PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum pengerjaan mix desain beton adalah untuk
mengetahui informasi tentang komposisi dari agregat halus, agregat kasar.
Semen serta air yang dipergunakan sebagai pedoman dalam pembuatan beton
dengan mutu tertentu, sehingga beton memiliki kualitas dan kuantitas yang
sebaik-baiknya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas penulis
dapat merumuskan masalah untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang
pembuatan beton maka perlu di ketahui :
a. Bagaimana langkah-langkah atau proses pembuatan beton?
b. Bagaimana menguji kekuatan beton dengan mutu K 175 ?
1.4 Manfaat Praktikum
a. Bagi penulis : Dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan
informasi mengenai mix desain beton dan bisa di gunakan di kemudian
hari.
b. Bagi pembaca : Semoga menjadi referensi atau tambahan ilmu bagi
pembaca, dan semoga bermanfaat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beton merupakan bahan campuran yang terdiri dari agregat kasar dan halus
yang di campur dengan air dan semen sebagai bahan pengikat dan pengisi
antara agregat kasar dengan agregat halus, dan kadang-kadang ditambah
dengan bahan tambahan bila bahan tambahan itu di perlukan (Neville, 1981).
Beton yang mempunyai kuat tekan yang besar tapi kuat tariknya kecil atau
relatif rendah, sehingga beton mudah retak.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunannya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah. Semen
mempengaruhi kecepatan pengerasan beton. Selanjutnya kadar lumpur, atas
pengerjaan yang mencakup cara penuangan, pemadatan, dan perawatan, yang
pada akhirnya mempengaruhi kekuatan beton.
2.2 Beton
A. Bahan Dasar
Bahan dasar beton terdiri atas semen, agregat, agregat halus, air, serta
bahan tambahan dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan
bahan komposit, maka kualitas beton sangat tergantung dari kualitas
masing-masing. Perbandingan tersebut mengacu pada standar American
Concrate institute (ACI) atau Road Note No.4 yang di perbaharui
Departemen Of Environment (DOE), atau campuran coba-coba
(Tjokrodimuljo, 1996). Kajian ini mengenai bahan dasar beton yang di
sajikan sebagai berikut:
3
3
4
Kadar
Nama Senyawa Rumus Oksida Notasi
Rata-Rata
Trikalsium Silikat 3CaO.SiO2 C3S 50
Dicalsium Silikat 2CaO.SiO2 C2S 25
Tricalsium Alumat 3CaO.Al2O3 C3A 12
Tetracalsium Aluminoferit 4CaO.Al.2O3 FeO3 C4Af 8
Sumber : Tjokrodimuljo, 1996
Senyawa-senyawa dari semen portland ini tidak stabil secara
termodinamis, sehingga sangat cenderung untuk bereaksi terhadap air.
Untuk membentuk produk hidrasi dan kecepatan bereaksi dengan air dari
setiap komponen adalah berbeda-beda, maka sifat-sifat hidrasi masing-
masing komponen perlu di pelajari.
1. Tricalisum Silikat (C3S) = 3CaO.SiO2)
Senyawa ini mengalami hidrasi yang sangat cepat yang menyebabkan
pengerasan awal, menunjukkan desintegrasi (perpecahan) oleh sulfat air
tanah, oleh perubahan volume kemungkinan mengalami retak-retak.
2. Dicalisum Silikat (C2aO.SiO2)
Senyawa ini mengeras dalam beberapa jam dan dapat melepaskan
panas, kualitas yang terbentuk dalam ikatan menentukan pengaruh
5
Daerah pasir
Lubang
Ayakan I II III IV
Kasar Agak Kasar Agak Halus Halus
4,8 90-100 90-100 90-100 95-100
2,4 60-95 75-100 85-100 95-100
1,4 30-70 55-90 75-100 90-100
0,6 15-34 35-59 60-79 80-100
0,3 5-20 8-30 12-40 15-50
0,15 0-10 0-10 0-10 0-15
Sumber : Tjokrodimuljo, 1996
SII.0052 tentang mutu dan cara uji agregat beton syarat agregat halus atau
pasir menyatakan bahwa: modulus halus butir 1,5 sampai 3,8 kadar lumpur
atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074) maksimum 5% kadar zat
organik dalam pasir diketahui dengan mencampur campuran pasir air dan
natrium sulfat 3%. Kadarnya baik jika warna larutan lebih muda daripada
warna standar, kekerasan butiran pasir kurang dari 2 kali kekerasan pasir
kwarsa, kekekalan butiran pasir (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang
hancur maximum 10% dan jika di pakai magnesium sulfat, maksimum 15%).
Agregat kasar berdiameter lebih besar dari 4,80mm, berasal dari batu alam
(kerikil atau batu pecah) atau agregat buatan. Kekerasan agregat berpengaruh
terhadap kuat desak beton karena 75% dari volume beton diisi oleh agregat.
Faktor pemilihan agregat ialah : permukaan dan bentuk agregat, dan gradasi
agregat.
c) Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air
dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air
juga berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan
menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan
air akan mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen
akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang.
7
Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan
merupakan yang lemah.
Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap :
1. Sifat workability adukan beton.
2. Besar kecilnya nilai susut beton.
3. Kelangsungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan dan
kekuatan selang beberapa waktu.
4. Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.
Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minumya
itu tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-
lain, tetapi tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus
memenuhi syarat sebagai air minum.
Penggunaan air untuk beton sebaiknya air memenuhi persyaratan sebagai
berikut ini, (Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996) :
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik) lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr.
B. Sifat-sifat Beton
Karakteristik dari beton dipertimbangkan dalam hubungannya dengan
kualitas yang dituntut untuk konstruksi tertentu. Pendekatan praktis yang
paling baik adalah mengusahakan kesempurnaan semua sifat beton. Adapun
sifat-sifat beton yaitu :
Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, diangkut, dituang,
dipadatkan, tidakada kecenderungan untuk terjadi segregasi (pemisahan kerikil
dan adukan) maupun bleeding (pemisahan air dan semen dari adukan). Hal ini
kerena segregasi maupun bleeding mengakibatkan beton yang diperoleh akan
jelek.
Tiga hal penting yang perlu diketahui dari sifat-sifat beton segar yaitu:
kemudahan pengerjaan (workabilitas), pemisahan kerikil (segregation),
pemisahan air (bleeding).
Kelecekan adalah kemudahan mengerjakan beton, dimana menuang
(placing) dan memadatkan (compacting) tidak menyebabkan munculnya efek
negatif berupa pemisahan kerikil (segregation) dan pemisahan air (bleeding).
Ada 3 pengertian disini, yaitu kompaktibilitas, mobilitas dan stabilitas.
a) Kompaktibilitas, kemudahan mengeluarkan udara dan pemadatan.
b) Mobilitas, kemudahan mengisi acuan dan membungkus tulangan. Beton
dengan mobilitas yang baik umumnya mempunyai kompaktibilitas yang baik
pula. Jadi umumnya cukup mengandalkan mobilitas.
c) Stabilitas, kemampuan untuk tetap menjadi massa homogen tanpa pemisahan.
pemadatan yang salah. Segregasi tidak bisa diujikan sebelumnya, hanya dapat
dilihat setelah semuanya terjadi.
Faktor-faktor yang menyebabkan segregasi adalah:
1. Ukuran partikel yang lebih besar dari 25 mm,
2. Berat jenis agregat kasar yang berbeda dengan agregat halus,
3. Kurangnya jumlah material halus dalam campuran,
4. Bentuk butir yang tidak rata dan bulat,
5. Campuran yang terlalu basah atau terlalu kering.
Untuk mengurangi kecenderungan segregasi maka diusahakan air diberikan
sedikit mungkin, adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian yang
terlalu besar dan cara pengangkutan, penuangan maupun pemadatan harus
mengikuti cara-cara yang betul.
b. Pemisah Air (Bleeding)
Pemisahan air sering terjadi setelah beton dituang dalam acuan. Bisa dilihat
dengan terbentuknya lapisan air pada permukaan beton. Karena berat jenis
semen lebih dari 3 kali berat jenis air maka butir semen dalam pasta, terutama
yang cair, cenderung turun. Pada beton yang normal dengan konsistensi yang
cukup, bleeding terjadi secara bertahap dengan rembesan seragam pada seluruh
permukaan. Namun pada campuran yang kurus (lean) dan basah, akan
membentuk saluran sehingga air bisa mengalir dengan cukup cepat untuk
mengangkut butir semen halus ke atas.
Pemisahan air bisa dikurangi dengan menambah semen, memakai semen
dengan butir halus, atau menambah pengisi halus (filler) seperti pozzolan.
Sayangnya semua upaya di atas akan menambah susut pengeringan dan retak.
Yang paling efektif adalah dengan mengurangi air sambil mempertahankan
kelecakan dengan memakai air entrainment. (Paul Nugraha, Antoni, 2007).
2. Sifat-sifat Beton Keras
Sifat-sifat beton yang telah mengeras mempunyai arti yang paling penting
selama masa pemakaianya. Sifat-sifat penting dari beton yang telah mengeras
antara lain : kekuatan tekan beton dan kekuatan tarik beton.
11
Gambar 2.2. Grafik Hubungan Antara Faktor Air Semen Dengan Kekuatan Beton
Sumber : Tri Mulyono, 2003
12
2. Umur Beton
Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.
Biasanya nilai kuat tekan ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari.
Kekuatan beton akan naik secara cepat (linear) sampai umur 28 hari, tetapi
setelah itu kenaikannya tidak terlalu signifikan (Gambar 2.3). Umumnya pada
umur 7 hari kuat tekan mencapai 65% dan pada umur 14 hari mencapai 88%-
90% dari kuat tekan umur 28 hari.
Gambar 2.3. Grafik Perkiraan Kuat Tekan Beton Pada Berbagai Umur
3. Jenis Semen
Semen portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas
tertentu yang telah ditetapkan agardapat berfungsi secara efektif. Jenis semen
portland yang digunakan ada 5 jenis yaitu: I, II, III, IV, V. Jenis-jenis semen
tersebut mempunyai laju kenaikan kekuatan yang berbeda.
