Anda di halaman 1dari 7

EKONOMI SYARIAH

Disusun Oleh : Frety Adhelia Permatasari


NIM : A1C017054
KELAS :A

JURUSAN AKUNTANSI PAGI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
UANG DALAM EKONOMI ISLAM
Uang oleh sebagian besar penduduk bumi ini dipandang sebagai sesuatu yang amat penting.
Sebab uang dapat dijadikan alat pemenuhan kebutuhan manusia, alat pembayaran yang akan
mempermudah pertukaran barang. Kebutuhan uang muncul karena system barter ternyata banyak
menimbulkan kesukaran. Orang tidak bebas memperjualbelikan barang-barang yang mereka
perlukan.
 Uang dalam Konsep Ekonomi Konvensional
Menurut teori ekonomi konvensional, uang dapat dilihat dari 2 sisi yaitu dari sisi hokum
dan sisi fungsi. Secara hukum, uang adalah sesuatu yang dirumuskan oleh undang-
undang sebagai uang. Jadi segala sesuatu dapat diterima sebagai uang, jika ada aturan
atau hukum yang menunjukan bahwa sesuatu itu dapat digunakan sebagai alat tukar.
Sementara dari sisi fungsinya, uang adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai
alat tukar menukar dan penyimpan nilai.
1. Uang dalam Perekonomian Konvensional
Hadirnya uang dalam system perekonomian akan mempengaruhi perekonomian suatu
negara, yang biasanya berkaitan dengan kebijakan-kebijakan moneter. Pada umumnya
analisis ekonomi suatu negara ditentukan oleh analisis atas ukuran uang yang beredar.
Samuelson mengatakan bahwa banyak ekonom percaya bahwa perubahan jumlah uang yang
beredar dalam jangka panjang terutama akan menghasilkan tingjat harga, sedangkan
dampaknya terhadap output real, adalah sedikit atu bahkan tidak ada. Dengan kata lain,
ekspansi moneter akan menurunkan tingkat bunga pasar. Hal ini akan meningkatkan
pengeluaran untuk investasi usaha riil yang sangat sensitif terhadap tingkat bunga. Ada
beberapa teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku uang dalam ekonomi,
antara lain :
a. Teori moneter klasik
Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori kuantitas uang. Dengan sederhana
Irving Fisher merumuskan teori kuantitas uang, teori ini mendasarkan diri pada filsafa
hukum Say, bahwa ekonomi akan selalu berada dalam keadaan full employment. Berikut
rumusnya :
MV = PT9
Ket :
M = jumlah uang
V = tingkat perputaran uang
P = harga barang
T = volume barang yang menjadi objek transaksi
Artinya, total pengeluaran sama dengan nilai barang yang dibeli.
b. Teori Keynes
Keynes mencoba menjabarkan gagasan Marshal-Pigou, utamanya berkaitan dengan
masalah uang yang berkaitan dengan individual choice.
Menurut Keynes, seseorang mengatur uang atau asetnya dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu:
1. Money demand for transactions
2. Money demand for precautionary
3. Money demand for speculation
Menurut Keynes, Money demand for transactions dan Money demand for precautionary
ditentukan oleh tingkat pendapatan, Money demand for speculation ditentukan oleh
tingkat suku bunga.
2. Konsep Time Value of Money
Time Value of Money adalah nilai waktu dari uang yang bisa bertambah dan berkurang
sebagai akibat dari perjalanan waktu. Dengan memegang uang orang dihadapkan pada risiko
menurunnya daya beli dari kekayaannya sebagai akibat dari inflasi. Sedangkan dengan
memilih menyimpan uang dalam bentuk surat berharga, pemilik akan memperoleh bunga
yang diperkirakan diatas inflasi yang terjadi. Dengan demikian, nilai uang saat berkurang
sekarang nilai subsitusinya terhadap barang akan lebih tinggi dibanding nilainya di masa
yang akan datang.
Definisi Time Value of Money tidak akurat, sebab setiap investasi selalu mempunyai
kemungkinan untuk mendaoatkan hasil positif, negatif, atau bahkan tidak mendapat apa-apa.
Bagi ekonomi konvensional ada dua hal yang menjadi alasan munculnya konsep Time Value
of Money, yaitu :
a. Presence of inflation
b. Preference present consumption to future consumption
Argumen pertama tidak dapat diterima karena tidak lengkap kondisinya. Dalam setiap
perekonomian selalu ada kondisi inflasi dan deflasi. Argumen kedua, preferensi konsumsi
saat ini ke masa yang akan datang. Konsumsi atau investasi masa depan dipengaruhi oleh
beberapa factor, diantaranya :
a. Ketidakpastian return
Dengan mengabaikan ketidakpastian return yang akan diterima. Jika unsur
ketidakpastian return ini dimasukkan, ekonomi konvensional menyebutnya dengan
discount rate.
b. Current goods dan future goods
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh harapannya di masa depan. Meminjam
akan memungkinkan seseorang meningkatkan konsumsi saat ini dengan harga yang
harus dibayar dikemudian hari.
c. Intemporal budget time
Perilaku konsumen seseorang dengan melibatkan lebih satu periode waktu disebut
dengan intemporal consumption pattern.
d. Deriving demand for current consumption
Permintaan seseorang astas suatu barang konsumsi yang akan dikonsumsi pada saat
sekarang.
e. Deriving demand for future consumption
Permintaan seseorang astas suatu barang konsumsi yang akan dikonsumsi pada saat
yang akan datang.
f. Change in endowment point and its effect on demand
Perubahan titik endowment ditentukan oleh besarnya current income dan besarnya
future income.
g. Change in current income
Berubahnya pendapatan seseorang saat ini akan menentukan perubahan tingkat
permintaannya.
h. Change in future income
i. Berubahnya pendapatan seseorang pada masa yang akan datang akan menentukan
perubahan tingkat permintaannya

 Konsep Uang dalam Islam


Islam membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai tetapi uang
bukanlah barang dagang. Uang menjadi berguna hanya jika ditukar dengan benda yang nyata
atau jika digunakan untuk membeli jasa. Oleh karena itu, uang tidak bisa diperjual-belikan
secara kredit. Orang perlu memahami kebijakan Rasulullah SAW, bahwa tidak hanya
mengumumkan bunga atas pinjaman sebagai sesuatu yang tidak sah juga melarang
pertukaran uang dan beberapa pembayaran jika barang dagangan atau mata uangnya adalah
sama. Efeknya adalah mencegah bunga uang yang masuk ke system perekonomian melalu
cara yang tidak diketahui.
 Fungsi Uang
Dalam islam adanya uang dapat memberikan fungsi kegunaan/kepuasan kepada
pemakainya. Oleh karena itu, uang bukanlah suatu komoditas. Uang itu sendiri tidak
memberikan kegunaan. Akan tetapi fungsi uanglah yang memberikan kegunaan.
Dengan demikian, secara definitif dapat diajukan, bahwa fungsi uang adalah sebagai (1)
media pertukaran (untuk transaksi); (2) jaga-jaga/investasi; (3) satuan hitung untuk
pembayaran (ba’i muajjal). Uang merupakan sesuatu yang mengalir (flow concept) dan ia
sebagai barang publik (public goods).
1. Money as Flow Concept
Uang yang berputar untuk produksi akan dapat menimbulkan kemakmuran dan kesehatan
ekonomi masyarakat. Sementara, jika uang ditahan maka dapat menyebabkan macetnya
roda perekonomian, sehingga dapat menyebabkan krisis atau penyakit ekonomi lainnya.
Dalam ajaran islam, uang harus diputar terus sehingga dapat mendatangkan keuntungan
yang lebih besar. Untuk itu uang perlu digunakan untuk investasi di sektor riil. Jika uang
disimpan tidak diinvestasikan kepada sektor riil, maka tidak akan mendatangkan apa-apa.
Penyimpanan uang yang telah mencapai haulnya, menurut ajaran islam akan dikenai
zakat.
2. Money as Public Goods
Uang adalah barang untuk masyarakat banyak. Oleh karena itu, dalam tradisi islam
menumpuk uang sangat dilarang, sebab kegiatan menumpuk uang akan mengganggu
orang lain yang akan menggunakannya. Dari gambaran uang sebagai air yang mengalir
dan uang sebagai barang public, akhirnya dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara
modal dengan uang. Jadi, modal adalah milik pribadi dan uang adalah milik umum.
Dengan kata lain, hanya dengan modal yang diinvestasikan ke sektor riil-lah yang akan
mendatangkan pendapatan (berupa) uang.

 Economic Value Of Time


Konsep time value of money muncul karena adanya anggapan uang disamakan dengan
barang yang hidup (sel hidup). Sel yang hidup, untuk satuan waktu tertentu dapat menjadi
lebih besar dan berkembang.
Dalam sistem ekonomi islam, konsep time value of money tentunya tidak akan terjadi.
Dari surat Al-Ashr ini menunjukan bahwa waktu bagi semua orang adalah sama
kuantitasnya, yaitu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. Namun, nilai dari waktu
akan berbeda dari satu orang dengan orang lainnya. Perbedaan nilai waktu tersebut adalah
tergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkan waktu. Semakin efektif dan efisien,
maka akan semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan efisien akan mendatangkan
keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksankannya. Oleh karena itu, siapapun
pelakunya tanpa memandang SARA secara sunatullah ia akan mendapatkan keuntungan di
dunia.
Implikasi dalam dunia bisnis, ajaran Al-Qulr’an tersebut mengindikasikan bahwa dalam
bisnis selalu dihadapkan pada untung dan rugi. keuntungan dan kerugian tidak dapat
dipastikan untuk masa yang akan datang. Bisnis pada dasarnya adalah hubungan antara risk
dan return. Bisnis bukanlah aktivitas yang mendatangkan keuntungan tanpa ada resiko.
Sebagaimana dijelaskan pada konsep time value of money bahwa sebagai pengganti atas
situasi ketidakpastian, maka dimunculkan konsep discount rate.
Dalam ekonomi islam, penggunaan sejenis discount rate dalam menentukan harga
mu’ajjal (bayar tangguh) dapat dibenarkan. Hal tersebut dapat dibenarkan karena (1) jual
beli dan sewa-menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic value added. (2)
tertahannya hak si penjual yang telah melaksanakan kewajibannya sehingga ia tidak dapat
melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain. Dengan kata lain, selain itu ada beberapa
asumsi dan kejadian yang dapat dijadikan rujukan analisisnya, yaitu (1) harga yang dibayar
tangguh dapat lebih besar daripada harga yang dibayar sekarang. (2) not due to inflation nor
interest forgone. (3) adanya penahanan hak si pemilik barang. Asumsi ini merujuk pada apa
yang pernah dilakukan oleh Zaid Ibn Ali Zainal Abidin Ibn Husein Ibn Ani Thalib.
 Uang dalam Perekonomian Islami
Uang memiliki nilai pada aktivitas ekonomi. Beberapa nilai dan aspek lain yang
berkaitan dengan uang dalam perekonomian sebagai berikut.
1. Uang dan Nilainya
Menurut ekonomi konvensional, bahwa orang yang menumpuk uang maka berarti dia
telah mengumpulkan nilai materi sampai uang yang tertumpuk itu dapat mencapai
kekuatan daya beli. Pandangan demikian adalah keliru, karena ahli ekonomi berbeda
pendapatan dalam menetapkan arti istilah nilai walaupun semua setuju menyatakan
bahwa nilai sesuatu barang adalah harganya. Uang bukanlah sesuatu yang
menguntungkan. Misalnya, uang kertas atau uang logam. Angka yang tertera padanya
tidak menguntungkan dan tidak bernilai. Uang tidak akan bernilai jika tidak digunakan
sebagai alat pembayaran. Maka uang yang ditumpuk tidak sama dengan uang beredar.
Bahkan keuntungan dari emas dan perak pun tidak dapat disamakan dengan keuntungan
yang didapat dengan barang yang dibeli dengan uang logam.
Kini kita telah mengetahui, bila menganggap fungsi uang menjadi simpanan adalah
bernilai maka berarti kita telah memicikkan mata pada kenyataan, sebab uang bukan
untuk disimpan. Pengertian uang tidak untuk disimpan atau ditumpui saja tetapi harus
diproduksikan.
2. Uang dan Ukuran Nilai
Nilai uang selalu berubah dan sifatnya tidak tetap. Proporsi pertukaran, komoditi dengan
uang tidak selalu tetap dan stabil. Oleh karena itulah, kita sering mendengar nilai uang
suatu bangsa turun naik, hal ini berarti daya beli uang negara tersebut naik dan turun.
Oleh karena khawatir nilai uang akan menurun di masa yang akan datang, maka produsen
diminta membayar sejumlah uang muka. Sekarang jumlah tersebut sudah merupakan
bunga yang berlaku dalam bentuk lain.
3. Permintaan dan Penawaran Uang
Permintaan uang didasarkan pada permintaan barang yang tidak terbeli maka terkadang
barang menjadi persediaan yang menumpuk. Hal ini terjadi jika harga dasar penawaran
berbeda dengan harga permintaan. Harga terjadi karena ada tawar menawar, keadaan ini
berlanjut sampai terjadi perbedaan antara penawaran dan permintaan.
Terkait dengan teori permintaan dan penawaran uang dalam ekonomi islami dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Permintaan Uang menurut Mazhab Iqtishoduna
Menurut mazhab ini, permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan pokok,
yaitu : transaksi dan berjaga-jaga atau untuk investasi. Permintaan uang untuk
transaksi merupakan fungsi dari tingkat pendapatan yang dimiliki oleh seseorang.
Di mana semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka permintaan uang
untuk memfasilitasi transaksi barang dan jasa juga akan meningkat.
b. Permintaan Uang menurut Mazhab Mainstream
Landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang ini adalah bahwa islam
mengarahkan sumber-sumber daya yang ada untuk dialokasikan secara
maksimum dan efisien. Pelarangan hoarding money atau penimbunan kekayaan
merupakan “kejahatan” penggunaan uang yang harus diperangi. Pengenaan pajak
terhadap asset produktif yang menganggur merupakan strategi utama yang
digunakan oleh mazhab ini. Ini dilakukan untuk mengalokasikan setiap sumber
dana yang ada pada kegiatan usaha produktif. Pengenaan pajak ini akan
berdampak pada pola permintaan uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin tinggi
pajak yang dikenakan terhadap asset produktif yang dianggurkan, maka
permintaan asset ini akan berkurang.
c. Permintaan Uang menurut Mazhab Alternatif
Mazhab ini sangat erat kaitannya dengan konsep endogenous uang dalam islam.
Teori endogenous dalam islam secara sederhana dapat diartikan sebagai berikut:
“keberadaan uang pada hakikatnya adalah representasi dari volume transaksi yang
ada dalam sektor riil”. Teori inilah yang kemudian menjembatani dan tidak
mendikotomikan antara pertumbuhan uang di sektor monitor dan pertumbuhan
nilai tambah uang di sektor riil. Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah
ekonomi tidak dapat didasarkan semata-mata pada perubahan waktu. Nilai tambah
uang terjadi jika dan hanya jika ada pemanfaatan secara ekonomis selama uang
tersebut dipergunakan. Dengan demikian, tidak selalu nilai uang harus bertambah
walau waktu terus bertambah, akan tetapi nilai tambahnya akan tergantung dari
hasil yang diusahakan dengan uang itu. Secara makroekonomi, nilai tambah uang
dan jumlahnya hanyalah representasi dari perubahan dan pertambahan di sektor
riil. Konsep inilah yang kemudian menjadikan landasan sistem moneter islam
selalu berpijak pada sektor mikroekonomi.
4. Pentingnya Uang dalam Perekonomian
Catatan kita menunjukan bahwa pentingnya uang dalam ekonomi. Oleh karena itu, kita
perlu mempertahankan kelancaran arus peredaran uang agar transaksi yang efisien,
proses memberi atau jual beli dapat berlangsung. Oleh karenanya, dalam islam
penumpukan uang dilarang. Karena dapat memutus arus peredaran. Akibatnya dapat
merintangi efisiensi usaha dan pertukaran komoditas produksi dalam perekonomian. Jika
demikian maka kemakmuran tidak akan dapat tercapai.
Menurut islam, uang yang tertumpuk atau tidak diproduksikan adalah berbahaya bagi
perekonomian. Penumpukan uang dapat menimbulkan ekses yang mendorong manusia
cenderung pada sifat-sifat menyimpang, seperti tamak, rakus, malas beramal, dan
semacamnya. Kalaupun bunga dan menetapkan harga barang yang tinggi. Hal demikian
termasuk eksploitasi dan termasuk riba.

Anda mungkin juga menyukai