Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem listrik di wilayah Jawa ini adalah sistem yang paling kuat di Indonesia. Sistem
besar dengan interkoneksi yg masif memiliki lebih 220 unit pembangkt, sekitar 500 unit
gardu induk saling tersambung secara masif dengan sekitar 17000 kilometer sirkit jaringan
transmisi adalah sistem yang solid yang tak rentan terhadap blackout. Pasokan dari sistem
listrik Jawa Bali sangat andal nyaris tanpa gangguan yang berarti sejak blackout terakhir yang
terjadi 10 tahun lalu, 18 Maret 2009. Sistem disiapkan agar tidak terjadi blackout, namun jika
terjadi, itu bisa terjadi karena gangguan yang tidak diinginkan.

Gangguan pertama memang dari transmisi 500 kilovolt Ungaran Pemalang dan itu
sudah di clearkan dengan beroperasinya proteksi dengan baik. Sistem bertahan tanpa
pemadaman atau pengurangan beban. Berselang sekitar 15 menit kemudian terjadi lagi
gangguan saluran kedua pada jalur yang sama. Sistem pun masih bertahan namun beberapa
menit kemudian disusul dengan terlepasnya saluran transmisi 500 kilovolt Tasikmalaya
Depok sehingaa sistem bagian barat Jawa, yaitu sebagian Jabar Jakarta dan Banten terpisah
membentuk pulau tersendiri.

Terlepasnya transmisi Tasikmalaya Depok yang memisahkan Jawa bagian Barat dan
Timur kemungkinan besar karena terjadinya suatu fenomena sistem listrik yang disebut
power swing. Dengan situasi tersebut dimana sistem barat dengan beban sekitar 12000
Megawatt mengalami defisit sekitar 2000 Megawatt. Menghadapi kondisi ini sebenarnya
sudah disiapkan mitigasi mencegah gangguan berlanjut yaitu pertama pelepasan beban secara
otomatis menggunakan skema UFR atau under frequency relay, kedua merespon turunnya
frequency dengan cadangan panas pembangkit yang mungkin masih tersisa. Ketiga adalah
pengamanan melalui Islanding (membentuk pulau) yaitu memisahkan sistem menjadi
beberapa cluster khususnya islanding Jakarta yang sesuai protapnya harus diamankan dengan
prioritas tinggi dari Blackout. Keempat adalah pelepasan beban secara manual oleh
Dispatcher pengendali sistem Jawa Bali, jika langkah 1,2 dan 3 tidak menunjukkan
keberhasilan. Namun tak berselang lama setelah terpisah terjadi gangguan satu unit
pembangkit lepas dari sistem yang seharusnya bisa tetap bertahan karena sesuai grid code
pembangkit harus bertahan sampai frequency 47.5 Hertz.

1
1.2 Tujuan Masalah

Dari latar belakang di atas, kita mengetahui penyebab dari blackout yang terjadi pada
tanggal 4 agustus 2019, yang seperti banyak dibicarakan bukan karena gangguan pohon
maka terjadi blackout melainkan terjadinya masalah pada sistem pembangkit.

1.3 Batasan Masalah

Pembahasan paper ini dibatasi hanya membahas tentang masalah yang tentang blackout
yang terjadi padan4 agustus 2019, dan juga bagaimana sistem proteksinya pada PLTU.

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 PLTU Suralaya

PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Suralaya adalah salah satu Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) yang dimiliki oleh PT Indonesia Power (IP), yang merupakan anak
perusahaan dari  PT PLN (Persero). Unit Pembangkitan Suralaya pertama kali dibangun pada
tahun 1984 dengan 2 (dua) Unit Pembangkit dan terus di tingkatkan hingga menjadi 7 (tujuh)
Unit Pembangkit dengan total kapasitas terpasang 3.440 MW.

PLTU yang merupakan PLTU terbesar di Indonesia ini memproduksi sekitar 50 persen
dari total produksi PT Indonesia Power dan menyumbang 17 persen dari energi listrik
kebutuhan Jawa-Madura-Bali. Sebagai PLTU penyumbang terbesar kebutuhan energi listrik
Jawa-Madura-Bali, Unit Pembangkitan Suralaya juga tidak mengesampingkan aspek
pencapaian kinerjanya. Terbukti hingga agustus 2019, Unit Pembangkitan Suralaya telah
menunjukan kinerja baik. Hal ini dibuktikan dengan pencapaian EAF (Equivalent
Availability Factor) dan EFOR (Equivalent Force Outage Rate) sampai dengan Agustus
2019 berada di angka 90,16 dan 1,08.

Selain itu Unit Pembangkitan Suralaya juga telah memenangkan berbagai penghargaan
dalam bidang inovasi, K3L & Lingkungan dan CSR di tingkat regional, nasional maupun
internasional salah satunya adalah ASEAN COAL AWARD 2019 yang baru-baru
diterimanya di tahun 2019. Sistem tata kelola yang baik dan selalu mengedepankan dan
memperhatikan aspek keselamatan dan Lingkungan sebagai salah satu kunci prestasi PLTU
Suralaya.

Sebagai bagian dari tata kelola perusahaan yang baik PT Indonesia Power Unit
Pembangkitan Suralaya melakukan Program Tanggung Jawab Sosial atau lebih sering dikenal
dengan Program CSR (Corporate Social Responsibility). Di antaranya mendirikan Eco Park
Suralaya.

Dalam pembangunannya proyek ini menggunakan produk mitra binaan paving blok
yang memanfaatkan fly ash & bottom ash (FABA) sebagai bahan bakunya. Dalam fungsinya,

3
Eco Park Suralaya ini juga menjadi tempat rekreasi serta mata tempat pencaharian baru bagi
masyarakat sekitar dan mitra binaan dengan macam-macam produknya.

Selain itu Unit Pembangkitan Suralaya juga melakukan program penanaman 1.000
(seribu) pohon dalam periode hingga 2021 untuk mengurangi emisi CO2. Unit Pembangkitan
yang sejak tahun 2014 s/d 2018 mendapatkan Proper Hijau dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia ini selalu melakukan berbagai kegiatan
efisiensi energi dan program lingkungan.

Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan Unit secara terus menerus. Bentuk
kegiatan efisiensi penghematan energi yang telah dilakukan dari tahun 2014 hingga Juni 2018
telah mencapai 6.567.415 GJ dan 4.875.669 ton emisi CO2 yang telah berkurang dari
program ini.

Dengan daya terpasang sebesar 8.921,19 MW, PT Indonesia Power menjadi pemasok
listrik terbesar di Indonesia dan terbesar ketiga di Dunia.
Beroperasinya PLTU Suralaya diharapkan akan menambah kapasitan dan
keadalan tenaga listrik di pulau Jawa-Bali yang terhubung dalam sistem
interkoneksi se-Jawa dan Bali, dan juga untuk mensukseskan program pemerintah
dalam rangka untuk penganeka ragaman sumber energi primer untuk pembangkit tenaga
listrik sehingga lebih menghemat BBM, juga meningkatkan kemampuan bangsa Indonesia
dalam menyerap teknologi maju, penyediaan lapangan kerja, peningkatan taraf hidup
masyarakat dan pengembangan wilayah se kitarnya sekaligus meningkatkan produksi
dalam negeri. Berdirinya PLTU Suralaya melalui tiga tahap, yaitu diantaranya adalah:
Tahap I : Membangun dua unit PLTU yaitu Unit 1 dan Unit 2 yang masing-
masing berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai
pada bulan Mei 1980 sampai dengan Juni 1985 dan telah beroperasi
sejak tahun 1984, tepatnya pada tanggal 4 April 1984 untuk Unit 1
dan 26 Maret 1985 untuk Unit 2
Tahap II : Membangun dua unit PLTU yaitu Unit 3 dan Unit 4 yang masing-

masing berkapasitas 400 MW. Dimana pembangunannya dimulai


pada bulan Juni 1985 sampai dengan Desember 1986 dan telah
beroperasi sejak 6 Februari 1989 untuk Unit 3 dan 6 November 1989
untuk Unit 4.

4
Tahap III:Membangun tiga PLTU, yaitu Unit 5, 6 dan 7 yang masing-masing
berkapasitas 600 MW. Pembangunannya dimulai sejak bulan januari 1993
dan telah beroperasi pada Oktober 1996 untuk Unit 5, untuk Unit 6 pada
April 1997 dan Oktober 1997 untuk Unit 7.

2.2 Sistem Proteksi

Definisi
Sistem proteksi adalah suatu sistem pengamanan terhadap peralatan listrik, yang
diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam, kesalahan operasi, dan penyebab yang
lainnya.
Fungsi Proteksi
Fungsi Proteksi adalah memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian
sistem lainnya dapat terus beroperasi dengan cara sbb :
1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya pada bagian sistem yang
diamankannya (fault detection ).
2. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing ).
3. Memberitahu operator adanya gangguan dan lokasinya (announciation)

Pengaman-lebur (fuse) adalah contoh alat pengaman yang paling sederhana yang jika
dipilih dengan tepat dapat memenuhi fungsi tersebut. Untuk pengamanan bagian sistem yang
lebih penting, digunakan sistem proteksi yang terdiri dari seperangkat peralatan proteksi yang
komponen-komponen terpentingnya adalah :
Relay Proteksi : sebagai elemen perasa yang mendeteksi adanya gangguan atau
keadaan abnormal lainnya    (fault detection ).
Pemutus Tenaga (PMT) : sebagai pemutus arus gangguan di dalam sirkit tenaga untuk
melepaskan bagian sistem yang terganggu. Dengan perkataan lain “membebaskan sistem dari
gangguan” (fault clearing ). PMT menerima perintah (sinyal trip ) dari relay proteksi untuk
membuka.
Trafo Arus dan/atau Trafo Tegangan : untuk meneruskan arus dan/atau tegangan
dengan perbandingan tertentu dari sirkit primer (sirkit tenaga ) ke sirkit sekunder (sirkit relay)
dan memisahkan sirkit sekunder dari sirkit primernya.
Battery (aki) : sebagai sumber tenaga untuk mengetrip PMT dan catu daya untuk relay
(relay digital/ relay statik ) dan relay bantu (auxiliary relay ).

5
Hubungan antara komponen-komponen proteksi sebagai suatu sistem proteksi yang
sederhana dapat dilihat pada Gbr. A untuk sistem tegangan menengah (TM) atau tegangan
tinggi (TT), dan Gbr. B , untuk sistem tegangan ekstra tinggi (TET) yang menggunakan
proteksi dobel (duplicate ).

2.3 Rele Arus Lebih (Over Current Relay)

Untuk mengatasi gangguan arus lebih salah satunya kita dapat menggunakan rele arus
lebih. Rele arus lebih adalah rele yang beroperasi ketika arus yang mengalir melebihi batas
yang diizinkan. Rele akan bekerja apabila memenuhi keadaan sebagai berikut :

If > Ip rele bekerja (trip)

If < Ip tidak bekerja (blok)

Dimana IP merupakan arus kerja yang dinyatakan menurut gulungan sekunder dari trafo arus
(CT). Dan If merupakan arus gangguan yang juga dinyatakan terhadap gulungan sekunder
CT. Rele arus lebih ini hampir melindungi semua bagian pada sistem tenaga listrik misalnya
jaringan transmisi, trafo, generator, dan motor. Rele arus lebih dapat berupa Rele arus lebih
waktu tertentu, Rele arus lebih waktu invers, Rele arus lebih waktu instan.

2.3.1 Rele Arus Lebih Waktu Tertentu

6
Setelan rele pengaman dengan menggunakan karakteristik waktu tertentu yang disetel
pada rele hanya didasarkan pada waktu kerjanya rele pengaman dengan tidak melihat
besarnya arus gangguan. Dengan kata lain, semua level arus yang melebihi pickup set point-
nya akan diputuskan dalam waktu yang sama.

2.3.2 Rele Arus Lebih Waktu Invers

Rele arus lebih waktu invers memiliki karakteristik dimana semakin besar arus
gangguan maka rele akan beroperasi dalam waktu yang semakin cepat. Sebaliknya, jika arus
gangguan kecil maka waktu tunda operasi rele akan lebih lama.

