Anda di halaman 1dari 23

Nama : Lapina

Nim : 1810116773
Kelas : IVD HUKUM (Pagi)
Mata Kuliah : Kriminologi
Dosen Pengampu : Temmy, S.H, M.H
SEJARAH KRIMINOLOGI
A. Zaman kuno
Kebanyakan pengetahuan sudah dimulai dari zaman kuno, tapi hal itu tak
dapatlah atau hampir-hampir tak dapat dikatakan tentang kriminologi. Hanya di
sana sini terdapat catatan lepas tentang kejahatan. Dalam bukunya ‘les causes
economiques de la crinimalite’ (1903) van kan menguraikan tentang
penyelidikannya dalam pendapat-pendapat sarjana tentanga sebab-musabah
ekonomi daripada kejahatan, Haverlock ellis dalam bukunya the criminal (1889)
maro dalam bukunya ‘I caratteri delinquenti’ (1887) dan G. Antonini dalam
bukunya ‘I di Lombroso’ precusori (1909) mencari pendapat-pendapat tentang
sebab-sebab kejahatan menurut antropologi, tapi hasilnya sangat kecil. Ada
beberap kutipan dari dua orang pengarang yunani yang paling penting
pengarangpengarang plato (427-347) sm ia menyatakan dalam bukunya
republiek’ Emas, manusia adalah merupakan sumber kejahatan’ (III in fine);
sementara itu, Aristoteles (382-322)s.m menyatakan bahwa kemiskinan
menimbulkan dan pemberontakan. makin tinggi kekayaan dalam pandangan
manusia, makin merosot penghargaan terhadap kesusilaan’ (VIII); adalah jelas,
bahwa dalam setiap Negara dimana terdapat banyak orang miskin, dengan diam-
diam terdapat, bajinganbajingan, tukang copet, pemerkosa agama dan penjahat
dari berbagai corak’(VIII) masih beberapa tempat diuraikan. Terutama dimana
plato menggambarkan keuntungan moral daripada komunis plato dengan
demikian mengepalai deretan panjang para utopis, yang untuk masyarakat khayal
yang mereka lukiskan akan akan berbuat sama. Ada juga dalam bukunya’de
wetten’ terdapat banyak uraian yang semacam itu, umpama jika dalam suatu
masyarakat tidak ada yang miskin dan tidak ada yang kaya, tentu akan terdapat
kesusilaan yang tinggi di sana. Karena disitu tidak akan terdapat keterkeburan,
tidak pula kelaliman, juga tidak ada rasa iri hati dan benci. (III 2) Untuk
lengkapnya dapat ditambahkan bahwa kedua pengarang tadi juga berpengaruh
dalam lapangan hukum pidana teristimewa plato. Faedahnya hukuman sangat
dipentingkan olehnya, adagiumnya; hukuman dijatuhkan bukan karena telah
berbuat jahat, tapi agar jangan diperbuat kejahatan berasal dari padanya.

B. Zaman abad pertengahan


Van kan dalam bukunya yang sudah disebutkan di atas menerangkan dengan
keahlian tentang penyelidikanya mengenai keadaan zaman ini. Para pengarang
dari golongan patristic. Golongan scholastikpun tidak begitu banyak
memperhatikan soal ini. Thomas van Aquino (1226-1274) memberikan beberapa
pendapat tentang pengaruh kemiskinan atas kejahatan. Orang kaya demikian
dinyatakan, yang hanya hidup untuk kesenangan dan memboros-boroskan
kekayaannya, jika pada suatu kali jatuh miskin, mudah menjadi pencuri (De
regimine principum I, 4. Kemiskinan biasanya memberi dorongan untuk mencuri
(summa contra gentiles) yang juga menarik perhatian ialah pembelaan panjang
lebar daripada pendapatnya bahwa dalam keadaan yang sangat memaksa orang
boleh mencuri. (summa theologica).

C. Permulaan sejarah baru (abad ke -16 ).


Pengarang pertama dalam sejarah dunia, yang menurut pengetahuan saya,
melihat kejahatan dalam hubungannya dalam masyarakat, dan mencari sebab-
sebabnya dalam masyarakat dan jadinya dapat dimasukkan sebagai
prakriminologi dalam arti sempit ialah seorang ahli hukum humanistic inggris,
kanselier dibawah pemerintahan hendrik VIII, thomas more (morus : 14781535)
pengarang dari utopia (1516) roman sosialistis yang termasyur itu. Dalam
khayalan sosialis ini yang sangat dipengaruhi oleh plato, tapi yang jauh lebih
tinggi nilainya, digambarkan suatu Negara, yang alat-alat produksinya dikuasai
oleh umum. Penduduk utopia demikian dinyatakan olehnya, melebihi semua
bangsa di dunia dalam hal prikemanusiaan, seperti juga diajukan oleh para
penganut dari more yang banyak itu, pengaruh dari keadaan yang sangat berlainan
itu.
Dalam buku ke satu utopia yang melukiskan keadaan inggris di waktu itu ia
juga salah seorang ahli sosiografi dan ahli kritik terhadap keadaan sosial yang
pertama. Uraiannya sampai pada kejahatan yang tak terhingga jumlahnya yang
dilakukan saat itu dan kekerasan pengadilan dalam 24 tahun ada 72.000 pencuri
digantung, dan ini dalam suatu Negara yang penduduknya 3 a 4 juta. Biarpun
dibrantas dengan kekerasan, arus kejahatan tidak berhenti, untuk more hal ini
tidak mengherankan, karena dengan hukuman-hukuman berat saja arus tidak
dapat dibalikan. Untuk itu, harus dicari sebab-musabah kejahatan dan
menghapusnya. Ikhtiarknlah agar orang memperoleh nafkah hidup yang cukup
dan kejahatan akan berhenti.[3] Dengan panjang lebar diuraikan oleh more
mengapa banyak orang tidak dapat mencukupi kebutuhanya. Ia merujuk kepada
peperangan yang banyak terjadi, yang mengakibatkan banyak bekas tentara yang
cacat, tidak mempunyai pekerjaan dan bergelandangan. Tetapi sebab yang
terpenting terletak dalam keadaan pertanian yang buruk. Sejak adanya export wol
dari inggris ke vlaanderen yang mengutungkan sekali para tuan tanah, banyak
tanah pertanian mereka suruh robah menjadi tanah pengembalaan, untuk
memelihara biri-biri makan manusia tanah pengembalaan umum mereka ambil
dari para petani ribuan bekas petani menjadi gelandangan tanpa mata pencaharian
dan dengan demikian sampai pada kejahatan.
Bertentangan dengan kesengsaraan rakyat jelata terdapat kemewahan si kaya
yang merusak moral. Kekayaan dengan mudah punah dan orang-orang yang
sudah biasa hidup mewah dalam keadaan demikian mudah berbuat jahat. Banyak
anak-anak dari si miskin hidup dalam lingkungan yang tidak baik, dan dengan
jalan itu menjadi penjahat. Akhirnya mengenai more dapat diterangkan bahwa ia
juga mengecam susunan pidana pada waktu itu. Hukuman yang dijatuhkan,
menurut pendapat more, terlalu berat hukuman mati untuk pencurian. Jika atas
kejahatan yang relative ringan dijatuhkan hukuman yang seberat ini. Maka ini
menambah bahaya akan dilakukanya kejahatan yang lebih berat lagi, karena itu si
penjahat resiko hukuman sama saja suatu pendapat yang kemudian juga diajukan
oleh Hume. More sudah merupakan pelopor dari tindakan, bahwa penjahat harus
menebus kerugian yang ditimbulkannya dengan cara bekerja.
D. Pada abad ke 17
Tidak banyak yang diuraikan van kan juga menguraiakan beberapa pernyataan
dari Erasmus, luther dan calvinj. Semuanya ini hanya pernyataan yang sambil lalu
saja, umpama bahwa kemiskinan dapat menyebabkan kejahatan. Mereka tak
menujukkan suatu pengertian dalam masyarakat ini.

