Anda di halaman 1dari 13

Pengertian HAM

HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga
negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan
status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.

Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hak asasi
manusia memiliki wadah organisasi yang mengurus permasalahan seputar hak asasi manusia
yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggaran ham di Indonesia memang masih banyak yang belum
terselesaikan / tuntas sehingga diharapkan perkembangan dunia ham di Indonesia dapat
terwujud ke arah yang lebih baik. Salah satu tokoh ham di Indonesia adalah Munir Said Thalib
yang tewas dibunuh di atas pesawat udara saat menuju Belanda dari Indonesia.

Pada hakikatnya “Hak Asasi Manusia” terdiri atas dua hak dasar yang paling fundamental, ialah
hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah lahir hak-hak asasi lainnya atau
tanpa kedua hak dasar ini, hak asasi manusia lainnya sulit akan ditegakkan.

Mengingat begitu pentingnya proses internalisasi pemahaman Hak Asasi Manusia bagi setiap
orang yang hidup bersama dengan orang lainnya, maka suatu pendekatan historis mulai dari
dikenalnya Hak Asasi Manusia sampai dengan perkembangan saat ini perlu diketahui oleh
setiap orang untuk lebih menegaskan keberadaan hak asasi dirinya dengan hak asasi orang lain.

HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan
Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945
Republik Indonesia.

Jenis jenis Ham


Dalam perkembangan HAM (hak asasi manusia) dapat digolongkan dalam beberapa macam
yaitu:

– Hak asasi pribadi atau personal rights yang diantaranya berupa hak kebebasan menyatakan
pendapat, kebebasan untuk memeluk agama dan keyakinan tertentu dan kebebasan untuk
bergerak
– Hak asasi ekonomi atau property rights yaitu hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk membeli,
hak untuk menjual dan hak untuk memanfaatkan. Hak ini tentu saja harus sesuai dengan aturan
aturan negara yang berlaku.
– Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan atau rights of
legal equality.
Hak asasi politik atau political rights, merupakan hak yang terdiri atas ikut serta dalam
pemerintahan
– Hak asasi sosial dan kebudayaan atau social and cultural rights antara lain yaitu hak untuk
memilih dan memperoleh pendidikan dan pengajaran
– Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tatacara peradilan dan perlindungan atau procedural
rights, antara lain peraturan dalam hal penangkapan, penggeledahan dan penahanan
– Hak untuk membangun atau rights to development yaitu hak asasi bagi suatu negara ataupun
komunitasnya untuk membangun negaranya,yang tanpa campur tangan negara lain.

Seperti pada beberapa pasal dan ayat berikut ini :

Pasal 27 ayat 1 “Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya”
• Pasal 28 “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”
• Pasal 29 ayat 2 “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”
• Pasal 30 ayat 1 “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan
negara”
• Pasal 31 ayat 1 “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”

Sejarah Perkembangan HAM di Indonesia


Sejarah HAM: Awal Kemunculan

Lama sebelum konsepsi HAM yang sekuler rasionalistik yang sekarang ada, tradisi keagamaan
yang terdapat dalam berbagai peradapan kuno manusia telah memberikan fondasi yang cukup
walaupun belum memadai. Walaupun dalam tradisi tradisi keagamaan tersebut belum cukup
untuk menjadikan sebagai fondasi HAM bagi masyarakat yang memiliki anggota yang beraneka
ragam atau plural tapi dalam beberapa sumber diakui bahwa dapat menjadi alternatif yang
potensial dalam menegakkan HAM menjadi lebih baik.

Diskursus HAM pada masa awal perjalanan umat manusia tidak dapat dilepaskan dari
perjalanan agama tersebut. Ini sangat terlihat dalam masalah kebebasan beragama. Contohnya
saja, masyarakat masyarakat walaupun memiliki kecenderungan untuk mengelompokkan
dirinya dengan kepercayaan yang dianutnya. Keadaan inilah yang membuat masyarakat tidak
memaksakan kepercayaannya pada masyarakat lain. Atau dengan kata lain, dalam masyarakat
awal ini kepercayaan ataupun agama bersifat ekslusif. Akan tetapi, ini tidak berarti toleransi
beragama dianggap rasional. Bahkan bagi yang tidak beragama akan sangat dihindari.

Dalam banyak kitab dan agama serta kepercayaan menekankan tentang pengakuan akan
beberapa bagian akan HAM, walaupun pemikiran tersebut berdasarkan akan apa yang telah
mereka terima dari Tuhan (wahyu). Contohnya saja dalam Al Qur’an terdapat banyak pesan
pesan dalam memanusiakan manusia yang seperti menghargai setiap manusia apapun
statusnya. Begitu pula dengan agama lain seperti Kristiani dan Yahudi. Walaupun salah satu
jenis HAM yaitu kebebasan dalam beragama dan memiliki keyakinan dalam banyak agama
mengandung ajaran “tidak sepenuhnya boleh”.
Pemahaman Ham di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di masyarakat
dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah cukup lama. Secara garis besar Prof.
Bagir Manan pada bukunya Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia
( 2001 ), membagi perkembangan HAM pemikiran HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu
periode sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 ), periode setelah Kemerdekaan ( 1945 –
sekarang ).

Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908 – 1945 )

• Boedi Oetomo, dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat melalui petisi –
petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam tulisan yang dalam surat
kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan
berserikat dan mengeluarkan pendapat.
• Perhimpunan Indonesia, lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri.
• Sarekat Islam, menekankan pada usaha – usaha unutk memperoleh penghidupan yang layak
dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.
• Partai Komunis Indonesia, sebagai partai yang berlandaskan paham Marxisme lebih condong
pada hak – hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu – isu yang berkenan dengan alat
produksi.
• Indische Partij, pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.
• Partai Nasional Indonesia, mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.
• Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik yaitu hak untuk
mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak berserikat dan berkumpul,
hak persamaan di muka hukum serta hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara.
Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara
Soekarno dan Soepomo di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada
pihak lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan dengan
masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak berserikat, hak untuk berkumpul, hak
untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan dan lisan.

Sejarah HAM Mulai Dari Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang )

Periode 1945 – 1950


Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak untuk merdeka, hak
kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan serta hak kebebasan untuk
untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat
legitimasi secara formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum
dasar Negara ( konstitusi ) yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM pada periode awal
sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat Pemerintah tanggal 1 November 1945.
Langkah selanjutnya memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik.
Sebagaimana tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.
Periode 1950 – 1959
Periode 1950 – 1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal dengan sebutan periode
Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada periode ini menapatkan momentum yang sangat
membanggakan, karena suasana kebebasan yang menjadi ‘.`wsemangat demokrasi liberal atau
demokrasi parlementer mendapatkan tempat di kalangan elit politik. Seperti dikemukakan oleh
Prof. Bagir Manan pemikiran dan aktualisasi HAM pada periode ini mengalami “ pasang” dan
menikmati “ bulan madu “ kebebasan. Indikatornya menurut ahli hukum tata Negara ini ada
lima aspek.

Pertama, semakin banyak tumbuh partai – partai politik dengan beragam ideologinya masing –
masing. Kedua, Kebebasan pers sebagai pilar demokrasi betul – betul menikmati kebebasannya.
Ketiga, pemilihan umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana
kebebasan, fair ( adil ) dan demokratis. Keempat, parlemen atau dewan perwakilan rakyat
resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat
dengan melakukan kontrol yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan
pemikiran tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya
kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.

Periode 1959 – 1966


Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem demokrasi terpimpin sebagai
reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem demokrasi Parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi
terpimpin ) kekuasan berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem
demokrasi terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik pada tataran
supratruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur poltik. Dalam kaitan dengan HAM,
telah terjadi pemasungan hak asasi masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik.

Periode 1966 – 1998


Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto, ada semangat untuk
menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah diadakan berbagai seminar tentang HAM.
Salah satu seminar tentang HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang merekomendasikan
gagasan tentang perlunya pembentukan Pengadilan HAM, pembentukan Komisi dan Pengadilan
HAM untuk wilayah Asia.