2.3.3 Rele Arus Lebih Waktu Instan

Prinsip kerja rele jenis ini adalah tanpa penundaan waktu, tapi masih bekerja dengan
waktu cepat. Pada setelan koordinasi pengaman di sistem distribusi tegangan menengah
disebut dengan setelan instan. Bekerjanya rele ini didasarkan besarnya arus gangguan hubung
singkat yang dipilih dan membukanya CB dalam waktu cepat sekali (80 ms).

2.4 Rele Gangguan Tanah

Gangguan satu fasa ke tanah dapat diamankan dengan rele gangguan tanah. Rele ini
adalah pengaman arus lebih yang dilengkapi zero sequence current filter. Rele gangguan ke
tanah dapat digunakan pada sistem yang dibatasi arus gangguan ke tanahnya menggunakan
sistem pentanahan.

2.5 Fungsi dan Peranan Relay Proteksi

Fungsi dan peranan pemasangan relay proteksi  adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan
memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih sehat serta
sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih
besar,  dengan cara :

 Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat


membahayakan peralatan atau sistem.
 Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami
keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang
terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum
mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.
 Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
 Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang tbaik kepada konsumen.
 Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

7
2.6 Syarat-Syarat Relay Proteksi

 Dalam perencanaan sistem proteksi, maka untuk mendapatkan suatu sistem proteksi
yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

Suatu relay proteksi bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian tertentu dari
suatu sisitem tenaga listrik, alat atau bagian sistem yang termasuk dalam jangkauan
pengamanannya.

Relay proteksi mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya dan
harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan minimum  dan
bila perlu hanya mentripkan pemutus tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang
terganggu, sedangkan bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak boleh terbuka.

Selektivitas dari relay proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam
mengadakan pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya
gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi lebih kecil.

Relay proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau gangguan yang
terjadi didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada kondisi normal atau pada
keadaan gangguan yang terjadi diluar daerah pengamanannya.

Makin cepat relay proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan akibat
gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh
gangguan.

Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu relay proteksi  tidak
bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun, tetapi relay proteksi bila diperlukan
harus dan pasti dapat bekerja, sebab apabila  relay gagal bekerja dapat mengakibatkan
kerusakan yang lebih parah  pda peralatan yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya
relay lain sehingga daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas.

Dengan biaya yang sekecilnya-kecilnya diharapkan relay proteksi mempunyai


kemampuan pengamanan yang sebesar-besarnya. Perangkat relay proteksi disyaratkan
mempunyai bentuk yang sederhana dan fleksibel.

2.7 Penyebab Terjadinya Kegagalan Proteksi

Jika proteksi bekerja sebagaimana mestinya, maka kerusakan yang parah akibat
gangguan mestinya dapat dihindari/dicegah sama sekali, atau kalau gangguan itu disebabkan
karena sudah adanya kerusakan (insulation break down di dalam peralatan), maka kerusakan
itu dapat dibatasi sekecilnya.

Proteksi yang benar harus dapat bekerja cukup cepat, selektif dan andal   sehingga
kerusakan peralatan yang mungkin timbul akibat busur gangguan atau pada bagian sistem
/peralatan yang dilalui arus gangguan dapat dihindari dan kestabilan sistem dapat terjaga.

8
Sebaliknya jika proteksi gagal bekerja atau terlalu lambat bekerja, maka arus gangguan
ini berlangsung lebih lama, sehingga panas yang ditimbulkannya dapat mengakibatkan
kebakaran yang hebat, kerusakan yang parah pada peralatan instalasi dan ketidak stabilan
sistem.

Tangki trafo daya yang menggelembung atau jebol akibat gangguan biasanya karena
kegagalan kerja atau kelambatan kerja proteksi.

Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi juga akan mengakibatkan bekerjanya proteksi
lain disebelah hulunya (sebagai remote back up) sehingga dapat mengakibatkan pemadaman
yang lebih luas atau bahkan runtuhnya sistem (collapse).

Kegagalan atau kelambatan kerja proteksi dapat disebabkan antara lain oleh :

1 Relaynya telah rusak atau tidak konsisten bekerjanya.


2 Setelan (seting) relaynya tidak benar(kurang sensitif atau kurang cepat).
3 Baterenya lemah atau kegagaLan sistem DC suply sehingga tidak mampu mengetripkan
PMT-nya.
4 Hubungan kotak kurang baik pada sirkit tripping atau terputus.
5 Kemacetan mekanisme tripping pada PMT-nya karena kotor, karat, patah atau meleset.
6 Kegagalan PMT dalam memutuskan arus gangguan yang bisa disebabkan oleh arus
gangguanya terlalu besar melampaui kemampuan pemutusan (interupting capability), atau
kemampuan pemutusannya telah menurun, atau karena ada kerusakan.
7 Kekurang sempurnaan rangkaian sistem proteksi antara lain adanya hubungan kontak
yang kurang baik.
8 Kegagalan saluran komunikasi tele proteksi.
9 Trafo arus terlalu jenuh.

2.7 Gangguan Pada Sistem Penyaluran

Jaringan tenaga listrik yang terganggu harus dapat segera diketahui dan dipisahkan dari
bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar kerugian yang lebih besar
dapat dihindarkan.

Gangguan pada jaringan tenaga listrik dapat terjadi diantaranya pada pembangkit,
jaringan transmisi atau di jaringan distribusi. Penyebab gangguan tersebut  tersebut  dapat
diakibatkan oleh gangguan sistem dan non sistem. 

9
1 Gangguan sistem

Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik seperti pada
generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan sistem dapat
dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer.

 Gangguan temporer adalah gangguan yang hilang dengan sendirinya bila PMT
terbuka, misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash over pada isolator SUTT.
Pada keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali, secara manual atau otomatis
dengan AutoRecloser.
 Gangguan permanen adalah gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya,
sedangkan untuk pemulihan diperlukan perbaikan, misalnya kawat SUTT putus.
2 Gangguan non sistem

PMT terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem, dapat saja
PMT terbuka oleh karena relay yang bekerja sendiri atau kabel kontrol yang terluka atau
oleh sebab interferensi dan lain sebagainya. Gangguan seperti ini disebut gangguan bukan
pada sistem, selanjutnya disebut gangguan non–sistem.

Jenis-jenis gangguan non-sistem antara lain :

 kerusakan komponen relay ;


 kabel kontrol terhubung singkat ;
 interferensi / induksi pada kabel kontrol.

10
BAB III

DATA

1. Data Teknik Komponen Utama PLTU Suralaya

a. Data teknik peralatan PLTU Suralaya Unit 1-4

1. Ketel (boiler)

Pabrik Pembuat : Babcock & Wilcox, Canada

Tipe : Natural circulation single drum radiantwall out door

Kapasitas : 1168 ton uap/jam

Tekanan uap keluar superheater : 174 kg/cm2

Suhu uap keluar superheater : 540◦C

Tekanan uap keluar reheater : 39,9 kg/cm2

Bahan bakar utama : batubara

Bahan bakar cadangan : minyak residu

Bahan bakar penyalaan awal : minyak solar

2. Turbin

Pabrik pembuat :Mitsubishi Heavy Industries, Jepang

Tipe :Tandem Compound Double Exhaust

Kapasitas : 400 MW
Tekanan uap masuk : 169 kg/cm2
Temperatur uap masuk : 538o C
Tekanan uap keluar : 56 mmHg
Kecepatan putar : 3000 rpm
Jumlah tingkat : 3 tingkat
Turbin tekanan tinggi : 12 sudu
Turbin tekanan menengah : 10 sudu
Turbin tekanan rendah 1 : 2 * 8 sudu
Turbin tekanan rendah 2 : 2 * 8 sudu

11
3. Generator Listrik
Pabrik pembuat :Mitsubishi Heavy Industries, Jepang
Kecepatan putaran : 3000 rpm
Jumlah fasa :3
Frekuensi : 50 Hz
Tegangan : 23 kV
KVA keluaran : 741 MVA
KW : 400.350 kW
Arus : 11.823 A
Faktor daya : 0,85
Hubungan singkat : 0,5
Media pendingin : Gas Hidrogen
Tekanan gas : 4 kg/cm2
Volume gas : 80 cm3
Tegangan penguat medan : 500 V
Rasio :Y

12
BAB IV

ANALISA

1. Sistem Interkoneksi

Sistem interkoneksi adalah suatu sistem tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pusat
listrik (pembangkit) dan beberapa gardu induk (GI) yang saling terhubung (terinterkoneksi)
antara satu dengan yang lain melalui sebuah saluran transmisi dan melayani beban yang ada
pada semua gardu induk (GI) yang terhubung.

Pada sistem ini anda akan mengenal parameter listrik yang penting dan bisa disebut
juga sebagai parameter sinkron yaitu sudut phasa, frekuensi dan tegangan harus sama dalam
satu sistem interkoneksi.

Jika yang dimaksud pada bahasan ini adalah interkoneksi sistem 500KV berarti antar
sistem interkoneksi harus memiliki parameter sinkron yang sama yaitu tegangan 500KV,
frekuensi 50 Hz (frekuensi standar Indonesia) dan pergeseran sudut phase antar sistem pun
harus sama (pada sebuah trafo, kesamaan shudut phase antar sistem sinkron indikatornya
adalah vektor grup trafo yang sama).

Pada gambar diatas menjelaskan sistem interkoneksi 500KV untuk sistem Barat dan
sistem Timur pulau Jawa. Dari uraian sebelumnya, maka anda harus bisa menyimpulkan
bahwa pada gambar diatas nilai tegangan dan frequensi antara sistem Barat dan Timur adalah

13
"sama". Kalaupun ada perbedaan, hal tersebut haruslah masih dalam batas toleransi yang
diatur sesuai dengan grid code jaringan PLN.

Biasanya nilai tegangan sifatnya lebih variatif dan bersifat lokal bahwa tiap daerah
memiliki sedikit perbedaan berdasarkan panjangnya jarak hantaran yang menimbulkan drop
tegangan dan juga berdasarkan besarnya sifat beban induktif atau kapasitif pada suatu daerah
beban.

Lain halnya dengan frekuensi yang sifatnya lebih global dalam sebuah sistem
interkoneksi. Artinya besarnya frekuensi pada jaringan sistem interkoneksi akan terjaga tetap
sama.

Untuk parameter sudut phase sudah tidak menjadi perhatian khusus pada bahasan ini
karena sistem yang dibahas adalah sistem yang sudah terpasang dan teruji, pastinya
pergeseran sudut phase tidak menjadi isu penting selama tidak ada proses instalasi komponen
listrik baru dalam sebuah sistem interkoneksi existing.

2. Analisa Gangguan

Gambar diatas adalah menjelaskan tentang kondisi gangguan yang terjadi yang secara
tidak langsung menggambarkan hubungan frekuensi, supply dan demand.

14
Garis biru menandakan frekuensi sisi Timur sedangkan garis hijau menandakan
frekuensi sisi Barat. Sebelum ganguan frekuensi sisi Barat dan sisi Timur adalah sama,
berhimpitan garis atau satu nilai yaitu 50Hz.  

Pada saat gangguan terjadi yaitu terputusnya hubungan interkoneksi sisi Barat dan sisi
Timur, terlihat frekuensi sisi Barat memisahkan diri dengan mengayun kebawah nilai standar.
Sebaliknya frekuensi sisi Timur justru mengayun keatas nilai standarnya. Apa yang terjadi ?

Kenapa frekuensi sisi Barat turun sedangkan frekuensi sisi Timur naik saat gangguan
tersebut? sesuai dengan analisa supply dan demand yang telah dijelaskan pada uraian
sebelumnya.

Sisi Timur merupakan daerah dominan Supply sehingga ketika terputus dari sisi Barat,
yang terjadi adalah over supply atau devisit demand. Hal ini akan dibaca oleh parameter
frekuensi dengan menunjukan nilai frekuensi diatas standar.

Terlihat pada gambar garis biru, bahwa saat setelah gangguan dengan terputusnya jalur
listrik sisi Barat dan Timur, frekuensi sisi Timur mengalami lonjakan kenaikan tetapi
langsung kembali stabil disatu nilai yang masih dalam rating toleransi. 

Pada kondisi ini sistem kendali supply disisi Timur bekerja dengan baik yaitu
menurunkan nilai pembangkitan mengikuti perubahan demand yang ada demi menjaga
kualitas tingkat pelayanan mutu (TMP) yang di syaratkan.

Sedangkan sisi Barat merupakan daerah dominan demand atau dominan beban sehingga
ketika terputus dari sisi Timur, yang terjadi adalah over demand (over load) atau devisit
supply (devisit power) karena untuk demand di sisi Barat, sebagian supply power berada
disisi Timur dan terputus. 

Hal ini akan dibaca oleh parameter frekuensi dengan menunjukan nilai frekuensi
dibawah standar.

Terlihat pada gambar garis hijau bahwa saat setelah gangguan dengan terputusnya jalur
listrik sisi Barat dan Timur, frekuensi sisi Barat mengalami lonjakan penurunan, kemudian
beranjak menuju normal tetapi sistem jaringan keburu collapse dan blackout.

Frekuensi sisi Barat sempat beranjak naik sesaat setelah gangguan, menandakan bahwa
sistem jaringan sisi Barat sudah melakukan proses load shedding pengurangan beberapa

15
beban, tetapi  pada waktu dan kondisi yang sama terjadi pula pelepasan pembangkitan dalam
skala yang cukup besar di sisi Barat yang jumlah kehilangan supplynya tidak bisa diimbangi
dengan proses load shedding yang dirancang. Hal itu diindikasikan dengan penunjukan
parameter frekuensi sisi Barat (garis hijau) yang semakin parah menuju nol Hz. 

3. Masalah yang biasa terjadi pada turbin uap

Turbin uap adalah alat mekanis yang mampu mengubah uap menjadi energi kinetik,
sehingga berfungsi sebagai penggerak poros turbin. Uap itu sendiri berasal dari boiler yang
mengeluarkan “panas berlebih” atau uap yang sangat panas.

Poros turbin yang digerakkan dibantu oleh pengurangan roda gigi akan menghubungkan
proses mekanisme dengan daerah industri seperti pembangkit listrik dan industri transportasi.
Steam tekanan tinggi akan masuk ke turbin dan terus mengalir di porosnya ke titik keluar
turbin.

Bagian utama dari turbin uap dibagi menjadi dua jenis, yaitu rotor dan stator, yang
didukung oleh bagian lain seperti kopling, bantalan dan komponen lainnya.

Turbin uap sewaktu-waktu dapat memancarkan getaran atau getaran turbin yang
mengindikasikan kerusakan pada suatu komponen. Berikut adalah beberapa penyebab getaran
pada turbin uap:

Ketidakseimbangan

16
Rotor bergerak dari pusat rotasi, menghasilkan getaran yang cukup tinggi. Nilai
amplitudo getaran yang dihasilkan sama dengan getaran rotasi.

Resonansi

Setiap komponen motor yang dipasang memiliki nilai frekuensi alami, yang masing-
masing tidak boleh sama dengan nilai frekuensi pada putaran mesin. Jika ada persamaan
nilai, itu dapat menyebabkan getaran atau resonansi yang tinggi.

Misalignment

Saat menghubungkan, poros tidak lurus atau tidak simetris, ini bisa menghasilkan
getaran. Secara umum, penyebab getaran akibat misalignment hampir mirip dengan gejala
ketidakseimbangan. Perbedaannya terletak pada sudut fase yang dapat dianalisis
menggunakan vibrometer. Beberapa komponen mungkin tidak selaras, seperti rantai,
sambungan, roda gigi, dan lainnya.

Bantalan rusak

Getaran lain disebabkan oleh kerusakan atau cacat bergulir. Ada dua jenis bantalan
yang berpotensi rusak, yaitu bantalan soket dan bantalan anti-gesekan. Jenis bantalan anti
gesekan adalah bantalan rol dan bantalan bola. Mengenai jenis bantalan polos

Baut penahan longgar

Getaran juga dapat disebabkan oleh baut pada bagian penahan yang tidak kencang, yang
menyebabkan getaran ketika turbin berputar.

Oil Whirl

Getaran ini disebabkan oleh perubahan karakteristik pelumas mesin yang digunakan.

Gesekan

Munculnya gesekan pada komponen yang berputar menyebabkan getaran yang disebut
gesekan. Padahal, gesekan yang terjadi terjadi terus menerus saat turbin berputar.

17
Water Hammering

Getaran ini disebabkan oleh penambahan uap pada saluran turbin atau tekanan tinggi
dari suplai uap, yang menyebabkan getaran tinggi.

Dengan menganalisis getaran menggunakan alat vibration meter dalam turbin,


kesalahan atau kerusakan pada komponen turbin akan terdeteksi. Dengan demikian,
perbaikan dapat dilakukan segera agar tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

Proses analisis getaran adalah bagian dari pemeliharaan preventif, pemeliharaan


dilakukan sebelum mesin rusak parah, sehingga biaya menjalankan mesin menjadi lebih
ekonomis.

18
BAB V

KESIMPULAN

Padamnya lampu ini dimulai sejak Minggu siang mulai pukul 11.45 WIB. Pada
awalnya ada beberapa kali gangguan transmisi Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi
(SUTET) 500 kV di Ungaran dan Pemalang.

Di Jawa Barat terjadinya gangguan pada Transmisi SUTET 500 kV mengakibatkan


padamnya sejumlah Area, sebagai berikut:

 Bandung
 Bekasi
 Cianjur
 Cimahi
 Cirebon
 Garut
 Karawang
 Purwakarta
 Majalaya
 Sumedang
 Tasikmalaya
 Depok
 Gunung Putri
 Sukabumi
 Bogor

Gas Turbin 1 sampai dengan 6 Suralaya mengalami trip, sementara Gas Turbin 7 saat
ini dalam posisi mati (off).

Gangguan pada SUTET di dua tempat itu menyebabkan transfer listrik dari timur ke
barat Pulau Jawa mengalami kegagalan.

19
Kegagalan ini pada akhirnya menyebabkan gangguan di seluruh pembangkit di sisi
tengah dan barat Pulau Jawa.

Dengan adanya gangguan transmisi itu, pada pukul 11.48 WIB detik ke-11, kejadian itu
menyebabkan jaringan SUTP Depok-Tasik mengalami gangguan karena tegangannya tidak
stabil.

Pada pukul 11.48 WIB terjadi black out pada jaringan di Jawa Barat, DKI Jakarta dan
Banten yang berdampak pada aliran listrik sejumlah gardu induk.

Pada pukul 16.27 WIB, PLN telah berhasil mengoperasikan PLTA Saguling dan PLTA
Cirata yang berfungsi sebagai penstabil daya dan tegangan, serta untuk mengirim pasokan
listrik dari Timur ke Barat menuju PLTU Suralaya.

Setelah PLTU Suralaya stabil, normalisasi listrik diperkirakan berlangsung hingga 6


jam ke depan sejak pukul 17.30 WIB untuk menormalkan seluruh sistem Jawa Barat dan
Banten.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. https://investor.id/business/blackout-bisa-terjadi-dimana-dan-kapan-saja-bahkan-di-
negara-maju
2. https://republika.co.id/berita/pyc6x9415/mengenal-lebih-dekat-pltu-suralaya
3. http://blog.unnes.ac.id/antosupri/sistem-proteksi/
4. http://repository.its.ac.id/41360/1/2212100180_Undergraduate_Theses.pdf
5. https://rikikhomarudin09.wordpress.com/2018/02/08/rele-proteksi-pada-saluran-
transmisi-dan-gardu-induk/
6. https://docplayer.info/50545538-Bab-ii-tinjauan-umum-pltu-suralaya.html
7. https://www.kompasiana.com/suhinar/5d4e201a097f36639777d4b3/blackout-pln-
4-agustus-2019-supply-vs-demand?page=all
8. https://medium.com/@testindonesia/penyebab-timbulnya-getaran-pada-turbin-u-
e8812128dcc2
9. https://www.finansialku.com/penyebab-mati-lampu-4-agustus-2019/

21

Anda mungkin juga menyukai