Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum `Hari/Tanggal : Kamis / 18 April 2019

Analisis Organoleptik `PJ Dosen : Mrr. Lukie Trianawati, STP, M.Si.


Tim Penyaji : Kelompok 10 `Asisten : Aqila Nur L, A.Md.

Uji Skalar
[Uji Skor dan Uji Peringkat]

Kelompok 9/B-P2

Agata Gabrielle J3E118104


Brigitta Rosita Seilasari J3E118129
Muhammad Ramdhan R J3E118117

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengujian organoleptik mempunyai berbagai cara. Cara-cara tersebut


dikelompokkan dalam beberapa kelompok. Salah satunya adalah pengujian skalar.
Pada pengujian skalar, panelis diminta menyatakan besaran kesan yang
diperolehnya. Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skala atau
dalam bentuk besaran skala numerik (Soekarto 1985).
Susiwi (2009) mengatakan bahwa pada uji skalar panelis diminta
menyatakan besaran kesan yang diperolehnya. Besaran ini dapat dinyatakan
dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk skala numerik. Besaean skalar
digambarkan dalam : pertama, bentuk garis lurus berarah dengan pembagian skala
dengan jarak yang sama. Kedua, pita skalar yaitu dengan degradasi yang
mengarah (seperti contoh degradasi warna dari sangat putih sampai hitam). Uji
skalar terdiri dari 1) Uji skalar garis ; 2) Uji Skor ; 3) Uji perbandingan pasangan ;
4) Uji perbandingan jamak ; dan 5) Uji ranking.
Tipe pengujian skoring sering digunakan untuk menilai mutu bahan dan
intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna. Selain itu,
digunakan untuk mencari korelasi pengukuran subyektif dengan obyektif dalam
rangka pengukuran obyektif (presisi alat).
Uji skoring dapat digunakan untuk penilaian sifat sensoris yang spesifik
seperti tekstur pulen pada nasi, warna merah tomat, bau langu pada hasil olahan
kedelai atau sifat sensoris umum seperti sifat hedonik atau sifat-sifat sensoris
kolektif pada pengawasan mutu produk pangan. Uji skor disebut pemberian skor
atau skoring. Pemberian skor adalah memberikan angka nilai atau menetapkan
nilai mutu sensorik terhadap bahan yang diuji pada jenjang mutu atau tingkat
skala hedonik (Darmudiansyah 2011)
Uji ranking termasuk pada uji skalar karena hasil pengujian oleh panelis
telah dinyatakan dalam besaran kesan dengan jarak (interval) tertentu. Dalam uji
ranking panelis diminta membuat urutan contoh-contoh yang diuji menurut
perbedaan tingkat mutu tingkat sensorik. Jarak atau interval antara
jenjang/ranking ke atas dan ke bawah tidak harus sama, misalnya panjang no. 1
dan 2 boleh berbeda dengan jenjang no. 2 dan 3. Dalam uji perjenjangan/ranking,
komoditi diurutkan dan diberi nomor urut. Urutan pertama selalu menyatakan
tingkat tertinggi, makin ke bawah, nomor urutannya kian besar (Darmudiansyah
2011).

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah untuk memperkenalkan dan sekaligus


menjadi ajang berlatih bagi mahasiswa tentang cara penyelenggaraan Uji Skalar
(Uji Skor dan Uji Peringkat) dan analisis respon ujinya. Selain itu sebagai ajang
latihan terus menerus mengenal sifat inderawi berbagai contoh uji (produk
pangan).
BAB 2
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Piring kecil 18 buah
Timbangan
Pisau
Nampan
Sendok kecil 1 lusin
2.1.2 Bahan
Pisang lampung
Pisang sereh
Pisang ambon
Biskuit Regal
Biskuit Monde
Biskuit Khong Guan
Biskuit Roma
Biskuit Nissin

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Persiapan Contoh Uji
2.2.1.1 Uji Skor
569 : Pisang lampung
612 : Pisang sereh
818 : Pisang ambon