E. Abad ke- 18 hingga revolusi prancis


Penentangan terhadap hukum pidana dan acara pidan yang berlaku
Hukum pidana dari akhir pertengahan dan abad ke-16, ke 17 dan bagian besar
dari abad ke 18 semata-mata ditujukan untuk menakut-nakuti dengan jalan
menjatuhkan hukuman yang [4]sangat berat. Hukuman mati yang dilakukan
beranekaragam, umumnya didahului dengan penganiayaan yang ngeri (badannya
ditarik dengan roda) dan hukuman atas badan merupakan hukuman yang sehari-
hari dilakukan dan yang diperhitungkan ialah pencegahan umum. Kepribadian si
penjahat tidak diperhatikan, ia hanya merupakan alat untuk menakuti orang lain
sebagai contoh dan hanya di pandang penting hanyalah perbuatan yang jahat
itu.Perturan-peraturan hukum pidana tidak tegas perumusannya (analogi dalam
hukum pidana) dan memberikan kemungkinan untuk berbagi-bagi tafsiran). Acara
pidana demikian juga.Sifatnya equisitor, dan terdakwa di pandang hanya sebagai
benda pemeriksaan,yang di lakukan dengan rahasia. dan hanya berdasarkan
laporan-laporan tertulis saja. Cara pembuktiannya sangat tergantung dari kemauan
sipemeriksa,dan pengakuan di pandang sebagai syarat pembuktian yang utama
(karena itu bangku penyiksa). Gerakan penentangan yang terbesar dari rakyat
golongan tengah terhadap “ancien ragime” mempengaruhi juga jalannya
perubahan dalam hukum pidana dan acara piadana “aufklarung” juga menyoroti
lapangan tersebut. Hak-hak manusia akan beralaku juga untuk penjahat-penjahat.
Montesquieu (1689-1755) membuka jalan dengan bukunya “Esprit des luis”
(1748), dimana ia menentang tindakan sewenang-wenang, hukum yang kejam,
dan banyaknya hukuman yang di jatuhkan. Sebab-sebab sosial
(kemasyarakatan) dari kejahatan Karangan-karangan yang terbit dalam zaman
penerangan memberikan penghargaan tinggi kepada pendidikan manusia, jadi kita
a.l. pada penglihatan pertama mengharap bahwa akan diberikan perhatian pada
bagian dari kriminologi ini. Sosiologi umum pada waktu itu belum cukup
berkembang untuk itu criminal yakni statistic criminal, belum ada. Oleh para
pembuat encyclopaedia dan para pemimipin revolusi perancis sekali-sekali
ditunjuk tentang adanya hubungan antara kejahatan dengan keadaan masyarakat.
Montesquieu menyatakan, bahwa penbentukan perundang-undangan yang baik
harus lebih mengikhtiarkan pencegahan kejahatan daripada hukuman “Voltaire
dalam bukunya prix de la justice et de I’humanite” (1777) mencacat bahwa
pencurian dan lain-lain kejahatannya adalah orang miskin. Brissot de warville
yang pertama kali mengucapkan : ia propriete c’est le vol menrangkan dalam
bukunya theory des lois criminal bahwa manusia dilahirkan tidak sebagai musuh
masyarakat, tapi menjadi demikian karena keadaan (kekurangan, kemalangan).
Kurangnya kejahatan berhubungan langsung dengan baik atau tidaknya cara
menjalankan pemerintahan. Sebab-sebab anthropologi daripada kejahatan.
Memandang kejahatan dari sudut medis pelopornya dakter prancis j.c de la
mettrie (17091750) ini merujuk kepada pengaruh zat-zat sehiggga apa yang
mereka lakukan di luas kesadaran mereka sehingga mereka tidak bisa lagi
mengktrol apay ang dilakukannya sehigga kejahatan itu terjadi.

F. Dari revolusi perancis hingga tahun 30 abad ke -19


Perubahan dalam hukum pidana, acara pidana dan hukuman. Revolusi perancis
pada tahun 1719 dengan code penalnya mengakhiri hukuman pidana dan acara
pidana dari ‘ancien regime’ dalam hukuman ini terdapat kesatuan systematic, dan
perumusan yang tegas dari kejahatan-kejahatan (tidak ada analogi lagi), semua
manusia mempunyai kedudukan yang sama dimuka undang-undang, jadi hak-hak
manusia dalam lapangan ini juga diakui.pembersihan hak atas hak milik dan
hukuman atas badan dihapuskan, banyaknya kejahatan yang dapat dijatuhi
hukuman mati dikurangi dan dilkukan tanpa penganiayaan lebih dulu, biasa
berlaku, dibatasi; dan diusahan agar ada keseimbangan antara hukuman dan
kejahatan. Biarpun hal perimbangan ini selalu masih menjadi persoalan, tapi
akibatnya yang nyata bahwatidak lagi dijatuhkan hukuman sebanyak dan sekeras
seperti dulu lagi. Perbaikan yang paling maju terjadi dalam lapangan hukum acara
pidana. Cara pemeriksaan pada tingkatan penghabisan dilakukan di muka umum,
langsung dan bersifat accusatoir. Tindakan sewanang-wenang dari hakim
berakhir, dan aturan pembuktian diatur lebih baik. Dari perancis pengaruh ini
menjalar ke mana-mana, mula-mula di Negara-negara di bawah pengaruh atau di
bawah pemerintahan perancis. Seperti di Nederland umpama pada tahun 1809
diadakan het crinimel wetbook hal yang tidak lama kemudian, dengan
pemasukan belanda ke Negara prancis dig anti dengan code penal. Inggris
menpunyai pertumbuhan sendiri, tapi disana juga dibawah pengaruh j. bentham.
Keadaan rumah penjara di inggris sangatlah buruk dan pada umumnya di waktu
itu juga masih tetap buruk. Howard sudah lama menentang keadaan yang
demikian, tokoh-tokoh lai n memberikan sokongan kepadanya, seperti bentham,
romily, dan Elizabeth fry (1780-1845). Banyak buku diterbitkan , enquete resmi
diadakan, bahkan undang-undang di adakan , tapi biasanya tidak di jalankan,
hanya di amerika diadakan perubahan dengan besar-besaran. Pada tahun 1791
oleh golongan queker di Philadelphia di adakan rumah penjara dengan kamar
untuk satu orang (sel) dengan demikian berakhirlah demoralisasi karena
berkumpul, untuk diganti dengan kesengsaraan, kesenian dimana system hukum
bahkan dilarang bekerja. Pada tahun 1823 di new York diadakan system auburn ,
dimana para orang terpenjara pada waktu siang boleh bekerja bersama-sama
dengan tidak boleh bicara satu sama lain dan pada waktu malam ditutup pada
selnya masing-masing. Perbaikan yang disebabkan oleh revolusi perancis dalam
lapangna hukkum pidana dan acara pidana tidak boleh diabaikan. Tapi sebaliknya
juga jangan terlalu diperbesar artinya ketidakadilan masa lampau memang sudah
lenyap, pri kemanusiaan abstrak tertulis dijunjung, tapi sikap pri kemanusiaan
yang nyata tidak ada. Hukuma yang dijatuhkan tetap berat dan keras, tidak
diperhatikan bahwa si penjahat juga manusia. Jika kesaahannya sudah terbukti, ia
merupakan suatu perkara, yang seperti perkara-perkara lainnya diperlalukan
dengan quantum daripada hukuman biasanya sangant besar yang tertentu.
A. Definisi Kriminologi
Kriminologi merupakan salah satu ilmu sosial yang terus-menerus mengenai
perkembangan dan peningkatan. Perkembangan dan peningkatan tersebut
dikarenakan pola kehidupan sosial masyarakat yang mengalami perubahan-
perubahan. Berpindah dari satu tempat ke satu tempat lainnya serta berbeda juga
perubahannya suatu waktu atau zaman tertentu. Dan waktu juga terus berubah, maka
studi mengenai masalah kejahatan serta penyimpangan juga akan mengalami
perkembangan dan peningkatan. Penglihatan, cara memahami serta dalam mengkaji
masalah-masalah sosial yang ada berkembang juga sesuai dengan perkembangan
zaman. Terdapat beberapa pengertian dari para ahli barat dari kriminologi ini sendiri.
Ilmu masyarakat satu ini, merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang secara khusus
mempelajari kejahatan dari beragam aspek.P. Topinard, yaitu seorang ahli
antropologi dari Perancis yang mengatakan kata kriminologi untuk pertama kalinya.
Kriminologi berasal dari 2 kata yaitu kata “crime” yang memiliki arti kejahatan dan
kata “logos” yang memiliki arti ilmu pengetahuan. Dengan demikian maka tidak
heran jika kriminologi bisa diartikan sebagai sebuah kajian mengenai kejahatan.
Berkembangnya beragam studi yang dilakukan secara ilmiah terkait dengan tingkah
laku manusia juga bisa memberikan dampak para pakar kriminologis terhadap
hubungan antara hukum serta organisasi dalam masyarakat.

B. Ruang Lingkup Kriminologi


Ruang lingkup kriminologi merupakan proses perundang-undangan, pelanggaran
perundangundangan dan reaksi terhadap pelanggaran perundang-undangan. Menurut
A.S. Alam terdapat tiga hal pokok ruang lingkup pembahasan kriminologi, yaitu :
a. Proses pembuatan hukum pidana dan acara pidana
b. Etiologi kriminal membahas tentang teori-teori yang menyebabkan terjadinya
kejahatan;
c. Reaksi terhadap pelanggaran hukum.
Hal ini tidak hanya ditujukan kepada pelanggar hukum yang berupa tindakan represif
saja, tapi juga terhadap calon pelanggar hukum yang berupa upaya-upaya kejahatan.
11 Ruang lingkup kriminologi menurut W. A. Bonger dibagi menjadi kriminologi
murni dan kriminologi terapan. Kriminologi murni ini mencakup :
a. Antropologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tandatanda
manusia jahat.
b. Sosiologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sebab-
sebab kejahatan dalam masyarakat.
c. Psikologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari
sudut jiwanya.
d. Psikopatologi dan Neuropatologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang penjahat
yang sakit jiwa.
e. Penology, yaitu ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.
Kriminologi Terapan ini mencakup :
1) Higiene kriminal, yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk mencegah
terjadinya suatu kejahatan.
2) Politik kriminal, yaitu usaha penanggulangan kejahatan dimana
kejahatan itu sudah terjadi.
3) Kriminalistik, yaitu ilmu pengetahuan mengenai pelaksanaan
penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.
Teori Faktor Penyebab Kriminologi Teori penyebab terjadinya kejahatan menurut
pendapat dari berbagai pakar kriminolog dan pakar ilmu hukum yaitu Alam A.S:
a. Perspektif Sosiologis berusaha mencari alasan-alasan perbedaan dalam hal
angka kejahatan di dalam lingkungan sosial. Terbagi dalam dua kategori
yaitu: strain, cultural deviance (penyimpangan budaya) dan social control.
Perspektif strain dan cultural deviance memusatkan perhatiannya pada
kekuatan-kekuatan sosial (social forces) yang menyebabkan orang melakukan
kriminal. Sedangkan teori social control didasarkan asumsi bahwa motivasi
untuk melakukan kejahatan merupakan bagian dari umat manusia dan
mengkaji kemampuan kelompok - kelompok dan lembaga sosial membuat
aturan yang efektif.
b. Perspektif Biologis Mengklasifikasikan penjahat kedalam 4 golongan yaitu :
12 Momon. 2003. Azas-Azas Kriminologi. Bandung. Remaja Karya. Born
criminal, yaitu orang berdasarkan pada doktrin atavisme tersebut di atas.

1. Insane criminal, merupakan orang yang menjadi penjahat sebagai hasil beberapa
perubahan dalam otak orang tersebut yang mengganggu kemampuan orang itu
untuk membedakan antara yang benar dengan yang salah. Misalnya ialah
kelompok yang idiot, yang embisil, atau bahkan yang paranoid.
2. Criminaloid, yaitu seorang pelaku kejahatan yang dmendapatkan pengalaman
secara terus menerus sehingga dapat mempengaruhi pribadinya. Contohnya
adalah penjahat kambuhan.
3. Criminal of passion, ialah seorang pelaku kejahatan yang akan melakukan
tindakannya karena emosi, marah, cinta, atau bahkan karena kehormatan.
 Perspektif Psikologis didasarkan tiga persepektif antara lain yaitu :

a. Tindakan serta tingkah laku orang dewasa, yang dapat dipahami dengan
cara melihat pada perkembangan dari masa kecilnya.
b. Tingkah laku dan motif-motif bawah sadar adalah jalin-menjalin, dan
interaksi itu mesti diuraikan bila ingin mengerti kejahatan.
c. Kejahatan pada dasarnya merupakan representasi dari konflik psikologis.

 Perspektif Lain : Adapun persepektif lain penyebab terjadinya kejahatan


antara lain adalah:
a. Teori Labeling Perbuatan kriminal tidak sendirinya signifikan, justru reaksi
sosial atasnya lah yang signifikan.
b. Teori Konflik Tidak hanya mempertanyakan proses mengapa seseorang
menjadi kriminal, tetapi juga tentang siapa di masyarakat yang memiliki
kekuasaan (power) untuk membuat dan menegakkan hukum.
c. Teori Radikal Lebih mempertanyakan proses perbuatan hukum yang
memandang kejahatan dan peradilan pidana sebagai lahir dari konsensus
masyarakat (communal consensus).
Teori-Teori Dalam Kriminologi:
1. Teori Asosiasi Diferensial (Differential Association Theory)
Sutherland menghipotesakan bahwa perilaku kriminal itu dipelajari melalui
asosiasi yang dilakukan dengan mereka yang melanggar norma-norma
masyarakat termasuk norma hukum. Proses mempelajari tadi meliputi tidak
hanya teknik kejahatan sesungguhnya, namun juga motif, dorongan, sikap dan
rasionalisasi yang nyaman yang memuaskan bagi dilakukannya perbuatan-
perbuatan anti sosial. Theori asosiasi differensial Sutherland mengenai kejahatan
menegaskan bahwa :
a. Perilaku kriminal seperti halnya perilaku lainnya, dipelajari.
b. Perilaku kriminal dipelajari dalam hubungan interaksi dengan orang
lain melalui suatu proses komunikasi.
c. Bagian penting dari mempelajari perilaku kriminal terjadi dalam pergaulan
intim dengan mereka yang melakukan kejahatan, yang berarti dalam relasi
langsung di tengah pergaulan.
d. Mempelajari perilaku kriminal, termasuk didalamnya teknik
melakukan kejahatan dan motivasi/ dorongan atau alasan pembenar.
e.Dorongan tertentu ini dipelajari melalui penghayatan atas peraturan
perundang-undangan; menyukai atau tidak menyukai.
f. Seseorang menjadi deliquent karena penghayatannya terhadap peraturan
perundangan lebih suka melanggar daripada mentaatinya.
g. Asosiasi diferensial ini bervariasi tergantung dari frekuensi, durasi,
prioritas dan intensitas.
h. Proses mempelajari perilaku kriminal melalui pergaulan dengan pola
kriminal dan anti kriminal melibatkan semua mekanisme yang berlaku dalam
setiap proses belajar.
i. Sekalipun perilaku kriminal merupakan pencerminan dari kebutuhan umum
dan nilai-nilai, akan tetapi tingkah laku kriminal tersebut tidak dapat
dijelaskan melalui kebutuhan umum dan nilai-nilai tadi, oleh karena perilaku
non kriminal pun merupakan pencerminan dari kebutuhan umum dan nilai-
nilai yang sama.

2. Teori Tegang (Strain Theory)


Teori ini beranggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk yang selalu
memperkosa hukum atau melanggar hukum, norma-norma dan peraturan-
peraturan setelah terputusnya antara tujuan dan cara mencapainya menjadi
demikian besar sehingga baginya satu-satunya cara untuk mencapai tujuan ini
adalah melalui saluran yang tidak legal. Akibatnya, teori “tegas” memandang
manusia dengan sinar atau cahanya optimis. Dengan kata lain, manusia itu pada
dasarnya baik, karena kondisi sosiallah yang menciptakan tekanan atau stress,
ketegangan dan akhirnya kejahatan.
3. Teori Kontrol Sosial (Social Control Theory)
Landasan berpikir teori ini adalah tidak melihat individu sebagai orang yang
secara intriksik patuh pada hukum, namun menganut segi pandangan antitesis di
mana orang harus belajar untuk tidak melakukan tindak pidana. Mengingat bahwa
kita semua dilahirkan dengan kecenderungan alami untuk melanggar peraturan-
peraturan di dalam masyarakat, delinkuen di pandang oleh para teoretisi kontrol
sosial sebagai konsekuensi logis kegagalan seseorang untuk mengembangkan
larangan-larangan ke dalam terhadap perilaku melanggar hukum. Terdapat empat
unsur kunci dalam teori kontrol sosial mengenai perilaku kriminal menurut
Hirschi (1969), yang meliputi :
a. Kasih Sayang Kasih sayang ini meliputi kekuatan suatu ikatan yang ada antara
individu dan saluran primer sosialisasi, seperti orang tua, guru dan para
pemimpin masyarakat. Akibatnya, itu merupakan ukuran tingkat terhadap
mana orang-orang yang patuh pada hukum bertindak sebagai sumber kekuatan
positif bagi individu.
b. Komitmen Sehubungan dengan komitmen ini, kita melihat investasi dalam
suasana konvensional dan pertimbangan bagi tujuan-tujuan untuk hari depan
yang bertentangan dengan gaya hidup delinkuensi.
c. Keterlibatan Keterlibatan, yang merupakan ukuran kecenderungan seseorang
untuk berpartisipasi dalam kegiatankegiatan konvensional mengarahkan
individu kepada keberhasilan yang dihargai masyarakat.
d. Kepercayaan Akhirnya kepercayaan memerlukan diterimanya keabsahan
moral norma-norma sosial serta mencerminkan kekuatan sikap konvensional
seseorang. Keempat unsur ini sangat mempengaruhi ikatan sosial antara
seorang individu dengan lingkungan masyarakatnya.

4. Teori Label (Labeling Theory)


Landasan berpikir dari teori ini diartikan dari segi pandangan pemberian norma,
yaitu bahwa sebab utama kejahatan dapat dijumpai dalam pemberian nama atau
pemberian label oleh masyarakat untuk mengidentifikasi anggota-anggota tertentu
pada masyarakatnya. (Gibbs dan Erickson, 1975; Plummer 1979; Schur 1971).
Terdapat banyak cara dimana pemberian label itu dapat menentukan batas
bersama dengan perilaku kriminal telah dijadikan teori, misalnya bahwa
pemberian label memberikan pengaruh melalui perkermbangan imajinasi sendiri
yang negatif. Menurut teori label ini maka cap atau merek yang dilekatkan oleh
penguasa sosial terhadap warga masyarakat tertentu lewat aturan dan undang-
undang sebenarnya berakibat panjang yaitu yang di cap tersebut akan berperilaku
seperti cap yang melekat itu. jadi sikap mencap orang dengan predikat jahat
adalah kriminogen.

5. Teori Psikoanalitik (Psyco Analytic Theory)


Menurut Sigmund Freud, penemu psikonanalisa, hanya sedikit berbicara tentang
orang-orang kriminal. Ini dikarenakan perhatian Freud hanya tertuju pada
neurosis dan faktor-faktor di luar kesadaran yang tergolong kedalam struktur yang
lebih umum mengenai tipe-tipe ketidakberesan atau penyakit seperti ini. Seperti
yang dinyatakan oleh Alexander dan Staub (1931), kriminalitas merupakan
bagian sifat manusia. Dengan demikian, dari segi pandangan psikoanalitik,
perbedaan primer antara kriminal dan bukan kriminal adalah bahwa non kriminal
ini telah belajar mengontrol dan menghaluskan dorongan-dorongan dan perasaan
anti-sosialnya.

6. Teori Rancangan Pathologis (Pathological Simulation Seeking)


Menurut Herbert C. Quay (1965) mengemukakan teori kriminalitas yang
didasarkan pada observasi bahwa banyak kejahatan yang nampak memberikan
seseorang perasaan gempar dan getaran hati atau sensasi. Kriminalitas merupakan
manifestasi “banyak sekali kebutuhan bagi peningkatan atau perubahanperubahan
dalam pola stimulasi si pelaku”. Abnormalitas primer oleh karenanya dianggap
sebagai sesuatu yang terletak dalam respon psikologis seseorang pada masukan
indera. Berarti perilaku kriminal merupakan salah satu respon psikologis sebagai
salah satu alternatif perbuatan yang harus ditempuh. Lebih spesifik lagi telah
dihipotesakan bahwa para kriminal memiliki sistem urat syarat yang hiporeaktif
terhadap rangsangan. Beberapa bahasan dari teori rangsangan pathologis yang
perlu mendapat perhatian:
a. Kriminal dilakukan dengan sistem urat syarat yang diporeaktif dan otak yang
kurang memberi respon, keadaan demkian tidak terjadi dalam vakum,
melainkan berinteraksi dengan tujuan tempat tinggal tertentu dimana individu
hidup dalam pergaulan.
b. Anak-anak pradelinkuen cenderung membiasakan diri terhadap hukuman
yang diterimanya dan rangsangan ini dengan mudah menambah frustasi
dikalangan orang tua. Pola ini kemudian bergerak dalam lingkungan interaksi
negatif “orang tua dan anak” yang pada gilirannya membentuk remaja dan
orang dewasa yang bersifat bermusuhan, memendam rasa benci dan anti
sosial. Kecenderungan mencuri rangsangan pathologis ini merupakan bagian
dari gambaran kriminal.

c. Interaksi orang-orang keadaan meliputi hipotesa:


1) Bahwa respon parental yang negatif dan tidak konsisten terhadap
perilaku mencari rangsangan atau stimuli sang anak, merupakan daya
etiologis dalam perkembangan kecenderungan-kecenderungan
kriminalitas selanjutnya.
2) Bahwa abnormalitas psikologis sang anak akan menyulitkan baginya
mangantisapasi konsekuensi yang menyakitkan atas perbuatannya.
Kedua faktor di atas merupakan faktor yang memberi kontribusi kepada
siklus yang merugikan dalam interkasi orang tua anak yang bersifat
negatif yang pada gilirannya berkulminasi pada pola kriminalitas berat.
Christopher Mehew dalam penelitiannya mengenai kriminal dan
prikologis menemukan adanya pengaruh kejiwaan terhadap perilaku
jahat yang disimpulkan sebagai tingkat kedewasaan yang terhambat
(emotional-immaturity) dan ternyata kondisi ini dipengaruhi oleh
masalah-masalah keluarga yaitu disharmonie home dan broken home.

7. Teori Pilihan Rasional (Rational Choice Theory)


Landasan berpikir teori ini menitikberatkan pada utilitas atau pemanfaatan yang
diantisipasi mengenai taat pada hukum lawan perilaku melawan hukum.
Pendukung semula teori pilihan rasional, Gary Becker (1968) menegaskan bahwa
akibat pidana merupakan fungsi, pilihan-pilihan langsung serta
keputusankeputusan yang dibuat relatif oleh para pelaku tindak pidana bagi yang
terdapat baginya. Pilihan rasional berarti pertimbangan-pertimbangan yang
rasional dalam menentukan pilihan perilaku yang kriminal atau non kriminal,
dengan kesadaran bahwa ada ancaman pidana apabila perbuatannya yang kriminal
diketahui dan dirinya diprotes dalam peradilan pidana. Apabila demikian seolah-
olah semua perilaku kriminal adalah keputusan rasional.
SEJARAH SINGKAT KRIMINOLOGI

A. Zaman kuno
Kebanyakan pengetahuan sudah dimulai dari zaman kuno, tapi hal itu
tak dapatlah atau hamper-hampir tak dapat dikatakan tentang kriminologi.
Hanya disana-sini terdapat catatan lepas tentang kejahatan. Dalam bukunya
‘les causes economiques de la crinimalite’ (1903) van kan menguraikan
tentang penyelidikan tentang pendapat-pendapat sarjana tetangga sebab-
musibah ekonomi daripada kejahatan,Haverlock ellis dalam bukunya the
criminall (1889) maro dalam bukunya, ‘I carratteri delinquenti’ (1887) dan G.
Antonini dalam bukunya ‘I di Lombroso precusori (1909) mencari pendapat-
pendapat tentang sebab-sebab kejahatan menurut antropologi, tapi hasilnya
sangat kecil.
Ada beberapa kutipan dari dua orang pengarang yunani yang paling
penting pengarang-pengarang plato (427-347) sm ia menyatakan dalam
bukunya republiek’ Emas manusia adalah merupakan sumber kejahatan (III in
fine); sementara itu Aristoteles (382-322)s.m menyatakan bahwa kemiskinan
menimbulkan dan pembrontakan. Makin tinggi kekayaan dalam pandangan
manusia, makin merosot penghargaan terhadap kesusilaan’ (VIII); adalah
jelas, bahwa dalam setiap negara dimana terdapat banyak orang
miskin,dengan diam-diam terdapat,bajingan-bajingan,tukang copet,pemerkosa
agama dan penjahat dari berbagai corak’(VIII) masih beberapa tempat
diuraikan. Terutama dimana plato menggambarkan keuntungan moral
daripada komunis plato dengan demikian mengepalai deretan panjang para
utopis, yang untuk masyarakat khayal yang mereka lukiskan akan akan
berbuat sama. Ada juga dalam bukunya ‘de wetten’ terdapat banyak uraian
semacam itu, umpama jika dalam suatu masyarakat tidfak ada yang miskin
dan tidak ada yang kaya, tentu akan terdapat kesusilaan yang tinggi disana.
Karena disitu tidak akan terdapat keterkeburuan, tidak pula kelaliman, juga
tidak ada iri hati dan benci.

B. Zaman abad pertengahan


Van kan dalam bukunya yang sudah disebutkan di atas menerangkan
dengan keahlian tentang penyelidikanya mengenai keadaan zaman ini. Para
pengarang dari golongan patristic. Golongan scholastikpun tidak begitu
banyak memperhatikan soal ini. Thomas van Aquino (1226-1274)
memberikan beberapa pendapat tentang pengaruh kemiskinan atas kejahatan.
Orang kaya demikian dinyatakan,yang hanya hidup untuk kesenagan dan
memboros-boroskan kekayaannya, jika pada suatu kali jatuh miskin, mudah
menjadi pencuri. Kemiskinan biasanya memberi dorongan untuk mencuri
yang juga menarik perhatian ialah pembelaan panjang lebar dripada
pendapatnya bahwa dalam keadaan yang sangat memaksa orang boleh
mencuri.
1. Permulaan sejarah baru
Pengarang pertama dalam sejarah dunia, yang menurut pengetahuan
saya,melihat kejahatan dalam hubungannya dalam masyarakat, dan mencari
sebab-sebabnya dalam masyarakat dan jadinya dapat dimasukan sebagai
prakriminologi dalam arti sempit ialah seorang ahli hukum humanistic inggris,
kanselier dibawah pemerintahan Hendrik VIII, Thomas more, pengarang dari
utopia (1516) roman sosalistic yang termasyur itu. Dalam khayalan sosialis ini
yang sangat dipengaruhi oleh plato, tapi yang jauh lebih tinggi nilai nya,
digambarkan suatu negara, yang alat-alat produksinya dikuasi oleh umum.
Penduduk utopia demikian dinyatakan olehnya melebihi semua bangsa
didunia dalam hal prikemanusiaan, seperti diajukan juga oeh para penganut
dari more yang banyak itu, pengaruh dari keadaan yang sangat berlainan itu.

Dalam buku ke satu utopia melukiskan keadaan inggris diwaktu itu ia


juga seorang ahli sosiografi dan ahli kritik terhadap keadaan sosial yang
pertama. Uraiannya sampai pada kejahatan yang tak terhingga jumlahnya
yang dilakukan saat itu dan kekerasaan pengadilan dalam 24 tahun ada 72.000
pencuri digantung, dan ini dalam suatu negara yang penduduknya 3 a 4 juta.
Biarpun dibrantas dengan kekerasaaan, arus kejahatan tidak berhenti, untuk
more hal ini tidak mengherankan, karena dengan hukuman-hukuman berat
saja arus tidak dapat dibalikan. Untuk itu, harus dicarikan sebab-musabah
kejahatan dan menghapusnya. Ikhtiarkan lah agar orang memperoleh nafkah
hidup yang cukup dan kejahatan akan berhenti.
Dengan panjang lebar diuraikan oleh more mengapa banyak orang tidak
dapat mencukupi kebutuhannya. Ia merujuk kepada peperangan yang banyak
terjadi, yang cacat, tidak mempunyai pekerjaan dan bergelandangan. Tetapi
sebab yang terpentig terletak pada pertanian yang buruk.

Sejak adanya export wol dari inggris ke vlaanderen yang


menguntungkan sekali para tuan tanah, banyak tanah pertanian mereka suruh
robah menjadi tanah pengembalaan, untuk memelihara biri-biri makan
manusia tanah pengembalaan umum mereka ambil dari para petani ribuan
bekas petani menjadi gelendangan tanpa mata pencaharian dan demikian
sampai pada kejahatan. Bertentangan dengan kesengsaraan rakyat jelata
terhadap kemewahan si kaya yang merusak moral.Kekayaan dengan mudah
punah dan orang-orang yang sudah biasa hidup mewah dalam kedaan
demikian mudah berbuat jahat. Banyak anak-anak dari simiskin hidup dalam
lingkungan yang tidak baik, dan dengan jalan itu menjadi penjahat.
Akhirnya mengenai more dapat diterangkan bahwa ia juga mengaecam
susunan pidan pada waktu itu. Hukuman yangb dijatuhkan, menurut pendapat
more, terlalu berat hukuman mati terhadap pencurian. Jika atas kejahatan yang
relative ringan dijatuhkan hukuman yang seberat ini. Maka ini menambah
bahaya akan dilakukannya kejahatn yang lebih berat lagi, karena itu si
penjahat resiko hukuman sama saja suatu pendapat yang kemudian juga
diajukan oleh hume. More sudah merupakan pelopor dari tindakan bahwa
penjahat harys menebus kerugian yang ditimbulkannya dengan cara bekerja.

2. Pada abad ke 17
Tidak banyak diuraikan van kan juga menguraikan juga beberapa
pernyataan dari Erasmus, luther dan calvinj.
Semuanya ini hanya pernyataan yang sambal lalu saja, umpama bahwa
kemiskinan dapat menyebabkan kejahatan. Mereka tak dapat menunjukan
suatu pengertian dalam masyarakat ini.

3. Abad ke-18 hingga revolusi prancis


Penentangan terhadap hukum pidana dan acara pidana yang berlaku.
Hukum pidana dari akhir prtengahan dana bad ke-16, ke-17 dan bagian besar
dari abad ke 18 semata-mata ditujukan untuk menakut-nakuti dengan jalan
menjatuhkan hukuman yang sangat berat.
Hukuman mati yang dilakukan dengan beranekaragamaan, umumnya
didahului dengan penganiayaan yang ngeri. Dan hukuman atas badan
merupakan hukuman yang sehari-hari dilakukan dan diperhitungkan ialah
pencegahan umum. Kepribadian sipenjahat tidak diperhatikan ia hanya
merupakan alat untuk menakuti orang lain sebagai contoh dan hanya
dipandang penting hanyalah perbuatan yang jahat itu. Peraturan-peraturan
hukum pidana tidak tegas perumusannya dan memberikan kemungkinan
unruk berbagi-bagi tafsiran.
Acara pidana demikia juga sifatnya equisitor, dan terdakwa dipandang
hanya sebagai benda pemeriksaan yang dilakukan dengan rahasia. Dan hanya
berdasarkan laporan-laporan tertulis saja. Cara pembuktiannya sangat
tergantung dari kemauan sipemeriksa, dan pengakuan dipandang sebagai
syarat pembuktian yang utama. Gerakan penentangan yang terbesar dari
rakyat golongan tengah terhadap “ancient ragime” mempengaruhi juga
jalannya perubahan dalam hukum pidana dan acara pidana “aufklarung” juga
menyoroti lapangan tersebut.

A. Definisi Kriminologi
1. Pengertian Kriminologi dari segi Bahasa atau asal-usul katanya. Menurut
Budimansyah (2008:1) “Nama kriminologi diberikan oleh seorang
antropologi Prancis bernama P.Topinard (1830-1911) yakni
merangkaikan dua kata Bahasa latin crimen dan logos. Crimen berarti
kejahatan, sedangkan logos berarti ilmu. Maka secara etimologis
krimitologi berarti ilmu yang menelaah masalah kejahatan”.
2. Definisi kriminologi yang dikemukakan oleh para ahli.
a. Edwin H.Sutherland and Donald R.Cressy, “Criminology is the
body of knowledge regarding delinguency and crime as social
phenomena”
b. WME.NOACH, “Kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari
bentuk-bentuk gejala, sebab musabab, dan akibat-akibat dari
perbuatan jahat dan perilaku tercela”.
c. W.A Bonger, “Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang
bertujuan menyelidiki gejala kesehatan seluas-luasnya”
d. Contant, memandang bahwa kriminologi sebagai “ilmu
pengetahuan empirik, yang bertujuan menentukan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perbuatan jahat dan penjahat”.
e. Sauer, memandang kriminologi sebagai “ilmu pengetahuan tentang
sifat perbuatan jahat dari individu-individu dan bangsa-bangsa
bebudaya”.
f. Michael dan Adler, berpendapat bahwa “Kriminologi adalah
keseluruhan keterangan mengenai perbuatan dan sifat-sifat dari para
penjahat, lingkungan mereka, dan cara mereka secara resmi
diperlakukan oleh lembaga-lembaga penertiban masyarakat dan oleh
para anggota masyarakat”

g. Vrij, memberikan rumusan kriminologi sebagai “ilmu pengetahuan


yang mempelajari perbuatan jahat, pertama-tama mengenai apakah
perbuatan jahat itu, tetapi selanjutnya juga mengenai sebab musabab
dan akibat-akibatnya.

B. Ruang Lingkup Kriminologi

Yaitu kriminologi harus dapat menjelaskan faktor-faktor atas aspek-aspek yang


terkait dengan kehadiran kejahatan dan menjawab sebab-sebab seseorang
melakukan kejahatan. Menurut Sutherland (1960) yang termasuk dalam bidang
kriminologi adalah proses-proses dalam perbuatan undang-undang.

1. Sosiologi Hukum yang bertugas mencari penjelasan tentang kondisi-kondisi


terjadinya/terbentuknya hukum pidana melalui analisis ilmiah.
2. Etiologi Kriminal yang bertugas mencari penjelasan tentang sebab-sebab
terjadinya kejahatan secara analisis ilmiah.
3. Penologi artinya ilmu pengetahuan tentang terjadinya atau berkembangnya
hukuman, dan manfaatnya yang berhubungan dengan upaya pengendalian
kejahatan (controlof crime).

Pendapat Sutherland yang membatasi kejahatan hanya dalam perbuatan yang terdapat
dalam pidana mendapat kritikan dari Mannheim dan Thorstein Sellin yang
menyatakan bahwa kriminologi harus diperluas lagi dengan memasukan norma-
normatingkah laku. Maka objek studi kriminologi menurut manheim yaitu tidak saja
perbuatan yang oleh penguasa dinyatakan dilarang tetapi juga tingkah laku yang oleh
masyarakat dianggap tidak disukai

Bemmelen (1958) mengartikan kejahatan sebagai setiap kelakuan yang menimbulkan


kegoncangan sedemikian besar dalam suatu masyarakat tertentu, sehingga masyarakat
itu berhak mencela dan mengadakan perlawanan terhadap kelakuan tersebut dengan
jalan menjatuhkan dengan sengaja suatu nestapa (penderitaan) terhadap pelaku
perbuatan itu (pembalasan).

1. Retribution, bahwa pelaku kejahatan harus membayar kerugian atas


perbuatannya yang telah membuat orang lain menderita. Teori ini memiliki
saudara kembar yaitu teori expiation yaitu menekankan pada inisiatif untuk
membayar ganti rugi atas perbuatan yang telah dilakukan si pelanggar
hukum seolah-olah datang dari si pelaku, tetapi yang menentukan hukuman
tetap pihak lain diluar dirinya, yaitu hakim.
2. Utilitarian Prevention: Deterrence, yaitu pencegahan pelanggaran hukum
yang manfaat melalui penolakan. Mengartikan bahwa seseorang akan
mengurungkan niatnya untuk melakukan kejahatan apabila melihat
hukuman yang keras.
3. Special deterrence: intimidation, mengartikan bahwa hukuman harus
bermakna bagi suatu upaya penolakan khusus terhadap pelaku, yakni
berwujud sebagai suatu intimidasi. Mengartikan bahwa pelaku pelanggaran
hukum yang menerima hukuman akan mengalami penderitaan yang hebat
sehingga membuatnya menjadi kapok untuk berbuat jahat kembali.
4. Behavioral prevention: incapacitation, bahwa hukuman yang diberikan
kepada pelanggar hukum yang harus memiliki manfaat untuk mencegah
kejahatan melalui medium atau perantaraan perubahan perilaku dari si
pelanggar hukum.

C. Madzhab/Teori Kriminologi
1. Madzhab Atropologi
 Cesaro Lombroso (italia)
 Sifat Penjahat/perilaku menyimpang itu dimiliki oleh manusia sejak ia
dilahirkan. Sebab-sebab dari kejahatan yang dicaripada diri orang,
yaitu pada bentuk rupa dan mukanya atau pada keadaan jiwanya, yang
selalu menyimpang dari kebanyakan orang lain. Si penjahat dipandang
sebagai manusia yang lebih rendah derajatnya dari pada manusia yang
biasa.
2. Madhzab Lingkungan
 A. Lacassagne (perancis)
 Kejahatan dan penjahat dibentuk oleh lingkungan sosial bukn dibawa
sejak lahir.
 Pengaruh timbulnya kejahatan dapat bermula dari pendidikan,
ekonomi, stratifikasi sosial.
3. Madzhad Bio-Sosiologi
 Prins, Vont Liszt dan Simons
 Factor individu yang dapat mendorong sesorang adalah sifat individu
yang melakukan kejahatan dibawa sejak lahir (sebagai factor heriditer)
yang meliputi keadaan badaniah, jenis kelamin, tingkat kecerdasan
(IQ), temperamen dan kesehatan mental (psycho hygiene. Sedangkan
factor lingkungan yang mendorong seseorang melakukan kejahatan
meliputi keadaan fisik seperti keadaan geografis dan klimatologi, serta
keadaan social ekonomi masyarakat, tingkat peradaban masyrakat,
keadaan politik suatu negara dan lain-lain.
4. Madzhab Spritualis
 De Beats dan F.A.K Krauss
 Kejahatan timbul karena orang-orang jauh dari kehidupan agama

Anda mungkin juga menyukai