Anda di halaman 1dari 2

Analisis

Bahwa di tinjau dari kasus yang telah disampaikan di atas munculnya tindakan yang
dilakukan oleh anak tersebut merupakan faktor eksternal yaitu terinspirasi dari melihat vidio
asusila menggunakan handphone. Pola asuh orang tua yang kurang memberikan pengawasan
terhadap anak tersebut juga menjadi salah satu faktor penyebab penyimpangan perilaku anak
itu. Pengawasan orangtua merupakan faktor penting yang dapat membetuk kepribadian serta
karakter anak, maka hal tersebut harus diprioritaskan guna melindungi anak dari penyebab
perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak.

Anak perlu mendapat pelindungan dari dampak negatif perkembangan pembangunan yang
cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua yang telah membawa
perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh
terhadap nilai dan perilaku Anak. Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar
hukum yang dilakukan oleh Anak, antara lain, disebabkan oleh faktor di luar diri Anak
tersebut.

Dari kasus yang muncul, ada kalanya Anak berada dalam status saksi dan/atau korban
sehingga Anak Korban dan/atau Anak Saksi juga diatur dalam Undang-Undang ini. Khusus
mengenai sanksi terhadap Anak ditentukan berdasarkan perbedaan umur Anak, yaitu bagi
Anak yang masih berumur kurang dari 12 (dua belas) tahun hanya dikenai tindakan,
sedangkan bagi Anak yang telah mencapai umur 12 (dua belas) tahun sampai dengan 18
(delapan belas) tahun dapat dijatuhi tindakan dan pidana.

Didalam undang-undang nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak jo undang-undang


nomor 35 Tahun 2014 hanya mengatur kekerasan seksual berupa eksploitasi seksual, tidak
mengatur secara jelas mengenai perbuatan seksual yang dilakukan oleh anak di bawah umur.
Hal ini perlu diatur guna meminimalisir perbuatan seksual yang dilakukan oleh anak di
bawah umur serta memberikan perlindungan atau payung hukum yang jelas karena
bagaimanapun anak merupakan penerus bangsa. Kehidupan anak–anak merupakan cermin
kehidupan bangsa dan negara. Kehidupan anak-anak yang diwarnai dengan keceriaan
merupakan cermin suatu negara memberikan jaminan kepada anak-anak untuk dapat hidup
berkembang sesuai dengan dunia anak-anak itu sendiri, sedangkan kehidupan anak-anak yang
diwarnai dengan rasa ketakutan, traumatik, sehingga tidak dapat mengembangkan psiko-
sosial anak, merupakan cermin suatu negara yang tidak peduli pada anak-anak sebaga
generasi bangsa yang akan datang.

Bahkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ini telah
diatur dengan jelas tentang perlindungan anak sampai kepada aturan sanksi pidana bagi yang
melanggar hak anak. Dalam Undang-Undang tersebut juga dijelaskan bahwa
penyelenggaraan perlindungan anak adalah orang tua, keluarga, pemerintah dan negara.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Perlindungan Anak menentukan bahwa
perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasaan dan
diskriminasi. Untuk itu, perlu dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan
kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa
adanya perlakuan diskriminatif.

Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang saat ini sudah
berlaku kurang lebih 12 tahun sudah mendapat beberapa perubahan yang tertuang dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014. Undang-Undang yang baru tersebut lebih
menegaskan tentang perlunya pemberatan sanksi pidana dan denda bagi pelaku kejahatan
terhadap anak terutama kepada kejahatan seksual. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan
efek jera terhadap pelaku, serta mendorong adanya langkah nyata yang cepat untuk
memulihkan kembali fisik, psikis dan sosial anak.

Anda mungkin juga menyukai