Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Seminar Nasional 2018

Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1, 2018, ISSN: 2622-0520

PENANGANAN PASCA PANEN KAKAO (THEOBROMA CACAO, L )


PADA TINGKAT PETANI DI DESA KALUKKU, KECAMATAN
KALUKKU, KABUPATEN MAMUJU
Amran1, Iradhatullah Rahim2, Darmawan3
1,2
Fakultas Pertanian, Peternakan, Perikanan Univ. Muhammadiyah Parepare,
3
Politeknik Pertanian Pangkep

Corresponding author: amrab@gmail.com

Abstrak
Sulawesi Barat adalah salah satu sentra penghasil kakao. Tahun 2006 luas lahan tanaman
kakao di Kabupaten Mamuju mencapai 68.034 ha dengan produksi 35.482 ton yang tersebar di 14
kecamatan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari penanganan pascapanen kakao pada tingkat
petani di Desa Kalukku, Kabupaten Mamuju pada periode 2007-2010. Penelitian dilaksanakan dengan
melakukan observasi di lapangan dan wawancara. Sampling dipilih secara sengaja (purposive
sampling). Hasil penelitian menunjukan 93.08% petani di Desa Kalukku, Kecamatan Kalukku,
Kabupaten Mamuju melakukan pemetikan buah kakao tertinggi pada tingkat kematangan minimal A.
Seratus persen petani responden telah melakukan fermentasi, 62% diantaranya melakukan fermentasi
selama dua hari.

Kata Kunci: Kelas kematangan kakao, pemetikan buah, purposive sampling.

PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditi Sejak tahun 1994 Amerika Serikat
andalan nasional dan berperan penting bagi melakukan sistem proteksi dan penahanan
perekonomian Indonesia, terutama dalam otomatis serta fumigasi ulang terhadap kakao
penyediaan lapangan kerja, sumber Indonesia. Akibat kondisi ini pula, apresiasi
pendapatan petani dan sumber devisa bagi kakao Sulawesi di bursa coco merchant of
negara. Luas lahan kakao di Indonesia pada Amerika(CMA) New York, Amerika Serikat,
tahun 2000 mencapai 749.917 ha, produksi terus memburuk dan sulit bersaing dengan
421.142 ton dengan nilai ekspor US$ 341 juta. negara lainnya. Harga kakao Sulawesi di
Bahkan Indonesia merupakan pemasok pasaran Internasional saat ini berkisar US$
terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading 1.534/ton, sementara harga kakao yang berasal
dan Ghana. Volume ekspor 60 %tersebut dari Pantai Gading dan Ghana berada pada
dikapalkan dari pelabuhan Makassar. Namun, kisaran US$ 1.750-US$ 1.844/ton. Rendahnya
mutu kakao dari Indonesia masih lebih rendah harga kakao Sulawesi disebabkan faktor
dibandingkan dengan negara-negara penghasil kualitas dan fermentasi yang masih jauh dari
kakao lainnya (Halim, 2006). kriteria CMA (Halim, 2006).
Salah satu daerah yang memiliki kakao dikelompokan berdasarkan mutunya
potensi pengembangan tanaman kakao adalah yaitu: berdasarkan jumlah butir biji per 100
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Hal ini gram (Bean count). Buah kakao yang dipanen
dimungkinkan karena keadaan alam yang harus berada pada kelas kematangan sekurang-
sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kakao. kurang nya pada kelas kematangan B untuk
Pemerintah setempat sangat mendukung memenuhi persyaratan kualitas buah.
program pengembangannya, dan telah Fermentasi juga mempengaruhi mutu
menjadikan tanaman kakao sebagai komoditi biji kakao yang dihasilkan selain tingkat
unggulan daerah. Tahun 2006 luas lahan kematangan buah kakao. Tujuan utama
tanaman kakao di Kabupaten Mamuju fermentasi adalah untuk mematikan biji
mencapai 68.034 ha dengan produksi 35.482 sehingga perubahan-perubahan di dalam biji
ton yang tersebar di 14 kecamatan. Biji akan menjadi lebih mudah terjadi. Perubahan

Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),


185  
9-10 April 2018
Prosiding Seminar Nasional 2018
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1, 2018, ISSN: 2622-0520
tersebut antara lain, warna, keping biji, diperoleh dari instansi/ lembaga terkait yaitu
peningkatan aroma, rasa serta perbaikan Badan Pusat Statistik Kabupaten Mamuju dan
konsistensi keping biji. Tujuan lain adalah Kantor Dinas Perkebunan Kabupaten
untuk melepaskan pulp pada biji kakao. Mamuju.Data yang dikumpulkan ditabulasi
Berdasarkan uraian tersebut di atas dan dianalisis secara deskriptif, kemudian
maka akan dilakukan penelitian tentang dilakukan interpretasi data dan disusun dalam
penanganan pasca panen kakao pada tingkat bentuk laporan.
petani di Desa Kalukku, Kecamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kalukku,Kabupaten Mamuju.
A. Kelas Kematangan Buah
METODE PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan kelas
Penelitian ini dilakukan dengan
kematangan buah kakao ditunjukkan pada
observasi berbentuk survey dengan melakukan
Gambar 1.Gambar 1 menunjukkan persentase
observasi langsung di lapangan dan
masing-masing kelas kematangan buah kakao
wawancara mendalam. Sampling sebanyak 31
yang dipetik petani di Desa Kalukku,
responden dengan cara dipilih secara sengaja
Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju.
(Sampling purposive). Data sekunder
100
90
80
Presentase ( % )

70
60 54.08
50
40 29.70
30
20
9.30 6.92
10
0
A+ A B C
Kelas kematangan buah kakao

Gambar 1. Kelas kematangan buah kakao ( Theobromacacao. L ) di Desa Kalukku,


Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulbar.

Kelas kematangan A+ sebanyak 9.30 kematangan C dengan persentase sebanyak


%, kelas kematangan A 54.08 %, kelas 6.92 %.
kematangan B 29.70 % dan untuk kelas

B. Banyaknya Butir Buah Kakao


Banyaknya butir buah kakao untuk buah kakao , 12.90% membutuhkan 30 butir
mendapatkan 1 kg biji kakao kering, disajikan buah kakao dan 0% membutuhkan 20 dan 30
pada Gambar 2.Gambar 2 menunjukan untuk butir buah kakao . Hasil penelitian juga
mendapatkan 1 kg biji kakao kering, sebanyak menunjukkan 100% petani kakao di Desa
87.10% responden membutuhkan 25 butir Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulbar.

Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),


186  
9-10 April 2018
Prosiding Seminar Nasional 2018
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1, 2018, ISSN: 2622-0520
C. Lama Fermentasi Biji Kakao lama fermentasi 3 dan 4 hari, masing-masing
sebanyak 32,26% dan 3.22%. Sedangkan lama
Gambar 3 menyajikan lama fermentasi
fermentasi 1 dan 5 hari adalah 0% atau tidak
yang dilakukan petani.Gambar 3 menunjukkan
ada petani responden yang melaksanakan.
persentase lama fermentasi biji kakao tertinggi
selama 2 hari yaitu sebanyak 64.52%, disusul

100 87.10
90
80
Persentase ( % )

70
60
50
40
30
20 12.90
10 0.00 0.00
0
20 25 30 35
Jumlah buah kakao per 1 kg biji kering

Gambar 2. Jumlah buah kakao per 1 kg biji kering kakao (Theobromacacao. L ) di Desa Kalukku,
Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju.

100
90
80
Persentase ( % )

70 64.52
60
50
40 32.26
30
20
10 3.22
0.00 0.00
0
1 2 3 4 5
Lama (hari) fermentasi terhadap biji kakao
( Theobroma cacao, L )
Gambar 3. Lama (hari) Fermentasi terhadap biji kakao(Theobroma cacao. L) di Desa
Kalukku, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju.

Pembahasan pada tingkat petani di Desa Kalukku,


Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju,
A. Kelas Kematangan Buah Kakao
yaitu pada kelas kematangan A sebanyak
Berdasarkan Gambar 1, persentase 54.08%. Kelas kematangan B sebanyak 29.70
kelas kematangan buah tertinggi yang dipetik % disusul kelas kematangan A+ dengan

Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),


187  
9-10 April 2018
Prosiding Seminar Nasional 2018
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1, 2018, ISSN: 2622-0520
persentase 9.30 % dan hanya 6.92 % buah Pemangkasan produksi bertujuan
kakao yang dipetik pada tingkat kematangan untuk memacu pertumbuhan bunga dan buah,
C. di lakukan sebanyak 2 kali dalam setahun,
Menurut Setiawan (2005), untuk yakni awal musim hujan dan akhir musim
memenuhi standar mutu buah kakao maka kemarau. Tujuan lain pemangkasan adalah
buah dipetik minimal pada tingkat kematangan untuk menurunkan tingkat kelembaban di areal
minimal B. Sesuai hasil pengamatan, sebanyak tanaman kakao(Anonim, 2006 ).Tingkat
93.08% petani memetik buah kakao pada kelembaban di areal tanaman kakao perlu
kelas kematangan minimal B. Hal ini dijaga, hal ini berhubungan dengan penyakit
menunjukan bahwa petani telah memahami busuk buah hitam pada kakao yang disebabkan
pada kelas kematangan bagaimana buah kakao jamur Phytoptora palmivora yang mudah
dapat dipetik. menyerang pada areal tanaman kakao dengan
Ada 3 perubahan warna kulit buah tingkat kelembaban tinggi ( Siregar,
pada kakao yang telah mengalami 2006).Selain busuk buah hitam, ada beberapa
kematangan. Ketiga perubahan warna kulit itu hama dan penyakit penting yang dapat
juga menjadi kriteria kelas kematangan buah menyerang tanaman kakao, seperti: penggerek
di kebun-kebun yang mengusahakan tanaman cabang (Zeuseracoffeae ), kepik penghisap
kakao. Secara umum perubahan warna dan buah kakao (Helopeltis sp), penggerek buah
kelas kematangan itu adalah untuk kelas kakao (Conopomorpha cramerella ), Kanker
kematangan buah A+ bagian kulit buah batang yang disebabkan oleh jamur, Vascular
mengalami perubahan warna menjadi kuning Steak Dieback (VSD) yang disebabkan oleh
tua. Kelas kematangan A dicirikan dengan jamur Oncobasdium theobromae (Anonim
warna kuning diseluruh permukaan buah 2006).
sedangkan untuk kelas kematangan B warna Berdasarkan hasil pengamatan diareal
kuning hanya pada alur dan punggung buah tanaman kakao ada beberapa jenis hama dan
(Setiawan, 2005).Gambar 2 menunjukkan data penyakit menyerang tanaman kakao petani,
jumlah buah kakao untuk mendapatkan 1 kg antara lain kepik pengisap buah kakao yang
biji kering. menyerang buah dan daun muda, penggerek
Menurut Setiawan (2005), di Sulawesi buah kakao dengan gejala daging buah
untuk mendapatkan 1 kg biji kakao kering menjadi busuk dan hitam. Selain
(kadar air 8 – 7 % ) diperlukan 25 – 35 buah pemangkasan, petani juga telah melakukan
kakao. Hasil pengamatan diperoleh sebanyak tindakan pencegahan dan pengendalian hama
87.10% responden membutuhkan 25 butir penyakit tanaman kakao diantaranya dilakukan
buah kakao dan 12.90% membutuhkan 30 dengan sanitasi lahan tanaman kakao,
butir buah kakao. Pemahaman kriteria buah penyemprotan dengan menggunakan pestisida
matang pada kakao merupakan syarat didalam dan pemetikan serta pembenaman buah kakao
pencapaian produksi, yakni jumlah buah yang yang terserang penyakit.
dibutuhkan untuk memperoleh 1 kg biji kering Selain pemangkasan, pengendalian
akan lebih sedikit. Hal ini menunjukan bahwa hama dan penyakit, pengendalian gulma,
kelas kematangan buah kakao yang diperoleh petani di Desa Kalukku, Kecamatan Kalukku,
petani telah memenuhi salah satu standar mutu Kabupaten Mamuju, juga melakukan
yang ditentukan oleh Coco Merchant of pemupukan. Pemupukan dilakukan sebanyak 2
Amerika( CMA ) yaitu pada kelas kematangan kali setahun. dengan menggunakan pupuk an-
buah (Halim, 2006). organik seperti Urea. Sedangkan pupuk
Pencapaian salah satu standar mutu organik dengan menggunakan sisa-sisa bahan
yang ditetapkan oleh CMA ini karena petani tanaman yang dibenamkan di areal tanaman
telah melakukan tindakan budidaya tanaman kakao.
kakao yang sesuai dengan prinsip bercocok
tanam yang benar, salah satu diantaranya
adalah pemangkasan. Jenis-jenis pemangkasan C. Lama Fermentasi
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Tabel 1 menunjukkan semua petani di
pemangkasan bentuk, pemangkasan Desa Kalukku, Kecamatan Kalukku,
pemeliharaan dan pemangkasan produksi. Kabupaten Mamuju, telah melakukan proses

Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),


188  
9-10 April 2018
Prosiding Seminar Nasional 2018
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1, 2018, ISSN: 2622-0520
fermentasi terhadap biji kakao yang tempat pengeluaran cairan dan aerasi. Jarak
dihasilkan. Lama proses fermentasi yang lubang 10-15 cm dengan diameter 1 cm.
dilakukan yaitu 64.52 % melakukan fermentasi Ukuran kotak fermentasi berpengaruh pada
selama 2 hari, 32.26% selama 3 hari, 3.22 % peningkatan suhu dan dibuat sesuai dengan
selama 4 hari. Belum ada petani atau 0 % jumlah/volume kakao yang akan difermentasi,
petani yang melakukan dengan lama dengan ketinggian tumpukan tidak melebihi 42
fermentasi selama 5 hari. Fermentasi biji cm (Anonim, 2006). Petani di Desa Kalukku,
kakao akan menumbuhkan cita rasa, aroma Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju
dan warna. Selama fermentasi terjadi dalam melakukan proses fermentasi
perubahan fisik, kimiawi, dan biologi dalam menggunakan wadah sederhana yakni dengan
biji kakao. Waktu fermentasi yang dianjurkan membungkus biji kakao dengan karung
untuk kakao adalah 5 hari. Untuk plastik. Hal ini dilakukan untuk lebih
mendapatkan hasil kakao fermentasi yang memudahkan serta mengefisienkan waktu dan
baik, dilakukan pembalikan biji kakao setelah tenaga dalam melakukan proses fermentasi.
48 jam (2 hari) fermentasi. Pembalikan hanya Proses selanjutnya yang dilakukan
dilakukan satu kali untuk menjaga suhu terhadap biji kakao berdasarkan standar
fermentasi (BPTP, 2006). Sementara prosedur operasional fermentasi adalah
berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa perendaman dan pencucian. Namun hal ini
pada tingkat petani di Desa Kalukku, tidak mutlak dilakukan tergantung permintaan
Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju dari eksportir. Biji kakao yang sudah
persentase tertinggi adalah dengan lama difermentasi direndam selama 2 - 3 jam dan
fermentasi selama 2 hari sebanyak 64.52 %. dicuci secara hati-hati (ringan). Pencucian
bertujuan untuk menghentikan proses
Akhir waktu fermentasi ditandai fermentasi, mempercepat proses pengeringan
dengan 1), biji berwarna coklat dan agak dan memperbaiki kenampakan biji, setelah
kering serta aroma cuka yang menonjol, 2). dicuci, biji ditiriskan dan dikeringkan.
Iapisan lendir di permukaan biji mudah Pengeringan dapat dilakukan dengan
terkelupas dan 3). Penampang biji nampak dengan bantuan matahari atau menggunakan
berongga, berwarna coklat dan warna ungu alat pengering (mekanis). Pengeringan
sudah hilang (Anonim, 2006).Proses bertujuan untuk mengeluarkan air yang
fermentasi yang belum sesuai standard tertinggal di dalam biji pasca fermentasi dan
prosedur operasional fermentasi kakao mendapatkan kakao dengan kadar air 8 - 7%.
disebabkan karena pada umumnya petani Pengeringan dengan bantuan matahari
menginginkan biji kakao yang dihasilkan lebih menggunakan lantai jemur atau terpal dengan
cepat terjual. Selain itu saat ini harga biji ketebalan lapisan biji 3 - 5 cm, hindari kontak
kakao yang difermentasi dengan yang tidak dengan tanah. Pembalikan biji kakapo yang
melalui proses fermentasi tidak memiliki sedang dijemur dilakukan 1-2 jam, waktu
selisih harga yang dapat menguntungkan bagi pengeringan tergantung cuaca sekitar 7 - 14
petani. hadir. Sedangkan pengeringan dengan alat
Selain fermentasi yang hanya pengering tergantung kapasitas alat dan bahan
dilakukan selama 2 hari, petani juga tidak bakar yang digunakan ( BPTP Lampung,
melakukan pemeraman terhadap buah kakao 2006).
yang dipetik. Pemeraman buah bertujuan Sesuai hasil pengamatan, petani di
untuk membantu pembentukan cita rasa dan Desa Kalukku, Kecamatan Kalukku,
aroma kakao, di samping itu juga Kabupaten Mamuju tidak melakukan
mempermudah proses fermentasi karena pencucian, namun biji kakao yang telah
pemeraman akan menyebabkan pulp lebih difermentasi langsung dijemur dibawah sinar
mudah terlepas dari biji kakao. Waktu matahari langsung dengan menggunakan terpal
pemeraman berkisar antara 6 - 9 hari. Faktor atau anyaman yang terbuat dari bambu. Proses
lain yang mempengaruhi keberhasilan pencucian tidak dilakukan oleh petani
fermentasi adalah wadah fermentasi. Wadah disebabkan oleh karena saat ini permintaan
fermentasi yang baik digunakan yang terbuat pasar lokal tidak membedakan harga beli biji
dari papan kayu berbentuk kotak dilengkapi kakao yang di fermentasi dengan biji kakao
dengan lubang-lubang yang berfungsi sebagai yang tidak difermentasi.
Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),
189  
9-10 April 2018
Prosiding Seminar Nasional 2018
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1, 2018, ISSN: 2622-0520
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, 3. Lama proses fermentasi yang
terlihat bahwa walaupun petani di Desa dilakukan oleh petani adalah 64.52 %
Kalukku, Kecamatan Kalukku, Kabupaten selama 2 hari, 32.26% fermentasi 3
Mamuju telah melakukan proses fermentasi hari, 3.22 % fermentasi 4 hari dan
terhadap biji kakao yang dihasilkan. Namun belum ada petani yang melakukan
proses fermentasi yang dilakukan belum sesuai fermentasi selama 5 hari.
dengan standar prosedur operasional fementasi
seperti pemeraman sebelum buah dipecah, DAFTAR PUSTAKA
fermentasi ideal selama 5 hari dan pencucian Anonim, 2006. Panduan Lengkap Budidaya
biji kakao setelah di fermentasi ( BPTP Kakao, Pusat Penelitian Kopi dan
Lampung, 2006). Kakao, Jember.
BPTP Lampung, 2006. Pedoman Teknis
KESIMPULAN
Budidaya Kakao, Lampung.
Berdasarkan hasil penelitian, maka BPS Kabupaten Mamuju, 2006. Laporan Hasil
disimpulkan sebagai berikut : Survey Perkebunan Kabupaten Mamuju.
1. Sebanyak 93.08 % Petani di Desa Halim,A.R, 2006. AS Enggan Cabut Sanksi
Kalukku, Kecamatan Kalukku, Kakao Sulsel, Harian Tribun Timur, 18
Kabupaten Mamuju melakukan Oktober 2006, Makassar.
pemetikan buah kakao pada tingkat Setiawan,R., 2005. Direktori Pasar Agrobisnis
kematangan minimal B . Dalam dan Luar Negeri, Escaeva,
2. Petani telah melakukan proses Jakarta.
fermentasi terhadap biji kakao yang
dihasilkan, namun belum sesuai Siregar, T.S, 2006. Budidaya, Pengolahan dan
dengan standar prosedur fermentasi Pemasaran Cokelat, Penebar Swadaya,
yang dapat menghasilkan biji kakao Jakarta.
berkualitas.

Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT),


190  
9-10 April 2018

Anda mungkin juga menyukai