Selanjutnya pada pada tahun 1968 diadakan seminar Nasional Hukum II yang
merekomendasikan perlunya hak uji materil ( judical review ) untuk dilakukan guna melindungi
HAM. Begitu pula dalam rangka pelaksanan TAP MPRS No. XIV/MPRS 1966 MPRS melalui
Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan rumusan yang akan dituangkan dalam piagam tentang Hak
– hak Asasi Manusia dan Hak – hak serta Kewajiban Warganegara.

Sementara itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an persoalan HAM
mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi dihormati, dilindungi dan ditegakkan.
Pemerintah pada periode ini bersifat defensif dan represif yang dicerminkan dari produk hukum
yang umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah tercermin dalam ungkapan
bahwa HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak sesuai dengan nilai –nilai luhur budaya
bangsa yang tercermin dalam Pancasila serta bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal
HAM sebagaimana tertuang dalam rumusan UUD 1945 yang terlebih dahulu dibandingkan
dengan deklarasi Universal HAM. Selain itu sikap defensif pemerintah ini berdasarkan pada
anggapan bahwa isu HAM seringkali digunakan oleh Negara – Negara Barat untuk memojokkan
Negara yang sedang berkembang seperti Inonesia.

Meskipun dari pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan kemunduran, pemikiran HAM
nampaknya terus ada pada periode ini terutama dikalangan masyarakat yang dimotori oleh
LSM ( Lembaga Swadaya Masyarakat ) dan masyarakat akademisi yang concern terhaap
penegakan HAM. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat melalui pembentukan jaringan dan
lobi internasional terkait dengan pelanggaran HAM yang terjadi seprti kasus Tanjung Priok,
kasus Keung Ombo, kasus DOM di Aceh, kasus di Irian Jaya, dan sebagainya.

Upaya yang dilakukan oleh masyarakat menjelang periode 1990-an nampak memperoleh hasil
yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi pemerintah dari represif dan defensif
menjadi ke strategi akomodatif terhadap tuntutan yang berkaitan dengan penegakan HAM.
Salah satu sikap akomodatif pemerintah terhadap tuntutan penegakan HAM adalah
dibentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM ) berdasarkan KEPRES No. 50
Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993.Lembaga ini bertugas untuk memantau dan menyeliiki
pelaksanaan HAM, serta memberi pendapat, pertimbangan, dan saran kepada pemerintah
perihal pelaksanaan HAM.

Periode 1998 – sekarang


Sejarah HAM Di Indonesia Pada Masa Pergantian rezim pemerintahan pada tahan 1998
memberikan dampak yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di Indonesia.
Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa kebijakan pemerintah orde baru
yang beralwanan dengan pemjuan dan perlindungan HAM. Selanjutnya dilakukan penyusunan
peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam kehidupan
ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari pengkajian tersebut menunjukkan
banyaknya norma dan ketentuan hukum nasional khususnya yang terkait dengan penegakan
HAM diadopsi dari hukum dan instrumen Internasional dalam bidang HAM.

Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap yaitu tahap status
penentuan dan tahap penataan aturan secara konsisten. pada tahap penentuan telah
ditetapkan beberapa penentuan perundang – undangan tentang HAM seperti amandemen
konstitusi Negara ( Undang – undang Dasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ), Undang –
undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan perundang – undangam lainnya.

Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia :

– Insiden di Talang Sari Lampung Timur 7 Februari 1989


– Peristiwa Pembantaian GAM di ACeh di tahun 90an
– Peristiwa Pembantaian Petani di Mesuji Sumatera Selatan pada Tahun 1997
– Insiden Demo Mahasiswa Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
– Insiden Semanggi 1 dan 2 pada tanggal 13 November 1998 dan 24 Septembber 1999
– Insiden tewasnya Aktifis HAM Munir pada tanggal 7 September 2004
– Insiden tewasnya Marsinah aktifis wanita Nganjuk pada tanggal 4 Mei 1993
– Peristiwa penculikan aktifis pro Demokrasi pada tahun 1997 dan 1998
– Tragedi BOM Bali pada tahun 2002 yang dilakukan oleh kelompok teroris asal Indonesia
– Konflik Suku Dayak dan Madura di Sampit pada tahun 2001
– Tragedi perang suku di Poso Sulawesi tengah pada tahun 1998 – 2000

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan
berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara
serta keyakinan akan pancasila sebagai ideologi Negara guna menghadapi ancaman baik yang
berasal dari luar maupun dari dalam negeri yang membahayakan dan mengancam kedaulatan
baik kedaulatan di bidang Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan dan Keamanan
Negara.

Nilai-Nilai Bela Negara !


1. Cinta Tanah Air.
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara.
3. Yakin pada Pancasila sebagai Ideologi Negara.
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara.
5. Memiliki kemampuan awal Bela Negara secara Psikis maupun Fisik.

Dasar Hukum Bela Negara !

1.  UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3) :” Bahwa tiap warga Negara behak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
Negara”.

2.  UUD 1945 Pasal 30 Ayat (1) dan (2) :”Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha Pertahanan dan Keamanan Negara, dan Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara dilaksanakan
melalui Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta oleh TNI dan Kepolisian sebagai Komponen
Utama, Rakyat sebagai Komponen Pendukung”.

3.  UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 6B :” Setiap Warga Negara wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan Negara, sesuai dengan ketentuan yang berlaku”.

4.  UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat (1) :” Setiap Warga Negara Berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya Bela Negara ysng diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara”.
5.  UU No.3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat (2) :” Keikutsertaan warga Negara
dalam upaya bela Negara dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui :

1. Pendidikan Kewarganegaraan
2. Pelatihan dasar kemiliteran
3. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dan
4. Pengabdian sesuai dengan profesi.

Upaya Bela Negara


1.  POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara kemananan dan ketertiban
masyarakat,menegakkan hukum,serta memberikan terpeliharanya keamana dalam negeri.

2.  TNI berperan sebagai alat pertahanan NKRI.


    Tugas TNI adalah  :

 Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah


 Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa
 Melaksanan operasi milliter selain perang
 Ikit serta secara aktif dalam tugas pemeliaraan perdamaian regional dan intermasional.

Ancama militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang teroganisasi dan dinilai
mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara.

UURI No 3 Tahun 2002,ancama militer dapat berbentuk  :

 Agresi berupa penggunaan kekuatann bersenjata oleh negara lain terhadap kedaulatan
negara,dan keselamatan segenao bangsa
 Pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain,baik menggunakan kapal maupun pesawat 
non komersial
 Pemberontakan bersenjata

Pengabdian sesuai profesi


Pengabdian sesuai profesi adalah pengabdian warga negara yang mempunyai profesi tertentu untuk
kepentingan pertahanan negra termasuk dalam menanggulangi dan atau memperkecil akibat yang
ditimbulkan oleh perang,atau bencana alam.

Pengertian Bela Negara


“Bela negara merupakan sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi suatu negara tentang patriotisme seseorang atau suatu kelompok maupun seluruh
komponen dari suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.”

Secara fisik, hal ini bisa diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau
agresi dari pihak yang mengancam keberadaan negara . sedangkan secara non-fisik konsep ini
memiliki arti sebagai upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara,
baik melalui pendidikan, moral, sosial ataupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang
menyusun bangsa tersebut.

Contoh Bela Negara


Penerapan di Indonesia

Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai kecintaannya terhadap Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
tahun 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara yang seutuhnya.

