DOSEN PENGAMPU
OLEH
KELOMPOK IV
KEPERAWATAN 4A
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP.........................................................................................31
A. Kesimpulan ....................................................................................31
B. Saran ..............................................................................................31
Lampiran................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami teori pada sirosis hepatis dan asuhan
keperawatannya.
BAB II
TEORI KASUS
A. Pengertian
1. Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya
peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi
jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati, sehingga
timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati (Mansjoer, FKUI,
2001).
2. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang
luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul.
Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi
mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan
ikat dan nodul tersebut (Smeltzer & Bare, 2001).
3. Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini
merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya
pengerasan dari hati (Sujono, 2002).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang ditandai oleh adanya
peradangan difus pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat,
degenerasi dan regenerasi sel hati disertai nodul dan merupakan
stadium akhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari
hati.
B. Anatomi dan Fisiologi
C. Etiologi
Menurut FKUI (2001), penyebab sirosis hepatis antara lain :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Virus hepatitis
4. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
5. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)
6. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
7. Zat toksik
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Tarigan (2001) adalah:
1. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan
kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi
kalori tinggi protein, lemak secukupnya.
2. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :
a. Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan
penggunaannya. Alkohol akan mengurangi pemasukan protein
ke dalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori (300 kalori),
kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untuk
menghambat perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan
pemberian D penicilamine dan Cochicine.
b. Hemokromatis
Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/ terapi
kelasi (desferioxamine). Dilakukan vena seksi 2x seminggu
sebanyak 500cc selama setahun.
c. Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid.
3. Terapi terhadap komplikasi yang timbul
a. Asites
Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam
sebanyak 5,2 gram/ hari. Diet rendah garam dikombinasi
dengan obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian
spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respons
diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/
hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/ hari dengan adanya
edema kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat
bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/
hari. Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila tidak
ada respons, maksimal dosisnya 160 mg/ hari. Parasentesis
dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa
hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.
b. Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis
dengan melena atau melena saja)
1) Lakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah untuk
mengetahui apakah perdarahan sudah berhenti atau masih
berlangsung.
2) Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100
mmHg, nadi diatas 100 x/menit atau Hb dibawah 99%
dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian dextrose/
salin dan tranfusi darah secukupnya.
3) Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500cc D5% atau
normal salin pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali.
c. Ensefalopati
1) Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL
pada hipokalemia.
2) Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi
diet sesuai.
3) Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami
perdarahan pada varises.
4) Pemberian antibiotik campisilin/ sefalosporin pada keadaan
infeksi sistemik.
5) Transplantasi hati.
d. Peritonitis bakterial spontan
Diberikan antibiotik pilihan seperti cefotaksim, amoxicillin,
aminoglikosida.
e. Sindrom hepatorenal/ nefropatik hepatik
Mengatur keseimbangan cairan dan garam.
G. Komplikasi
Komplikasi sirosis hepatis menurut Tarigan (2001) adalah:
1. Hipertensi portal
2. Coma/ ensefalopaty hepatikum
3. Hepatoma
4. Asites
5. Peritonitis bakterial spontan
6. Kegagalan hati (hepatoselular)
7. Sindrom hepatorenal
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Menurut Smeltzer & Bare (2001) yaitu:
1) Darah lengkap
Hb/ Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan.
Kerusakan SDM dan anemia terlihat dengan hipersplenisme
dan defisiensi besi. Leukopenia mungkin ada sebagai akibat
hiperplenisme.
b. Pemeriksaan diagnostik
Menurut smeltzer & Bare (2001) yaitu:
1) Radiologi
Dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi
hipertensi portal.
2) Esofagoskopi
Dapat menunjukkan adanya varises esofagus.
3) USG
4) Angiografi
Untuk mengukur tekanan vena porta.
5) Skan/ biopsi hati
Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan jaringan
hati.
6) Partografi transhepatik perkutaneus
Memperlihatkan sirkulasi sistem vena portal
c. Pemeriksaan diagnostik
Menurut smeltzer & Bare (2001) yaitu:
1) Radiologi
Dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi
hipertensi portal.
2) Esofagoskopi
Dapat menunjukkan adanya varises esofagus.
3) USG
4) Angiografi
Untuk mengukur tekanan vena porta.
5) Skan/ biopsi hati
Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan jaringan
hati.
6) Partografi transhepatik perkutaneus
Memperlihatkan sirkulasi sistem vena portal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. LAPORAN KASUS
B. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Informasi Umum
a. Nama pasien
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Tanggal lahir
e. Suku bangsa
f. Agama : Islam
g. Tanggal masuk : 27 februari 2020
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan perut membesar sejak 4 hari sebelum
masuk rumah sakit dan nyeri perut terus menerus. Nyeri seperti
ditusuk-tusuk pada perut bagian atas sebelah kanan dan kiri,
lamanya kurang lebih 3-10 menit dan munculnya tentu. Nyeri
berkurang dengan istirahat, perut begah tapi tidak sampai sesak.
Pasien juga mengatakan nafsu makan turun,hanya
menghabiskan makanan ½ porsi, mual, dan muntah, BB
menurun ± 20 kg saat 3 bulan terakhir, lingkar perut bagian atas
99 cm, tengah 98 cm, bawah 96 cm. Buang air besar berwarna
hitam, urine pekat seperti teh.
b. Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien 3 bulan sebelumnya menderita hepatitis.
C. DATA FOKUS
D. ANALISA DATA
Data Subjektif
1. Pasien mengatakan
nyeri perut terus
menerus seperti
ditusuk-tusuk .
2. Data Objektif Gangguan Risiko
1. Varises esophagus fungsi hati perdarahan
2. Hb 8.2 gr/Dl
Hematokrit 25,2%
Albumin2,46gr/dL
E. DIAGNOSA PRIORITAS
1. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan fungsi metabolic
ditandai dengan pasien merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk terus
menerus
2. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan fungsi hati
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolism ditandai dengan pasien mengalami mual, muntah, dan
penurunan berat badan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
manfaat teknik napas
b. jelaskan prosedur teknik
napas
c. anjurkan memposisikan
tubuh senyaman mungkin
d. anjurkan menutup mata
dan berkonsentrasi penuh
e. ajarkan menggunakan
inspirasi dengan
menghirup udara melalui
hidung secara perlahan
f. ajarkan melakukan
ekspirasi dengan
menghembuskan udara
melalui mulut secara
perlahan
g. demonstrasikan menarik
napas selama 4 detik,
menahan napas selama 2
detik dan menghembuskan
napas 8 detik.
Manajemen Terapi Radiasi
Observasi
a. Monitor efek samping dan
efek toksik terapi
b.Monitor perubahan
integritas kulit
c. Monitor anoreksia, mual,
muntah, perubahan rasa dan
diare
d.Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik, anemia,
perdarahan
Terapeutik
a. Berikan perawatan kulit
jika terjadi infeksi
b.Batasi kunjungan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur terapi radiasi
b.Jelaskan efek radiasi pada
sel keganasan
c. Jelaskan protokol proteksi
pada keluarga, pasien dan
pengunjung
d.Ajarkan cara mengatasi
kelelahan dengan
merencanakan waktu
isitrahat dan pembatasan
aktivitas
e. Ajarkan cara mencegah
infeksi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
untuk mengendalikan efek
obat
2. Risiko Perdarahan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan
keperawatan selama 3x24 Observasi
jam diharapkan risiko a. Monitor tanda dan
perdarahan tidak terjadi gejala perdarahan
b. Monitor nilai
KH hematocrit/hemoglobin
1. Hemoglobin 2 c. Monitor koagulasi
(cukup memburuk) Edukasi
menjadi 4 (cukup a. Jelaskan tanda dan
membaik) gejala perdarahan
2. Hematokrit 2 (cukup b. Anjurkan
memburuk) menjadi meningkatkan asupan
4 (cukup membaik) makanan dan vitamin
K
3. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
keperawatan selama 3x24 Observasi
jam diharapkan status a. Monitor asupan nutrisi
nutrisi oasien kembali pasien
terpenuhi dengan b. Timbang berat badan
pasien dengan rutin
KH Terapeutik
1. Porsi makanan yang a. Dampingi ke kamar mandi
dihabiskan 1 untuk pengamatan perilak
(menurun) menjadi 4 pasien jika ingin
(cukup meningkat) memuntahkan makanan
2. Verbalisasi keinginan b. Rencanakan program
untuk meningkatkan pengobatan untuk
nutrisi 1 ( menurun) perawatan di rumah
menjadi 4 (cukup Kolaborasi
meningkat) a. Kolaborasikan dengan ahli
3. Berat badan 1 gizi tentang target berat
(memburuk) menjadi 3 badan
(sedang) Promosi Berat Badan
4. Indeks massa Observasi
tubuh/IMT 1 a. Identifikasi kemungkinan
(memburuk) menjadi 3 penyebab BB kurang
(sedang) b. Monitor adanya mual
5. Nafsu makan 1 1 muntah
(memburuk) menjadi 3 c. Monitor jumlah kalori
(sedang) yang dikonsumsi sehari-
6. Bising usus 2 (cukut hari
memburuk) menjadi 4 d. Monitor BB
(cukup membaik) Terapeutik
a. Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian makan,
jika perlu
b. Sediakan makanan yang
tepat sesuai kondisi pasien
c. Hidangkan makanan secara
menarik
d. Beri suplemen, jika perlu
Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi
b. Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang
dibutuhkan
Kolaborasi
a. Rujuk ke ahli gizi dan
sertakan keluarga, jika perl
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai
dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas.
Pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi
arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro
menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul
tersebut (Smeltzer & Bare, 2001).
B. SARAN
Bagi Penulis diharapkan dapat:
1 Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien, terutama dengan etiologi sirosis hepatis
2 Senantiasa meningkatkan semangat belajar dan critical thingking sehingga
dapat terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan menerapkan
inovasi di bidang keperawatan
DAFTAR PUSTAKA