Rasa Kerenyahan
762 902 846 457 195 762 902 846 457 195
762(Regal) 902 (Monde) 846 (Khong Guan) 457 (Roma) 195 (Nissin) 762 (Regal) 902 (Monde) 846 (Khong Guan) 457 (Roma) 195 (Nissin)
2.2.1.2 Uji Peringkat

2.2.2 Penyajian Contoh Uji


2.2.2.1 Uji Skor
Buah pisang dengan tiga jenis berbeda dipotong kecil-kecil dengan ukuran
seragam. Kemudian potongan pisang tadi diletakkan pada piring melamin terpisah
dan diberi kode. Contoh uji siap disajikan.
2.2.2.2
Uji

Peringkat
Biscuit marie dengan lima merk berbeda dipotong dengan ukuran
seragam. Kemudian potongan-potongan biscuit tersebut diletakkan pada piring
melamin terpisah dan diberi kode. Contoh uji siap disajikan.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Tabel Uji Peringkat Biskuit Marie
Uji Peringkat Biskuit Marie
Rasa Kerenyahan
No Panelis 762 902 846 457 195 762 902 846 457 195
762(Regal) 902 (Monde) 846 (Khong Guan) 457 (Roma) 195 (Nissin) 762 (Regal) 902 (Monde) 846 (Khong Guan) 457 (Roma) 195 (Nissin)
1 Zahida L 5 1 2 4 3 5 1 3 4 2
2 Mihagata 4 5 1 2 3 5 3 2 4 1
3 Theda 3 4 5 2 1 4 2 3 5 1
4 Nita 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1
5 Theo
6 Ikbal 4 1 5 2 3 4 1 5 2 3
7 Brigita 4 3 2 5 1 4 3 2 5 1
8 Yuli 2 1 3 5 4 2 1 3 5 4
9 Fifi 5 3 1 2 4 4 3 5 2 1
10 Iqbal 1 5 4 2 3 1 5 4 2 3
11 Farid
12 Dinda T 2 1 3 4 5 5 4 1 2 3
13 Sovi R 5 1 2 3 4 4 3 1 2 5
14 Putri Y 5 2 1 4 3 5 1 2 3 4
15 Ahmad Fauzi 1 3 4 5 2 4 3 5 2 1
16 Rumaisha 4 2 3 5 1 2 4 3 5 1
17 Agata 2 5 1 3 4 5 4 1 2 3
S Panelis 15
S Total 49 40 41 53 42 56 41 44 50 34

3.1.2 Tabel Uji Skor Pisang


Rasa Total Panelis
No Panelis Regal Monde Kongguan Roma Nissin Yi
ƩiYij 2 Ʃ(Yi)2
762 902 846 457 195
1 Zahida L -1,16 1,16 0,5 -0,5 0 0 3,1912 0
2 Mihagata -0,5 -1,16 1,16 0,5 0 0 3,1912 0
3 Theda 0 -0,5 -1,16 0,5 1,16 0 3,1912 0
4 Nita 0,5 0 -0,5 -1,16 1,16 0 3,1912 0
5 Theo
6 Ikbal -0,5 1,16 -1,16 0,5 0 0 3,1912 0
7 Brigita -0,5 0 0,5 -1,16 1,16 0 3,1912 0
8 Yuli 0,5 1,16 0 -1,16 -0,5 0 3,1912 0
9 Fifi -1,16 0 1,16 0,5 -0,5 0 3,1912 0
10 Iqbal 1,16 -1,16 -0,5 0,5 0 0 3,1912 0
11 Farid
12 Dinda T 0,5 1,16 0 -0,5 -1,16 0 3,1912 0
13 Sovi R -1,16 1,16 0,5 0 -0,5 0 3,1912 0
14 Putri Y -1,16 0,5 1,16 -0,5 0 0 3,1912 0
15 Ahmad Fauzi 1,16 0 -0,5 -1,16 0,5 0 3,1912 0
16 Rumaisha -0,5 0,5 0 -1,16 1,16 0 3,1912 0
17 Agata 0,5 -1,16 1,16 0 -0,5 0 3,1912 0
S panelis 15 0 47,868
Yj -2,32 2,82 2,32 -4,8 1,98 0
ƩiYij 2 10,07 11,51 9,5736 8,728 7,978
rata-rata -0,15 0,188 0,154667 -0,32 0,132
(Yj)2 5,382 7,952 5,3824 23,04 3,92 45,68

3.1.3 Tabel Uji Transformasi Fisher-Yates Peringkat Biskuit

Derajat
Sumber Jumlah Kuadrat
No Bebas F Hitung F Tabel
Keragaman Kuadrat Total
(db)
1% 5%
1 Perlakuan 4 406,143 101,54 -15,8701 3,65 2,53
2 Kelompok 14 0 0,00 0
3 Galat 56 -358,283 -6,40
4 Total 74 47,860

3.1.3.1 Tabel Sidik Ragam Parameter Uji Peringkat Rasa


Kerenyahan Total Panelis
No Panelis Regal Monde Khongguan Roma Nissin Yi
ƩiYij 2 Ʃ(Yi)2
762 902 846 457 195
1 Zahida L -1,16 1,16 0 -0,5 0,5 0 3,1912 0
2 Mihagata -1,16 0 0,5 -0,5 1,16 0 3,1912 0
3 Theda -0,5 0,5 0 -1,16 1,16 0 3,1912 0
4 Nita 0,5 0 -0,5 -1,16 1,16 0 3,1912 0
5 Theo
6 Ikbal -0,5 1,16 -1,16 0,5 0 0 3,1912 0
7 Brigita -0,5 0 0,5 -1,16 1,16 0 3,1912 0
8 Yuli 0,5 1,16 0 -1,16 -0,5 0 3,1912 0
9 Fifi -0,5 0 -1,16 0,5 1,16 0 3,1912 0
10 Iqbal 1,16 -1,16 -0,5 0,5 0 0 3,1912 0
11 Farid
12 Dinda T -1,16 -0,5 1,16 0,5 0 0 3,1912 0
13 Sovi R -0,5 0 1,16 0,5 -1,16 0 3,1912 0
14 Putri Y -1,16 1,16 0,5 0 -0,5 0 3,1912 0
15 Ahmad Fauzi -0,5 0 -1,16 0,5 1,16 0 3,1912 0
16 Rumaisha 0,5 -0,5 0 -1,16 1,16 0 3,1912 0
17 Agata -1,16 -0,5 1,16 0,5 0 0 3,1912 0
S panelis 15
0 47,868
Yj -6,14 2,48 0,5 -3,3 6,46 0
2
ƩiYij 10,32 7,728 9,3236 8,978 11,515
rata-rata -0,41 0,1653 0,0333333 -0,22 0,4307
(Yj)2 37,7 6,1504 0,25 10,89 41,732 96,7216

3.1.4 Tabel Uji Transformasi Fisher-Yates Peringkat Biskuit

3.1.4.1 Tabel Sidik Ragam Parameter Uji Peringkat


Kerenyahan
Tingkat Kemanisan Total Panelis
No Panelis 569 612 818 Yi
ƩiYij 2 Ʃ(Yi)2
Lampung Sereh Ambon
1 Zahida L 7 2 3 12 62 144
2 Mihagata 7 1 6 14 86 196
3 Theda 7 1 2 10 54 100
4 Nita 4 3 4 11 41 121
5 Theo 7 3 5 15 83 225
6 Ikbal 6 2 3 11 49 121
7 Brigita 6 1 4 11 53 121
8 Yuli 7 1 6 14 86 196
9 Fifi 7 1 6 14 86 196
10 Iqbal 6 4 5 15 77 225
11 Farid 7 1 4 12 66 144
12 Dinda T 6 1 2 9 41 81
13 Sovi R 3 1 2 6 14 36
14 Putri Y 6 1 5 12 62 144
15 Ahmad Fauzi 7 5 4 16 90 256
16 Rumaisha 6 2 5 13 65 169
17 Agata 7 1 2 10 54 100
S panelis 17
205 42025
Yj 106 31 68
ƩiYij2 682 81 306 1069
rata-rata 6,235294 1,823529 4
(Yj)2 11236 961 4624 16821

