Anda di halaman 1dari 10

1

APLIKASI MODEL ADAPTASI ROY PADA ANAK


DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN

Desak Putu Kristian Purnamiasih1, Nani Nurhaeni2, Siti Chodidjah3

1. Mahasiswa Program Studi Ners Spesialis Keperawatan Anak Fakultas


Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, e-mail: deskjazz@yahoo.co.id
2. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
3. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Abstrak

Cairan berfungsi dalam penyerapan nutrisi, proses metabolisme, fungsi sel – sel tubuh,
dan organ tubuh. Gangguan keseimbangan cairan pada sistem gastrointestinal dapat
disebabkan oleh diare, muntah atau perdarahan. Aplikasi model adaptasi Roy bertujuan
untuk mendukung pasien mampu berespon secara adaptif terhadap gangguan
kesehatannya. Empat dari lima klien kelolaan yang mengalami gangguan keseimbangan
cairan mengalami keberhasilan adaptasi terhadap gangguan keseimbangan cairan mereka.
Sementara, satu klien kelolaan lainnya pada awalnya mengalami perbaikan tetapi adanya
penyakit penyerta lainnya menyebabkan klien tidak dapat beradaptasi. Keberhasilan
adaptasi individu dipengaruhi oleh usia klien, temperatur lingkungan, stress, dan tingkat
keparahan penyakit. Kemampuan perawat mengelola stimulus yang mempengaruhi
keseimbangan cairan akan meningkatkan kemampuan adaptasi klien dalam menghadapi
gangguan kesehatannya.

Kata Kunci: adaptasi, keseimbangan cairan, sistem gastrointestinal.

Abstract

Fluid involves in nutrient absorption, metabolism process, and cell function. Disorder of
fluid balance such as in gastrointestinal system can be caused by diarrhea, vomiting or
bleeding. Roy adaptation model application aims to support the patient to be able to
respond adaptively to their health problems. Four out of five clients with fluid imbalance
responded adaptively to their fluid imbalance problem. Meanwhile, the other client
initially experienced positive adaptation, however, he finally failed to adapt to his
condition because he also suffered other diseases. Many things influence the
successfulness of individual adaptation process such as: age, environment temperature,
other stressors, and the severity of the disease. Nurse's ability to manage the stimulus that
affects fluid balance will improve client’s ability to do adaptation on their health
problems.

Keywords: adaptation, fluid balance, gastrointestinal system.

PENDAHULUAN orang dewasa, 60%-65% pada anak,


Komponen utama dari tubuh dan 75%-80% pada bayi. Cairan
manusia adalah air, yang merupakan berfungsi dalam membantu
55%-60% dari berat badan pada penyerapan nutrisi dan metabolisme
2

dalam tubuh, dan elektrolit sangat dan ketergantungan anak terhadap


penting untuk fungsi dari sel-sel dan keluarga maupun orang lain.
organ tubuh karena sifatnya sebagai Aplikasi model adaptasi Roy
ion tubuh (James, Nelson, & berfokus pada stimulus lingkungan,
Ashwill, 2013). dan respon bio-psiko-sosial terhadap
Pada kondisi sakit, kehilangan stimulus, serta menekankan interaksi
cairan tubuh manusia diakibatkan antara individu, dan lingkungan
oleh: kehilangan cairan melalui (Christensen & Kenney, 2009).
saluran cerna (muntah, diare, Tugas perawat dalam mendukung
perdarahan); kehilangan cairan pasien untuk mampu berespon secara
melalui kulit (luka bakar, diaforesis), adaptif terhadap kondisi gangguan
serta kehilangan cairan karena fungsi keseimbangan cairan adalah melalui
ginjal terganggu (Wong, proses asuhan keperawatan
Hockenberry, Wilson, Winkelstein menggunakan aplikasi model
&Schwartz, 2009). Diare adaptasi Roy. Kemampuan
menimbulkan dehidrasi pada anak menganalisa respon, dan stimulus
maupun kondisi asidosis metabolik akan dapat menentukan intervensi
(Silbernagl & Lang, 2006). keperawatan yang tepat, sehingga
Penelitian yang dilakukan oleh tercapai kemampuan adaptasi yang
Begum, Hoque, Hussain, Hasan, dan diinginkan. Hal ini yang menjadi
Molla (2010) pada anak usia 1-44 latar belakang penggunaan model
bulan yang mengalami diare akut adaptasi Roy dalam memberikan
menunjukkan bahwa hipokalemia asuhan keperawatan pada anak yang
dan hiponatremia adalah hasil mengalami gangguan keseimbangan
abnormal yang banyak ditemukan. cairan di RSUPN DR. Cipto
Anak-anak penderita gizi buruk Mangunkusumo.
kelompok umur 6-24 bulan yang
mengalami diare dan muntah, pada METODE
suatu penelitian ditemukan lebih Metode penelitian ini adalah studi
banyak mengalami hiponatremia kasus melalui pemberian asuhan
(p=0,019) dan hipokalemia keperawatan. Jumlah responden yang
(p=0,018) (Gangaraj, Das, & dikelola berjumlah lima anak pada
Madhulata, 2013). kelompok usia bayi sampai dengan
Anak yang mengalami diare di remaja. Lima responden tersebut
ruang rawat infeksi anak di RSUPN mengalami gangguan keseimbangan
DR. Cipto Mangunkusumo pada cairan karena diare, dan muntah
umumnya disertai juga dengan sehingga menjalani perawatan di
penyakit lainnya. Asuhan rumah sakit. Asuhan keperawatan
keperawatan komprehensif diberikan dengan menggunakan
diperlukan karena gangguan aplikasi model adaptasi Roy. Proses
keseimbangan cairan, dan elektrolit asuhan keperawatan mulai dari
dipengaruhi oleh stimulus yang pengkajian, menentukan diagnosa
bersifat langsung maupun tidak keperawatan, menetapkan tujuan,
langsung sehingga mempengaruhi membuat intervensi keperawatan,
adaptasi seluruh fungsi organ tubuh dan evaluasi.
anak, adaptasi konsep diri, peran diri,
3