Kesadaran bela negara hakikatnya kesediaan berbakti terhadap negara dan kesediaan
berkorban membela negara. Spektrum bela negara sangat luas, dari yang paling halus, hingga
yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara hingga bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya yaitu bersikap dan berbuat
yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Unsur Dasar Bela Negara

1. Cinta Tanah Air Indonesia


2. Kesadaran Berbangsa & bernegara
3. Yakin dengan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban demi bangsa & negara
5. Mempunyai kemampuan awal bela negara

Contoh Bela Negara

1. Melestarikan budaya dan adat istiadat


2. Belajar dengan rajin bagi para siswa
3. Taat hukum dan aturan-aturan negara
4. Mencintai produk dalam negeri

Pemerintah Indonesia kini sedang menjalankan program pelatihan Bela Negara yang terbuka
bagi seluruh lapisan masyarakat. Tanggal 22 Oktober 2015, Menteri Pertahanan Ryamizard
Ryacudu telah meresmikan pembukaan program untuk bela negara. Program itu dimaksudkan
untuk memperteguh keyakinan berdasarkan 5 unsur tersebut di atas, namun program ini
bukanlah sebuah bentuk wajib militer.
Nilai nilai bela negara
Cinta tanah air

Mengenal serta mencintai tanah air agar selalu waspada dan siap membela tanah air Indonesia
pada segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang bisa membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Indikator cinta tanah air meliputi:

1. menjaga tanah air dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia.
2. bangga menjadi bangsa Indonesia
3. menjaga nama baik bangsa serta negara Indonesia
4. memberi kontribusi dan kemajuan terhadap bangsa dan negara Indonesia
5. mencintai produk dalam negeriserta budaya, dan kesenian Indonesia.

Kesadaran berbangsa dan bernegara

Sadar sebagai warga bangsa negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku, sikap, dan kehidupan
pribadi agar bisa bermasyarakat sesuai dengan kepribadian bangsa. Indikator nilai kesadaran
berbangsa dan bernegara meliputi:

1. Mempunyai kesadaran keragaman budaya, suku, agama, bahasa dan adat istiadat.
2. Melakukan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
3. mengenal keragaman individu di rumah serta di lingkungannya.
4. berfikir, bersikap serta berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia.
5. berpartisipasi dalam menjaga kedaulatan bangsa dan negara.

Yakin akan Pancasila

Pancasila adalah pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional walaupun berbeda
suku, ras dan agama. Rasa yakin terhadap Pancasila sebagai ideologi negara yang sah dicapai
dengan menumbuhkan kesadaran:

1. yang didasari Pancasila,


2. pada kebenaran (NKRI) negara kesatuan republik Indonesia
3. bahwa dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, negara bangsa
Indonesia tetap jaya
4. setiap perbedaan pendapat pada kehidupan berbangsa dan bernegara bisa diselesaikan
dengan cara musyawarah dan mufakat,
5. bahwa Pancasila bisa membentengi mental dan karakter bangsa dalam menghadapi
ancaman baik dari dalam dan luar negeri.

Nilai yakin terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa meliputi:


1. memahami nilai-nilai Pancasila.
2. mengamalkan Pancasila pada kehidupan sehari-hari.
3. menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa
4. senantiasa mengembangkan nilai Pancasila
5. setia pada Pancasila serta meyakini sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rela berkorban

Rela berkorban demi bangsa dan negara. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga, pikiran serta
harta benda untuk kepentingan umum hingga pada saatnya nanti siap mengorbankan jiwa raga
bagi kepentingan bangsa dan negara. Rrela berkorban bagi bangsa dan negara yaitu meliputi:

1. bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan fikiran demi kemajuan bangsa dan negara.
2. siap membela bangsa dan negara dari berbagai ancaman.
3. Mempunyai kepedulian terhadap keselamatan bangsa dan negara.
4. Mempunyai jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
5. mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di daripada kepentingan pribadi atau
golongan.

Kemampuan awal bela negara

 secara psikis mempunyai sifat disiplin, ulet, mentaati segala peraturan undang-undang
yang berlaku, percaya terhadap kemampuan diri sendiri, tahan uji, pantang menyerah
dalam menghadapi kesulitan guna mencapai tujuan nasional.
 secara fisik mempunyai kondisi kesehatan dan keterampilan jasmani yang bisa
mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis.

