Makalah Lengkap - Sigit Suryatama
Makalah Lengkap - Sigit Suryatama
Abstrak—Menjaga layanan sesuai dengan Service Level memiliki jaringan backbone dan akses yang tersebar ke
Agreement (SLA) merupakan hal penting bagi penyedia layanan seluruh penjuru nusantara. Dalam keseharian operasional
komunikasi data seperti PT. XYZ. Permasalahan timbul ketika jaringannya, tentu saja tidak terlepas dari terjadinya gangguan.
terjadi gangguan di segmen lastmile, dimana tidak semua Baik di segmen backbone (core), segmen transport atau
pelanggan berskala kecil memiliki backup, sehingga
menyebabkan terputusnya layanan. Paper ini memaparkan
distribusi, maupun di segmen akses (last mile)[1]. Untuk
sebuah desain teknologi berbasis Machine-to-Machine (M2M) mencapai target Service Level Agreement (SLA), sebuah
yang berfungsi sebagai solusi sementara saat terjadi gangguan kontrak yang bersifat formal dan digunakan untuk menjamin
media akses pelanggan, sehingga layanan tetap bisa berjalan kualitas layanan yang di berikan kepada konsumen dapat
selama proses troubleshooting dilakukan. Metode yang di dicapai [2].
gunakan adalah analisis, design dan simulasi. Teknologi yang di Di segmen backbone dan transport, tentu diversitas atau
rancang terdiri dari Router Core yang terkoneksi dengan backup jalur sudah dipenuhi sehingga minim kemungkinan
internet dan Cloud Service sebagai Server M2M. Di sisi client, terjadinya gangguan yang dapat menyebabkan blackout pada
sebuah Router Wireless dikombinasikan dengan modem dan
layanan. Berbeda dengan segmen akses atau lastmile yang
kartu seluler untuk mendapat koneksi internet. Server dan
Client M2M menjalin komunikasi melalui teknologi Virtual berada di lokasi pelanggan, tidak semua segmen lastmile ini
Private Network (VPN) Tunneling yaitu Ethernet over Internet memiliki jalur diversity jaringan yang memadai khususnya
Protocol (EoIP) over Secure Socket Tunnelling Protocol (SSTP) pada jaringan pelanggan skala kecil. Sehingga apabila terjadi
sehingga router wireless ini menjadi sebuah modem media akses. gangguan di jaringan lastmile ini, maka akan terjadilah
Hasil ujicoba yang di lakukan di beberapa lokasi, diperoleh rata- blackout layanan di lokasi pelanggan tersebut.
rata delay ping test dengan beban 1500 bytes sebesar 160
milisecond, throughput rata-rata sebesar 1 Mbps, dan jitter rata-
rata 21 milisecond. Berdasarkan hasil tersebut, dapat Data Gangguan Media Akses PT. XYZ Lain-Lain
disimpulkan teknologi M2M ini memiliki kualitas dan kecepatan 3% 3rd Party
3% 3%
yang masih tergolong cukup sebagai layanan sementara selama 4%
Radio Link
proses perbaikan media akses utama di lakukan sehingga 36%
6%
Wireline
peningkatan availabilitas jaringan dapat tercapai. 11%
Miss Configuration
BWA
Kata Kunci— SLA, M2M, VPN, SSTP, EoIP. 34%
Fiber Optik
I. PENDAHULUAN VSAT
MTTR
4,50
4,00
5%
Tabel 1 di atas merepresentasikan nilai waktu downtime
3,50
8%
pada skala prosentase availabilitas tertentu. Penentuan SLA
3,00
suatu provider umumnya mengacu pada jumlah downtime
2,50
bulanan atau skala availabilitas bulanannya dalam melakukan
Hours
2,00 4,18 5%
1,50
3,67 9% perhitungan tagihan ke konsumennya.
2%
1,00 2,16
2,36 Layanan VPN PT.XYZ memiliki nilai SLA yang di
0,50 1,16 tetapkan sebesar 99,95%, dimana menurut perhitungan skala
- availabilitas jaringan hanya boleh downtime tidak lebih dari 4
Wireline Miss Configuration BWA Fiber Optik VSAT
Media Akses jam 23 menit dalam satu tahunnya. Angka ini di jadikan
sebagai kesepakatan target MTTR dalam proses perbaikan
Gbr. 2 Grafik MTTR per gangguan remote (2018) jaringan yaitu di 4 jam. Untuk dapat meningkatkan kualitas
Rata-rata MTTR terlama adalah gangguan di Fiber Optik, layanan mencapai level skala availabilitas “five nine” atau
seperti kabel terputus akibat galian. Sementara Wireline, di 99,999% mewajibkan layanan tidak boleh terputus selama
kategori ini adalah summary gangguan yang terjadi akibat 5,26 menit saja per tahunnya.
perangkat modem di lastmile rusak maupun kabel putus di
dalam gedung yang proses troubleshootingnya bisa di pastikan
B. Machine to Machine (M2M)
memakan waktu yg cukup lama. Terlihat juga bahwa tingkat Teknologi Machine-to-Machine (M2M) didefinisikan
pencapaian MTTR untuk lima besar penyumbang gangguan sebagai suatu komunikasi yang terjadi antar perangkat, baik
tertinggi di PT.XYZ masih memiliki rata-rata di atas 3 jam. melalui kabel atau tanpa kabel. Sistem ini berjalan secara
Di latar belakangi permasalahan di atas, maka melalui otomatis yang mana tidak memerlukan user pengontrol untuk
penelitian ini di desainlah sebuah perangkat yang dapat di memonitor suatu objek tertentu dengan algoritma yang telah
fungsikan sebagai solusi jaringan sementara berupa perangkat dirancang. Dalam kasus penelitian ini, M2M mengacu pada
Modem Machine to Machine (M2M) yang dapat komunikasi antara dua perangkat atau lebih, dimana satu
menggantikan fungsi dari media akses eksisting terganggu perangkat berfungsi sebagai server, dan perangkat lainnya
sehingga layanan konsumen tetap dapat selama proses berperan sebagai client. Komunikasi antara server dan client
perbaikan jaringan dilakukan. ini dibangun melalui sebuah tunnel VPN yang menggunakan
internet sebagai media penghubungnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA Gambar 3 di bawah merupakan arsitektur M2M menurut
European Telecommunication Standards Institute (ETSI):
A. Service Level Agreement (SLA) dan Availabilitas
SLA merupakan kontrak antara penyedia layanan dan
pelanggan terhadap layanan apa disediakan oleh penyedia dan
konsekuensi apa yang akan diberikan apabila penyedia tidak
dapat memenuhi kesepakatan yang telah ditetapkan bersama
tersebut [3]. Dengan adanya SLA, output yang dihasilkan dari
suatu aktivitas memiliki kejelasan ukuran keberhasilan
layanan dari sisi kualitas, kuantitas ataupun waktu
penyelesaiannya
Pada suatu provider, umumnya SLA-nya dapat diukur
dalam skala availabilitas. Availabilitas merupakan istilah yang
digunakan untuk memastikan bahwa tingkat kinerja suatu
fungsi yang disepakati (misalnya uptime jaringan) lebih besar
dari periode umum. Availabilitas dinyatakan sebagai
persentase waktu aktif dalam satu periode tertentu[4].
TABEL I
PERSENTASE AVAILABILITAS
AVAILABLITAS DOWNTIME
(%) Tahun Bulan Minggu Hari
90 36.6 h 72 j 16.8 j 2.24 j
99 3.65 h 7.2 j 1.68 j 14.4 m
99,9 8.76 j 43.8 m 10.1 m 1.44 m
99,99 52.56 m 4.38 m 1,01 m 8.66 d
M2M Applications
M2M
Management
Network Functions
M2M Service Capabilities
Domain
Access Network
M2M
Applications
Device and
Gateway M2M
Domain Service Gbr. 4 Virtual Private Network [6]
Capabilities
M2M
M2M Gateway Applications Banyak jenis dari protokol VPN yang telah di kembangkan
M2M
Service
saat ini dengan menawarkan fitur keamanan dan performansi
M2M Area
Capabilities yang berbeda-beda. Terdapat beberapa jenis protokol VPN,
Network
M2M Device
diantaranya: Point-to-Point Tunnelling Protocol (PPTP),
Layer 2 Tunnel Protocol (L2TP), OpenVPN, Secure Socket
M2M Device
Tunnelling Protocol (SSTP), and Internet Key Ex-change
version 2 (IKEv2). Di dalam penelitian ini, protokol VPN
yang di gunakan adalah SSTP.
Gbr. 3 Arsitektur M2M menurut ETSI [5]
D. Secure Socket Tunneling Protocol (SSTP)
Secara arsitektur, jaringan M2M terdiri dari blok Network Protokol SSTP ini dipilih karena memiliki kemampuan
dan Device dan Gateway. Blok network bertanggung jawab menembus firewall yang tidak dapat dilewati oleh trafik PPTP
dalam urusan media yang diperlukan dalam membangun dan L2TP/IPSec[7]. Teknologi ini bekerja layaknya Hypertext
konektivitas antar perangkat M2M, dimana dalam konteks Transfer Protocol Secure (HTTPS) yang menggunakan
penelitian ini adalah jaringan internet. Sedangkan blok Device Secure Socket Layer (SSL). SSTP membawa koneksi tunnel
dan Gateway bertanggung jawab pada proses terbentuknya Point-to-Point Protocol (PPP) melalui sebuah kanal Transport
komunikasi antar perangkat M2M itu sendiri, misalkan Layer Security (TLS) yang fungsinya membuat port 443
perangkat M2M dan sistem komunikasinya. memungkinkan SSTP mampu melewati semua firewall dan
proxy server secara virtual.
C. Virtual Private Network (VPN) Pada gambar 5 bawah ini di ilustrasikan mekanisme
Teknologi VPN merupakan teknologi jaringan private yang koneksi melalui SSTP tunnel:
menjadi solusi dalam komunikasi jarak jauh yang bersifat
aman dan memungkinkan untuk dibangun di atas jaringan
publik, menjadikan tingkat fleksibilitas dan nilai ekonomisnya
tinggi sehingga banyak digunakan dewasa ini. Dengan
meningkatnya pengguna VPN, keamanan data saat melewati
jaringan publik menjadi perhatian utama. Gambar 4 di bawah
ini menunjukkan bahwa untuk memperoleh tingkat keamanan
data yang tinggi, sistem VPN memerlukan tunnel terenkripsi
antara server VPN dengan clientnya melewati jaringan publik.
Gbr. 5 Mekanisme koneksi SSTP [8]
(vlan) 40
J itter (milisecond)
30
A. Hasil Pengujian 1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97
Percobaan
Pengujian ini dilakukan dengan lokasi perangkat router
M2M di dalam kantor (gedung) di daerah Jakarta Selatan, Gbr. 9 Grafik hasil test Jitter
tercatat hasil uji ping yang di lakukan tanpa beban mencapai Pengujian berikutnya dilakukan dengan kondisi real, yaitu
rata-rata waktu pulang-pergi sebesar 65 milisecond. media akses M2M ini di pasang secara langsung di salah satu
Kemudian untuk kondisi di bebani ukuran paket 1500, hasil pelanggan. Pelanggan ini bergerak di sektor perbankan, yang
rata-rata waktu tempuhnya 169 milisecond (Gambar 7). saat itu terjadi gangguan pada media akses Wireless
Kemudian hasil uji throughput mendapatkan rata-rata Broadbandnya yaitu kerusakan komponen antena. Lokasi
kecepatan 1048 kilobit per second (kbps) atau dikisaran pelanggan ini berada di kawasan industri MM2100, Cikarang.
1Mbps (Gambar 8). Sedangkan hasil uji jitter di peroleh rata- Hasil yang di peroleh ditunjukkan pada Gambar 10 di bawah.
rata 21 milisecond (Gambar 9). Untuk ping tanpa beban, tercatat rata-rata waktu yang
190
diperlukan adalah 62 milisecond, sementara saat di test
185 dengan beban paket ukuran 1500, waktu tempuhnya 139
180
miliseconds.
175
170
Waktu (ms)
165 250
160
155
200
150
145
Waktu (ms)
140 150
135
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97
100
Percobaan
50
Gbr. 7 Grafik hasil test ping modem M2M (1500 bytes)
0
3000 1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97
Percobaan
2500
Gbr. 10 Grafik Hasil pengujian ping M2M di jaringan pelanggan (1500
bytes)
Bitrate(kbps)
2000
Gambar. 11 Grafik rata-rata waktu troubleshooting kerusakan media akses 4 VSAT TDMA 512
5 VSAT SCPC 2048
Dengan menggunakan M2M ini sebagai media jaringan
6 M2M 1024
pengganti sementara, maka permasalahan lamanya MTTR
tersebut dapat di kurangi pada pelanggan-pelanggan skala Dari aspek bisnis, saat ini PT.XYZ sebenarnya sudah
kecil menengah. Proses implementasi perangkat ini cukup memiliki produk katalog yang disebut sebagai VPN bright.
mudah, tim teknisi yang dikirimkan ke pelanggan, sebelum Jasa VPN Bright merupakan bagian dari layanan VPN yang
melakukan troubleshooting media akses utamanya, terlebih menggunakan media M2M sebagai aksesnya. Namun di
dulu memasang modem M2M ini untuk mengganti koneksi kondisi saat ini, produk ini belum di deliver sendiri oleh kami.
perangkat akses utama yang sedang terganggu. Kemudian tim Layanannya masih menggunakan jasa dari pihak ke tiga.
NOC memindahkan konfigurasi interkoneksi layanannya. Terdapat 2 perusahaan yang bekerja sama untuk layanan ini.
Sehingga jaringan pelanggan segera dapat terkoneksi kembali Dari sekitar hampir 35 ribu pelanggan komunikasi data yang
dalam waktu yang singkat. Tingginya angka MTTR dapat ada hingga Januari 2019, terdapat kurang lebih 6500
tereduksi, dan availabilitas pelanggan dapat terjaga sesuai pelanggan atau sekitar 18 persen yang menggunakan jenis jasa
dengan SLA yang ada. VPN Bright.
Dengan adanya teknologi yang telah di uji ini, terdapat
C. Analisa Kelayakan Akses M2M Sebagai Potensi Sebuah potensi untuk mengeliminasi sistem kerjasama yang selama
Produk
ini di jalankan dengan mitra-mitra layanan VPN bright
Dengan rata-rata hasil ping test di kisaran 50 milisecond di tersebut sehingga layanan dapat langsung tangani oleh internal
kondisi tanpa beban, dan 160 milisecond menggunakan beban perusahaan tanpa melibatkan pihak ke tiga. Bila ini bisa
1500 bytes serta mampu mendeliver kecepatan data di kisaran terwujud, maka akan banyak keuntungan yang bisa di peroleh.
1Mbps seharusnya teknologi M2M ini masih layak untuk di Diantaranya tidak ada lagi biaya yang dikeluarkan untuk pihak
jadikan suatu produk, sekalipun bila di bandingkan dengan ke tiga, kemudian dengan layanan yang di manage sendiri,
media akses lain, M2M ini masih memiliki banyak kontrol atas SLA jaringan ke konsumen bisa lebih terjaga.
keterbatasan. Pada Tabel 2 di bawah, ditampilkan nilai rata- Sehingga availabilitas layanan juga bisa lebih ditingkatkan.
rata ping test dari beberapa media akses. Tercatat akses fiber Namun tetap di perlukan kajian-kajian lebih mendalam terkait
optik memiliki kualitas yang paling baik di angka 2 dengan proses bisnis dan aspek-aspek yang lain.
milisecond, di susul oleh akses radio link point to point
dengan 5 milisecond, kemudian broadband wireless dengan V. KESIMPULAN
rata-rata waktu 26 miliseconds. Penelitian ini ditujukan untuk merancang dan menguji
sebuah sistem media akses jaringan berbasis M2M yang
digunakan sebagai solusi sementara untuk meningkatkan level [5] ETSI TS 102 690 V2.1.1 (2013-10) Machine-to-Machine
communications (M2M); Functional architecture, 2013
availabilitas pada pelanggan-pelanggan dengan skala kecil [6] J. B. R. Lawas, A. C. Vivero and A. Sharma, "Network performance
menengah disaat terjadi gangguan pada media akses evaluation of VPN protocols (SSTP and IKEv2)," 2016 Thirteenth
utamanya, sehingga dapat menekan panjangnya durasi MTTR International Conference on Wireless and Optical Communications
dalam penanganan gangguannya. Sistem M2M dibangun Networks (WOCN), Hyderabad, 2016, pp. 1-5.
[7] S. Narayan and S. Tauch, "IPv4-v6 transition mechanisms network
menggunakan teknologi VPN Tunneling EoIP over SSTP performance evaluation on operating systems," 2010 3rd International
menggunakan perangkat Mikrotik yang terhubung dengan Conference on Computer Science and Information Technology,
internet seluler. Hasil pengujian pengujian test ping Chengdu, 2010, pp. 664-668.
diperlukan waktu delay rata-rata 160 ms. Untuk pengujian [8] Manual: Interface/SSTP,. Mikrotik Documentation homepage [Online].
Available:
throughputnya diperoleh kecepatan rata-rata 1 Mbps. https://wiki.mikrotik.com/wiki/Manual:Interface/SSTP#Summary
Kemudian hasil pengujian jitternya di kisaran 21 ms. [9] Manual: Interface/EoIP,. Mikrotik Documentation homepage [Online].
Berdasarkan pada hasil pengujian simulasi dan Available:
implementasi langsung di pelanggan, dapat di simpulkan https://wiki.mikrotik.com/wiki/Manual:Interface/EoIP
bahwa media akses M2M dengan Teknologi VPN Tunneling
EoIP over SSTP ini dapat digunakan untuk membackup
jaringan data pelanggan sementara disaat jaringan lastmile
pelanggan mengalami gangguan. Keunggulan utama dari
sistem yang dibangun ini adalah nilai ekonomisnya serta
mudah dan praktis dalam pemasangannya, hal ini mampu
mendorong peningkatan availabilitas pelanggan meskipun
sedang terjadi gangguan. Sementara kekurangan terbesarnya
adalah masih terbatasnya kemampuan bandwidthnya serta
ketergantungan yang tinggi pada kualitas jaringan seluler yang
sedang di gunakan di lokasi pelanggan.
REFERENSI
[1] Cisco Press. (2014) “Connecting Networks Companion Guide:
Hierarchical Network Design” on Cisco Networking Academy
homepage [Online]. Available:
http://www.ciscopress.com/articles/article.asp?
p=2202410&seqNum=4
[2] Wu. L and Buyya. R., "Service Level Agreement(SLA) in Utility
Computing Systems", Technical Report CLOUDS-TR-2010-5, Cloud
Computing and Distributed Systems Laboratory, The University of
Melbourne, Australia, Sep. 2010.
[3] Marrily. E, Martinot. O, Papini. H, Goderis. D,. “Service Level
Agreements: A Main Challenge for Next Generation Networks”,.
ALCATEL Research and Development Dept. Francis Wellesplein 1,
B-2018 Antwerp, Belgium, 2018.
[4] G. J. Mirobi and L. Arockiam, "Service Level Agreement in cloud
computing: An overview," 2015 International Conference on Control,
Instrumentation, Communication and Computational Technologies
(ICCICCT), Kumaracoil, 2015, pp. 753-758.