HASIL (GAMBARAN KASUS) sudah dilakukan pada an.A adalah


Kasus 1, an. R, laki-laki, usia 10 mengukur tanda-tanda vital,
tahun, diagnosa medis epilepsi, dan menghitung intake dan output cairan,
Tuberkulosis on OAT bulan ke-3. menimbang berat badan. Tindakan
Diagnosa keperawatan terkait cairan kolaborasi yang diberikan pada klien
pada an. R adalah risiko kekurangan adalah memberikan cairan parenteral
volume cairan berhubungan dengan N5+Kcl (10), memberi peptamen dan
muntah dan peningkatan suhu tubuh. F100 modifikasi. Evaluasi
Implementasi yang sudah didapatkan bahwa diagnosa yang
dilakukan adalah mengobservasi muncul pada klien tidak teratasi.
tanda-tanda vital setiap 3 jam, Kasus 4, an. K, perempuan usia
memberikan minum air pada klien 1,5 tahun, dengan diagnosa medis
sedikit demi sedikit, menghitung pneumonia komunitas, dan diare
intake, dan output cairan serta akut. Diagnosa keperawatan terkait
memberikan cairan parenteral KaEn cairan pada an. K adalah kekurangan
1B. Evaluasi didapatkan bahwa volume cairan berhubungan dengan
diagnosa pada klien teratasi. kehilangan cairan, dan elektrolit
Kasus 2, an. R, laki-laki, usia 4 tubuh, serta intake cairan tidak
bulan, diagnosa medis pasca adekuat.
laparatomi, ileostomi + kolostomi Implementasi yang sudah
double barrel e.c invaginasi dilakukan adalah mengukur tanda-
ileocolica, riwayat high output tanda vital setiap 3 jam, mengkaji
stoma. Diagnosa keperawatan terkait tanda-tanda dehidrasi, mengukur
cairan pada an.R adalah risiko intake dan output cairan,
kekurangan volume cairan memberikan cairan intravena KaEn
berhubungan dengan peningkatan 3B 35 ml/jam, memberi klien minum
produksi stoma. melalui NGT, menimbang berat
Implementasi yang sudah badan klien setiap hari. Evaluasi
dilakukan adalah mengukur tanda- didapatkan bahwa diagnosa
tanda vital, dan tanda-tanda keperawatan yang muncul pada klien
dehidrasi, meminta ibu klien untuk teratasi.
memberikan ASI, menimbang berat Kasus 5, an. H, perempuan, usia
badan klien setiap hari, mengukur 3 bulan, dengan diagnosa medis
intake, dan output cairan. Klien juga pneumonia komunitas, dan diare
diberikan cairan parenteral KaEn 1B, akut. Diagnosa keperawatan terkait
ASI ditambah SF 8 x 60 ml. Evaluasi cairan yang muncul pada an. H
didapatkan bahwa diagnosa yang adalah kekurangan volume cairan
muncul pada klien teratasi. berhubungan dengan muntah, dan
Kasus 3, an. A, laki-laki, usia 15 diare.
tahun, dengan diagnosa medis Implementasi yang sudah
tuberkulosis abdomen. Diagnosa dilakukan pada an. H adalah
keperawatan terkait cairan pada an.A mengukur tanda-tanda vital,
adalah kekurangan volume cairan mengobservasi tanda-tanda
berhubungan dengan kehilangan dehidrasi, mengukur intake dan
cairan dan elektrolit melalui diare, output cairan, memberikan renalit,
dan muntah. Implementasi yang memberi SF 90 cc setiap kali
4

pemberian, menimbang berat badan Turgor kulit sedang, mukosa bibir


setiap hari. Pada evaluasi didapatkan kering. Hasil pemeriksaan
bahwa diagnosa keperawatan yang laboratorium: natrium 140 mEq/L,
muncul pada klien teratasi. kalium 3,4 mEq/L, klorida 99
mEq/L, ca 7,6 mg/dl, fosfat
Aplikasi Teori Keperawatan Pada inorganik 2,8 mg/dl. Pada pengkajian
Kasus Terpilih perilaku model adaptasi
Konsep asuhan keperawatan interdependensi, dan konsep diri
menggunakan aplikasi model didapatkan data bahwa klien saat ini
adaptasi Roy akan digambarkan pada rewel, dan sangat tergantung
skema berikut: sepenuhnya pada ibunya.
Pada pengkajian stimulus model
adaptasi fisiologis terkait cairan
INPUT didapatkan data bahwa stimulus
fokal: kehilangan cairan dan
kontrol PROSES elektrolit tubuh, serta intake cairan
tidak adekuat. Stimulus kontekstual:
Stimulus fokal, stimulus
kontekstual, stimulus Derajat dehidrasi diare meningkatkan kehilangan
residual cairan, dan elektrolit, sedangkan
sesak napas meningkatkan
Mengelola stimulus penggunaan cairan untuk
melalui manajemen cairan metabolisme tubuh.
Pada pengkajian stimulus model
adaptasi interdependensi didapatkan
data bahwa stimulus fokal: klien
OUTPUT EFEKTOR merasa lelah, dan tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya. Pada
Mempengaruhi integritas
Evaluasi:
fungsi fisiologis, konsep
pengkajian stimulus model adaptasi
 Perilaku adaptif
 Perilaku diri, interdependensi, konsep diri didapatkan data bahwa
inefektif fungsi peran stimulus fokal: kelemahan tubuh.
Diagnosa keperawatan terkait
Skema 1. Konsep Asuhan cairan yang muncul pada klien
Keperawatan Berdasarkan Roy adalah kekurangan volume cairan
Adaptation Model berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui diare. Tindakan
Kasus yang dipilih adalah an. K, keperawatan yang telah dilakukan,
perempuan usia 1,5 tahun, dengan mengukur tanda – tanda vital,
diagnosa medis pneumonia menilai turgor kulit, dan tingkat
komunitas dan diare akut. Pada kesadaran klien, mengukur intake
pengkajian perilaku model adaptasi dan output cairan setiap shift,
fisiologis terkait cairan didapatkan memberikan klien minum air melalui
data bahwa klien BAB cair dari pagi NGT, menganjurkan klien tetap
5x warna kuning dan ada lendir, diberikan ASI, menimbang berat
warna urin kuning pekat, hasil badan klien setiap hari, memantau
pemeriksaan urin lengkap: kuning pemberian cairan parenteral KaEN
agak keruh, klien gelisah, rewel. 3B, memantau hasil lab terkait
5

cairan. Evaluasi didapatkan bahwa dan berat jenis, berat badan, dan
kekurangan volume cairan pada klien kadar elektrolit serum. (James,
teratasi. Nelson, & Ashwill, 2013).
Peran spesialis keperawatan Pengkajian pada kasus kelolaan
anak sebagai care giver, client tentang gangguan keseimbangan
advocate, counsellor, Educator, cairan sangat berkesinambungan
collaborator, dan change agent dapat dengan menggunakan model adaptasi
dilaksanakan oleh residen selama Roy. Pengkajian tentang gangguan
praktik residensi I, dan residensi II. keseimbangan cairan meliputi intake,
Peran ini dilakukan melalui tindakan dan rute pemenuhan cairan, turgor
memberikan asuhan keperawatan kulit, mukosa bibir, adanya
menggunakan aplikasi model edema/tidak, hasil pemeriksaan
adaptasi Roy, memberikan elektrolit, analisa gas darah. Cairan,
penjelasan pada saat orang tua dan elektrolit sebagai mediator dari
memutuskan bahwa anaknya akan sistem regulator akan mempengaruhi
dirawat di rumah walaupun kondisi fungsi ginjal dalam mengatur
anak belum baik. Tindakan lainnya keseimbangan cairan, dan asam basa.
adalah memberikan pendidikan Pengkajian tentang gangguan
kesehatan pada klien, dan keluarga, keseimbangan cairan menggunakan
melakukan kerjasama dengan profesi model adaptasi roy bersifat
kesehatan lainnya, memberikan multifokal dengan dasar bahwa klien
asuhan keperawatan berdasarkan dipandang sebagai individu, dan
evidence based practice (James, makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
Nelson, & Ashwill, 2013). Kondisi bio-psiko-sosio-spiritual
mencakup banyak aspek sehingga
PEMBAHASAN memerlukan tugas yang sangat
Sumber yang paling umum dari banyak bagi perawat untuk
peningkatan kehilangan cairan melakukan pengkajian. Pengetahuan
adalah saluran gastrointestinal dari perawat tentang patofisiologi
muntah, diare, atau keduanya penyakit, dan keterampilan dalam
(misalnya, gastroenteritis). Sumber- pengkajian sangat diperlukan dalam
sumber lain adalah ginjal (misalnya, menggunakan model adaptasi Roy
ketoasidosis diabetik), kulit (Christensen & Kenney, 2009).
(misalnya, keringat berlebihan, luka Lima klien pada kasus kelolaan
bakar). Penurunan asupan cairan merupakan anak dalam berbagai
sangat bermasalah ketika anak kelompok usia. Dua klien termasuk
muntah, saat cuaca panas, dan ketika kelompok usia bayi, satu klien
demam, takipnea, atau keduanya termasuk kelompok toddler,
(Potts, & Mandleco, 2012). Demam sedangkan dua klien lainnya
meningkatkan IWL sebanyak 12% termasuk kelompok anak usia
setiap 1°C kenaikan suhu tubuh sekolah, dan remaja. Perilaku yang
(Behrman, Kliegman, & Arvin, ditunjukkan dari hasil pengkajian
2000). Parameter untuk menentukan pada kelima klien kelolaan
derajat dehidrasi memerlukan menunjukkan perilaku yang berbeda
pemantauan tanda-tanda vital, sesuai dengan derajat dehidrasi, dan
penampilan klinis, produksi urine usia klien. Pada penelitian yang
6

dilakukan oleh Whittemore, Jaser mengalami dehidrasi vaskular,


dan Guo (2010) tentang pengkajian selular, atau intraselular.
pada anak dengan penyakit diabetes Dehidrasi isonatremia (tingkat
mellitus tipe 1 menunjukkan bahwa sodium dari 138-145 mEq/L), adalah
karakteristik usia, status sosial bentuk paling umum dari dehidrasi
ekonomi, penggunaan alat-alat pada anak yang disebabkan oleh
kesehatan, respon psikososial (gejala muntah, diare, kehilangan cairan
depresi dan respon kecemasan), dan melalui pernapasan, sistem
fungsi keluarga mempengaruh integumen, penurunan intake cairan
adaptasi. Para pasien yang menjalani per oral yang disertai peningkatan
pengobatan dalam waktu yang lama aktivitas (James, Nelson, & Ashwill,
dapat mengalami gangguan fisik 2013). Penelitian yang dilakukan
seperti kelelahan, gangguan oleh Begum, Hoque, Hussain, Hasan,
integritas kulit, gangguan cairan, dan dan Molla (2010) pada anak usia 1-
elektrolit. Pengalaman dalam 44 bulan yang mengalami diare akut
perubahan fisiologis dapat menunjukkan bahwa hipokalemia
mempengaruhi fungsi peran pasien ditemukan pada 27 (30,1%)
(interaksi sosial dengan teman responden, dan hiponatremia 13
sebaya), dan saling ketergantungan (15,1%) responden. Rata-rata
dengan keluarga (Bilal, Badr, & Al- natrium yang ditemukan pada
Atiyyat 2014). penelitian tersebut adalah 135,3
Diagnosa keperawatan meq/l (105-148 meq/l), dan rata-rata
ditentukan berdasarkan penilaian kalium 3,9 meq/l (1,5-5,7 meq/l).
perilaku yang paling relevan dengan Anak-anak penderita gizi buruk
stimulus/rangsangan (Tomey & kelompok umur 6-24 bulan yang
Alligood, 2010). Diagnosa mengalami diare dan muntah, pada
keperawatan tentang gangguan suatu penelitian ditemukan lebih
keseimbangan cairan yang muncul banyak mengalami hiponatremia
pada kasus kelolaan adalah diagnosa (p=0,019) dan hipokalemia
aktual, dan risiko. Diagnosa aktual (p=0,018) dibandingkan dengan
tentang gangguan keseimbangan kelompok gizi buruk yang hanya
cairan adalah kekurangan volume mengalami muntah (Gangaraj, Das,
cairan. Kekurangan volume cairan & Madhulata, 2013).
menurut Wilkinson dan Ahern Pada lima kasus kelolaan,
(2009) adalah penurunan cairan stimulus fokal yang menyebabkan
intravaskular, interstisial, atau kehilangan volume cairan adalah
intrasel. Diagnosa ini merujuk pada diare, muntah, dan intake yang tidak
dehidrasi yang merupakan adekuat. Stimulus kontekstual
kehilangan cairan saja. Diagnosa adanya penyakit penyerta yaitu
risiko tentang gangguan infeksi saluran pernapasan, infeksi
keseimbangan cairan adalah risiko pada saluran pencernaan, kondisi
kekurangan volume cairan. Risiko pasca operasi, dan demam. Perilaku
kekurangan volume cairan menurut inefektif yang ditemukan pada lima
Wilkinson dan Ahern (2009) adalah klien kelolaan akibat adanya stimulus
kondisi individu yang beresiko tersebut adalah rasa haus, mata
cekung, mukosa bibir kering,
7

penurunan berat badan, mengeluh tentang kondisi klien pada keluarga


badan terasa lemah, gelisah, dan menjadi bagian yang penting bagi
rewel. Pada pemeriksaan tanda-tanda perawat dalam menetapkan tujuan
vital didapatkan sebagian besar bersama klien, dan keluarga.
tanda-tanda vital klien dalam batas Keputusan yang diambil keluarga,
normal. dan klien dalam pencapaian tujuan
Perilaku inefektif juga memerlukan konseling yang baik
ditemukan pada 1 klien kelolaan dari perawat.
yaitu hasil pemeriksaan laboratorium Intervensi yang dilakukan pada
elektrolit, dan analisa gas darah, klien kelolaan menggunakan model
walaupun pemeriksaan dilakukan adaptasi Roy bertujuan untuk
pada hari sebelum pengkajian mengelola stimulus, dengan cara
dilakukan. Empat klien kelolaan menyingkirkan, meningkatkan,
menunjukkan bahwa nilai mengurangi, dan mengubah stimulus,
laboratorium elektrolit masih dalam sehingga individu dapat beradaptasi,
rentang nilai normal, sesuai dengan dan menunjukkan perilaku adaptif
hasil penelitian Begum, Hoque, (Christensen & Kenney, 2009).
Hussain, Hasan, dan Molla (2010), Intervensi yang diberikan pada klien
dan sumber yang menyebutkan adalah untuk mencegah kejadian
bahwa dehidrasi yang paling umum terulang kembali.
dialami anak karena diare, dan Intervensi terkait cairan yang
muntah adalah dehidrasi isonatremia diberikan pada klien kelolaan adalah
(James, Nelson, & Ashwill, 2013). memberikan cairan rehidrasi enteral,
Tujuan yang dibuat oleh residen dan parenteral, menghitung intake,
pada 5 kasus kelolaan melibatkan dan output cairan, menganjurkan ibu
klien, dan keluarga mencakup untuk tetap memberikan ASI,
perilaku yang hendak diubah menjadi mengajarkan pemberian cairan oral
adaptif, bentuk perilaku yang melalui NGT dengan feeding tube,
hendak diubah menjadi adaptif memberikan syrup Zinc, dan
dengan melihat usia perkembangan menimbang berat badan klien setiap
anak, serta pengetahuan keluarga. hari.
Waktu untuk pencapaian tujuan Pemberian cairan rehidrasi
dibuat dengan melibatkan klien, dan enteral berdasarkan bukti penelitian,
keluarga dengan mempertimbangkan dapat mengurangi kematian akibat
usia anak, penyakit penyerta, dan diare hingga 93%, karena co
kondisi anak pada saat dilakukan transport glukosa dan natrium di
pengkajian. Waktu untuk pencapaian seluruh lapisan epitel di usus halus
tujuan dibuat dengan melihat respon, mendukung efek perlindungan dari
dan kemauan keluarga sebagai faktor penggunaan rehidrasi oral terhadap
pendukung untuk kesembuhan klien kehilangan cairan dan elektrolit
(Tomey, & Alligood, 2010). (Munos, Walker, & Black, 2010).
Pencapaian tujuan memerlukan Intervensi ini merupakan tindakan
pemahaman yang baik dari klien untuk mengurangi stimulus, dengan
maupun keluarga. Melalui peran cara pemberian glukosa, dan natrium
perawat sebagai counsellor, dan untuk mempertahankan kondisi usus,
educator, pemberian informasi dan mengganti kehilangan cairan.
8

Menghitung intake, dan output model adaptasi Roy dalam intervensi


cairan serta menimbang berat badan keperawatan secara umum adalah
dilakukan untuk menyingkirkan memerlukan pertimbangan berbagai
stimulus, yaitu menghindari klien aspek untuk menentukan intervensi
terjadi kekurangan atau kelebihan yang tepat. Intervensi yang tepat
cairan. Selama praktik, residen memerlukan pengkajian yang lama,
menerapkan family centered care dan mendalam untuk mengetahui
dengan cara melibatkan keluarga stimulus yang mempengaruhi
untuk bekerjasama menghitung perilaku inefektif.
intake, dan output cairan melalui Evaluasi pada 5 kasus kelolan
pencatatan di buku harian. Residen tentang diagnosa keperawatan
juga memberitahu ibu klien untuk kekurangan volume cairan mencapai
tetap berusaha memberikan ASI, perilaku yang adaptif pada 4 klien
terutama pada klien usia bayi, kelolaan, sedangkan 1 klien
walaupun klien mendapatkan susu meninggal karena syok hipovolemia.
formula juga di RS. Ibu pada dua Waktu pencapaian perilaku adaptif
klien kelolaan memang beralasan pada 4 klien kelolaan berbeda-beda
tidak memberikan ASI, karena ASI karena usia, penyakit penyerta, serta
yang keluar sedikit, tetapi residen keterlibatan keluarga sebagai faktor
tetap memotivasi ibu klien untuk pendukung. Intervensi yang
memompa ASI. Menurut penelitian, diberikan residen untuk mengelola
risiko kematian bayi akibat diare stimulus, melalui intervensi mandiri
lebih tinggi pada bayi yang tidak bersama keluarga, dan kolaborasi
mendapatkan ASI eksklusif dengan profesi lain. Pengelolaan
dibandingkan dengan bayi yang gangguan keseimbangan cairan tidak
mendapatkan ASI eksklusif memerlukan waktu lama pada empat
(Lamberti, Walker, Noiman, Victora, klien kelolaan, karena intervensi
& Black, 2011). Bayi usia 9-11 bulan yang diberikan merupakan aplikasi
yang tidak disusui, kejadian infeksi dari evidence based practice.
rotavirus jauh lebih tinggi (82%) Evaluasi pada 1 klien kelolaan
dibandingkan dengan bayi dalam menunjukkan perilaku inefektif
kelompok usia 0-5 bulan (57%) (Dey karena syok hipovolemia. Syok
et al., 2013). hipovolemia merupakan efek dari
Pemberian intervensi stimulus fokal, kontekstual, dan
keperawatan pada kasus kelolaan residual yang berlangsung sangat
menggunakan model adaptasi Roy lama, sehingga untuk mengelola
secara umum mampu dikelola stimulus tersebut cukup sulit,
dengan baik karena stimulus yang walaupun intervensi yang diberikan
menimbulkan perilaku inefektif sudah ditujukan untuk mengelola
sudah diketahui pada saat semua stimulus yang dihadapi klien.
pengkajian. Pengelolaan stimulus Evaluasi menunjukkan bahwa
dengan memberikan intervensi tidak semua klien mencapai perilaku
berdasarkan evidence based practice adaptif. Ketika perilaku adaptif tidak
meningkatkan adaptasi klien tercapai maka intervensi yang
terhadap gangguan keseimbangan dilakukan terkait gangguan
cairan. Hambatan dalam aplikasi keseimbangan cairan adalah
9

memberikan intervensi yaitu Behrman, R.E., Kliegman, R.M., &


pemberian cairan parenteral dengan Arvin, A.M. (2000). Ilmu
tetesan cepat menuju vena central. kesehatan anak. (A. Samik
Pemberian cairan oral tidak Wahab, penerjemah). Jakarta:
dilakukan karena kondisi klien tidak EGC.
memungkinkan untuk diberikan. Bilal, S.H., Badr, B.S.H., & Al-
Ketika loading cairan tidak mampu Atiyyat, N.M.H. (2014). The
mengatasi kondisi syok hipovolemia, relationship between pain
maka klien diberikan transfusi PRC. experience and Roy adaptation
Kondisi syok mempengaruhi model: Application of
sirkulasi, dan tanda-tanda vital klien, theoretical framework. Middle
untuk mempertahankan tanda-tanda East Journal of Nursing, 8(1).
vital klien yang mengalami Christensen, P.J., & Kenney, J.W.
penurunan, dilakukan pemberian (2009). Proses keperawatan:
dopamin, dan dobutamin. Aplikasi model konseptual (
Yuyun Yuningsih, Yasmin Asih,
KESIMPULAN Penerjemah). Jakarta:EGC.
Aplikasi model adaptasi Roy Dey, S.K., Chisti, M.J., Das, S.K.,
dalam menangani masalah cairan Shaha, C.K., Ferdous, F.,
pada anak berorientasi pada tujuan, Farzana, F.D., ...Salam, M.A.
pendekatan pemecahan masalah yang (2013). Characteristics of
menuntun dalam penetapan diarrheal illnesses in non-breast
keperawatan yang komprehensif. fed infants attending a large
Melalui penerapan model adaptasi urban diarrheal disease hospital
Roy dalam memberikan asuhan in Bangladesh. www.plosone.org
keperawatan, menjadi mediator Gangaraj, S., Das, G., & Madhulata,
dalam pencapaian peran sebagai S. (2013). Electrolytes and blood
perawat spesialis anak. sugar changes in severely acute
Aplikasi model adaptasi Roy malnourished children and its
perlu lebih banyak digunakan dalam association with diarrhoea and
penelitian keperawatan anak. vomiting. International Journal
Penerapan asuhan keperawatan of Pharmaceutical Science
komprehensif yang dikombinasikan Invention, 2(5), 33-36.
dengan penerapan evidence based James, S. R., Nelson, K. A., &
practice akan meningkatkan mutu Ashwill, J. W. (2013). Nursing
asuhan keperawatan. care of children. Fourth Edition.
Missouri:Elsevier.
REFERENSI Lamberti, L.M., Walker, C.L.F.,
Begum, J.A., Hoque, M.M., Hussain, Noiman, A., Victora, C., &
M., Hasan, M.N.A., & Molla, Black, R.E. (2011).
M.H. (2010). Impact of Breastfeeding and the risk for
electrolyte disturbances in diarrhea morbidity and
outcome of acute diarrhoea in mortality.
children. DS(Child) H J, 26 (1), http://www.biomedcentral.com/1
36-40. 471-2458/11/S3/S15.
10

Munos, M.K., Walker, C.L.F., &


Black, R.F. (2010). The effect of
oral rehydration solution and
recommended home fluids on
diarrhoea mortality.
International Journal of
Epidemiology, 39, i75–i87.
Potts, N.L., & Mandleco, B.L.
(2012). Pediatric nursing:
Caring for children and their
families. (3rd ed.).
Canada:Delmar.
Silbernagl, S., & Lang, F. (2013).
Teks dan atlas berwarna:
Patofisiologi. Jakarta:EGC.
Tomey, A. M. & Alligood, M. R.
(2010). Nursing theorist and
their work. (seventh ed).
Missouri:Mosby Elsevier.
Whittemore, R., Jaser, S., Guo., J., &
Grey, M. (2010). A conceptual
model of childhood adaptation to
type 1 diabetes. Nurs Outlook,
58(5), 242-251.
Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R.
(2009). Buku saku diagnosis
keperawatan (Esty
Wahyuningsih, Penerjemah).
Jakarta:EGC.
Wong, L. D., Hockenberry, M.,
Willson, D., Winkelstein, M., &
Schwartz, P. (2009). Buku ajar
keperawatan pediatrik (Agus
Sutarna, Eni Juniarti & H.Y
Kuncara, Penerjemah).
Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai