BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat kemampuan yang melekat
dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila masyarakat, baik secara individu
maupun kelompok, berperan serta untuk meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, Kesehatan ibu dan anak yang selanjutnya
disingkat KIA adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan
anak prasekolah sehat.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatannya dan menjalankan
upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan pembangunan. GBHN mengamanatkan agar
dapat dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan
peran serta masyarakat.
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan
dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat
untuk membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat
dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem
tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat
transportasi/ komunikasi (telepon genggam,telpon rumah), pendanaan, pendonor darah,
pencatatan-pemantaun dan informasi KB.Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan
kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah
keterampilan para dukun bayiserta pembinaan kesehatan akan di taman kanak-kanak
Angka Kematian Ibu (AKI) sampai saat ini masih menjadi salah satu indikator yang digunakan
untuk melihat besarnya derajat kesehatan. Angka kematian itu juga telah masuk menjadi target
Millenium Development Goals (MDGs) nomor 5. Yaitu, meningkatkan kesehatan ibu dan
menurunkan angka kematian ibu hingga 3/4 sampai tahun 2015. Selain itu, target dari MDGs 5
ini mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mencapai 228 per
100.000 kelahiran hidup. Keadaan ini masih sangat rendah dari target Milenium Development
Goals (MDGs) yakni 102 pada tahun 2015. Tingginya angka kematian ibu, menjadi salah satu
indikatornya buruknya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Kendati berbagai upaya perbaikan
serta penanganan telah dilakukan, namun disadari masih diperlukan berbagai dukungan.
Penyebab kematian ibu terbesar (58,1%) adalah perdarahan dan eklampsia. Kedua sebab itu
sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ANC) yang memadai.
Walaupun proporsi perempuan usia 15-49 tahun yang melakukan ANC minimal satu kali telah
mencapai lebih dari 80%, tetapi menurut SDKI 1994, hanya 43,2% yang persalinannya ditolong
oleh tenaga kesehatan.
Persalinan oleh tenaga kesehatan menurut SDKI 1997, masih tetap rendah, di mana sebesar 54%
persalinan masih ditolong oleh dukun bayi.
Usia kehamilan pertama ikut berkontribusi kepada kematian ibu di Indonesia. Data Survei
Kesehatan Ibu dan Anak (SKIA) 2000 menunjukkan umur median kehamilan pertama di
Indonesia adalah 18 tahun. SDKI 1997 melaporkan 57,4% Pasangan Usia Subur (PUS)
menggunakan alat kontrasepsi dan sebanyak 9,21% PUS sebenarnya tidak ingin mempunyai
anak atau menunda kehamilannya, tetapi tidak memakai kontrasepsi (unmet need). Krisis
ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 menjadi sebab utama menurunnya daya beli PUS
terhadap alat dan pelayanan kontrasepsi.
Demikian pula dengan penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia, hipertensi,
hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika akan, sedang atau setelah
persalinan. Baik masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka
berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-
konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab-akibat antara makanan dan kondisi
sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun
negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta dasarnya adalah
merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar. Hal ini terlihat
bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil dan anak
yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan
tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, maka kami tertarik untuk mengetahui program kesehatan terkait dalam
meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang program kesehatan
terkait dalam meningkatkan kesehatan ibu danan anak:
B. Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari tentang
kesehatan ibu dan anak, untuk Mendukung Upaya-Upaya Kesehatan Ibu dan Anak dan harapan
penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca.
Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis mengharapkan kritik dan
saran demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2014. Diakses Tanggal 2 Oktober 2014
Ibrahim, S. 2011, Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta.