28-Article Text-112-1-10-20180814 PDF
28-Article Text-112-1-10-20180814 PDF
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, vol. 1, 2018, ISSN: 2622-0520
Abstrak
Sulawesi Barat adalah salah satu sentra penghasil kakao. Tahun 2006 luas lahan tanaman
kakao di Kabupaten Mamuju mencapai 68.034 ha dengan produksi 35.482 ton yang tersebar di 14
kecamatan. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari penanganan pascapanen kakao pada tingkat
petani di Desa Kalukku, Kabupaten Mamuju pada periode 2007-2010. Penelitian dilaksanakan dengan
melakukan observasi di lapangan dan wawancara. Sampling dipilih secara sengaja (purposive
sampling). Hasil penelitian menunjukan 93.08% petani di Desa Kalukku, Kecamatan Kalukku,
Kabupaten Mamuju melakukan pemetikan buah kakao tertinggi pada tingkat kematangan minimal A.
Seratus persen petani responden telah melakukan fermentasi, 62% diantaranya melakukan fermentasi
selama dua hari.
PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditi Sejak tahun 1994 Amerika Serikat
andalan nasional dan berperan penting bagi melakukan sistem proteksi dan penahanan
perekonomian Indonesia, terutama dalam otomatis serta fumigasi ulang terhadap kakao
penyediaan lapangan kerja, sumber Indonesia. Akibat kondisi ini pula, apresiasi
pendapatan petani dan sumber devisa bagi kakao Sulawesi di bursa coco merchant of
negara. Luas lahan kakao di Indonesia pada Amerika(CMA) New York, Amerika Serikat,
tahun 2000 mencapai 749.917 ha, produksi terus memburuk dan sulit bersaing dengan
421.142 ton dengan nilai ekspor US$ 341 juta. negara lainnya. Harga kakao Sulawesi di
Bahkan Indonesia merupakan pemasok pasaran Internasional saat ini berkisar US$
terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading 1.534/ton, sementara harga kakao yang berasal
dan Ghana. Volume ekspor 60 %tersebut dari Pantai Gading dan Ghana berada pada
dikapalkan dari pelabuhan Makassar. Namun, kisaran US$ 1.750-US$ 1.844/ton. Rendahnya
mutu kakao dari Indonesia masih lebih rendah harga kakao Sulawesi disebabkan faktor
dibandingkan dengan negara-negara penghasil kualitas dan fermentasi yang masih jauh dari
kakao lainnya (Halim, 2006). kriteria CMA (Halim, 2006).
Salah satu daerah yang memiliki kakao dikelompokan berdasarkan mutunya
potensi pengembangan tanaman kakao adalah yaitu: berdasarkan jumlah butir biji per 100
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Hal ini gram (Bean count). Buah kakao yang dipanen
dimungkinkan karena keadaan alam yang harus berada pada kelas kematangan sekurang-
sesuai dengan syarat tumbuh tanaman kakao. kurang nya pada kelas kematangan B untuk
Pemerintah setempat sangat mendukung memenuhi persyaratan kualitas buah.
program pengembangannya, dan telah Fermentasi juga mempengaruhi mutu
menjadikan tanaman kakao sebagai komoditi biji kakao yang dihasilkan selain tingkat
unggulan daerah. Tahun 2006 luas lahan kematangan buah kakao. Tujuan utama
tanaman kakao di Kabupaten Mamuju fermentasi adalah untuk mematikan biji
mencapai 68.034 ha dengan produksi 35.482 sehingga perubahan-perubahan di dalam biji
ton yang tersebar di 14 kecamatan. Biji akan menjadi lebih mudah terjadi. Perubahan
70
60 54.08
50
40 29.70
30
20
9.30 6.92
10
0
A+ A B C
Kelas kematangan buah kakao
100 87.10
90
80
Persentase ( % )
70
60
50
40
30
20 12.90
10 0.00 0.00
0
20 25 30 35
Jumlah buah kakao per 1 kg biji kering
Gambar 2. Jumlah buah kakao per 1 kg biji kering kakao (Theobromacacao. L ) di Desa Kalukku,
Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju.
100
90
80
Persentase ( % )
70 64.52
60
50
40 32.26
30
20
10 3.22
0.00 0.00
0
1 2 3 4 5
Lama (hari) fermentasi terhadap biji kakao
( Theobroma cacao, L )
Gambar 3. Lama (hari) Fermentasi terhadap biji kakao(Theobroma cacao. L) di Desa
Kalukku, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju.