DISUSUN OLEH
(022.125.003)
KHUSNIATUN NISSAH
(022.125.006)
(022.125.007)
BAB 1
Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti
Kampus F, Jl. Jenderal Ahmad Yani No 107 By Pass, Rawasari, Jakarta Timur 13210.
PENDAHULUAN
Pengertian bank sering disamakan dengan pengertian perbankan. Padahal hal tersebut
sangatlah berbeda. Bank hanya mencangkup aspek kelembagaan. Bank adalah sebuah
lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito
tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit)
kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit
spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat banyak. Pada pengertian di atas tampak sangat static, bank sebagai
lembaga atau badan usaha.
Sedangkan pengertian perbankan sangat dinamis. Perbankan adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan bank, mencangkup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha tersebut adalah menyangkut jasa
keuangan. Dalam perspektif ilmu keuangan, perbankan adalah bagian dari ilmu keuangan.
Dengan demikian pembahasan manajemen perbankan memfokuskan pada masalah keuangan,
bukan bidang marketing maupun sumber daya manusia
C. Kriteria Bank
Pemahaman terhadap karakteristik bank sangat diperlukan dalam mengelola bank. Beberapa
karakteristik antara lain:
1. Bank adalah lembaga yang berperan sebagai lembaga perantara keuangan
System perbankan merupakan jaringan yang terintegrasi, secara otomatis antar bank
ada saling ketergantungan dan harus berinteraksi satu sama yang lain sebagai bagian dari
system perbankan. Bukti bahwa antar bank saling tergantung dan saling berinteraksi
misalnya dalam hal transfer dana antar bank, kliring antar bank, peneriamaan uang kartal
untuk diedarkan dari Bank Indonesia, pinjam meminjam dana antar bank, kredit
sindikasi, bank koresponden, hubungan bank devisa dengan non devisa dalam transaksi
dengan surat kredit berdokumen (letter of credit) dan sebagainya
Tabel 1.1.
Klasidikasi Industri Di Indonesia
Perusahaan-perusahaan yang diklasifikasikan pada tabel 1.1 (selain bank atau selain
industry keuangan) perlu mendapat perhatian bank, sebab perusahaan non financial
tersebut ada yang mengalami kelebihan dana maupun ada yang membutuhkan dana. Bank
komersial atau bank deposito dapat beroperasi secara terus menerus karena jasa
intermediasinya digunakan oleh mereka.
c. Lingkungan internasional
Komponen yang relevan drngan lingkungan internasional adalah moneterisasi
perekonomian dunia, tingkat dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang
internasional atau sebaliknya, posisi neraca berjalan suatu negara devisa, inflasi relative,
suku bunga relative, laju pertumbuhan ekonomi bangsa dan persaingan internasional.
Factor-faktor tersebut saling berkait dan bank dapat mengambil manfaat dari perilaku
factor tersebut, khususnya bank-bank yang berurusan dengan msalah transaksi
internasional (valuta asing), beberapa factor yang secara eksplisit sebagai factor yang
mempengaruhi kurs valuta asing:
1. Penawaran dan permintaan valuta asing. Penawaran valuta asing dicerminkan atau
terjadi ketika terjadi ekspor barang dan jasa dari suatu negara ke negara lain yang
menghasilkan valuta asing atau forex
2. Factor tingkat inflasi. Perbedaan tingkat inflasi antar negara dapat menimbulkan
fluktuasi kurs valuta asing. Pada negara yang mengalami inflasi yang lebih tinggi
akan mendprpng impor dari negara yang inflasinya lebih rendah. Impor barang ini
yang akan mendorong permintaan valuta negara eksportir.
3. Factor tingkat bunga. Peningkatan suku bunga umumnya dilakukan untuk menarik
modal dari luar negeri.
4. Factor kebijakan pemerintah. Dalam memelihara stabilitas nilai kurs suatu mata uang,
umumnya suatu negara akan melakukan kebijakan-kebijakan di bidang moneter.
5. Posisi neraca transaksi berjalan (current aacount) dan neraca modal. Posisi ini dapat
dilihat pada neraca pembayaran suatu negara (balance of payment) sub current
account dan capital account.
Disamping factor-faktor diatas, pertumbuhan perekonomuan suatu negara akaan
memberikan daya tarik bagi para investor di luar negeri. Daya tarik ini akan diikuti
oleh penanaman modal luar negeri di Indonesia, artinya permintaan rupiah terhadap
mata uang asing juga meningkat.
J. Keberlangsungan Kegiatan Bank, Lingkungan Perbankan dan Manajemen Integratif
Perangkat fungsi ada dua yaitu, perangkat fungsi keluar yang terdiri dari fungsi usaha dan
fungsi ekonomi, dan perangkat fungsi kedua yaitu, perangkat fungsi antara system. Dengan
menjalankan perangkat fungsi antara system maka memungkinkan secara integrative bank
dapat menjalankan fungsi usaha dan fungsi ekonomi dalam rangka penyesuaian terhadap
lingkungan. Manajemen yang menjalankan pendekatan system ini disebut manajemen
integrative.
Dengan perhatian uraian di atas sebeneranya dapat diringkas bahwa keberhasilan bank
dalam menjalankan usahanya sangat tergantung dari kemampuan memahami/menyesuaikan
dengan lingkungannya, kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya, kemampuan
melakukan penyesuaian terhadap perubahan lingkungannya serta kemampuan menjalankan
manajemen integrative
Efisiensi ekonomi pada perbankan juga mengandung dua dimensi, yaitu tersedianya
berbagai macam instrument financial bagi pemilik aktiva yang menguntungkan, memberikan
ng portofolio yang paling optimal untuk kepentingan return, risk dan likuiditas. Alokasi
sumber dana pada penggunaan yang paling bernilai dan tersedianya berbagai instrument
keuangan akan terjadi bila bank-bank berada pada lingkungan yang kompetitif. Lingkungan
yang kompetitif akan melahirkan persaingan yang kompetitif. Persaingan akan timbul bila
terdapat banyak penjual/bank sehingga sering disebut penawaran kompetitif. Pada sisi
permintaan, semakin banyak jumlah pembeli juga akan menciptakan permintaan kompetitif.
Pertemuan penawaran kompetitif dengan permintaan kompetitif akan membentuk pasar
kompetitif.
Pasar kompetitif merupakan syarat adanya persaingan. Persaingan dari sisi penawaran
dapat dibedakan persaingan harga dan persaingan bukan harga. Persaingan harga bias diatasi
dengan bekerja pada tingkat yang paling efisien untuk menurunkan biaya tetap atau biaya
variable, keberhasilan menurunkan biaya akan meningkatkan pernjualan produk atau jasa.
Peningkatan penjualan akan mendorong perkembangan bank. Bila sebagian besar
perusahaan/penjual/bank berkembang, maka perekonomian juga akan berkembang.
Perkembangan ekonomi tersebut didorong oleh persaingan harga.
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar system perbankan
Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arahan, bentuk dan tatanan industry
perbankan untuk rentan waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan suatu
perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan dalam
rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Visi API yaitu: menciptakan system perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna
menciptakan kestabilan system keuangan alam rangkat membantu mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional.
Guna mempermudah mencapaian visi API tersebut, makan ditetapkan beberapa sasaran
yang ingin dicapai, yaitu:
1. Menciptakan struktur perbankan domestic yang sehat dan mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan
2. Menciptakan system pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu pada
standart nasional
3. Menciptakan industry perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta
memiliki ketahanan dalam menghadapi resiko
4. Menciptakan good corporate government dalam rangka memperkuat kondisi internal
perbankan nasional.
5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mewujudkan terciptanya industry
perbankan yang sehat
6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlingungan konsumen jasa perbankan
M. Tantangan Perbankan Ke Depan
Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbankan harus dilakukan di
berbagai bidang terutama untuk menjawan tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan
dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut:
Ada beberapa alasan lain yang perlu dipahami, mengapa bank perlu diatur, alasan tersebut
antara lain:
1. Safety
Dalam hal ini adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan pasar dalam penarikan
simpanan oleh masyarakat yang berakibat pada ambruknya suatu bank. Otoritas moneter
sangat menyadari bahwa jumlah uang yang beredar mayoritas melalui bank. Peredaran
uang akan mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja, produksi danmpendapatan
masyarakat. Kegagalan suatu bank bisa menimbulkan rush pada beberapa bank lain dan
ini beraarti akan menggangu sistem perbankan nasional. Memang tidak menutup
kemungkinan resiko kegagalan bank tersebut telah dicover melalui insurance deposit,
namun demikian konsekuensi ini tetap menimbulkan biaya bagi bank maupun
perekonomian secara macro.
2. Stability
Tujuan safety dan stability dapat dipandang sebagai motif fundamental ekonomi macro
dan micro. Pada level ekonomi makro, penawaran uang merupakan faktor penentu yang
sangat penting dari aktivitas ekonomi secara totaol. Para ahli monetertentu akan
mengatakan bahwa faktor ini sangat penting. Dengan demikian otoritas moneter
berkepentingan untuk melindungi the money suply dan meningkatkan pengendalian bank
reserves, interest rate serta kredit perbankan. Sedangkan pada ekonomi mikro,
memfokuskan pada risk exposure of individual bank dan mengisolasi kemungkinan
domino effect. Untuk melakukan hal tersebut, otoritas moneter akan memperhatikan
setiap individual bank agar dapat beroprasi secara aman dan sehat.
3. Structure
Pengendalian struktur perbankan (structure) perlu dilakukan melalui regulasi. Struktur
disini bisa diartikan menyangkut jumlah/penyebaran bank. Structure objective dapat
dipandang sebagai perhatian otoritas moneter terhadap masalah persaingan dan efesiensi
bank. Competitive price akan dinikmati oleh masyarakat atau nasabah untuk
mendapatkan pinjaman dengan tingkat bunga yang relatif lebih rendah dan tingkat bunga
simpanan yang relatif lebih tinggi.
D. Ketentuan kelembagaan, Kepengurusan, dan Kepemilikan Bank
1. Pendirian Bank
a. Pendirian Bank Umum
Bank hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan ijin gubernur Bank
Indonesia.
Bank umum hanya dapat didirikan oleh :
Pembukaan kantor cabang Bank Asing dapat dilakukan apabila bank yang akan
membuka kantor cabang :
1) Memberikan keterangan kepada pihak ketiga mengenai syarat dan tata cara dalam
melakukan hubungan dengan kantor pusat/kantor kantor cabangnya diluar negri.
2) Membantu kantor pusat atau kantor cabangnya diluar negri dalam mengawasi
agunan kredit yang berada di indonesia.
Sumber dana yang digunakan dalam rangka kepemilikan bank umum konvensional,
dilarang berasal:
1. Dari pinjaman fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari Bank dan pihak lain di
Indonesia, atau
2. Untuk pecucian uang.
Sumber dana yang diguinakan dalam rangka kepemilikan bank umum syariah dan BPR
syariah, dilarang berasal :
a. Dari pinjaman atau mfasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun dari bank dan pihak
lain
b. Dari sumber yang diharamkan menurut prinsip syariah (bagi BPR syariah); dan
c. Dari dan untuk tujuan pencucian uang
Pihak-pihak yang dapat menjadi pemilik bank wajib memenuhi syarat :
Pemegang saham pengendali (PSP) adalah badan hukum atau perorangan dan kelompok
usaha yang:
a. Memiliki saham bank sebesar 25% atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan
bank dan mempunyai hak suara.
b. Memiliki saham bank kurang dari 25% dari jumlah sahamyang dikeluarkan bank dan
mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian bank
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kebijakan kepemilikan tunggal dikecualikan bagi :
1) Dewan komisaris
2) Direksi
Kepengurusan Bank konvensional:
1) Dewan Komisaris
2) Direksi
Kepengurusan BPR Syariah:
1) Dewan Komisaris
2) Direksi
5. Dewan Pengawas Syariah
a. Bank sryariah wajib membentuk DPS yang berkedudukan di kantor pusat Bank.
b. Anggota DPS wajib memenuhi persyaratan integritas, kompetensi dan reputasi
keuangan.
c. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS
d. Jumlah anggota DPS di Bank umum Syariah paling kurang 2orang atau paling banyak
50% dari jumlah anggota direksi.
6. Komite Perbankan Syariah
Komite perbankan syariah adalah forum yang beranggotakan para ahli yang di bidang
syariah muamalah dan ahli ekonomi, ahli keuangan, dan ahli perbankan, yang bertugas
membanyu BI dalam mengimplementasikan fatwa MUI menjadi ketentuan yang akan
dituangkan kedalam peraturan Bank Indonesia.
a. Bank dapat memanfaatkan Tenaga Kerja Asing (TKA) dalam menjalankan kegiatan
usahanya dengan memenuhi ketentuan Bank indonesia.
b. Bank wajib meminta persetujuan dari BI sebelumnya mengangkat TKA untuk
menduduki jabatan sebagai komisaris, direksi dan pejabat eksekutif
c. Bank wajib menyampaikan rencana pemanfaatan TKA kepada BI. Rencana
pemanfaatan TKA dimaksud wajib dicantumkan dalam rencana Bisnis Bank.
Penilaian kemampuan dan kabupaten pada Bank umum dan BPR dilakukan oleh Bank
Indonesia terhadap :
a. Perorangan atau badan hukum untuk dapat membeli saham bank umum secara
langsung maupum melalui bursa.
b. Jumlah kepemilikian saham oleh warga negara asing/badan hukum asing maksimal
99% dari modal disetor bank.
c. Kepemilikian bank umum oleh badan hukum Indonesia setinggi-tingginya sebesar
modal sendiri badan hukum yang bersangkutan
d. Pembelian saham yang menyebabkan kepemilikan mencapai 25% atau lebih dari
jumlah saham bnak, atau kurang dari 25% namun menyebabkan beralihnya
pengendalian bank wajib memperoleh ijin dari BI.
10. Merger, Konsolidasi dan akuisisi Bank Merger, Kosolidasi dan Akuisisi Bank
Umum
a. Merger, konsolidasi, dan akuisisi dapat dilakukan atas inisiatif bank yang
bersangkutan atas permintaan BI dan atau inisiatif badan khusus.
a. Bank hanya dapat mengubah kegiatan usahanya menjadi bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan ijin dari gubernur Bank Indonesia.
b. Rencana Perubahan kegiatan usaha tersebut wajib dicantumkan dalam rencana bisnis
bank.
c. Bank yang semula memiliki ijin usaha sebagai bank yang melakukan kegiatan usaha
secara konvensional dan telah memperoleh ijin perubahan kegiatan usaha menjadi
bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
14. Penutupan Kantor cabang Bank
Penutupan kantor cabang bank hanya dap[at dilakukan dengan persetujuan Bank
Indonesia. Permohonan untuk memperoleh persetujuan prinsip penutupan KC wajib
15. Peningkatan Bank Umum Non Devisa menjadi Bank Umum Devisa
Persyaratan untuk menjadi umum devisa adalah : CAR minimum dalam bulan terakhir
8% tingkat kesehatan selama 24 bulan terakhir berturut-turut tergolong sehat, modal
disetor minimal Rp 150 miliar.
16. Perubahan ijin Usaha bank Umum menjadi Ijin usaha BPR dalam rangka
konsolidasi
a. Perubahan ijin usaha bank umum menjadi ijin usaha BPR hanya dapat dilakukan
dengan ijin dari Gubernur Bank Indonesia
b. Perubahan ijin dimaksud dapat dilakukan secara sukarela atau mandatori.
c. Bank umum yang pada tanggal 31 Desember 2010 tidak memenuhi modal inti
minimum Rp 100 miliar.
17. Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan Status Bank
a. Menambah modal
b. Menghapus bukukan kredit yang tergolong macet dan memperhitungkan kerugian
BPR dengan modalnya
c. Mengganti anggota direksi dan dewan komisaris BPR
d. Melakukan merger atau konsolidasi dengan BPR lain
19. Likuidasi bank
Likuidasi Bank adalah tindakan penyalamatan seluruh hak dan kewajiaban bank sebagai
akibat pencabutan ijin usaha dan pembubaran badan hukum bank.
20. Pencabutan ijin Usaha Atas Permintaan pemegang Saham (self liquidation)
a. Bank yang dapat dimintakan pencabutan ijin usahanya atas permintaan pemegang
saham sendiri merupakan bank yang tidak sedang ditempatkan dalam peng
b. Pencabutan Ijin Usaha atas permintaan pemegang saham bank hanya dapat dilakukan
oleh bank indonesia.
c. Pencabutan ijin usaha atas permintaan pemegang saham bank dilakukan dalam 2
tahap: persetujuan persiapan pencabutan ijin usaha, dan keputusan pencabutan ijin
usaha.
- Aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko penyediaan dana atau tagihan
yang melekat pada setiap pos aktiva.
- Pos tertentu dalam daftar kewajiban komitmen dan kompetensi (off balance sneet
account )
3. Posisi Devisa Neto (PDN)
4. Bebas maksimum pemberian kredit (BMPK) dan Ketentuan BPMK bagi Bank
5. Kualitas Aktiva
6. Penyisihan penghapusan Aktiva (PPA)
13. Prinsip kehati – hatian dalam Aktivitas Sekuritasi aset bagi bank Umum
Pengawasan bank oleh regulator perlu dilakukan agar tidak terjadi inefiensi proses analisis
risikom ketidakcukupan monitoring dan kegagalan transfer informasi, struktur insentif yang
buruk dan ketidakcukupan corporate govermanance (Liwellyn, 2002). Tujuan mekanisme pasar
adalah maksimisasi shareholder value, sedangkan tujuan pengawasan oleh regulator untuk
meminimalkan kemungkinan kegagalan bank. Dalam konteks manajemen perbankan, regulasi
mengarahkan pihak manajemen untuk mengelola bank sebara hati-hati. Hasil penelitian di
Amerika menunjukan bahwa instrument control yang paling efektif dalam mengawasi bank
adalah regulasi. Ini menunjukan walaupun ada mekanisme pasar berupa hostile takeover, marger
ataupun akuisisi itu terjadi, namu regulasi menunjukan pengaruh signifikan dan sangat besar.
Sedangkan instrument untuk corporate control yang paling tidak berpengaruh adalah hostile
takeover.
Dalam melaksanakan tugas pengawasan bank, saat ini regulator atau Bank Indonesia
melaksanakan system pengawasannya dengan menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan
berdasarkan kapatuhan (compliance based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk
based supervision. Dengan adanya pendekatan RBS tersebut bukan berarti mengesampingkan
pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan upaya untuk menyempurnakan system
pengawasan tersebut sehingga dapat meningkatkan keefektifitasan dan efisiensi pengawasan
perbankan. Secara bertahap, pendekatan pengawasan yang diterapkan BI akan beralih menjadi
sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko.
A. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Oleh Bank Indonesia
Pengaturan dan pengawasan bank oleh Bi meliputi wewenang sebagai berikut:
1. Kewenangan memberikan ijin (right to licence), yaitu kewenangan untuk menetapkan
tatacara perijinan dan pendirian suatu bank.
2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu kewenangan untuk menetapkan
ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka
menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan
masyarakat
3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu kewenangan melakukan
pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-site supervision) dan pengawasan
tidak langsung (off-site supervision).
4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu kewenangan
untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan undang-undang terhadap bank apabila
suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan.
B. Pendekatan Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compllance Based Supervision)
Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pada kepatuhan bank untuk melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang terkain dengan operasi dan pengelolahan bank. Pendekatan ini
mengacu pada kondisi bank dimasa lalu dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah
beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsi-prinsip kehati-hatian. Prudent
Pengawasan berdasarkan risiko tidak lepas dari perkembangan Basel I dan Basel II yang
sebagian besar diterpakan di lembaga perbankan di dunia. Evolusi pengaturan bank dimulai
adanya Basel I yang diterbitkan oleh The Basel Committee on Banking Supervision. Dalam
Basel I untuk pertama kalinya menawarkan suatu metedologi standar perhitungan jumlah
modal berbasis risiko yang harus dipenuhi bank dengan menerbitkan Basel Capital Accord 1
pada tahun 1988. Alam Basel 1 ini hanya mencangkup risiko kredit dan berdasarkan standar-
standar yang ada sekarang.
Rangka Bassel II dirancang menggunakan tiga konsep peraturan, yang dikenal dengan
tiga pilar yaitu:
a. Risiko kredit: risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi
kewajiban
b. Risiko pasar: risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar dari portofolio
yang dimiliki oleh bank yang dapat merugikan bank. Variable pasar antara lain suku
bunga dan nilai tukar
c. Risiko likuiditas: risiko yang antasa lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi
kewajiban yang telah jatuh tempo
d. Risiko operasional: risiko yang antara lain disebabkan adanya keridakcukupan dana yang
tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusi, kegagalan system atau adanya
problem eksternal yang mempengaruhi operational bank
e. Risiko hokum: risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan
aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan-tuntutan hukum
f. Risiko reputasi: risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negative yang
dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negative terhadap bank
g. Risiko strategic: risiko yang anta lain disebabkan penetapan dan pelaksanaan strategi
bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak sehat atau kurangnya
responsive bank terhadap perubahan eksternal
h. Risiko kepatuhan: risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melakukan
peraturan undang-undang dan ketentuan yang berlaku
D. Metode Pengawasan Otoritas Pengawas
Pada lembaga perbankan akan melibatkan hubungan pemegang saham dengan manajemen
(agen), hubungan bank (pemegang saham), dengan debitur, juga melibatkan hubungan bank
dengan regulator. Hubungan-hubungan tersebut mampu menjelaskan mekanisme kontrol antara
pihak-pihak yang terlibat dalam manajemen bank.
Penilaian fit & proper dilakukan untuk menghindari penilaian yang subjektif. Artinya
dilihat dari kompensi dan integritas, sangat kecil kemungkinan para pengurus melakukan
tindakan yang menjurus pada memperkaya diri.
Dengan adanya kepemilikan saham maka insiders akan merasakan langsung akibat
dari keputusan yang di ambilnya, sehingga tidak mungkin manajer bertindak oportunistik
Pendekatan ini dilakukan melalui penggunaan utang. Utang tidak hanya menyamakan
kepentingan pengurus dan pemegang saham tapi juga meningkatkan risiko kebangkrutan.
Penggunaan utang juga akan meningkatkan nilai bank
Labor Market
Capital Control
Pemberlakuan program ini mempunyai konsekuensi pada biaya premi dan kewajiban bank
untuk memberikan laporan berkaitan dengan keikutsertaan dalam program ini. Biaya premi
sebenarnya bisa ditanggung oleh deposan saja, oleh bank saja atau oleh keduanya.
a) Simpanan Yang Dijamin
Simpanan yang dijamin pada bank umum konvensional (berbasis bunga) meliputi giro,
deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan
itu. Nilai simpanan yang dijamin LPS mencangkup saldo pada tanggal pencabutan ijin
usaha bank. Saldo berupa :
a. Pokok ditambah Bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk simpanan yang
memiliki komponen bunga ;
b. Nilai sekarang per tanggal pencabutan ijin usaha dengan menggunakan tingkat
diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk simpanan yang memiliki komponen
diskonto.
b) Kewajiban Bank Beserta Penjaminan
Sebagai peserta penjaminan, setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia
perlu membayar kontribusi kepesertaan, membayar premi dan menyampaikan laporan
secara berkala dengan format yang telah ditentukan. Kontribusi kepesertaan dibayar pada
saat bank yang bersangkutan menjadi peserta penjaminan yang besarnya ditetapkan 0,1%
dari :
a) Modal sendiri (ekuitas) bank per 31 Desember 2004, bagi bank yang telah
memperoleh ijin usaha sebelum 1 januari 2005;
b) Total modal sendiri (ekuitas) per 31 Desember 2004 dari bank-bank yang melakukan
penggabungan usaha, bagi bank hasil penggabungan usaha yang dilakukan antara 1
Januari 2005 dan 22 September 2005;
c) Modal disetor bank, bagi bank yang mendapatkan ijin usaha pada atau setelah I
Januari 2005.
c) Penghitungan dan Pembayaran Premi
Premi penjaminan dibayarkan 2 (dua) kali daam 1 (satu0 tahun untuk :
a. Periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni; dan
b. Periode 1 Juli sampai dengan 31 Desember.
Pembayaran premi pada awal perode harus dilakukan paling lambat tanggal :
Aktiva yang paling sensitif yaitu kredit yang diberikan disajikan secara terpisah yang
terkait dan tidak terkait dengan Bank. Ini dilakukan untuk pengawasan kinerja bank.pemisah
tersebut menunjukan bahwa Bank harus lebih transparan, dalam arti deteksi adanya bank
yang memberikan kredit untuk anak perusahaanya sendiri atau untuk perusahaan lain juga
pihak terifilasi.
Untuk tranparansi laporan keuangan, bank wajib pula memuat informasi yang terkait
dengan kegiatan di dalam kelompok usah, yang terkait dari.
a. Struktur kelompok usaha bank, yang disajikan sampai dengan pemilik terakhir (ultimate
shareholder ).
b. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related party
transaction ).
c. Pemberian penyediaan dana, komitmen maupun fasilitas lain yang dapat dipersamaka
dengan itu dari setiap perusahaan atau badan hukum yang berada dalam satu kelompok
usaha dengan Bank kepada debitur yang telah memperoleh penyediaan dan dari Bank.
Bank Konsolidasi
Aktiva
1. Kas
2. Penempatan
pada bank
Indonesia
4 penempatan
pada bank lain
5. Surat
berharga yang
dimiliki
6. obligasi
pemerintah
7. surat
berharga yang
di beli dengan
janji jual
8. Tagihan
derivative
9. Kredit yang
diberikan
10. Tagihan
akseptasi
11. Penyertaan
12. pendapatan
yang akan
masih diterima
13. Biaya
dibayar di
muka
15.aktiva pajak
taguhan
18. anggunan
yang di ambil
alih
PASIVA
1. Giro
2. kewajiban
segera lainya
3. Tabungan
4. Simpanan
Berjangka
5. Sertifikat
Deposito
6. Simpanan
dari Bank lain
7. Surat
berharga yang
dijual dengan
janji di beli
8. kewajiban
Derivative
9. kewajiban
Akseptasi
10. Surat
berharga yang
diterbitkan
11. pinjaman
yang diterima
12. Estimasi
kerugian
komitmen
15.taksiran
pajak
penghasilan
16.Kewajiban
pajak
Tangguhan
17 kewajiban
lain-lain
18 pinjama
subordinasi
19. Modal
Pinjaman
20. Hak
minoritas
21. EKUITAS
Total Pasiva
Penjelasan singkat Indikasi atau rasio-rasio keuangan untuk mengukur kinerja bank
1. Rasio CAR merupakan perbandingan modal Bank dengan Aktiva terimbang menurut risiko
2. Rasio aktiva tetap terhadap modal mengindisikan bahwa semakin tinggi rasio ini menunjukan
semakin besar alokasi dana pada aktiva tetap dan inventasis.
3. Rasio aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif mengindikasikan bahwa
semakin besar rasio ini semakin buruk kualitas aktiva sebaliknya semakin kecil kualitasnya
semakin baik kualitas asset produktivitasnya.
4. Rasio performance loan ( NPL ) yaitu perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total
asset.