwellyn, 2002). Tujuan mekanisme pasar
adalah maksimisasi shareholder value, sedangkan tujuan pengawasan oleh regulator untuk
meminimalkan kemungkinan kegagalan bank. Dalam konteks manajemen perbankan, regulasi
mengarahkan pihak manajemen untuk mengelola bank sebara hati-hati. Hasil penelitian di
Amerika menunjukan bahwa instrument control yang paling efektif dalam mengawasi bank
adalah regulasi. Ini menunjukan walaupun ada mekanisme pasar berupa hostile takeover, marger
ataupun akuisisi itu terjadi, namu regulasi menunjukan pengaruh signifikan dan sangat besar.
Sedangkan instrument untuk corporate control yang paling tidak berpengaruh adalah hostile
takeover.
Dalam melaksanakan tugas pengawasan bank, saat ini regulator atau Bank Indonesia
melaksanakan system pengawasannya dengan menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan
berdasarkan kapatuhan (compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk
based supervision. Dengan adanya pendekatan RBS tersebut bukan berarti mengesampingkan
pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan upaya untuk menyempurnakan system
pengawasan tersebut sehingga dapat meningkatkan keefektifitasan dan efisiensi pengawasan
perbankan. Secara bertahap, pendekatan pengawasan yang diterapkan BI akan beralih menjadi
sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.
A. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Oleh Bank Indonesia
Pengaturan dan pengawasan bank oleh Bi meliputi wewenang sebagai berikut:
1. Kewenangan memberikan ijin (right to licence), yaitu kewenangan untuk menetapkan
tatacara perijinan dan pendirian suatu bank.
2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu kewenangan untuk menetapkan
ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka
menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan
masyarakat
3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu kewenangan melakukan
pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-site supervision) dan pengawasan
tidak langsung (off-site supervision).
4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu kewenangan
untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan undang-undang terhadap bank apabila
suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan.
B. Pendekatan Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compllance Based Supervision)
Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pada kepatuhan bank untuk melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang terkain dengan operasi dan pengelolahan bank. Pendekatan ini
mengacu pada kondisi bank dimasa lalu dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah
beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsi-prinsip kehati-hatian. Prudent

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


24
secara harafiah berarti kebijaksanaan. Dalam dunia perbankan maknanya asas kehati-hatian
sehingga muncul pengawasan bank berdasarkan asas kehati-hatian.
a. Karakter Supervisi Prudensial
1. Sikap waspada dan hati-hati terutama pada risiko yang melekat, harus dikenali dan
dicermati seperti karakter dan akibatknya, sumber penyebab dan factor kunci
pencegahnya.
2. Menggunakan pendekatan yang proaktif dan antisipatif
3. Menggunakan prinsip bahwa baik-buruknya bank merupakan tanggung jawab
manajemen bank. Oleh karena itu perlu manajemen yang memiliki integritas dan
kompetensi tinggi
4. Dari segi kinerja operasional, pengawasan memberikan bobot yang besar terhadap
kecukupan modal bank dalam memikul resiko kerugian yang mungkin timbul
5. Dari segi informasi tentang kondisi, kinerja dan disiplin pasar, bank wajib
memberikan informasi yang lengkap, akurat, tepat waktu dan layak dipercaya
(relable) kepada pengawasan bank dan public pada umumnya
6. Dari segi pembatasan risikom pengawasan bank memberikan perhatian besar
terhadap konsentrasi pemberian kredit kepada debitur perorangan, group dan debitur
pihak terkait dengan menetapkan legal lending limit
7. Dari segi bisnis, pengawasan bank berusaha mencegah agar banktidak digunakan
secara sadar atau tidak sadar sebagai sarana bertaransaksi dari hasil kejahatan
8. Dari segi tanggung jawab, dianut prinsip bahwa tidak seharusnya pengawasan bias
memberikan jaminan bahwa bank tidak aka nada yang gagal. Sukses dan gagalnya
bank merupakan tanggung jawab manajerial bank
9. Pengawasan bank dilakukan sejak pengajuan ijin didirikan banktersebut agar dapat
dipastikan bahwa hanya yang dikelola secara professional yang masuk dalam system
perbankan
b. Sasaran Prudential Regulation
1. Mengetapkan kebijakan bahwa hanya bank yang viable secara financial yang
duujinkan untuk beroperasi
2. Mengendalikan pemilik dan manajemen bank agar tidak mengambil risiko yang
berlebihan
3. Menetapkan ketentuan dan pedoman pelaksanaan akuntansi yang memadai, penilaian
asset yang sealistis dan pelaporan yang mengakibatkan kondisi keuangan yang
sebenarnya
4. Menetapkan dasar dan kewenangan pihak pengawasan bank dalam melakukan
tindakan korektif dan dalam membatasi aktivitas bank yang lemah atau tidak sehat
c. Cakupan Subtansi Prudential Regulation
1. Kebijakan bagi pendiri bank baru yang mendukung terwujudnya kegiatan usaha bank
yang prudent, iklim kompetidi yang sehat dan seimbang
2. Proses perijinan baru harus memastikan bahwa bank yang didirikan adalah pemegang
saham yang memenuhi syarat

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


25
3. Capital Adequacy Ratio yang memadai sesuai bases accord 1988
4. Pembatasan pengambilan resiko yang berlebihan oleh bank dilakukan dengan
menetapkan konsentrasi pemberian kredit, kesenjangan likuiditas dengan net open
position
5. Prudential regulation atas likuiditas untuk menjamin bank mampu memenuhi
kewajiban segera
6. Penetapan pedoman dan perlakuan akuntansi bank, untuk memastikan bahwa
penyusunan dan pelaporan keuangan dilakukan secara konsisten
d. Prakondisi Pengawasan Prudential (menurut David Folkerts)
1. Pengawasan harus memiliko otonomi, otoritas, dan kepastian yang mencukupi
2. Pengawasan bank harus memiliki kekuasaan.kewenangan yang ditetapkan dalam UU
agar dapat menjalankan fungsi secara efektif, adapun aspek-aspek adalah:
a. Meminta berbagai data yang relevan
b. Melakukan pemeriksaan terhadap bank
c. Melakukan verifikasi data/informasi yang disampaikan bank
d. Menghentikan praktik tidak sehat yang dilakukan bank
e. Memerintahkan penggantian manajemen
f. Menindak tegas, termasuk mencabut ijin usaha (oleh BI)
3. Pengawasan bank harus memiliki kapasitas untuk menjangkau berbagai aspek
kegiatan bank yang dinamis, kompleks dan canggih. Mereka harus memiliki kapasitas
untuk menilai:
a. Kepatutan dari pemilik dan manajemen bank
b. Kelayakan dari prosedur penilaian kredit
c. Prosedur control internal
d. Laporan keuangan konsolidasi
e. Informasi mikro dan informasi pasar
C. Pengawasan berdasarkan risiko (Risk Based Supervision)

Pendekatan ini merupakan pengawasan yang beriorintasi ke depan (forward looking).


Dengan menggunakan pendekatan tersebut pengawasan.pemeriksaan suatu bank difokuskan
pada risiko-risiko yang melekat (inherent risk) pada aktifitas akan lebih memungkinkan
otoritas pengawasan nank untuk proaktif salam melakukan pencegahan terhadap permasalah
yang potensial timbul di bank.

Pengawasan berdasarkan risiko tidak lepas dari perkembangan Basel I dan Basel II yang
sebagian besar diterpakan di lembaga perbankan di dunia. Evolusi pengaturan bank dimulai
adanya Basel I yang diterbitkan oleh The Basel Committee on Banking Supervision. Dalam
Basel I untuk pertama kalinya menawarkan suatu metedologi standar perhitungan jumlah
modal berbasis risiko yang harus dipenuhi bank dengan menerbitkan Basel Capital Accord 1
pada tahun 1988. Alam Basel 1 ini hanya mencangkup risiko kredit dan berdasarkan standar-
standar yang ada sekarang.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


26
Berkaitan dengan kelemahan-kelemahan pada Basel I, maka selanjutnya ada amandemen
risiko pasar (the market risk management). Otoritas pengawasan perbankan di beberapa
negara berupaya menyempurnakan accord 1988 agar menjadi lebih peka terhadap resiko.
Penyempurnaan regulasi terus dilakukan untuk diimplementasikan bagi bank-bank
komersial. Oleh karena itu muncul Basel II. Dengan dikeluarkan Risk Market Amond (Basel
II Accord). Dalam Basel II menghubungkan secara langsung antara modal bank dengan
risiko yang dimiliki. Namun cakupan risiko pasar dalam Basel II secara substansial tidak
berubah dari Market Amandement tahun 1996 dan penyempurnaannya.

Rangka Bassel II dirancang menggunakan tiga konsep peraturan, yang dikenal dengan
tiga pilar yaitu:

1. Pilar 1 – Minimum Capital requiretments (Persyaratab modal minimum), merupakan


pengembangan dari ketentuan standar yang ditetapkan dalam 1998 Acoord
2. Pilar 2 – Supervisory review (oleh BI) terkait dengan kecukupan modal bank dan proses
penilaian internal
3. Pilar 3 – penggunaan market discipline secara efektif untuk meningkatkan keterbukaan
dan mendorong praktik perbankan yan sehat dan aman

Pengawasan dan pemeriksaan bank berdasarkan risiko dilakukan terhadap jenis-jenis


risiko sebagai berikut:

a. Risiko kredit: risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi
kewajiban
b. Risiko pasar: risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar dari portofolio
yang dimiliki oleh bank yang dapat merugikan bank. Variable pasar antara lain suku
bunga dan nilai tukar
c. Risiko likuiditas: risiko yang antasa lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi
kewajiban yang telah jatuh tempo
d. Risiko operasional: risiko yang antara lain disebabkan adanya keridakcukupan dana yang
tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusi, kegagalan system atau adanya
problem eksternal yang mempengaruhi operational bank
e. Risiko hokum: risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan
aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan-tuntutan hukum
f. Risiko reputasi: risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negative yang
dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negative terhadap bank
g. Risiko strategic: risiko yang anta lain disebabkan penetapan dan pelaksanaan strategi
bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak sehat atau kurangnya
responsive bank terhadap perubahan eksternal
h. Risiko kepatuhan: risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melakukan
peraturan undang-undang dan ketentuan yang berlaku
D. Metode Pengawasan Otoritas Pengawas

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


27
1. Pengawasan melalui regulasi
Dalam hal otoritas pengawas bias melakukan pengawasan dengan memperhatikan
sebagai berikut:
a. Pengaturan persyaratan dan tata cara perijinan bagi pendiriaaan bank
teeermaaasuuuk jaaaringaaan kaaantooornnnyaaa
b. Untuk bank yang sudah berjalan, perlu memperhatikan 1) kejelasan tugas, wewenang
dan tanggung jawab direksi, komisaris, serta pejabat kunci, 2) prosedur pengambilan
kebijakan dan keputusan yang objektif, 3) kejelasan tugas, wewenang dan tanggung
jawab pendelegasian, 4) dukungan pedoman kerja yang jelas, 5) dukungan audit
internal, 6) kewajiban melakukan audit eksternal/independen
2. Pengawasan tidak langsung
Mekanisme pengawasan tidak langsung, adalah:
a. Melakukan penilaian atas kepatuhan, ketepatan waktu dan konsistensi amteri laporan
b. Menganalisis setiap jenis laporan maupun kombinasi atas berbagai laporan baik
secara horizontal maupun vertical
c. Mengkomunikasi dan atau mengklarifikasi berbagai temuan dari analisis yan
memperoleh kejelasan dalam menetapkan tindak lanjut
d. Bila terjadi penyimpangan, pengawasan perlu melakukan tindakan korektif atauapun
yang lain
3. Pengawasan langsung/pemeriksaan
Pemeriksaan khusus mefokuskan pada kredit dan asset berisiko yang berpotensi
menimbulkan masalah. Dalam hal ini otoritas pengawasan menggunakan akuntan public
yang dianggap ahli. Sehingga pemeriksaan akuntan public disamakan dengan
pemeriksaan umum.
4. Kontrak dan komunikasi teratur dengan bank
Komunikasi ini berusaha meyakini bahwa manajemen bank telah patuh dan konsisten
dalam menjalankan ketentuan dan pedoman pelaksanaanproses usaha bank, serta
perkreditan yang sehat sesuai pedoman internal bank dan prinsip manajemen bank yang
berlaku umum. Kontak dan komunikasi dapat berjenjang sesuai dengan kadar
masalahnya. Hal-hal teknis dapat dilakukan dengan pejabat pelaksana bank. Sedangkan
bersifat policy dan strategi dilakukan dengan pejabat yang lebih tinggi. Waktunya bias
dilakukan setiap diperlukan.
5. Tindak remedial dan atau penerapan sanksi
Penerapan sanksi administrative dikenakan secara langsung oleh otoritas pengawas,
sedangkan pelanggatan berat dan fundamental akan dilakukan melalui proses tertentu
untuk mencari jalan keluar terbaik agar dampak buruknya dapat diperkecil. Pencabutan
ijin usaha adalah alternative terakhir wewenang pemerintah, namun ada negara yang
cendrung menyarankan untuk menyerahkan kembali ijin usaha kepada otoritas moneter
secara sukarela.
Oleh karena itu pengawas harus mencermati permasalah yang dihadapi sebelum
menerapkan BASEL II antara lain:

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


28
a. Populasi Perbankan Naisonal
b. Prioritas Nasional
c. Permasalah Sumber Daya dalam Pengawasan Bank
d. Implementasi Basel II Memerlukan Kerangka Hukum yang Mendukung

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


29
BAB 4

KONTROL PERBANKAN DALAM PERSPEKTIF KEAGENAN

Pada lembaga perbankan akan melibatkan hubungan pemegang saham dengan manajemen
(agen), hubungan bank (pemegang saham), dengan debitur, juga melibatkan hubungan bank
dengan regulator. Hubungan-hubungan tersebut mampu menjelaskan mekanisme kontrol antara
pihak-pihak yang terlibat dalam manajemen bank.

A. Kontrol Prinsipal Agen


 Persoalan kontrol perbankan dalam perspektif keagenan menyangkut siapa yang
mengontrol , siapa yang dikontrol dan bagaimana mekanisme kontrol tersebut.
 Bisa jadi pemilik bank bertindak pembuat keputusan –keputusan strategis sekaligus
menanggung risiko atas keputusan tersebut.
 Penyerahan amanat kepada pihak manajemen untuk mengelola bank ditentukan melalui
rapat umum pemegang saham
 Dalam RUPS, pemegang saham biasanya menentukan struktur manajemen, dan
manajemen bank sangat berhati-hati dalam menentukan orang-orang yang dipercaya
 Bank indonesia akan melakukan uji kemampuan dan kepantasan (fit and proper test)
 Para profesional tidak hanya sekedar menjalankan amanat pemilik untuk
memaksimumkan kekayaannya tetapi kepentingan untuk memperkaya diri,
mempertahankan jabatan, meningkatkan nilai mereeka sendiri
 Direktur dan komisari yang diberikan amanat oleh pemilik saham dalam mengoperasikan
bank umum berbentuk Badan Hukum Perseroan terbatas (PT), Perusahaan Daerah (PD),
atau koperasi.
 Hubungan antara pemilik modal dengan manajemen bank sering disebut hubungan
keagenan.
 Hubungan keagenan menjelaskan hubungan antara pemberi kerja dan penerima amanah
untuk melaksanakan pekerjaan.
 Pemberi kerja disebut dengan prinsipal akan memberikan hak kepada orang lain yang
disebut agen.
 Agen sebagai pengelola bamk berkewajiban mengelola bank yang diamanahkan oleh
pemegang saham yaitu meningkatkan kemakmuran prinsipal.
 Para pengurus bank mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya, perilaku ini yg sering disebut sebagai keterbatasan rasional.
 Koflik kegenan akan potensial terjadi apabila proporsi kepemilikan manajer atas saham
di suatu bank relatif kecil sehingga manajer cenderung bertindak mengejar
kepentingannya sendiri.
 Bank yang semakin besar cenderung akan potensial terkena agency problem

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


30
 Dalam keadaan ini, pengurtus mempunyai kecenderungan untuk melakukan konsumsi
atas keuntungan tambahan secara berlebihan karena resiko yang ditanggung realtif sama
dan ini disebut agency cost of equity
 Dalam mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut agency
cost
B. Kontrol Keagenan Utang
 Kontrol terhadap lembaga perbankan tidak hanya dilakukan oleh pemegang saham,
namun juga dilakukan oleh kreditor atau investor atau deposan
 Dalam istilah perbankan disebut market discipline
 Utang akan mendorong manajer untuk menyerahkan arus kas bebas kepada pemegang
saham untuk selanjutnya digunakan untuk membayar kembali kewajiban utang atau
keperluan reinvestasi
 Penggunaan utang atau dana masyarakat dapat menimbulkan masalah keagenan ketika
pemegang saham bersama manajer mengambil keptusan-keputusan investasi yang
beresiko tinggi
 Masalah keagenan utang dapat timbul akibat perilaku hazard pemegang saham untuk
memaksimumkan keuntungan dengan carameningkatkan resiko atas bebam deposan
C. Kontrol Keagenan Regulator
 Masalah keagenan pada industri perbankan menjadi lebih kompleks karena ada peran
regulator yang mewakili pemangku kepentingan lainnya.
 Manajer lebih cenderungan memaksimasi utility daripada profit mengingat adanya peran
regulator.
 Regulator sebagai pihak eksternal manajemen bank ikut mempengaruhi keputusan-
keputusan manajemen bank.
 Tindakan regulator mendasarkan pada identifikasi dan koreksi masalh yang bisa
mengarah pada kegagalan bank.
 Lingkungan regulasi industri perbankan bisa mensubtitusikan beberapa derajat
mekanisme market corporate control yang buruk, namun demikian pendisiplinan melalui
regulasi diakui sebagai subtitusi yang sangat mahal bagi mekanisme kontrol pasar, baik
karena birokasi maupun masalh politik.
 Tujuan mekanisme pasar adalah memaksimasi shareholder value, sedangkan tujuan
regulator adalah meminimalkan kemungkinan kegagalan.
D. Konsekuensi Tipe Kepemilikan Bank di Indonesia dalam Perspektif Kontrol
Perbankan

Kontrol perbankan dilakukan oleh pemegang saham yang mengakibatkan pemegang


saham menjadi sumber pengambil risiko yang eksesif. Oleh karena itu, kepemilikan bank
dikaji dalam konteks pengendalian perbankan antara perspektif principal – agen.
Kepemilikan bank dapat menyangkut tipe atau struktur bank.

Tipe atau struktur kepemilikan bank :

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


31
1. Kepemilikan Terkonsentrasi
 Umumnya kepemilikan terkonsentrasi pada bank-bank yang belum listed di bursa
efek.
 Kepemilikan terkonsentrasi memungkinkan pemegang saham mayoritas menunjuk
direksi atau manajer untuk bertindak atas kepentingan pemegang saham mayoritas.
 Kontrol yang dilakukan manajer bisa sangat kuat sehingga menimbulkan biaya yang
relatif rendah.
 Pemegang saham mayoritas (terkonsentrasi) lebih efisien dibandingkan kepemilikan
tersebar dalam melakukan pengendalian karena adanya kekuatan hak suara untuk
melindungi investasinya (Shleifer dan Vishny, 1986). Hal ini terjadi ketika bank
memiliki charter value tinggi dimana kontrol yang dilakukan pemegang saham sangat
kuat terhadap manajemen bank, sehingga mendukung kinerja yang bank.
 Lemahnya perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas akan
menyebabkan pemegang saham mayoritas melakukan tindakan moral hazard yang
sangat tinggi.
 Moral hazard ini dapat berupa ekspropriasi atau maksimisasi keuntungan pribadi
pemegang saham mayoritas atas beban pemegang saham minoritas.
 Pemegang saham pengendali dapat melakukan kolusi untuk mengambil risiko yang
berlebihan dan mengkesampingkan kepentingan pemegang saham minoritas.
 Hal ini dilakukan oleh pemegang saham mayoritas untuk mentransfer kekayaan dari
pemegang saham minoritas dengan mengambil risiko yang eksesif yaitu ketika bank
memiliki charter value rendah dimana kontrol perbankan terhadap pemegang saham
mayoritas menjadi sangat lemah dan kinerja bank menjadi buruk .
2. Kepemilikan Asing
 Tipe kepemilikan pada bank asing tidak bisa dicegah ketiga negara sepakat dengan
liberalisasi dibidang keuangan.
 Deregulasi yang terjadi di Indonesia sejak 1983-1988 menyebabkan Indonesia
melakukan liberalisasi keuangan dan sejak deregulasi aktivitas lembaga keuangan
semakin meningkat di Indonesia.
 Manfaat yang diperoleh dengan adanya bank swasta asing antara lain yaitu
keunggulan dibidang teknologi, pelayanan, dan inovasi produk (Levine, 1996) serta
dapat meningkatkan SDM (human capital) dan keahlian.
 Hal positif lain yang dapat diperoleh yaitu bank swasta asing dapat memberikan atau
membuka akses dana internasional serta menjaga reputasinya. Dengan demikian
maka pemegang saham atau kepemilikan asing lebih hati-hati dan lebih kuat dalam
mengendalikan bank.
3. Kepemilikan Pemerintah
 Bank milik pemerintah diurus oleh birokrat (Menteri BUMN atau Gubernur).
 Menteri, Gubernur, dan Direksi adalah agen.
 Dalam bank milik pemerintah terjadi hubungan antara agen dengan agen, sehingga
agen sangat besar melakukan moral hazard. Agen atau direksi sangat mungkin

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


32
melakukan tindakan yang merugikan kepentingan negara atau deposan hal ini terjadi
karena tidak adanya prinsipal untuk mengawasi kegiatan agen.
 Bank milik pemerintah diduga kurang mendapat upaya pengendalian yang memadai
sehinggan menyebabkan rendahnya insentif untuk menciptakan efisiensi.
 Dalam perspektif politik tekanan politik berupa permintaan untuk mempekerjakan
staf yang lebih besar dengan adanya koneksi sehingga tidak diperoleh kualitas pekerja
yang baik.
 Kurangnya pengawasan membuat peluang untuk direksi mengambil tingakat risiko
yang lebih tinggi, sementara ketika terjadi kerugian maka kerugian tersebut akan
disubsidi kembali oleh pemerintah atas beban APBN.
4. Kepemilikan Swasta Domestik
 Bank swasta domestik lebih agresif menempatkan dana dalam bentuk kredit daripada
bank asing.
 Bank swasta domestik lebih sedikit memegang aset likuid daripada bank asing,
sehingga mayoritas aktiva yang dipegang berbentuk kredit sehingga bank swasta
domestik memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada bank asing.
 Biaya Bunga Deposito bank swasta domestik lebih tinggi dan memiliki pendapatan
jasa bank yang lebih rendah daripada bank swasta asing.
 Masalah tingkat kesulitan akses sumber dana eksternal menyebabkan bank swasta
domestik mau membayar bunga deposito yang lebih tinggi meskipun mempunyai
return yang lebih tinggi dibandingkan bank asing.
 Mian (2002) Bank swasta domestik lebih kompetitif dalam hal penempatan kredit
dibandingkan bank asing karena terkait “soft information” yaitu informasi yang tidak
mudah diversifikasi secara umum oleh pihak ketiga sehingga bank asing lebih
menyukai hard information .
 Stein (2002) Organisasi yang lebih flat mempunyai kontrol dan informasi yang lebih
baik terhadap manajernya untuk memberikan keleluasaan atau kebijaksanaan
(diskresi) sehingga struktur organisasi yang lebih flat (desentralisasi) lebih
menggunakan soft information . Kredit bank pada swasta domestik akan tumbuh
secara cepat karena adanya diskresi.
 Hahm dan Mishkin (2000) Pengkajian bank swasta domestik lebih relevan jika
dikaitkan dengan terjadinya krisis keuangan yang terjadi di Asia Tenggara dimulai
dengan adanya liberalisasi keuangan ditandai dengan semakin bebasnya arus dana
asing di sektor perbankan sehingga menimbulkan peningkatan capital inflow dari luat
negeri ke negara berkembang termasuk Indonesia.
 Dana yang diperoleh bank swasta domestik dari luar negeri ditempatkan pada
proyek-proyek yang memiliki yield tinggi dan risikonya juga tinggi sehingga
implementasinya adalah tingkat suku bunga kredit tinggi yang mengarah pada
adverse selection, yaitu bank swasta domestik menempatkan pada kredit berisiko
tinggi dengan bunga tinggi daripada diberikan kepada peminjam yang potensial atau
baik.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


33
 Permasalahan di negara berkembang pada bank swasta domestik yaitu kurangnya
memiliki loan officer yang terlatih dengan baik, kurangnya risk assesment system,
dan keahlian manajmen lainnya untuk mengevaluasi dan merespon risiko secara
tepat.
 Mian (2002), Hahm dan Mishkin (2000) Penempatan dana yang agresif dengan
tingkat bunga tinggi diindikasi adanya penyimpangan (ada moral hazard) sehingga
peminjam yang bersedia menanggung biaya bunga tinggi adalah peminjam dengan
bisnis yang kurang sehat . Dalam hal ini kontrol perbankan oleh pemegang saham
domestik relatif buruk dibandingkan bank asing.
 Mian (2002) sumber dana eksternal bagi bank asing lebih terjamin dibandingkan
bank swasta domestik sehingga bank swasta domestik harus membayar bunga yang
lebih tinggi untuk memperoleh sumber dana eksternal yang berakibat pada
penempatan dana dengan biaya bunga yang lebih tinggi juga.
 Hahm dan Mishkin (2000) Bank domestik menerima dana dari luar negeri dengan
risiko currency yang tinggi sehingga ditempatkan pada kredit dengan bunga tinggi.
E. Penguatan control Perbankan Dalam Perspektif Keagenan

1. Lakukan Fit & Proper Test bagi Calon Pengurus Bank

Penilaian fit & proper dilakukan untuk menghindari penilaian yang subjektif. Artinya
dilihat dari kompensi dan integritas, sangat kecil kemungkinan para pengurus melakukan
tindakan yang menjurus pada memperkaya diri.

2. Meningkatkan Insiders Ownership

Dengan adanya kepemilikan saham maka insiders akan merasakan langsung akibat
dari keputusan yang di ambilnya, sehingga tidak mungkin manajer bertindak oportunistik

3. Pendekatan Pengawasan Eksternal

Pendekatan ini dilakukan melalui penggunaan utang. Utang tidak hanya menyamakan
kepentingan pengurus dan pemegang saham tapi juga meningkatkan risiko kebangkrutan.
Penggunaan utang juga akan meningkatkan nilai bank

4. Institutional Investor sebagai Monitoring Agent

Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan asuransi,


perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja penguru (agen).

5. Pendekatan lainnya adalah melalui:

 Labor Market
 Capital Control

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


34
 Ancaman Takover

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


35
BAB 5

MORAL HAZARD, DISIPLIN PASAR, DAN PENJAMINAN SIMPANAN

A. Moral Hazard Pada Lembaga Perbankan


Moral hazard sering dipergunakan dalam bisnis asuransi yang menjelaskan kemungkinan
pemegang asuransi dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat merugikan terhadap
barang yang diasuransikan dengan harapan akan mendapatkan klaim penggantian dari
perusahaan asuransi.
Ada beberapa masalah moral hazard pada lembaga perbankan yang dapat diidentifikasi,
antara lain :
1. Moral Hazard Debitur Terhadap Bank
- Moral hazard yang dilakukan peminjam umumnya disebabkan oleh asimetri
informasi yang sangat tinggi.
- Secara procedural pemberian kredit memang telah melalui proses analisis yang
cermat, bahkan untuk saat ini keputusan pemberian kredit dilakukan oleh komite
perkreditan bukan oleh orang tertentu.
- Debitur bisa berpandangan bahwa “bila untung buat kami, bila rugi kita tanggung
bersama”.

Factor lain yang menyumbang terjadinya moral hazard oleh peminjam :

- Menyangkut karakter yang belum teruji dan tidak terpuji


- Muncul akibat officer juga ditarget dalam perkreditan, sehingga sangat mungkin
bertindak tidak hati-hati, bahkan penyusunan cash flow sering hanya
mempertimbangkan kelayakan kredit agar lolos saat komite perkreditan dilakukan
sehingga sebagai officer akan mencapai target kredit.
- Informasi yang kurang valid sering didapat officer berupa laporan keuangan yang
belum diaudit secara independen.
2. Moral Hazard Manajer Bank Terhadap Pemegang Saham
- Manajer bank dapat melakukan moral hazard karena manajer bukan pemilik, bukan
bukan penanggung risiko namun mereka adalah pengambil keputusan bisnis di
lembaga perbankan.
- Potensi manajer bank melakukan moral hazard semakin tinggi sejalan semakin
lemahnya control pemegang saham.
3. Moral Hazard Pemegang Saham (Bank) Terhadap Deposan
Moral hazard ini dimanifestasikan dalam bentuk penempatan dana pada proyek-proyek
yang berisiko tinggi dengan mengabaikan kepenringan deposan. Ini jelas
mengkhawatirkan deposan karena bila proyek gagal, klaim deposan akan gagal
terbayarkan. Sebaliknya bila penempatan dana-dana proyek trsebut berhasil maka
pmegang saham yang menikmati keuntungan paling besar. Dalam hal ini ada transfer
kekayaan dari deposan ke pemegang saham.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


36
4. Moral hazard Bank atau shareholder Terhadap Penjamin Simpanan
- Moral hazard ini ditunjukkan sebagai risiko rugi yang dihadapi oleh Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) ketika skema penjaminan atau asuransi deposito
memberikan insentif bank untuk mengambil tingkat risiko yang berlebihan (Saunders,
2003).
- Masalah moral hazard akan muncul ketika lembaga penjaminan menetapkan tingkat
premi flat selama periode penjaminan dan nilai penjaminan semakin tinggi.
B. Disi[plin Pasar Perbankan
- Disiplin pasar dalam sector perbankan dapat dimaknai sebagai situasi dimana privat
sector agenis menghadapi biaya sebagai akibat bank melakukan tindakan yang berisiko,
dan mengambil tindakan pada basis biaya (Berger, 1991).
- Disiplin pasar bertujuan mendorong peran public untuk turut mengawasi bank.
Tercapainya tujuan tersebut membutuhkan prasyarat utama antara lain :
a) Tersedia informasi yang cukup bagi public mengenai kondisi bank
b) Kemampuan public dalam menilai kondisi bank melalui analisa atas informasi yang
tersedia.
- Disiplin pasar mempunyai potensi manfaat social.
a) Memberikan pinalti bank yang mengambil risiko berlebihan, disiplin pasar dapat
mereduksi dorongan moral hazard ketika ada penjaminan pemerintah yang membuat
bank mengambil risiko berlebihan.
b) Disiplin pasar dapat meningkatkan efisiensi bank.
c) Biaya social pengawasan bank berkurang ketika partisipan pasar ikut mengambil
peran sebagian tanggung jawab (bersama bank sentral) dalam memonitor bank.
C. Penjaminan Simpanan atau Asuransi Deposito?
- Demirguc-Kunt, Kan dan Laeven (2006) menyebutkan bahwa akibat krisis perbankan,
terdapat indikasi kecendrungan para pengambil kebijakan untuk menciptakan suatu
jejaring pengaman keuangan (financial safety net) melalui pendirian penjaminan
simpanan apakah secara eksplisit dan implisit.
- Penerapan penjaminan simpanan telah terbukti ampuh dalam mendukung penyehatan
perbankan, penjaminan simpanan telah mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga perbankan dan mencegah pelarian dana ke luar negeri.
- Meskipun demikian tidak dipungkiri bahwa penjaminan simpanan juga telah berdampak
negative berupa munculnya moral hazard dan penurunan atau matinya disiplin pasar
perbankan.

D. Premi Penjaminan dan Dampaknya Terhadap Moral Hazard

- Penetapan premi mempunyai konsekuensi bagi moral hazard.


- Penetapan flat premium paling rawan dengan masalah moral hazard, karena premi ini
tidak membedakan antara bank yang sehat dan bank yang tidak sehat.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


37
- Disamping itu kegagalan bank akan ditanggung oleh lembaga penjamin (asuransi)
deposito.
- Pendekatan yang paling umum dalam menentukan premi penjaminan atau premi asuransi
deposito adalah pendekatan option pricing model, yang telah memandang provision of
deposit insurance sebagai gambaran identic dengan put option pada asset bank yang
membeli asset deposito.
- Dengan keberadaan deposit insurance yang dapat dipandang sebagai put option, maka
moral hazard tetap tidak dapat dihilangkan karena pemilik bank bersama manajer
memperbolehkan insentif untuk melakukan pengambilan risiko yang eksesif.
- Penggunaan risk adjusted premium dapat menghindari timbulnya moral hazard.

E. Klasifikasi Penjaminan Simpanan

- Skema penjaminan simpanan yang dipraktikkan di seluruh Negara pada dasarnya


dilasifikasikan dalam dua yaitu
a) Penjamin secara implisit
b) Penjaminan simpanan eksplisit
- Penjaminan simpanan penuh (blanket guarantee) merupakan penjaminan simpanan yang
diselenggarakan oleh pemerintah tanpa ditangani oleh lembaga khusus dan bersifat
temporer untuk memulihkan system perbankan yang mengalami krisis sistemik.
1. Penjaminan Simpanan Implisit (Blanket Guarantee)
Penjaminan implisit dilaksanakan tanpa melalui suatu lembaga khusus tetapi
ditangani oleh lembaga yang sudah ada seperti bank sentral atau departemen
keuangan disaat terjadi bank gagal. Penjaminan secara implisit bentuknya berupa
blanket guarantee atau program penjaminan pemerintah atau penjaminan penuh.
Apa bedanya dengan Lender of last Resort (LOLR)
LOLR dimaknai sebagai pemberi pinjaman pada tempat terakhir, yaitu membayar
atau memberikan talangan (bailout) dan memberikan keringanan sementara atas
kebutuhan liquiditas bank pelaksana yang sehat selama masa krisis, yang hanya
dilakukan oleh bank sentral.
2. Penjaminan Simpanan Eksplisit
- Pengganti penjaminan implisit atau penjaminan penuh adalah penjaminan terbatas
atau penjaminan eksplisit yang mulai berlaku pertengahan tahun 2005 sampai saat
ini.
- Penjaminan eksplisit dilaksanakan oleh lembaga khusus yang dibentuk oleh
pemerintah untuk melaksanakan program penjaminan simpanan baik apakah ada
bank gagal atau tidak ada bank gagal.
- Disamping itu juga lembaga penjaminan simpanan juga melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan resolusi atas bank gagal dan melakukan pengawasan kepada
bank peserta penjaminan.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


38
Menurut Demirguc-Kunt et al (2007), bahwa model penjaminan simpanan harus
memenuhi syarat :
1) Penjaminan simpanan harus terbatas, baik dalam jumlah maupun jenis yang
dijamin
2) Keanggotaan penjaminan simpanan bersifat wajib
3) Penjaminan simpanan harus terbuka sehingga semua pihak bisa mempercayai
4) Melaksanakan fungsinya secara tepat dan relevan
5) Independen dalam membuat keputusan

F. Skema Penjaminan Simpanan di Indonesia

Pemberlakuan program ini mempunyai konsekuensi pada biaya premi dan kewajiban bank
untuk memberikan laporan berkaitan dengan keikutsertaan dalam program ini. Biaya premi
sebenarnya bisa ditanggung oleh deposan saja, oleh bank saja atau oleh keduanya.
a) Simpanan Yang Dijamin
Simpanan yang dijamin pada bank umum konvensional (berbasis bunga) meliputi giro,
deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan
itu. Nilai simpanan yang dijamin LPS mencangkup saldo pada tanggal pencabutan ijin
usaha bank. Saldo berupa :
a. Pokok ditambah Bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk simpanan yang
memiliki komponen bunga ;
b. Nilai sekarang per tanggal pencabutan ijin usaha dengan menggunakan tingkat
diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk simpanan yang memiliki komponen
diskonto.
b) Kewajiban Bank Beserta Penjaminan
Sebagai peserta penjaminan, setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia
perlu membayar kontribusi kepesertaan, membayar premi dan menyampaikan laporan
secara berkala dengan format yang telah ditentukan. Kontribusi kepesertaan dibayar pada
saat bank yang bersangkutan menjadi peserta penjaminan yang besarnya ditetapkan 0,1%
dari :
a) Modal sendiri (ekuitas) bank per 31 Desember 2004, bagi bank yang telah
memperoleh ijin usaha sebelum 1 januari 2005;
b) Total modal sendiri (ekuitas) per 31 Desember 2004 dari bank-bank yang melakukan
penggabungan usaha, bagi bank hasil penggabungan usaha yang dilakukan antara 1
Januari 2005 dan 22 September 2005;
c) Modal disetor bank, bagi bank yang mendapatkan ijin usaha pada atau setelah I
Januari 2005.
c) Penghitungan dan Pembayaran Premi
Premi penjaminan dibayarkan 2 (dua) kali daam 1 (satu0 tahun untuk :
a. Periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni; dan
b. Periode 1 Juli sampai dengan 31 Desember.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


39
Proses pembayaran premi untuk setiap periode dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Pembayaran premi pada awal periode sebesar 0,1% dari rata-rata saldo bulanan total
simpanan periode sebelumnya; dan
b. Penyesuaian premi setelah akhir periode berdasarkan realisasi rata-rata saldo bulanan
total simpanan periode yang bersangkutan.

Pembayaran premi pada awal perode harus dilakukan paling lambat tanggal :

a. 31 Januari, untuk periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni; dan


b. 31 Juli, untuk periode 1 Juli sampai dengan 31 Desember.

Sedangkan penyesuaian premi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menghitung premi yang seharusnya dibayar berdasarkan realisasi rata-rata saldo


bulanan total simpanan pada periode yang bersangkutan
b. Menghitung kelebihan atau kekurangan premi yang dibayarkan pada awal periode
dengan premi yang seharusnya dibayar
c. Memperhitungkan kelebihan atau kekurangan terhadap premi yang dibayarkan pada
awal periode berikutnya, dengan ketentuan bahwa :
i. Daam hal terdapat kelebihan premi, kelebihan tersebut menjadi pengurang
terhadap premi yang dibayarkan pada awal periode berikutnya; atau
ii. Dalam hal terdapat kekurangan premi, kekurangan tersebut menjadi penambah
terhadap premi yang dibayarkan pada awal periode berikutnya.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


40
BAB 6

LAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA BANK

A. Pentingnya Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan Bank dimaksudkan untuk memberikan informasi berkala mengerai


kondisi bank secara menyeluruh, termasuk perkembangan usaha dan kinerja bank. Seluruh
informasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan transparansi kondisi keuangan bank
kepada publik dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.

B. Format Laporan Keuangan Dan Transparansi Informasi

Aktiva yang paling sensitif yaitu kredit yang diberikan disajikan secara terpisah yang
terkait dan tidak terkait dengan Bank. Ini dilakukan untuk pengawasan kinerja bank.pemisah
tersebut menunjukan bahwa Bank harus lebih transparan, dalam arti deteksi adanya bank
yang memberikan kredit untuk anak perusahaanya sendiri atau untuk perusahaan lain juga
pihak terifilasi.

Untuk tranparansi laporan keuangan, bank wajib pula memuat informasi yang terkait
dengan kegiatan di dalam kelompok usah, yang terkait dari.

a. Struktur kelompok usaha bank, yang disajikan sampai dengan pemilik terakhir (ultimate
shareholder ).
b. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related party
transaction ).
c. Pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamaka
dengan itu dari setiap perusahaan atau badan hukum yang berada dalam satu kelompok
usaha dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh penyediaan dan dari Bank.

Bank Konsolidasi

Pos-Pos Posisi-Tgl Posisi Tahun Posisi-Tgl Posisi Tahun


laporan sebelumnya laporan Sebelumnya

Aktiva

1. Kas

2. Penempatan
pada bank
Indonesia

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


41
3. Giro pada
Bank lain

4 penempatan
pada bank lain

5. Surat
berharga yang
dimiliki

6. obligasi
pemerintah

7. surat
berharga yang
di beli dengan
janji jual

8. Tagihan
derivative

9. Kredit yang
diberikan

10. Tagihan
akseptasi

11. Penyertaan

12. pendapatan
yang akan
masih diterima

13. Biaya
dibayar di
muka

14. uang muka


pajak

15.aktiva pajak
taguhan

16. Aktiva tetap

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


42
17. Aktiva
sewa guna

18. anggunan
yang di ambil
alih

PASIVA

1. Giro

2. kewajiban
segera lainya

3. Tabungan

4. Simpanan
Berjangka

5. Sertifikat
Deposito

6. Simpanan
dari Bank lain

7. Surat
berharga yang
dijual dengan
janji di beli

8. kewajiban
Derivative

9. kewajiban
Akseptasi

10. Surat
berharga yang
diterbitkan

11. pinjaman
yang diterima

12. Estimasi
kerugian
komitmen

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


43
13. kewajiban
sewa guna

14. beban yang


masih harus
dibayar

15.taksiran
pajak
penghasilan

16.Kewajiban
pajak
Tangguhan

17 kewajiban
lain-lain

18 pinjama
subordinasi

19. Modal
Pinjaman

20. Hak
minoritas

21. EKUITAS

Total Pasiva

Penjelasan singkat Indikasi atau rasio-rasio keuangan untuk mengukur kinerja bank

1. Rasio CAR merupakan perbandingan modal Bank dengan Aktiva terimbang menurut risiko
2. Rasio aktiva tetap terhadap modal mengindisikan bahwa semakin tinggi rasio ini menunjukan
semakin besar alokasi dana pada aktiva tetap dan inventasis.
3. Rasio aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif mengindikasikan bahwa
semakin besar rasio ini semakin buruk kualitas aktiva sebaliknya semakin kecil kualitasnya
semakin baik kualitas asset produktivitasnya.
4. Rasio performance loan ( NPL ) yaitu perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total
asset.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


44
5. Rasio penyisihan aktiva produktivitas terhadap total aktiva produktif menghasilkan bahwa
semakin besar rasio ini menunjukan semakin menurun kualitas aktiva produktif.
6. Rasio PPAP dibentuk terhadap PPAP wajib dibentuk merupakan mengukur rasio tinggi.
7. Rasio return on asset atau Ratio atau ROA mengindikasikan kemampuan bank menghasilkan
laba dengan menggunakan assetnya.

RANGKUMAN MANAJEMEN PERBANKAN BAB 1-6


45

Anda mungkin juga menyukai