Anda di halaman 1dari 16

Tugas : Mutu Pelayanan dan Keselamatan Pasien

Dosen : Dr. Syahrir A Pasinringi, MS

ANALISIS KONSEP MUTU

ADHAR ARIFUDDIN
(K013191027)

PROGRAM DOKTOR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
1. Perbedaan Konsep Mutu Menurut Beberapa Tokoh

Penekanan
No Tokoh Konsep Mutu Pendekatan Mutu Mutu

1. Ishikawa ”Mutu untuk Dr. Kauro Ishikawa model Mutu adalah


(1943) memperbaiki kinerja pendekatan yang kepuasan
organisasi dengan digunakan adalah pelanggang
cause and effect konsep/teori Lingkaran
diagram yang
digunakan untuk Kualitas (Quality Circle)
mendiagnosis quality dan Diagram Sebab-
problem”. Akibat atau juga dikenal
dengan Diagram Tulang
Ikan (Fishbone Diagram)
atau Diagram Ishikawa
(Ishikawa Diagram).
2. Juran “Mutu adalah Fitness Model yang Mutu harus
(1962) for use atau kesesuaian dikembangkan Trilogi diaplikasikan
dengan tujuan atau Juran sebagai berikut. secara praktis
manfaatnya”. Ide ini 1.Perencanaan Mutu, suatu
dan
menunjukkan bahwa proses mengidentifikasi
dilakukan
produk atau jasa yang pelanggang, persyaratan
secara tahap
sudah dihasilkan pelanggang, fitur
demi tahap
mungkin sudah produk, dan jasa yang
memenuhi diharapkan pelanggan,
spesifikasinya, namun dan proses untuk
belum tentu sesuai menyampaikan produk
dengan tujuannya. atau jasa dengan atribut
Spesifikasi mungkin yang benar dan
salah atau tidak sesuai memberikan fasilitas
dengan apa yang untuk mentransfer
diinginkan pelanggan. pengetahuan ini kepada
bagian produksi.
2.Kendali Mutu, Suatu
proses produksi diuji dan
dievaluasi terhadap
persyaratan asalnya yang
diminta oleh pelanggang.
3.Peningkatan Mutu yang
meliputi alokasi sumber
daya, memberikan tugas
kepada seseorang untuk
mendorong suatu
proyek, pelatihan yang
digunakan untuk
mendorong suatu
proyek, dan membuat
sutu struktur umum yang
permanen untuk
meningkatkan mutu dan
mempertahankan yang
telah dicapai.
3. Crosby Mutu adalah Ada empat dalil mutu Mutu itu
(1979) Conformance to menurut Philip. B. Crosby sesuai
requirement (sesuai sebagai berikut. persyaratan
dengan yang 1. Definisi mutu adalah dan tanpa
disyaratkan atau kesesuaian dengan
distandarkan) artinya cacat
persyaratan.
“kualitas adalah
2. Sistem mutu adalah
kesesuaian dengan
kebutuhan yang pencegahan.
meliputi availability, 3. Standar karya adalah
delivery, reliability, Zero Defect.
maintainability, dan 4. Pengukuran mutu
cost effectiveness”. adalah biaya mutu
(Price of
Nonconformance,
PONC).
4. Donabedian Mutu adalah sifat atau Konsep mutu menurut Mutu adalah
(1980) nilai yang dimiliki oleh Donabedian dapat ditinjau proses yang
suatu program, produk, melalu 3 pendekatan: sesuai standar
atau pelayanan 1. Input (struktur), ialah
segala sumber daya
yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan
kesehatan, seperti SDM,
dana, obat, fasilitas,
peralatan , bahan,
teknologi, organisasi,
informasi dan lain-lain.
2. Proses merupakan
pengubahan/Transforma
si berbagai masukan
oleh kegiatan
operasi/produksi
menjadi keluaran yang
berbentuk produk
dan/atau jasa.
3. Outcome adalah hasil
akhir kegiatan dan
tindakan tenaga
kesehatan profesional
terhadap pasien.
Penilaian terhadap
outcome merupakan
evaluasi hasil akhir dari
kesehatan atau kepuasan
pelanggan, melalui audit
medis pasca tindakan
medis, studi
kasus/kematian 48 jam,
review rekam medis,
informed consent
ataupun dari keluhan
pasien dan keluarganya
5. Deming “Kualitas adalah Model perbaikan Mutu adalah
(1982-1986) kesesuaian kebutuhan berkesinambungan yang masalah
Pasar atau pelanggan dikembangkan oleh W. manajemen
sekarang dan di masa Edward Deming yang
mendatang”. Definisi terdiri atas empat
ini menekankan pada komponen utama secara
konteks, persepsi berurutan yang dikenal
costumer dan dengan siklus PDCA
kebutuhan serta (Plan-Do-Check-Act).
kemampuan pelanggan.
1. Mengembangkan
rencana perbaikan
(plan). berdasarkan
prinsip 5-W (what,
why, who, when, dan
where) dan 1 H (how),
dengan prinsip
SMART (specific,
measurable, attainable,
reasonable, dan time).
2. Melaksanakan
rencana (do). Rencana
yang telah disusun
diimplementasikan
secara bertahap, mulai
dari skala kecil yang
pembagian tugas secara
merata sesuai dengan
kapasitas dan
kemampuan setiap
personil.
3. Memeriksa atau
meneliti hasil yang
dicapai (check atau
study). Memeriksa
atau meneliti hasil
merujuk pada
penetapan apakah
pelaksanaannya berada
dalam jalur, sesuai
dengan rencana dan
memantau kemajuan
perbaikan yang
direncanakan. Alat atau
piranti yang dapat
digunkan dalam
memeriksa adalah
pareto diagram,
histogram, dan diagram
kontrol.
4. Melakukan tindakan
penyesuaian bila
diperlukan (action).
Penyesuaian berkaitan
dengan standarisasi
prosedur baru guna
menghindari timbulnya
kembali masalah yang
sama atau menetapkan
sasaran baru bagi
perbaikan berikutnya.

6. Feigenbaum “Mutu merupakan Poin penting Feigenbaum Mutu adalah


(1991) keseluruhan ini adalah bahwa (1) kepuasan
karakteristik kualitas harus pelanggang
produk dan jasa yang
didefinisikan dalam hal sepenuhnya
meliputi marketing,
engineering, kepuasan pelanggan, (2) (full customer
manufacture, dan kualitas adalah satisfaction),
maintenance, atau yang multidimensi dan harus Produk yang
disebut dengan konsep didefinisikan secara bermutu jika
organization wide total komprehensif, dan (3) pelanggan
quality control dimana karena terjadi perubahan memiliki
produk dan jasa
kebutuhan dan harapan kepuasan dari
tersebut dalam
pemakaiannya akan pelanggan, maka mutu produk yang
sesuai dengan adalah dinamis. mereka
kebutuhan dan harapan gunakan.
pelanggan”.
7. Shewart Mutu menitipberatkan Pendekatan yang Mutu adalah
(1930) pada pemahaman digunakan : kendali
proses variability untuk Statistical Quality Control, kontrol
memisahkan sebab- dan PDCA cycle (Shewart
sebab terusut cycle)
(assignable causes) dari
keragaman mutu
(quality variation)
8. Donal Mutu adalah Suatu Menurut Berwick (2002), Peningkatkan
Berwick pendekatan rantai upaya peningkatan mutu dimulai
(2002) pengorganisasian mutu berawal dari dari tingkat
secara terintergrasi pengalaman pasien / regulasi,
untuk mempertemukan masyarakat sebagai tingkat
kebutuhan pasien dan pengguna, proses manajemen
harapan pasien dengan pelayanan klinis di tingkat sarana
manajemen serta staf sistem mikro, konteks pelayanan
pada waktu proses organisasi yang kesehatan
peningkatan dan memfasilitasi pelayanan hingga
pelayanan dengan klinis, serta lingkungan tingkat
mengunakan teknik eksternal yang pelayanan
kuantitatif dan piranti mempengaruhi organisasi serta tingkat
analis pengelolaan
peran serta
pasien /
keluarga.

2. Matrix Era Perubahan Konsep Mutu


Bounds (1994, 46) mendeskripsikan empat tahapan evolusi sistim peningkatan mutu, yaitu
(1) Era Pengawasan Mutu - Quality Inspection; (2) Era Kontrol Mutu – Quality Control;
(3) Era Penjaminan Mutu – Quality Assurance; dan (4) Era Menejemen Mutu – Quality
Management. Berikut deskripsi empat era evolusi mutu dengan masing-masing
indikatornya (Sutarto 2013).

Gambar 1: Era Evolusi Sistem Peningkatan Mutu


Tabel 1 : Karakteristik Masing-masing Era Evolusi Peningkatan Mutu

Era Evolusi Konsep


No Indikator
Peningkatan Mutu
1. Quality Inspection (QI)  Identifikasi sumber-sumber yang tidak wajar
 Tindakan perbaikan
 Memilah/mensortir produk akhir

2. Quality Control (QC)  Self Inspection


 Product Testing
 Basic Quality Planning
 Penggunaan Basic Statistic
 Pemeriksaan Kertas Kerja

3. Quality Assurance (QA)  Comprehensive Quality Mannual


 Advance Quality Planning
 Quality Costs
 Third-Party Approval
 Statistical Process Control (SPC)

4. Total Quality Management  Kebutuhan Pelanggan sbg Acuan


(TQM)  Melibatkan Semua Karyawan
 Melibatkan Semua Suppliers
 Teamwork
 Menggunakan Statistik Sederhana
 Perb. Kecil-2 secara menerus (small
 step continuous improvement)

Sumber : (Sutarto 2013 dan Cruz 2013)

Tabel 2 : Matriks Perbedaan Karakter Utama Evolusi Manajemen Peningkatan


Mutu
Tahapan Evolusi Manajemen Peningkatan Mutu
No Karakter Inspeksi Mutu Kontrol Mutu Jaminan Mutu Total Quality
Utama (Aspek (Quality (Quality Control) (Quality Management
Pembeda) Inspection) Assurance)
1 Kepedulian Mendeteksi Kontrol Koordinasi Dampak Strategi
utama
2 Pandangan Masalah yang Masalah yang Masalah yang harus Sebuah
terhadap mutu harus diatasi harus diatasi diatasi, tapi harus peluang
Proaktif dicari kompetitif
3 Penekanan Produk yang Produk yang Seluruh rantai Pasar dan
seragam seragam produksi dari kebutuhan
dengan perencanaan– pelanggan
mengurangi pemasaran dan
inspeksi kontribusi semua
fungsional
khususnya
perencanaan,
untuk
mencegah
kegagalam
mutu yg
ditargetkan.
4 Pendekatan Mengukur, Cara statistik Program dan sistem Rencana strategi,
menhitung (rerata, SD, Mode, Penentuan tujuan,
(kuantitas) dst) Mobilisasi
Organisasi
5 Peran Kel. Inspeksi, Menemukan Mengkaji mutu, Penetapan tujuan,
Profesional Mensortir, masalah dan merencankan mutu, pendidikan dan
Menghitung, dan menerapkan dan merancang pelatihan,
Menilai perhitungan program konsultasi dengan
statistic divisi-divisi, dan
merancang
program.
6 Pihak Divisi pengawasan Divisi produksi Semua divisi, Semua puhak dari
penanggung dan permesinan meskipun manajer kepemimpinan
jawab mutu puncak tidak yang kuat dari top
sepenuhnya terlibat menejer
dalam perencanaan
dan pelaksanaan
kebijakan mutu
7 Orientasi dan Mewujudkan mutu Mewujudkan mutu Mewujudkan mutu Mewujudkan mutu
pendekatan melalui melalui “kontrol melalui “rancangan melalui “pelibatan
“pengawasan” proses” mutu” seluruh menejer”
Sumber : (Sutarto 2013)

a. Era Tanpa Mutu (dibawah tahun 1920)


Terjadi sebelum tahun 1920, ditandai dengan praktik monopoli, dan kurang atau tidak
ada persaingan. Konsumen tidak punya pilihan, dan sangat bergantung pada penyedia
produk (barang dan jasa). Mutu tidak diperhatikan, dan harga tergantung penyedia
barang dan jasa (Deuer 1998).
Ukuran mutu yang dimaksud adalah kualitas standar untuk produk barang atau jasa
digunakan masyarakat secara umum seperti perlengkapan rumah tangga, barang
elektronik, dan sebagainya. Namun sebenarnya, pada masa-masa lalu sebelum abad ke
20, banyak juga produk-produk yang berkualitas, seperti gambar-gambar diatas
utamanya bangunan-bangunan bersejarah yang sangat berkualitas. Ini berarti mutu atau
kualitas sudah dikenal sejak peradaban manusia, hanya saja tidak seperti masa kini
dimana penghguna atau konsumen mempunyai banyak pilihan atau produk barang dan
jasa yang membuat para penyedia produk harus berkompetisi menghasilkan barang dan
jasa yang berkualitas (Sutarto 2013).
b. Era Inspeksi (Quality Inspection tahun 1920-1949)
Pada masa ini belum terjsdi kompetisi, belum banyak perusahaan, produsen atau
pemberi pelayanan, sehingga belum banyak pilihan karena itu, posisi pelanggan masih
lemah dan belum memiliki kekuatan untuk memilih produk namun pada era ini telah
dimulai metode pengecekan produk barang yang akan dijual, antara lain dengan cara
memisahkan barang cacat dengan yang berkualitas baik. Metode ini dikenal sebagai
pengendali mutu tradisional (Saharso and Hidayat 1999).
Tahun 1924, Dr. Walter Shewart memperkenalkan Bagan Kendali Control (Control
Chart) yang bermanfaat untuk mengetahui apakah mutu produk yang dihasilkan berada
pada batas yang dikehendaki. Caranya, dengan inspeksi pada sampel barang dan dapat
mengurangi biaya. Fungsi pengendalian mutu ini mulai dikembangkan diberbagai
perusahaan. Kemudian, Walter A. Shewart, H. F. Dodge, dan H. G. Romig,
memperkenalkan konsep statistik untuk pengendalian variabel-variabel produk, seperti
panjang, lebar, berat, tinggi, dan pengambilan sampel untuk menguji penerimaan
produk (Sutarto 2013).
c. Era Pengendalian Mutu (Quality Control tahun 1930-1959)
1. Pada era ini, metode inspeksi berkembang menjadi metode pengendalian mutu.
2. Tahun 1943, ishikawa membuat diagram sebab dan akibat yang disebut sebagai
konsep Quality Control System, yaitu tekhnik skematis untuk menemukan bagian
yang mungkin menghambat atau menimbulkan masalah mutu / kualitas. Dikenal
juga sebagai konsep Quality Control System.
3. Tahun 1950, Dr. W. Edward Deming memperkenalkan konsep pengendalian mutu
yang menyeluruh dalam perusahaan. Upaya yang dilakukan lebih menekankan pada
pengendalian, kesegaraman produk dan pengurangan aktifitas inspeksi. Deming
dianggap sebagai Bapak pengendalian kualitas modern
4. Deming menekankan pentingnya kontrol statistik (statistic control) dalam proses
produksi dan perbaikan kualitas / mutu produk. Deming memperkenalkan teori “14
butir untuk manajemen” dan menumbuhkan budaya mutu, sebagai berikut :
a) Ciptakan tujuan yang mantap demi perbaikan produk dan jasa
b) Adopsi filosofi baru, untuk peningkatan mutu
c) Hentikan ketergantungan pada inspeksi massal
d) Akhiri kebiasaan melakukan hubungan bisnis hanya dengan berdasarkan harga,
dan menganjurkan membangun hubungan jangka panjang dengan para pemasok.
e) Perbaiki sistem produksi dan jasa secara konstan dan terus menerus.
f) Lembagakan metode pelatihan modern ditempat kerja.
g) Lembagakan kepemimpinan. Pemimpin memulai pekerjaannya dengan asumsi
bahwa pekerja bertujuan melakukan pekerjaannya sebaik mungkin dan membantu
pekerja mencapai potensi maksimal.
h) Hilangkan rasa takut, karyawan harus merasa aman agar mutu dapat dikejar
secara sukses ditempat kerja.
i) Pecahkan hambatan diarea staff. Hambatan yang terjadi diantara departemen-
departemen fungsional menurunkan produktifitas.
j) Hilangkan slogan, nasihat dan target untuk tenaga kerja, sebaliknya lakukan
perbaikan secara berkesinambungan (continous improvement)
k) Hilangkan kuota numerik, karena kuota cenderung mendoron karyawan/orang
untuk memfokuskan pada jumlah dengan mengorbankan mutu.
l) Hilangkan hambatan terhadap kebanggaan keterampilan kerja, sebaliknya beri
bantuan untuk membatasi hambatan yang muncul dari peralatan, material dan
pelatihan yang kurang memadai.
m) Bangun lembaga dan program pendidikan dan pelatihan yang kokoh; program
untuk pendidikandan pengemabngan diri.
n) Lakukan tindakan untuk melakukan transformasi.
Selain itu, Deming juga memperkenalkan konsep PDCA, atau “Plan, Do, Check,
Act” (rencanaka, Kerjakan, Cek, Tindak Lanjuti), yang merupakan suatu proses
empat langkah penyelesaian masalah dalam pengendalian kualitas atau mutu.
Metode PDCA dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap
sebagai bapak pengendalian kualitas modern. Karena itu, PDCA sering disebut
dengan siklus Deming, namun Deming menyebutnya sebagai siklus Shewart,
yang dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistiks. PDCA menjadi
dasar terbentuknya Total Quality Management (TQM) dan standar mutu ISO
9001.(Sutarto 2013)
d. Era jaminan Mutu (Quality Assurance;1960-1979)
1. Pada masa ini pengendalian kualitas atau mutu yang populer pada era sebelumnya,
berkembang menjadi penjaminan mutu. Fokus utamanya pada perbaikan proses dan
kualitas produk, dengan cara penerapan pemeriksaan proses kerja/produksi,
pelatihan analisis, peningkatan kemampuan tekhnis, dan penerapan petunjuk
operasi untuk peningkatan kualitas
2. Penjaminan mutu itu didasari pemikiran bahwa seluruh perencanaan dan kegiatan
sistematik diperlukan untuk memberikan jaminan bahwa suatu barang atau jasa
harus dapat memenuhi persayaratan mutu atau kualitas tertentu. Fokusnya pada
penjaminan mutu untuk membangun kepuasan pelanggan.
3. Tahun 1960, Armand Feigenbaum memperkenalkan konsep total quality control
(TQC) yang pertama kali pada tahun 1960, yang kemudian dikembangkan menjadi
total quality control pada tahun 1970, selanjutnya menjadi konsep total quality
system pada tahun 1983.
4. Tahun 1961, Dr. A. V. Feigenbaum; memperkenalkan konsep Make it Right the
first time. Konsep ini kemudian menjadi salah satu dasar konsep Total Quality
Management (TQM)
5. Tahun 1967, Dr. Kaoru Ishikawa, memperkenalkan bagaimana mengintegrasikan
berbagai alat peningkatan mutu, utamanya 7 alat (seven tools) sederhana untuk
menganalisis dan menyelesaikan masalah; ketujuh alat tersebut dikenal sebagai
seven tools for quality control atau magnificent seven. Mengenai seven tools ini
akan dibahas pada bagian lain.
6. Pada tahun 1986, Deming mengubah PDCA menjadi PSDA (“Plan, Do, Study,
Act”) dengan mengganti Check atau pemeriksaan apakah perbaikan proses yang
diinginkan telah dilakukan, dianggap tidak cukup dan hanya berhenti pada
pemeriksaan saja, sedangkan tahapan study menekankan bahwa tidak hanya
diperiksa saja namun :
a. Menggunakan hasil pemeriksaan berupa pengetahuan/ informasi untuk lebih
memahami proses yang perbaikan telah dilakukan; dan
b. Melakukan analitis analisa kritis apakah prosesnya membaik, dan dengan cara
apa hal itu membaik.
e. Era Manajemen Mutu Terpadu ( Total Quality Management, TQM, 1980 –
sekarang)
1. Tahun 1980, Dr. Denichi Taguchi memperkenalkan model Taguchi, yang berisi
konsep robust design dan fungsi kehilangan dalam mutu. Konsep robust design
menyebutkan bahwa pruduk harus dirancang dengan baik untuk meningkatkan
kinerja dengan meminimalkan efek dari penyebab dari penyebab variasi tanpa
menghilangkan penyebabnya. Fungsi kehilangan mutu menyatakan bahwa setiap
produk memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, setiap penyimpanan dalam
target merupakan kebhilangan
2. Diperkenalkannya konsep manajemen mjutu terpadu (MMT) atau total quality
management (TQM) oleh Frederick Tayl;or pada tahun 1990-an, yang dikenal
dengan sebutan father of Scientific Management dan terkenal dengan teorinya Time
and Motion Studies.
3. Menurut International Standar Organization (ISO), TQM adalah “suatu pendekatan
management untuk suatu organisasi yang terousat pada kualitas, berdasarkan
partisipasi semua anggotanya dan bertujuan unutk kesuksesan jangka panjang
melalui kepuasan pelanggan serta memberi keuntungan untuk semua anggota dalam
organisasi serta masyarakat.
TQM memiliki filosofi dasar : “sebagi efek dari kepuasan konsumen, maka suatu
organisasi dapat mengalami kesuksesan. “Beberapa komponen atau bagian dari
TQM, antara lain :
a. Managemen harian;
b. Manajemen kebijakan;
c. Manajemen Cross-functional;
d. Gugus Kendali Mutu; dan
e. Manajemen Keselamatan Kerja.
TQM telah digunakan secara luas dalam manufaktur, pendidikan, pemerintahan, dan
industri jasa, bahkan program-program luar angkasa dan ilmu pengetahuan NASA.
TQM merupakan strategi manajemen untuk menanamkan kesadaran kualitas pada
semua pimpinan dan staf serta proses kerja dalam organisasi. Dalam hal ini,
keterlibatan pimpinan puncak (strategis) untuk meningkatkan mutu, sangat besar dan
mempengaruhi derajat kualitas mutu produk yang dihasilkan. Karena itu,
manajemen mutu terpadu (TQM) dikenal juga sebagai manajemen kualitas strategis
(stategis quality managemen), dan pelayanan kualitas terpadu ( total quality service).
4. Selanjutnya Total Quality Management (TQM) berkembang menjadi learning
organization yang menggunakan filosofi continous quality improvement dan
menggunakan konsep menejemen pengetahuan.
5. Sebagai kelanjutan dari TQM, tahun 1987 muncul suatu standar Sistem Manajemen
Mutu: Standar Manajemen Mutu , ISO (International Organization for
Standarization) seperti ISO 9000.
ISO 9000, Quality Management System. ISO 9000 merupakan suatu rangkaian
standar yang terdiri dari :
ISO 9000 : 2000, tentang menguraikan dasar-dasar manajemen mutu dan
merincikan istilah bagi sistem manajemen mutu.
a. ISO 9001:2000, persyaratan dalam sistem manajemen mutu, bila organisasi perlu
menunjukkan kemampuannya dalam menyediakan produk yang memenuhi
persyaratan pelanggan dan peraturan yang berlaku serta meningkatkan kepuasan
pelanggan.
b. ISO 9004:2000, Panduan yang mempertimbangkan baik keefektifan maupun
efisiensi sistem manajemen mutu.
c. ISO 19011:2002, panduan tentang pengauditan sistem manajemen mutu dan
lingkungan.
6. Dengan berkembangnya tekhnologi informasi pada abad 20an konsep manaejmen
kualitas dibarengi dengan konsep e-learning.

3. Kajian Rencana Disertasi Berdasarkan Konsep Mutu

Kajian Disertasi : Peningkatan Cakupan Imunisasi Pada Anak


Menurut Kemenkes RI Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan (Kemenkes R.I 2013). Program Imunisasi di Indonesia dalam lima tahun terakhir
tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018
Kementerian Kesehatan RI menunjukkan cakupan status imunisasi dasar lengkap
(IDL) pada anak (usia 12-23 bulan) menurun dari 59,2% (2013) menjadi 57,9% (2018).
Artinya, dari sekitar 6 juta anak berusia 12-23 bulan hanya sekitar 2,5 juta anak saja yang
lengkap imunisasinya. Jumlah anak yang belum diimunisasi lengkap itu hampir setara
dengan separuh jumlah penduduk Singapura. Sebaliknya anak yang diimunisasi tapi tidak
lengkap meningkat dari 32,1% menjadi 32,9% pada periode yang sama. Angka imunisasi
dasar lengkap anak di pedesaan lebih rendah (53,8%) dibandingkan anak-anak di
perkotaan (61,5%). Dua kondisi tersebut cukup mengkhawatirkan untuk masa depan
kesehatan anak-anak (Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2019).

Salah satu penekanan dalam peningkatan cakupan imunisasi adalah peningkatan


mutu pelayanan kesehatan. Menurut Donabedian (2003), konsep peningkatan mutu dapat
ditinjau melalui 3 pendekatan, yaitu 1) Input (struktur), ialah segala sumber daya yang
diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti SDM, dana, obat, fasilitas,
peralatan , bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain. 2) Proses merupakan
pengubahan/Transformasi berbagai masukan oleh kegiatan operasi/produksi menjadi
keluaran yang berbentuk produk dan/atau jasa. 3) Outcome adalah hasil akhir kegiatan
dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap pasien. Ketiga pendekatan tersebut
menjadi sistem dalam peningkatan mutu kesehatan. Sistem merupakan suatu rangkaian
komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan yang jelas.
Komponen suatu sistem terdiri dari input, process, output, effect, outcome, dan
mekanisme umpan baliknya (Depkes RI 2005). Konsep dalam peningkatan mutu imunisasi
dapat disusun dalam tebel berikut :

Tabel 1 : Sistem Peningkatan Mutu Imunisasi Pada Anak

Input Proses Output Outcome Impact


Man  Teknik  Peningkat Titer Reduksi
Juru Imunisasi, Bidan, Penyuntikan an antibodi eliminasi/era
Perawat, Kader, Penduduk
sasaran
 Manajemen Cakupan yang dikasi PD3I
Recording and Imunisasi protektif (Penyakit
Money
Biaya Operasional Kesehatan Reporting lengkap/ (peningkatan yang Dapat
Dana Alokasi Khusus  Manajemen Universal Immunitas) Dicegah
Material Rantai Dingin Child Dengan
Ketersediaan Vaksin (Petugas Immuniza Imunisasi)
Bahan Habis Pakai Pencatat Suhu, tion
Sarana Rantai Dingin
(Pemantau Suhu, Vaksin,
Pengetahuan  Tercapain
Termos) ttg rantai ya mutu
Method dingin, dan pelayanan
Cara Penyimpanan Vaksin Kualitas (Pelaksan
Cara Memberikan Vaksin Vaksin) aan
Minute  Community imunisasi
Ketersediaan waktu yang
based
Market surveilans aman)
Lokasi Posyandu
Akses ke tempat Imunisasi  Pengetahuan
Kepercayaan msyarakat pada dan kesadaran
pelayanan kesehatan masyarakat ttg
pentingnya
imunisasi
Berdasarkan tabel Sistem Peningkatan Mutu Imunisasi Pada Anak diatas, maka
kerangka konsep penelitian dapat buat sesuai pada gambar berikut :

Gambar 1 : Kerangka Konsep Peningkatan Mutu Imunisasi Pada Anak

a. Input.
Yaitu sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu system yang
disingkat dengan 6 M yaitu: Man, Money, Material, Method, Minute, dan Market. Man
adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan pelayanan, staf puskesmas
(juru imunisasi, bidan, perawat), kader, dan sebagainya. Money adalah dana yang dapat
digali dari subsidi oleh pemerintah diantaranya Biaya Operasional Kesehatan (BOK)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Material adalah vaksin, Bahan Habis Pakai, Sarana
Rantai Dingin (Pemantau Suhu, Vaksin, Termos) dan sebagainya. Method adalah cara
penyimpanan vaksin, cara memberikan vaksin, dan sebagainya. Minute adalah waktu
yang disediakan oleh staf Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan imunisasi dan
waktu yang disediakan oleh masyarakat sasaran untuk mengikuti kegiatan imunisasi
dan sebagainya. Market adalah masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
seperti lokasi kegiatan imunisasi, transport, sistem kepercayaan masyarakat di bidang
kesehatan dan sebagainya.
a. Proses
Meliputi semua kegiatan pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan, tempat,
dan kelompok penduduk sasaran sampai dengan evaluasinya.
b. Output
Merupakan produk program imunisasi pada anak terdiri atas Peningkatan
Cakupan Imunisasi lengkap/ Universal Child Immunization dan Tercapainya mutu
pelayanan (Pelaksanaan imunisasi yang aman)
c. Outcome
Merupakan dampak atau hasil tidak langsung dari proses suatu sistem, yaitu Titer
antibodi yang protektif (peningkatan Immunitas)
d. Impact
Reduksi eliminasi/eradikasi PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi)

Referensi :

Cruz, Anna Paula Soares. 2013. Manajemen Kualitas. Vol. 53. Universitas Terbuka.
Depkes RI. 2005. “Profil Kesehatan Indonesia 2005.” Departemen Kesehatan RI.
Deuer, Alan G. E. 1998. “Improving Outcomes in Public Health Practice: Strategy and
Methods.” Journal For Healthcare Quality 20(4):46.
Kemenkes R.I. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2019. “Laporan Nasional Riskesdas 2018.” Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Riset.
Saharso, D. and SN Hidayat. 1999. Buku Ajar Manajemen Mutu Terpadu.
Sutarto. 2013. Manajemen Mutu Terpadu (MMT-TQM). Vol. 84.

Anda mungkin juga menyukai