Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN

KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN “ CAMPAK ”

(Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak)

Disusun Oleh kelompok :

Atika Dayanti (32722001D18021)

Sindy Rahmadhani (32722001D18103)

Siti Nurhayati (32722001D18105)

Dasep Setiawan (32722001D18025)

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT atas nikmatnya yang telah diberikan
kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “konsep
Asuhan Keperawatan pada anak dengan gangguan kebutuhan aman
nyaman CAMPAK ” yang merupakan tugas dalam mata kuliah Keperawatan
Aanak guna untuk kegiatan belajar mengajar.

Saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah


memberikan bimbingannya dan teman-teman yang memberikan dukungan dan
masukannya kepada kelompok dalam menyelesaikan tugas ini, sehingga tugas ini
dapat terselesaikan oleh kelompok

Namun sebagai manusia biasa, saya tentunya tak luput dari kesalahan. Oleh
karena itu, saran serta kritik yang membangun senantiasa saya terima sebagai
acuan untuk tugas-tugas saya selanjutnya.

sukabumi, April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................6
BAB II TINJAUN TEORI
1. Definisi Campak................................................................................................7
2. Epideminologi Campak......................................................................................7
3. Etiologi Campak................................................................................................8
4. Patofisiologi Campak.........................................................................................9
5. Manifestasi klinis campak..................................................................................9
6. Pemeriksaan Penunjang Campak......................................................................11
7. Penatalaksaan Keperawatan..............................................................................11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian.........................................................................................................12
2. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................15
3. Intervensi...........................................................................................................15
4. Implementasi.....................................................................................................18
5. Evaluasi.............................................................................................................19
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN.................................................................................................20
B. SARAN.............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus campak merupakan salah satu mikroorganisme yang sangat mudah


menular antara individu satu ke individu yang lain, terutama pada anak-anak
yang memasuki usia prasekolah dan tamat SD. Campak adalah penyakit menular
yang sering menyebabkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). Campak
adalah anggota dari Paramyxoviridae, dalam genus Morbillivirus. Penyakit ini
mudah menular melalui sistem pernapasan, terutama percikan ludah atau cairan
yang keluar dari sistem pernapasan, seperti pada saat bersin, batuk, maupun
berbicara (Kemenkes RI, 2017a). Masa inkubasi penyakit campak antara 7-18
hari. Gejala awal atau yang sering disebut juga dengan stadium prodormal yaitu
demam dengan suhu tubuh ≥ 38C yang terjadi selama 3-5 hari, disertai dengan
beberapa gejala lainnya, seperti batuk, pilek, dan gejala konjungtivitis. Gejala
yang lebih spesifik yaitu adanya koplik’s spot atau bercak putih keabu-abuan
dengan dasar merah di pipi bagian dalam (muscola bucal). Gejala selanjutnya
yaitu stadium erupsi dengan gejala batuk pilek bertambah berat, suhu badan
menigkat, timbulnya bercak merah di seluruh tubuh. Bercak tersebut bertahan
selama 4-8 hari dan berangsur menjadi merah kehitaman, panas turun setelah
rash muncul. Stadium convalescens terjadi apabila tanda-tanda dari stadium
sebelumnya mereda dan menghilang tanpa bekas atau menimbulkan bekas coklat
kehitaman karena terjadi pengelupasan (Kemenkes RI, 2013b).

Campak merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi pada


anak, sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal (4 hari
sebelum muncul ruam) sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam.1,2
Campak timbul karena terpapar droplet yang mengandung virus campak. Sejak
program imunisasi campak dicanangkan, jumlah kasus menurun, namun akhir-

4
akhir ini kembali meningkat.4,6 Di Amerika Serikat, timbul KLB (Kejadian
Luar Biasa) dengan 147 kasus sejak awal Januari hingga awal Februari 2015.3
Di Indonesia, kasus campak masih banyak terjadi dan tercatat peningkatan
jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2014.4

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Definisi Campak?
2. Bagaimana Epidimiologi Campak?
3. Bagaimana Etiologi dari Campak?
4. Bagaimana Patofisiologi Campak?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Campak?
6. Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari Campak?
7. Bagaimana Penatalaksaan Keperawatan dari campak?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Aman dan Nyaman
pada anak Campak?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum

Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca memahami dan


mengetahui tentang Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Aman dan
Nyaman pada anak Campak

b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Apa itu Definisi Campak
2. Untuk mengetahui Bagaimana Epidimiologi Campak
3. Untuk mengetahui Bagaimana Etiologi dari Campak
4. Untuk mengetahui Bagaimana Patofisiologi Campak
5. Untuk mengetahui Bagaimana Manifestasi Klinis dari Campak
6. Untuk mengetahui Apa saja Pemeriksaan Penunjang dari Campak
7. Untuk mengetahui Bagaimana Penatalaksaan Keperawatan dari campak
8. Untuk mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Gangguan
Aman dan Nyaman pada anak Campak

5
D. Manfaat makalah
Maaf dari pembuatan makalah ini adalah kita dapat memahami dam
mempelajari bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Aman dan
Nyaman pada anak Campak.

6
BAB II

TINJAUN TEORITIS

A. Definisi Campak

Cenyakit campak dikenal juga dengan istilah morbili dalam bahasa latin


dan measles dalam bahasa inggris atau dikenal dengan sebutan gabagen  (dalam
bahasa Jawa) atau kerumut (dalam bahasa Banjar) atau disebut
juga rubeola (nama ilmiah) merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular,
yang di tandai dengan demam, lemas, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput
ikat mata /konjungtiva) dan bintik merah di kulit (ruam kulit)
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c ata
lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
  Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan
tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu
kesehatan anak 2:624 )
     Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi
virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis
( peradangan selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.

B. Epidemiologi

Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi
145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar 400
kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak
kurang dari 5 tahun.2 Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014,
masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan
mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104
kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia

7
SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok
umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).

C. Etiologi

Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus.


Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste
des petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan
imunologi yang jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi
bersama lebih awal dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik ( anjing,
ternak, kambing, manusia ).

Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid


heliks protein yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya
adalah pleomorfik, dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural
telah ditemukan  dan fungsinya terlibat dalam beberapa sifat  khas virus yang
telah diketahui ( table 2-1 ). Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam
jangka waktu lama pada temperature rendah. Virus campak memperbanyak diri
dalam berbagai cara, baik dibiakan sel primer maupun dibarisan yang stabil; sel
yang berasal dari manusia dan monyet paling dapat dipercaya untuk isolasi virus
permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus mudah berbiak dalam biakan
jaringan spesies lain.
Perubahan morfologi biakan sel yang dipicu oleh virus campak ditandai
dengan pembentukan sel raksasa berinti besar dan banyak atau pembentukan
inklusi sinsitium dan eusinofil didalam nucleus dan sitoplasma, yang sangat mirip
dengan yang diamati di specimen sitologi yang diambil dari secret traktus
respiraturius dan banyak jaringan penderita campak.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia
atau hewan percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik,
memfiksasi komplemen dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan
hemolisis oleh virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang bermakna
pada strain campak selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat
jarang terjadinya serangan kedua pada penyakit ini.

8
Table 2-1. protein virus campak

L Protein interna ( Large )


P Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
NP Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H Hemaglutinasi dan adsorbs.
M Protein matriks membrane interna.

D. Patofisiologi

Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari
penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel
epitel saluran napas. Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan
penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia
primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan
kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus.
Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh
terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke14, virus
ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari
kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel
endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.

E. Manifestasi klinis
Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium,
yaitu :
a) Stadium Kataral ( Prodromal ).
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise,
batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral
dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
patognomonik bagi campak, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik

9
berwarna putih kelabu, sebesar jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang
ditemukan dibibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat
macula halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran
darah tepi ialah limfositosis dan leucopenia. Secara klinis, gambaran penyakit
menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis
perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah
kontak dengan penderita campak dalam waktu  2 minggu terakhir.

b) Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula beercak
koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk macula papula disertai menaiknya
suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema
timbul dibelakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada
kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari
ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat
pembersaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan dibawah leher
belakang. Pula terdapat sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan
muntah. Variasi dari campak yang biasa ini adalah “ black measles” yaitu
campak yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus
digestivus.

c) Stadium Konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
( hiperpigmentasi ) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk campak.
Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit

10
menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila
ada komplikasi.

F.Pemeriksaan Penunjang
1) Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak
langsung.
2) Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak
yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim
inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ).
Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
3) Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri.
4) Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
5)   Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap),
bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).
G. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain
itu sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk
sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia.
Pasien campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena
memerlukan perawatan yang yang memadai              ( kadang perlu infuse atau
oksigen ). Masalah yang perlu diperhatikan  ialah kebutuhan nutrisi, gangguan
suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya komplikasi.

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN AMAN DAN

NYAMAN PADA ANAK CAMPAK

I. PENGKAJIAN
keperawatan Menurut Asmadi (2008), pengkajian merupakan tahap awal dari
proses keperawatan. Di sini semua data dikumpulkan secara sistematis guna
menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara
komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, kultural dan
spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan
membuat data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam
pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta
diagnostik. Menurut Lenny (2009) dan Rampengan (2008) data yang harus
dikaji pada klien dengan morbili adalah, sebagai berikut:
a. Identitas klien dan keluarga
1) Klien: Nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pendidikan
dan agama.
2) Orang tua: Nama, alamat, pendidikan
3) Saudara kandung: urutan anak dalam keluarga
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa
lalu Bayi dan anak-anak yang terkena morbili biasanya yang belum
mendapatkan imunisasi atau telah mendapatkan imunisasi campak
tapi kemungkinan besar vaksinnya tidak tersimpan dengan baik
sehingga mengakibatkan kualitas vaksin menurun atau pemberian
dosis yang tidak tepat dan pernah kontak dengan penderita morbili

12
2) Riwayat kesehatan sekarang
a. Awal Serangan Keluhan awal yang muncul pada anak morbili
yaitu:
1. Suhu tubuh meningkat
2. Malaise, batuk, fotopobia, konjungtivitas, coryza
3. Eritma muncul dari belakang telinga ke sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah
b. Faktor Pencetus
Virus morbili yang berasal dari sekret saluran pernafasan, darah
dan urin dari orang yang terinfeksi. Penyebaran infeksi melalui
kontak langsung dengan droplet dan orang terinfeksi.
3) Riwayat kesehatan keluarga Riwayat penyakit keluarga
mungkin didapati salah satu anggota keluarga ada yang menderita
morbili yang dapat ditularkan melalui sekret saluran
pernafasan,darah dan urin.
4) Riwayat imunisasi
Kelengkapan imunisasi anak terhadap penyakit yang disebabkan
oleh imunisasi yang belum diberikan seperti BCG, DPT I, II, III,
hepatitis, polio dan campak
5) Kesehatan dasar
1. Kebutuhan nutrisi
Pada anak dengan morbili pola nutrisi umumnya mengalami
perubahan karena adanya bercak pada daerah mulut sehingga
anak tidak nafsu makan, mual, muntah dan berat badan
menurun.
2. Kebutuhan eliminasi
Pada anak dengan morbii biasanya akan mengalami diare
dikarenakan virus yang menyerang sistem pencernaan anak.

13
3. Aktivitas Pola aktivitas anak dengan morbili biasanya
terganggu, karena anak mengalami anak malaise, keadaan
umum lemah dan dari tindakan isolasi pada anak.
4. Kebutuhan istirahat dan tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur pada anak yang terkena morbili
pasti terganggu dikarenakan adanya demam, potopobia,
konjungtivitas dan gatal akibat adanya rash pada kulit.
5. Personal hygiene
Pada anak dengan morbili pada umumya merasa gatal dan
adanya rash pada kulit sehingga personal hygiene anak harus
tetap dijaga
6) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
1. Keadaan umum lemah
2. Kesadaran komposmentis
3. Adanya ruam kemerahan diseluruh tubuh seperti wajah,
telinga, leher dan pada badan.
4. Konjungtiva anemis
5. Fotopobia
6. Turgor kulit tidak elastis
7. Mukosa bibir kering
8. Peningkatan produksi secret
b) Palpasi
Teraba pembesaran kelenjar getah bening pada sudut mandibula
dan daerah leher belakang
c) Perkusi
a) Kadang terdapat distensi abdomen
b) Peristaltik usus meningkat
d) Auskultasi

7) Pemeriksaan penunjang

14
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Test elisa (Ig m dan Ig g meningkat)
b) Leukosit menurun (leukopenia)
2. Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorax, didapatkan gambaran infiltrate yang menunjukkan
adanya broncopneumonia.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada anak dengan morbili
menurut Suriadi (2010) adalah, sebagai berikut:
a. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen
b. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sputum
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rush
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
e. Gangguan aktifitas berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya

III. RENCANA KEPERAWATAN


1. Dx: Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme virulen
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi
penyebaran infeksi.
Kriteria hasil:
1) Penyebaran infeksi tidak terjadi
2) Tidak ada tanda-tanda penyebaran infeksi
3) Tidak ada tanda-tanda kolor, dubor, rubor, tumor dan fungsiolaesa
Intervensi:
1) Tempatkan anak pada ruangan khusus
2) Batasi pengunjung
3) Pertahankan tindakan septik dan aseptic
4) Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit

15
5) Pertahankan istirahat selama periode prodromal (kataral)
6) Berikan antibiotik sesuai anjuran dokter untuk mencegah infeksi
sekunder
2. Dx 2: Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan sputum
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan
jalan nafas kembali efektif
Krtiteria hasil:
1) Batuk hilang/kurang
2) Sekret hilang/berkurang
3) Frekuensi nafas normal (20-30 kali/menit)
4) Ronchi tidak ada
Intervensi
1) Kaji ulang status pernafasan (irama, kedalaman, suara nafas,
penggunaan obat bantu pernafasan)
2) Kaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi, irama dan frekuensi)
3) Berikan posisi tempat tidur semi fowler atau fowler
4) Bantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
kemampuannya
5) Anjurkan anak untuk banyak minum
6) Lakukan fisioterapi dada
7) Berikan terapi inhalasi
8) Berikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan nafas
(seperti bronkodilator, antikolenergik dan anti peradangan)

3. Dx 3: Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perubahan
integritas kulit dapat teratasi.
Kriteria hasil:
1) Ruam-ruam pada kulit berkurang
2) Klien tampak tenang

16
3) Bebas dari infeksi sekunder
4) Kulit tetap bersih, kering dan bebas iritasi

Intervensi
1) Pertahankan kuku anak tetap pendek
2) Jelaskan kepada keluarga agar anak tidak menggaruk rash
3) Berikan anthistamin sesuai intruksi dokter dan monitor efek
sampingnya
4) Monitor permukaan kulit secara keseluruhan terhadap tanda-tanda
iritasi atau adanya kerusakan pada jaringan kulit lainnya
5) Anjurkan pada orang tua agar menjaga kulit tetap utuh, bersih dan
kering
6) Anjurkan pada orang tua agar anak memakai pakaian yang longgar
7) Anjurkan pada orang tua untuk menjaga agar pakaian dan laken tetap
bersih dan kering
4. Dx 4: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak ade kuat
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi pada anak teratasi
Kriteria hasil:
1) Konjungtiva an-anemis
2) Nafsu makan anak bertambah
3) Anak mengkonsumsi makan yang tepat dengan jumlah yang cukup
4) Berat badan naik sesuai usia
Intervensi:
1) Kaji nutrisi anak
2) Izinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak
3) Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi

17
4) Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi
melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak
5) Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar
lengan dab membran mukosa)
6) Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik
porsi kecil tapi sering
7) Timbang berat badan seminggu 2x
8) Pertahankan kebersihan mulut anak
9) Jelaskan pada keluarga pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit anak

5. Dx 5: Gangguan aktivitas berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keluarga dan
anak memahami tujuan dari isolasi
Kriteria hasil:
1) Keluarga klien dapat menunjukan pemahaman tentang isolasi pada anak
2) Anak dapat melakukan aktivitas yang tepat dan tetap dapat melakukan
interaksi
Intervensi:
1) Jelaskan pada keluarga dan anak alasan untuk mengisolasikan anak dan
penggunaan kewaspadaan khusus untuk meningkatkan pemahaman
tentang pembatasan atau isolasi
2) Berikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan,
keterampilan tangan, nonton televisi)
3) Perkenalkan diri pada anak tiap melakukan tindakan
4) Libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas
yang diinginkan

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Menurut Asmadi (2008), implementasi adalah perwujudan dari rencana
keperawatan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi

18
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada perawat untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi
adalah, sebagai berikut:
a. Membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan
b. Mencakup peningkatan kesehatan
c. Mencakup pencegahan penyakit
d. Mencakup pemulihan kesehatan
e. Memfasilitasi koping klien

Adapun prinsip-prinsip dalam implementasi pada tiap-tiap diagnosa


adalah, sebagai berikut:
1. Mencegah penyebaran infeksi
2. Mempertahankan bersihan jalan nafas
3. Mempertahankan integritas kulit
4. Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat
5. Mempertahankan aktivitas anak selama di isolasi (Asmadi, 2008)

V. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dalam keperawatan adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesahatan lainnya. Penilaian evaluasi keperawatan adalah mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi masing-masing diagnosa adalah sebagai berikut:
1) Penyebaran infeksi tidak terjadi
2) Bersihan jalan nafas kembali efektif
3) Integritas kulit utuh
4) Perubahan nutrisi dapat teratasi
5) Gangguan aktivitas dapat terpenuhi

19
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala


kemerahan berbentuk makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai
panas badan 380c atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek dan
mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian
belakang telinga, dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul
gejala seperti flu disetai mata berair dan kemerahan ( konjungtivitis ).
Setalah 3-4 hari kemerahan mulai menghilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila
sembuh kulit akan tampak seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah
serius. Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak
( pada kasus ringan ) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Namun, bila anak dalam kondisi yang yang
tidak sehat dapat menyebebkan kematian pada anak.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik
yaitu antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan
memperbaiki keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera
terhadap komplikasi ayng timbul.

20
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan
imunisasi campak pada balita usia 9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).

B. SARAN
Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang
Asuhan Keperawatan pada Anak Dengan Gangguan aman Nyamn
“CAMPAK”.

DAFTAR PUSTAKA

http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstream-pdf&fid=2262&bid=3485

https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/download/8690/5371

http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/31/28

21

Anda mungkin juga menyukai