4. Jumlah Semen
Jika faktor air semen sama (slump berubah), beton dengan jumlah
kandungan semen tertentu mempunyai kuat tekan tertinggi sebagaimana
tampak pada Gambar 2.4.
Pada jumlah semen yang terlalu sedikit berarti jumlah air juga sedikit
sehingga adukan beton sulit dipadatkan yang mengakibatkan kuat tekan beton
rendah. Namun jika jumlah semen berlebihan berarti jumlah air juga berlebihan
sehingga mengandung banyak pori yang mengakibatkan kuat tekan beton
13
rendah. Jika nilai slump sama (fas berubah), beton dengan kandungan semen
lebih banyak mempunyai kuat tekan lebih tinggi.
Gambar 2.4. Grafik Pengaruh Jumlah Semen Terhadap Kuat Tekan Beton Pada Faktor Air Semen
Sama
5. Sifat Agregat
Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah
kekasaran permukaan dan ukuran maksimumnya. Permukaan yang halus pada
kerikil dan kasar pada batu pecah berpengaruh pada lekatan dan besar tegangan
saat retak-retak beton mulai terbentuk. Oleh karena itu kekasaran permukaan
ini berpengaruh terhadap bentuk kurva tegangan - regangan tekan dan terhadap
kekuatan betonnya. Akan tetapi bila adukan beton nilai slumpnya sama besar,
pengaruh tersebut tidak tampak karena agregat yang permukaannya halus
memerlukan air lebih sedikit, berarti fas nya rendah yang menghasilkan kuat
tekan beton lebih tinggi.
6. Kuat Tekan Beton (f’c)
Kuat tekan adalah kekuatan tekan maksimum yang dapat dipikul beton
persatuan luas, yang menyebabkan benda uji hancur bila dibebani dengan gaya
tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin uji. Kuat tekan beton normal antara
20-40 MPa. Kuat tekan beton ditentukan oleh perbandingan semen dan agregat
halus, agregat kasar dan air dari berbagai jenis campuran. Perbandingan air
terhadap semen merupakan faktor utama dalam penentuan kuat tekan beton.
Sifat yang paling penting dari beton adalah kuat tekan beton. Kuat tekan
beton biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila kuat
14
tekan beton tinggi, sifat-sifat lainnya juga baik. Kuat tekan beton dapat dicapai
sampai 1000 kg/cm2 atau lebih, tergantung pada jenis campuran, sifat-sifat
agregat, serta kualitas perawatan. Kekuatan tekan beton yang paling umum
digunakan adalah sekitar 200 kg/cm2 sampai 500 kg/cm2. Selanjutnya benda
uji ditekan dengan mesin tekan sampai pecah. Beban tekan maksimum pada
saat benda uji pecah dibagi luas penampang benda uji merupakan nilai kuat
desak beton yang dinyatakan dalam MPa atau kg/cm2. Tata cara pengujian
yang umum dipakai adalah standar ASTM C 39 atau menurut yang disyaratkan
PBI1989.
Beton relatif kuat menahan tekan. Keruntuhan beton sebagian disebabkan
karena rusaknya ikatan pasta dan agregat. Besarnya kuat tekan beton
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
Duff dan Abrams (1919) meneliti hubungan antara faktor air semen dengan
kekuatan beton umur 28 hari dengan uji silinder yang dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 2.5. Grafik Hubungan Antara Faktor Air Semen Dengan Kekuatan Beton Selama
Masa Perkembangannya
b. Jenis semen dan kualitasnya
Mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton.
c. Jenis dan lekuk-lekuk (relief)
Bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan
agregat batu pecah akan menghasilkan beton dengan kuat tekan yang lebih
tinggi dari pada kerikil.
d. Efisiensi dari perawatan (curing)
Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila pengeringan terjadi
sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting pada pekerjaan di
lapangan dan pada pembuatan benda uji.
e. Suhu
Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan
bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat tekan akan tetap rendah untuk waktu
yang lama.
f. Umur beton
Kekuatan beton mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur
beton. Kuat tekan beton dianggap mencapai 100% setelah beton berumur 28
hari. Menurut SNI T-15-1991, perkembangan kekuatan beton dengan bahan
16
pengikat PC tipe 1 berdasarkan umur beton disajikan pada tabel 2.4. sebagai
berikut :
Tabel 2.4. Umur Beton
Umur Beton
3 7 14 21 28
(hari)
PC tipe 1 0.46 0.70 0.80 0.96 100
Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan mesin uji tekan. Kuat tekan
yang tinggi merupakan sifat karakteristik yang dimiliki beton, dan dipakai
sebagai ukuran kualitas beton. Kuat tekan beton dipengaruhi oleh proporsi
campuran, kualitas bahan susun serta kualitas pengerjaannya. Kuat tekan beton
dihitung dengan rumus :
F
fc' =
A
c.1 MATERIAL
Material utama yang digunakan dalam pembentukan beton adalah agregat,
semen dan air. Agregat terdiri dari Coarse Agregate yang berupa kerikil dengan
butiran > 5mm dan Fine Agregate berupa pasir kasar (Coarse sand). Semen
yang digunakan adalah semen portland tipe I tiga roda. Air yang digunakan
adalah air bersih berasal dari PDAM yang tersedia di lab.
a) AGREGAT
Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang bentuknya mendekati
bulat dengan ukuran butiran antara 0.075–150 mm. Agregat yang digunakan
adalah agregat alam yang berupa coarse agregate (kerikil) dan coarse sand
(pasir kasar). Dalam campuran beton, agregat merupakan bahan penguat dan
pengisi serta menempati sekitar 75% dari volume total beton.
Keutamaan agregat dalam peranannya didalam beton diantaranya:
a. Menghemat penggunaan semen portland.
b. Menghasilkan kekuatan besar pada beton.
c. Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton.
d. Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang padat.
1. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa pasir batuan yang dihasilkan oleh alat
pemecah batu. Agregat ini berukuran 0.075 -5 mm, dan meliputi pasir kasar
(Coarse sand) dan pasir halus (Fine sand).
Menurut PBI agregat halus harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat
kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperarur.
b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%.
17
18
2. Agregat Kasar
Agregat kasar bisa juga disebut kerikil sebagai hasil dari desintegrasi alami
dari batuan atau berupa dari batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah
batu, dengan butirannya berukuran antara 5–150 mm.
Ketentuan agregat kasar antara lain:
a. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-
butir pipihnya tidak melampaui 20% berat agregat seluruhnya dan memiliki
batas panjang tertentu.
b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dalam berat
keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton,
seperti zat yang relatif alkali.
d. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batuan pecah.
c) Air
Air yang digunakan sebagai bahan pereaksi dalam campuran beton dan
perawatannya harus bebas dari minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan
organis, bahan-bahan yang dapat merusak beton dan zat-zat reaktif lainnya
(Ph→6,8–7). Dalam hal ini sebaiknya digunakan air yang dapat diminum. Jadi
air yang dipakai untuk membuat adonan/cetakan harus tepat dengan
perbandingan berat atau isi sesuai dengan yang telah direncanakan. Pada
percobaan ini, air yang digunakan adalah air bersih dengan ketentuan Ph normal
dan berasal dari PDAM yang tersedia di lab.
Pada percobaan ini mutu beton yang direncanakan adalah mutu beton
dengan FAS 0,50 dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 2 buah. Slump dengan ketinggian
10 cm untuk menguji kekentalan campuran dengan nilai slump yang diinginkan
7,5–10 cm.
D) METODE PENELITIAN
a. Sifat–sifat Fisis Agregat
Untuk menentukan sifat-sifat agregat, digunakan metode British standard
(BS) dan American Asociety for Testing for Material (ASTM). Dalam
penyelidikan berat volume (bulk Density) dilaksanakan berdasarkan metode BS
812.
Berat jenis (Spesivic Grafity) agregat adalah perbandingan berat sejumlah
volume agregat tanpa mengandung rongga udara terhadap berat air pada
volume yang sama. Spesivic Gravity dibedakan dalam dua keadaan yaitu
keadaan jenuh permukaan (Saturated Surfave dry) dan kering Absolut
(Oven Dry) berdasarkan metode BS 812.
Pengukuran dilakukan dengan dua cara, yaitu penimbangan diluar dan
didalam air untuk kerikil; dan untuk pasir berdasarkan metode Thawlaw’s.
Analisa saringan (Sieve Analysis) bertujuan menguraikan susunan butiran agregat
yang diperoleh dari hasil penyarigan benda uji dengan menggunakan beberapa
fraksi saringan. Dalam hal ini saringan standar yang digunakan bardasarkan
metode ASTM.
22
Tabel 4.3. Analisa Saringan Kerikil
Berat Berat Berat
Lubang Berat Persen
Berat Ayakan kerikil Tertinggal
Ayakan tertinggal Tembus
Ayakan + tertinggal kumulatif
(mm) (%) kumulatif
kerikil (gram ) (%)
40 440,35 528,30 87,95 4,40 4,40 95,60
20 426,80 1987,00 1560,20 78,01 82,41 17,59
10 355,20 600,30 265,10 13,26 95,66 4,34
4,8 308,85 395,60 86,75 4,34 100,00 0,00
2,4 248,50 248,50 0,00 0,00 100,00 0,00
1,2 248,30 248,30 0,00 0,00 100,00 0,00
0,6 252,05 252,05 0,00 0,00 100,00 0,00
0,3 244,60 244,60 0,00 0,00 100,00 0,00
0,15 243,65 243,65 0,00 0,00 100,00 0,00
Sisa 339,85 339,85 0,00 0,00 - -
Jumlah 2000 100 782,47 -
23
24
2. Analisa Kerikil
Berat Kerikil Tertinggal
Berat Tertinggal (%) = x 100 %
Ʃ Berat Kerikil Tertinggal
87,95
Lubang ayakan 40 mm = x 100 % = 4,40 %
2000
1560,20
Lubang ayakan 20 mm = x 100 % = 78,01 %
2000
265,10
Lubang ayakan 10 mm = x 100 % = 13,26 %
2000
86,75
Lubang ayakan 4,8 mm = x 100 % = 4,34 %
2000
0
Lubang ayakan 2,4 mm = x 100 % = 0,00 %
2000
0
Lubang ayakan 1,2 mm = x 100 % = 0,00 %
2000
0
Lubang ayakan 0,6 mm = x 100 % = 0,00 %
2000
26
0
Lubang ayakan 0,3 mm = x 100 % = 0,00 %
2000
0
Lubang ayakan 0,15 mm = x 100 % = 0,00 %
2000
0
Lubang ayakan sisa = x 100 % = 0,00 %
2000
27
28
Langkah menentukan air, semen portland, pasir, dan kerikil dalam tiap 1m3
beton. Perhitungan dilakukan sesuai langkah yang ada dalam formulir
perancangan adukan beton.
1. Kuat tekan beton yang disyaratkan yaitu f’c = 14,5 MPa.
2. Penetapan nilai deviasi standar (S) = 7 MPa.
Nilai 7 diambil dari tingkat pengendalian mutu pekerjaan jelek. Karena
tidak mempunyai data pengalaman (kurang dari 15 benda uji).
3. Nilai tambah (M) = 12 MPa
Nilai 12 diambil karena tidak memiliki pengalaman (kurang dari 15 benda
uji).
4. Kuat tekan rata-rata f’cr = f’c + M = 14,5 + 12 = 26,50 MPa.
5. Menetapkan jenis semen. Digunakan jenis semen Biasa (Jenis I).
6. Menetapkan jenis agregat,
Agregat halus (Pasir) digunakan Pasir Alami,
Agregat kasar (Kerikil) digunakan Batu Pecah diameter 40 mm.
7. Menetapkan faktor air semen,
Cara I dari Grafik 5.4. dengan f’cr = 26,50 MPa pada umur 28 hari didapat
0,56.
32
Cara II Diketahui jenis semen I, jenis agregat kasar batu pecah. Kuat tekan
rata-rata pada umur 28 hari, maka digunakan tabel di bawah ini.
Tabel 5.6. Perkiraan Kuat Tekan Beton MPa Dengan Fas 0,56
Dari tabel diatas diperoleh nilai kuat tekan = 37 MPa, Kemudian, dengan
faktor air semen 0,50 dan f’cr = 37 Mpa, menggunakan grafik di bawah ini.
33
Caranya, Pertama tarik garis ke kanan mendatar 37, Tarik garis ke atas
0,50 dan berpotongan pada titik A. Kemudian buat garis dimulai dari titik A ke
atas dan ke bawah melengkung seperti garis yang di atas dan di bawahnya.
Selanjutnya dengan f’cr 26,50 MPa tarik ke kanan memotong garis yang dibuat
34
tadi di titik B dan Tarik garis ke bawah maka diperoleh faktor air semen yang
baru yaitu 0,60 jadi FAS kedua = 0,60.
Cara III dari tabel persyaratan faktor air semen maksimum untuk berbagai
pembetonan dan lingkungan khusus di bawah ini didapat 0,60 ditinjau dari
beton didalam ruang bangunan keadaan keliling non korosif.
8. Menetapkan faktor air semen maksimum, dari ketiga cara diatas (langkah
7),
Dengan cara I diperoleh faktor air semen 0,56
Dengan cara II diperoleh faktor air semen 0,60
Dengan cara III diperoleh faktor air semen 0,50
Dalam perhitungan dipakai nilai faktor air semen yang terendah yaitu = 0,5
(cara ketiga).
9. Menetapkan nilai Slump = 100 mm ( 10 cm )
10. Menetapkan ukuran besar butir agregat maksimum (kerikil) = 40 mm
Tabel 5.8. Analisa Ayakan Kerikil
Persen
Lubang Ayakan
Tembus Persen Maks 40
(mm)
kumulatif
40 95,60 masuk 100
20 17,59 30 – 70
10 4,34 10 – 35
4,8 0 0-5
A = 0,67 Ah + 0,33 Ak
= 0,67 . 225 + 0,33 . 205
= 218,40 ≈ 219 liter
12. Menentukan Kebutuhan Semen
219
=
0,50
= 438 Kg/m3
10 100 100
4,8 100 90-100
Masuk
2,4 94,78 75-100
1,2 84,54 55-90
0,6 62,31 35-59
0,3 42,75 8-30
0,15 16,81 0-10
17. Perbandingan berat agregat halus dan agregat kasar dihitung berdasarkan
grafik 5.6. dengan ketentuan :
38
Nilai Slump yang diinginkan 100 mm, Faktor air semen 0,5. Gradasi
agregat halus (pasir) masuk zona II, dan ukuran maksimum agregat kasar
40mm. Berdasarkan Grafik 6.2 didapat prosentase agregat halus : 41,00 %
dan agregat kasar : 59,00 %.
Kesimpulan:
1. Proporsi campuran untuk 1 m3 beton (berat 2325 Kg)
Air = 219 liter
Semen = 438 Kg dimana 1 sak 40 kg
41
438
= = 10,95 sak
40
Pasir = 703,2 Kg
Kerikil = 1011,9Kg
2. Untuk 1 adukan (1 kantong semen) dibutuhkan:
1
Air = x 219 = 20 liter
10,95
Semen = 1 sak semen 40 Kg
1
Pasir = x 703,2 = 64,21 Kg
10,95
1
Kerikil = x 1011,9 = 92,4 Kg
10,95
Berat satu adukan = (20 + 40 + 64,21 + 92,4) = 216,6 Kg
438
Semen Portland = = 2,33 Kg
188
692
Pasir = = 3,68 Kg
188
1036
Kerikil = = 5,51 Kg
188
Untuk 2 buah benda uji silinder membutuhkan :
Air = 1,1648 x 2 = 2,33 liter
Semen Portland = 2,478 x 2 = 4,66 Kg
Pasir = 2,475x 2 = 7,36 Kg
Kerikil = 6,247 x 2 = 11,02 Kg
b. Kubus
Diketahui Volume benda uji kubus yaitu:
0,15 x 0,15 x 0,15 = 0,003375 m3.
1
Untuk 1 benda uji = = 296,2963 » 296
0,003375
Jadi 1 buah benda uji kubus membutuhkan:
219
Air = = 0,74 liter
296
438
Semen portland = = 1,48 Kg
296
692
Pasir = = 2,34 Kg
296
1036
Kerikil = = 3,50 Kg
296
K 175
K x 0,83
f’c =
10
175 x 0,83
=
10
= 14,5 Mpa
44
BAB VI
LANGKAH KERJA
43
44
CARA KERJA :
1. Siapkan sampel kubus atau silinder beton catat umur beton yang akan di uji.
2. Bersihkan benda uji dari kotoran yang menempel dengan kain pelembab.
3. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
4. Letakkan benda uji silinder atau kubus pada meja penekan.
5. Periksa manometer dan atur pada posisi nol.
6. Jalankan benda uji atau mesin tekan dengan penambahan beban konstan
berdasar 2 sampai 4 kg/cm2 per detik.
7. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
46
Umum
Beton adalah material struktur bangunan yang mempunyai kelebihan kuat
menahan gaya desak, tetapi mempunyai kelebihan, yaitu kuat tariknya rendah
hanya 9 – 15% dari kuat desaknya. Pengetahuan tentang kuat desak (f’c), kuat
tarik (fc) dan kuat lentur (flt) beton sangat dibutuhkan, demikian juga nilai
modulus elastisitas (Ec), serta tata-cara pengujian untuk mendapatkan nilai-
nilai tersebut.
2. Pelaksanaan
a. Peralatan
1. Timbangan
2. Jangka Sorong / Kaliper
3. Mesin Tekan, kapasitas sesuai dengan kebutuhan
4. Alat pelapis (capping)
b. Benda Uji
Benda Uji adalah Silinder beton atau Kubus beton yang dibuat dan
dimatangkan (curring) di laboratorium atau di lapangan.
c. Cara Pengujian
1. Ambil benda uji yang akan ditentukan kuat tekannya dari bak
perendaman/ pematangan (curring) 24 jam sebelum pengujian,
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lap.
2. Timbang dan ukur benda uji,
3. Lapisilah (capping) permukaan atas dan bawah benda uji silinder
dengan mortar belerang. Benda uji berbentuk kubus tidak perlu diberi
lapisan mortar belerang,
4. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris,
5. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan,
sekitar 2 sampai 4 kg/cm per-detik,
6. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur, dan catat beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji,
7. Gambarkan bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji.
48
d. Laporan
Laporan harus meliputi hal-hal sebagai berikut
1. Perbandingan campuran beton
2. Berat benda uji
3. Diameter dan tinggi benda uji silinder, atau ukuran sisi-sisi benda uji
kubus
4. Luas penampang
5. Berat isi
6. Beban maksimum
7. Kuat Tekan
8. Umur benda uji (hari)
9. Cacat benda uji
Perhitungan
Kekuatan tekan rata – rata :
ƩN.f 'c
f ' cr=
N
Standard deviasi :
2
S = √∑ ( f c−f cr )
' '
(3−1)
=
√ 210,13
2
= 10,25
PERALATAN :
1. Gelas ukur kapasitas 500 ml
Berfungsi untuk tempat mencampurkan agregat halus dengan bahan pelarut
yaitu air biasa.
CARA KERJA :
1. Sediakan pasir kira-kira 250 ml, lalu masukkan ke dalam gelas ukur kapasitas
500 ml.
2. Masukkan air bersih kedalam gelas ukur yang telah berisi pasir tersebut, kira-
kira sampai hampir penuh.
3. Lakukan pengadukan dengan cara menutup mulut gelas ukur dengan rapat,
lalu bolak-balik gelas ukur tersebut berulang-ulang. Lakukan pengadukan
selama mungkin agar semua lumpur benar-benar terpisah dari semua butiran
pasir.
4. Setelah selesai diaduk, letakkan gelas ukur gelas ukur tersebut ditempat yang
aman, dan biarkan selama 24 jam.
51
5. Lalu akukan pengukuran Tinggi Pasir dan tinggi Lumpur dengan penggaris.
Umum
Menurut SNI 03-3976-1995 Agregat halus adalah pasir alam sebagai
hasil desintegrasi secara alami dari batu, atau pasir yang dihasilkan oleh
industri pemecah baru dan mempunyai ukuran 5,0 mm.
Menurut standard SK SNI S-04-1998-F, 1989, Agregat halus untuk bahan
bangunan (kecuali Agregat khusus, misalnya Agregat ringan dan sebagainya)
sebaiknya dipilih yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Butir-butirnya tajam dan keras dengan indeks kekerasan ≤ 2,2.
b) Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan hujan).
Jika diuji dengan larutan Garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum
12% dan jika diuji dengan Garam Magnesium Sulfat bagian yang hancur
maksimum 10%.
c) Tidak mengandung lumpur lebih dari 5%, jika kandungan lumpur pasir lebih
dari 5% maka pasir harus dicuci.
d) Tidak mengandung zat organik yang terlalu banyak, yang dibuktikan dengan
percobaan warna dengan menggunakan larutan NaOH 3%. Warna cairan diatas
endapan pasir tidak boleh lebih gelap dari warna standar pembanding.
e) Distribusi ukuran butir pasir mempunyai modulus kehalusan antara 1,3-3,8
dengan variasi butiran sesuai dengan standar gradasi.
f) Untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat halus tidak boleh reaktif
terhadap alkali.
g) Agregat halus dari laut/pantai, penggunanya harus dengan petunjuk lembaga
pemeriksa bahan-bahan yang diakui.
Oleh sebab itu material pasir yang digunakan untuk bahan bangunan,
sebaiknya pasir tersebut diuji terlebih dahulu untuk mengetahui presentase
kadar lumpur yang terkandung didalamnya.
52
BAB VII
HASIL PRAKTIKUM
PERALATAN
1. Mesin pengguncang saringan.
2. Satu set saringan agregat:
a. Agregat kasar (kerikil) (50 mm, 38,1 mm, 19 mm, 4,75 mm, 2,36 mm, 1,18
mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm).
b. Agregat halus (pasir) (10 mm, 4,78 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,6 mm, 0,3
mm, 0,15 mm).
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
6. Sample splitter
CARA KERJA:
1. Ambil contoh agregat secukupnya, gunakan sample splitter untuk pembagian
butir secara merata.
53
2. Timbang contoh agregat yang akan digunakan, kemudian dioven pada suhu
110_ C selama 24 jam atau sampai berat agregatnya tetap.
3. Timbang masing-masing saringan.
4. Susun saringan pada mesin pengguncang, yang paling bawah adalah pan
kemudian saringan dengan lubang terkecil dan seterusnya sampai dengan
lubang yang terbesar.
5. Masukkan agregat pada saringan teratas kemudian di tutup. Jepit usunan
saringan tersebut, selanjutnya hidupkan motor mesin pengguncang (atau
diguncang secara manual) selama 10 menit.
6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.
7. Buka saringan tersebut kemudian ditimbang berat masing-masing saringan
berikut isinya.
8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
9. Lanjutkan perhitungan sesuai petunjuk pada form isian yang tersedia.
54
Lampiran Surat/Laporan No : 1
Pekerjaan : Analisis Ayakan Pasir
Dikerjakan : Kelompok 1
Diperiksa : Joko Adi Wicaksono
Tanggal pemeriksaan : 6 Desember 2019
Lubang Persen
Ayakan Tembus Daerah II
(mm) kumulatif
10 100 Masuk 100
4,8 100 90-100
2,4 94,78 75-100
1,2 84,54 55-100
0,6 62,31 35-59
0,3 42,75 8-30
0,15 16,81 0-10
Lampiran Surat/Laporan No : 2
Pekerjaan : Analisa Ayakan Kerikil
Dikerjakan : Kelompok 1
Diperiksa : Joko Adi Wicaksono
Tanggal pemeriksaan : 6 Desember 2019
CARA KERJA :
1. Ambil adukan beton segar sebanyak 2 x 20 ltr (kira-kira 4 ember cor). Dari
dua titik pengambilan yang berbeda. Pengambilan dilakukan dengan cara
mengaduk betonnya terlebih dahulu.
2. Basahi alat slump test dan plat dasarnya dengan lap basah.
3. Letakkan alat slump test di atas plat dasarnya.
60
4. Masukan adukan beton segar ke dalam cetakan dalam 3 lapisan yang tebalnya
kira-kira sama, setiap lapisan dipadatkan dengan cara menusuk-nusuk dengan
tongkat pemadat sebanyak 25 kali setiap lapisnya.
5. Ratakan permukaan adukan beton dan biarkan selama 30 detik.
6. Bersihkan sisa adukan yang tercecer di cetakan dan di plat dasarnya.
7. Angkat cetakan slump secara perlahan-lahan dengan arah tegak lurus dan
usahakan jangan sampai goyang.
8. Ukur penurunan adukan beton (slump) yang terjadi di empat titik yang
berbeda, nilai slump diambil dari rata-rata penurunan yang terjadi.
1. Nilai slump yang dipergunakan dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 7.6. Nilai Slump
61
Slump (cm)
Uraian
Maks Min
Dinding, plat pondasi, dan pondasi telapak
12,5 6,5
bertulang
Pondasi telapak tak bertulang, dan
9,0 2,5
konstruksi di bawah tanah.
Plat, balok, kolom dan dinding 15 1,5
Pengerasan jalan 7,5 5
Pembetonan massal 7,5 2,5
Pengukuran Slump
Nomor Sampel
(cm)
1 10
Rata-rata 10
62
m
et
N JENIS BENDA
er
O UJI N
(
M
m
)
A B C D
63
15
1 Silinder 1 180.000
0
15
2 Silinder 2 230.000
0
15
3 Kubus 1 340.000
0
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil percobaan kuat tekan beton tersebut dengan mix
desain yang telah dirancang yaitu dengan f’c 14,52 dihasilkan f’c 13,43
Mpa, Dari percobaan tersebut hasil uji kuat tekan tersebut Tidak Dapat
Dipakai di lapangan.
(cm)
Kadar Lumpur (%) 2
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil praktikum dan perhitungan yang telah kami lakukan
bahwa dalam agregat halus yang dilarutkan dalam gelas ukur berisi air
mengandung endapan lumpur dan pasir, dengan tinggi pasir sebesar 5,0
cm dan tinggi lumpur sebesar 0,1 cm sehingga diperoleh kadar lumpur
sebesar 2 % sehingga memenuhi syarat karena kurang dari 5% dari berat
agregat halus (ASTM C-33-2003).
8 2
11 3
14 4
16 5
Gambar 7.5 Imputies ASTM-Color Gambar 7.6 Hasil Uji Kadar Organik
Reference Chart
a. Kandungan Air
Sampel 1
= Berat Pasir Jenuh Kering Muka – Berat Pasir Kering Oven
= 1000 – 974,8
= 25,2 gram
Sampel 2
= Berat Pasir Jenuh Kering Muka – Berat Pasir Kering Oven
= 1000 – 971
= 29 gram
b. Kadar air
Sampel 1
Kandungan Air
¿ x 100 %
Berat Pasir Kering Oven
25,2
¿ x 100
974,8
¿ 2,58 %
Sampel 2
Kandungan Air
¿ x 100 %
Berat Pasir Kering Oven
29
¿ x 100
971
¿ 2,98 %
2,58+2,98
¿
2
¿ 2,78 %
64
BAB VIII
ANALISA DATA
Luas A
π 2 3,14
Silinder I = r = x 1502 = 17662,46 mm2
4 4
π 2 3,14
Silinder II = r = x 1502 = 17662,46 mm2
4 4
Kubus I = sx s = 150 x 150 = 22500 mm2
f’c 7 hari
Beban Maksimal 180000
Silinder I = = = 10,19 Mpa
Luas 17662,46
Beban Maksimal 230000
Silinder II = = = 13,02 Mpa
Luas 17662,46
Beban Maksimal 340000
Kubus I = = = 15,11 Mpa
Luas 22500
Konversi ke Silinder
Kubus I = 15,11 x 0,83 = 12,09 Mpa
65
65
f’c 28 hari
10,19
Silinder I = = 14,55 Mpa
0,7
13,02
Silinder II = = 18,59 Mpa
0,7
12,09
Kubus I = = 17,27 Mpa
0,7
∑ f ’ c 50,41
f’cr = = = 16,80
3 3
(f'c - f'cr)
Silinder I = 14,55 – 16,80 = (-2,25) Mpa
Silinder II = 18,59 – 16,80 = 1,79 Mpa
Kubus I = 17,27 – 16,80 = 0,47 Mpa
(f'c- f'cr)2
Silinder I = (-2,25)2 = 5,08 Mpa
Silinder II = (1,79)2 = 3,20 Mpa
Kubus I = (0,47)2 = 0,22 Mpa
9.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum kuat tekan
beton kelompok kami, yaitu:
a. Berdasarkan hasil percobaan kuat tekan beton tersebut dengan mix
desain yang telah dirancang yaitu dengan f’c 14,52 MPa dihasilkan f’c
13,43 Mpa. Dari percobaan tersebut hasil uji kuat tekan tersebut
Tidak Dapat Dipakai di lapangan.
9.2 Saran
a. Agar diperoleh benda uji yang baik perlu diperhatikan pada saat
pengadukan dan pemadatan, karena apabila dalam pemadatan tidak
baik, benda uji akan mengalami keropos sehingga mempengaruhi hasil
uji.
b. Perlu perlakuan yang lebih teliti dan ketat saat pencampuran material
penyusun konstruksi beton berserat saat pencampuran dan curing
benda uji, agar menghasilkan beton uji yang lebih baik.
62
63
DAFTAR PUSTAKA
63
64
LAMPIRAN
64
65
65
66
Gambar 9.7 Hasil Uji Kadar Lumpur Gambar 9.8 Penimbangan Agregat
untuk Pembuatan Beton
66
67
Gambar 9.11 Pengukuran Kuat Uji Beton Gambar 9.12 Pengujian Kuat Tekan
Beton
67
68
Gambar 9.13 Pelepasan Beton Dari Gambar 9.14 Pengujian Kadar Air
Cetakan Pada Kerikil dan Pasir
68