Indikator nilai mempunyai kemampuan awal bela negara meliputi:

1. mempunyai kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan


kecerdasan bertahan hidup serta mengatasi kesulitan.
2. senantiasa memelihara kesehatan jiwa beserta raganya.
3. ulet dan pantang menyerah menghadapi tantangan.
4. terus membina kemampuan jasmani serta rohani.
5. mempunyai keterampilan bela negara dalam bentuk keterampilan.
Berdasarkan Undang-Undang KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1, Pajak merupakan
sebuah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Kontribusi wajib tersebut tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri berikut:

1. Pajak merupakan kontribusi wajib yang berlaku bagi setiap warga negara. Hal ini berarti,
setiap warga negara yang telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak memiliki
kewajiban untuk membayar pajak. Wajib Pajak adalah warga negara yang telah
memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif.
2. Pajak bersifat memaksa bagi setiap warga negara. Apabila seseorang telah memenuhi
syarat subjektif dan syarat objektif, maka wajib untuk membayar pajak. Apabila seorang
Wajib Pajak dengan sengaja tidak membayar pajak yang seharusnya dibayarkan, maka
ada ancaman sanksi administratif maupun hukuman secara pidana.
3. Warga negara tidak mendapat imbalan langsung, karena pajak berbeda dengan
retribusi. Ketika membayar pajak dalam jumlah tertentu, setiap Wajib Pajak tidak
langsung menerima manfaat dari pajak yang dibayar. Tetapi Wajib Pajak akan
mendapatkan manfaat berupa perbaikan jalan raya di daerah, fasilitas kesehatan gratis
bagi keluarga, beasiswa pendidikan, dan lain-lainnya.
4. Pajak diatur dalam Undang-undang negara Republik Indonesia.

Ada beberapa jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah Indonesia dari wajib pajak. Menurut
Lembaga Pemungut Pajak, jenis pajak ini dapat ditinjau dari beberapa segi yakni berdasarkan
sistem pemungutannya, berdasarkan instansi pemungut dan berdasarkan sifatnya.

1. Pajak berdasarkan sistem pemungutan

Dari cara pemungutannya, pajak dapat dibagi menjadi 2 yaitu pajak langsung dan tidak
langsung.

Pajak langsug (Direct Tax) merupakan pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan
tidak dapat dialihkan ke pihak lain. Pajak ini dibayar secara berkala berdasarkan surat ketetapan
pajak yang dibuat kantor pajak. Surat ketetapan pajak ini memiliki keterangan jumlah yang
perlu dibayar wajib pajak. Contoh dari pajak langsung adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB). Jadi Anda tidak dapat melimpahkan pajak dari penghasilan Anda
kepada teman atau relative Anda.

Pajak tidak langsung (Indirect Tax) adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkan ke pihak
lain. Pajak ini ditagihkan berdasarkan peristiwa atau aktivitas tertentu, jadi tidak dibayar secara
berkala. Pemerintah memungut pajak ini jika peristiwa tersebut terjadi oleh wajib pajak.
Contoh dari pajak tidak langsung adalah pajak penjualan atas barang mewah, Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), bea materai, dan cukai. Jadi jika Anda menjual barang mewah maka
Anda dapat mengalihkan pajak penjualan atas barang mewah kepada sang pembeli.

2. Pajak berdasarkan instansi pemungut

Berdasarkan lembaga pemungutnya, pajak dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu pajak negara
dan pajak daerah.

Pajak negara (pusat) merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Pemungutan
pajak ini dilakukan melalui instansi seperti Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai, maupun kantor
inspeksi pajak yang tersebar di seluruh Indonesia. Contoh pajak negara adalah pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai, bea materai, bea masuk, cukai, pajak bumi dan
bangunan, pajak migas, pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Pajak daerah (lokal) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak ini terbatas
hanya untuk rakyat daerah itu sendiri dan dilakukan oleh Pemda Tingkat II maupun Pemda
Tingkat I. Contoh pajak daerah adalah pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame,
pajak tontonan, pajak radio, pajak kendaraan bermotor, pajak bahan bakar dan masih banyak
lainnya.

3. Pajak berdasarkan sifat

Dari segi sifatnya, pajak dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu pajak subjektif dan objektif.

Pajak subjektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan dari kondisi wajib pajak. Jadi
besar kecilnya jumlah pajak akan tergantung dengan kemampuan wajib pajak. Contoh pajak ini
adalah pajak penghasilan, pajak kekayaan.

Pajak objektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan dari kondisi objek tanpa
memperhatikan kondisi wajib pajak. Jadi pajak ini lebih terkait pada objek dan dikalkulasikan
berdasarkan objek tersebut. Contoh pajak objektif adalah  pajak impor, pajak kendaraan
bermotor, bea materai, bea masuk, pajak pertambahan nilai.

Manfaat dan Fungsi Pajak


Dana yang terkumpul dari pajak merupakan salah satu sumber pendapatan vital bagi negara.
Pendapatan ini akan digunakan untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pembangunan
negara. Selain pembangunan, pengeluaran lainnya yang perlu dibiayai termasuk pembiayaan
penegakan hukum, keamanan negara, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik, subsidi, biaya
operasional negara dan banyak lagi.

Dari semua kegunaan pajak di atas, fungsi pajak ini dapat dibagi menjadi:
1. Fungsi anggaran (budgeter)

Seperti yang dijelaskan diatas, bahwa pajak merupakan sumber pendapatan negara, maka
pajak berfungsi untuk membayar pengeluaran-pengeluaran negara. Demi perkembangan
negara, maka pengeluaran besar seperti pembangunan nasional dan biaya lainnya tidak dapat
dihindari. Oleh sebab itu, negara harus memastikan keseimbangan antara pengeluaran tersebut
dengan pendapatan negara melalui uang pajak.

2. Fungsi mengatur (regulasi)

Pajak juga dapat berfungsi untuk mengatur pertumbuhan ekonomi dari negara Indonesia.
Dengan kebijakan pemerintah, pajak secara tidak langsung akan membantu ekonomi negara
dan masyarakatnya.

Contohnya seperti untuk melindungi produksi dalam negeri, pemerintah meningkatkan harga
bea masuk untuk produk dari luar negeri. Dengan demikian, masyrakat tidak perlu khawatir
akan kompetisi harga yang ketat dengan produk luar negeri. Contoh lainnya dengan keringanan
pajak, pemerintah dapat menarik investasi modal baik dalam negeri maupun luar negeri agar
perekonomian Indonesia semakin produktif.

3. Fungsi stabilitas

Dengan pajak, pemerintah dapat menjalankan kebijakannya yang berhubungan stabilitas


perekonomian negara. Jadi pajak dapat berfungsi untuk mengendalikan inflasi. Pemerintah
dapat mengatur jumlah uang yang beredar dengan pemungutan pajak atau penggunaan pajak
yang efektif dan efisien. Dengan peningkatan pajak, maka jumlah uang yang beredar akan
menurun sehingga inflasi tidak akan terjadi. Sebaliknya, jika kondisi ekonomi negara dalam
deflasi maka pemerintah dapat menurunkan pajak.

4. Fungsi redistribusi pendapatan (pemerataan)

Pajak juga berfungsi sebagai pemerataan dari pendapatan masyarakat dengan tujuan
kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat. Pajak dapat digunakan untuk membiayai
kepentingan umum dan pembangunan sehingga menciptakan lapangan kerja yang baru,
dimana ujung-ujungnya akan membantu pendapatan masyarakat.

Dari semua fungsi tersebut, Anda sebagai masyarakat dapat menikmati berbagai manfaatnya.
Beberapa diantara manfaat pajak adalah subsidi pangan, subsidi bahan bakar, transportasi
umum, fasilitas umum seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, lapangan kerja baru dari
investasi, bantuan bagi pengangguran, penyediaan listrik, air, dan penanganan sampah, serta
banyak manfaat lainnya.

Anda mungkin juga menyukai