3.1.5 Tabel Uji Skor Pisang

Sumber
Sumber Derajat
Derajat Jumlah Kuadrat
No F Hitung F Tabel
No Keragaman
KeragamaBebas (db) KuadratKuadrat
Bebas
Jumlah Total
F Hitung F Tabel
Kuadrat Total
n (db) 1% 5%
1 Perlakuan 2 11644,98 5822,49 -13,9782 1% 5%
5,39 3,32
1 Perlakuan 4 342,672 85,67 -16,2732 3,65 2,53
2 Kelompok 16 1684,314 105,27 -0,25272
2 Kelompok 14 0 0,00 0
3 Galat
3 Galat
32 -13329,3 -5,26
56 -294,804
-416,54
4 Total
4 Total 7450 47,868 0

3.1.5.1 Tabel Sidik Ragam Parameter Uji Skor Pisang


3.2 Pembahasan
Penilaian terhadap mutu suatu produk pangan meliputi berbagai
sifatsensoris yang kompleks. Ada kalanya mutu produk pangan didasarkan pada
intensitas sifatsensoris spesifiknya. Jadi pada dasarnya mutu suatu produk pangan
merupakankumpulan (composite) respon semua sifat sensoris yang spesifik yang
dapat berupabau, rasa, cita rasa (flavour), warna, dan sebagainya. Kelompok
pengujian intensitassensoris, terdiri dari tiga macam uji yaitu uji ranking, uji
skoring, dan ujideskriptif. Uji skoring dapat digunakan untuk penilaian sifat
sensoris yangspesifik seperti tekstur pulen pada nasi, warna merah tomat, bau
langu pada hasilolahan kedelai atau sifat sensoris umum seperti sifat hedonik atau
sifat-sifatsensoris kolektif pada pengawasan mutu produk pangan. Uji skor juga
disebutpemberian skor atau skoring. Pemberian skor adalah memberikan angka
nilai ataumenetapkan nilai mutu sensorik terhadap bahan yang diuji pada jenjang
mutu atautingkat skala hedonik. Tingkat skala mutu ini dapat dinyatakan dalam
ungkapan-ungkapan skala mutu yang sudah menjadi baku (Arikunto 1993).
Uji rangking adalah suatu proses pengurutan dua sampel atau lebih
berdasarkan intensitas dan atribut yang dirancang menurut tingkat kesukaan suatu
produk dalam memilih yang terbaik atau yang terjelek, dengan menambah atau
mengurangi jumlah atribut, kualitas secara keseluruhan atau respon pada saat yang
sama . Uji rangking bisa digunakan untuk mengukur proses baru terhadap mutu
produk yaitu untuk mengetahui apakah produk baru sama atau lebih baik dari
produk lama. Dengan mengunakan uji rangking ini maka mutu suatu produk dapat
diketahui dan diurutkan sehingga untuk selanjutnya jenis atau tingkat mutu untuk
produk inilah yang menjadi patokan dalam proses pembuatan suatu produk
3.2.2 Uji Skor Pisang
Dalam pemberian skor, besarnya skor tergantung pada kepraktisan dan
kemudahan pengolahan dan interpretasi data. Banyaknya skala hedonik biasanya
dibuat dalam jumlah tidak terlalu besar, demikian juga skor biasanya antara 1-10.
Untuk skor hedonik biasanya dipilih jumlah ganjil. Pemberian skor kadang-
kadang menggunakan nilai positif dan negatif. Nilai positif dapat diberikan untuk
skala di atas titik balik atau titik netral, nilai negatif untuk di bawah netral. Hal ini
menghasilkan skor yang disebut skor simetrik (Darmudiansyah 2011). Uji skoring
merupakan uji yang menggunakan panelis terlatih dan benar- benar tahu mengenai
atribut yang dinilai. Tipe pengujian skoring sering digunakan untuk menilai mutu
bahan dan intensitas sifat tertentu misalnya kemanisan, kekerasan, dan warna.
Selain itu, digunakan untuk mencari korelasi pengukuran subyektif dengan
obyektif dalam rangka pengukuran obyektif (presisi alat) (Kartika dkk 1988).
Pada uji skor tingkat kemanisan buah pisang, panelis diminta untuk mencicipi
ketiga contoh uji buah pisang. Selanjutnya panelis diminta untuk memberikan
penilaian berupa skor terhadap ketiga contoh uji buah pisang tersebut dengan cara
memberi tanda checklist (✓) pada kriteria penilaian dalam form uji. Adapun skala
kriteria yang diberikan, yaitu sangat manis [7], manis [6], agak manis [5], biasa
[4], agak kurang manis [3], kurang manis [2], dan tidak manis [1]. Dari hasil
perhitungan tabel annova uji skor tingkat kemanisan buah pisang, diperoleh
analisis sidik ragam dengan jumlah data ketiga jenis sampel buah pisang untuk
mengetahui nyata atau tidaknya perbedaan antar sampel. Dari hasil perhitungan,
didapat besarnya jumlah respon panelis terhadap tingkat kemanisan buah pisang,
yaitu: sebesar 205 dengan faktor koreksi (FK) 824,0196 , jumlah kuadrat total
244,9804 , jumlah kuadrat sampel 11644,98 , jumlah kuadrat panelis 1684,314 ,
dan jumlah kuadrat galat -13084,3. Hasil penilaian 17 panelis berdasarkan Tabel
Sidik Ragam Uji Skor Tingkat Kemanisan Buah Pisang, dapat dilihat bahwa
Fhitung sampel memiliki nilai -13,9782 . Jika dibandingkan dengan Ftabel, nilai
Fhitung lebih kecil daripada Ftabel 1%, yaitu 5,39 dan Ftabel 5%, yaitu 3,32. Dari
hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa pada uji skor dengan parameter tingkat
kemanisan dikatakan memiliki tingkat kemanisan yang tidak berbeda nyata atau
sama dari ketiga jenis sampel buah pisang.
3.2.2 Uji Peringkat
Uji peringkat disebut juga uji perjenjangan atau ranking test. Uji peringkat
termasuk pada uji skalar karena hasil pengujian oleh panelis telah dinyatakan
dalam besaran kesan dengan jarak (interval) tertentu. Dalam uji ini panelis
diminta membuat urutan contoh-contoh yang diuji menurut perbedaan tingkat
mutu tingkat sensorik. Jarak atau interval antara jenjang (ranking) ke atas dan ke
bawah tidak harus sama. (Ivani 2017). Pada besaran skala datanya diperlakukan
sebagai nilai pengukuran, karena itu dapat diambil rataratanya dan dianalisis sidik
ragam. Dalam uji ini panelis diminta membuat urutan contoh uji sesuai
perbedaan tingkat mutu sensoriknya. Uji peringkat jauh berbeda dengan uji skor.
Dalam uji peringkat, komoditi diurutkan atau diberi nomor urut. Urutan pertama
atau kesatu selalu menyatakan yang paling tinggi, makin besar nomor peringkat
menunjukkan ururtan makin ke bawah atau peringkat makin. Pada uji peringkat,
panelis diminta untuk mencicipi rasa dan kerenyahan kelima contoh uji biscuit
marie yang disajikan. Selanjutnya panelis diminta untuk memgurutkan kelima
contoh uji tersebut dari yang paling tertinggi sampai terendah mutu rasa dan
kerenyahannya dengan cara menulis angka 1-7.
3.2.2.1 Uji Peringkat Kerenyahan Biscuit Marie
Pada praktikum ini, dilakukan uji peringkat kerenyahan biscuit marie.
Panelis disediakan lima contoh uji dengan kode 762, 902, 846, 457, dan 195.
Panelis diminta untuk mencicipi kerenyahan kelima contoh uji yang tersaji,
kemudian memberi penilaian dengan mengurutkan contoh uji yang paling renyah
sampai tidak renyah dengan menulis angka 1-7. Hasil pengujian pada tabel 3.1.1,
penilaian kerenyahan untuk contoh uji biscuit marie 762 (Regal) diperoleh jumlah
penilaian 56, contoh uji 902 (Monde) diperoleh jumlah penilaian 41, contoh uji
846 (Khong Guan) diperoleh jumlah penilaian 44, contoh uji 457 (Roma)
diperoleh jumlah penilaian 50, dan contoh uji 195 (Nissin) diperoleh jumlah
penilaian 34. Jumlah skor yang diperoleh dapat dibuat urutan kerenyahan terbaik
ke kerenyahan terburuk sementara dari kelima buah contoh uji, yaitu biscuit
marie Regal, Monde, Khong Guan, Roma, dan Nissin. Biscuit dengan kerenyahan
terbaik diperoleh pada biscuit Nissin dan biscuit dengan kerenyahan terburuk
diperoleh pada biscuit Roma. Langkah selanjutnya data tersebut diolah dalam
analisis sidik ragam. Dari analisis sidik ragam pada tabel 3.1.4.1 diperoleh
Fhitung sampel -16,2732. Jika dibandingkan dengan Ftabel, nilai Fhitung lebih
kecil daripada Ftabel 1%, yaitu 3,65 , dan Fhitung 5%, yaitu 2,53. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kelima sampel biscuit marie dikatakan memiliki tingkat
kerenyahan yang tidak berbeda atau memiliki persamaan.
3.2.2.2 Uji Peringkat Rasa Biscuit Marie
Pada praktikum ini, dilakukan uji peringkat rasa biscuit marie. Panelis
disediakan 5 contoh uji dengan kode 762, 902, 846, 457, dan 195. Panelis diminta
untuk mencicipi rasa kelima contoh uji yang tersaji, kemudian memberi penilaian
dengan mengurutkan contoh uji yang paling enak sampai tidak enak dengan
menulis angka 1-5. Hasil pengujian pada tabel 3.1.1, penilaian rasa untuk contoh
uji biscuit marie 762 (Regal) diperoleh jumlah penilaian 49, contoh uji 902
(Monde) diperoleh jumlah penilaian 40, contoh uji 846 (Khong Guan) diperoleh
jumlah penilaian 41, contoh uji 457 (Roma) diperoleh jumlah penilaian 53, dan
contoh uji 195 (Nissin) diperoleh jumlah penilaian 42. Jumlah skor yang diperoleh
dapat dibuat urutan rasa terbaik ke rasa terburuk sementara dari kelima buah
contoh uji, yaitu biscuit marie Regal, Monde, Khong Guan, Roma, dan Nissin.
Biscuit dengan rasa terbaik diperoleh pada biscuit Monde sedangkan biscuit
dengan rasa terburuk diperoleh pada biscuit Roma. Langkah selanjutnya data
tersebut diolah dalam analisis sidik ragam. Dari analisis sidik ragam pada tabel
3.1.3.1 diperoleh Fhitung sampel -15,8701. Jika dibandingkan dengan Ftabel, nilai
Fhitung lebih kecil daripada Ftabel 1%, yaitu 3,65 , dan Fhitung 5%, yaitu 2,53.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kelima sampel biscuit marie dikatakan memiliki
tingkat rasa yang tidak berbeda nyata atau memiliki persamaan sehingga tidak
perlu dilakukan uji Duncan.
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa pada uji


skor pisang dengan parameter tingkat kemanisan dikatakan memiliki tingkat
kemanisan yang tidak berbeda nyata dari ketiga jenis sampel buah pisang.Pada
uji peringkat, kelima sampel biscuit marie dikatakan memiliki persamaan
tingkat kerenyahan. Untuk tingkat rasa, kelima sampel biscuit marie dikatakan
memiliki tingkat rasa yang tidak berbeda nyata maka tidak perlu dilakukan uji
Duncan untuk mengetahui tingkat rasa mana yang sama atau lebih dari yang
lain karena Fhitung kurang dari Ftabel 1% dan 5%

4.2 Saran

Sebaikmya para panelis lebih teliti lagi dalam melakukan pengujian


agar data yang dikumpulkan nantinya sesuai dengan perintah yang diberikan.
Penyaji juga berperan penting dalam memastikan para panelis melakukan
pengujian dengan benar dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Darmudiansyah.2011.Uji skoring.http://darmudiansyah.blogspot.com [23 April


2019].

Kartika dkk.1988.Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.Yogyakarta:PAU Pangan


dan Gizi, Universitas Gajah Mada.

Soekarto,ST.1985.Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil


Pertanian.Jakarta: Bharata Karya Aksara.

Susiwi S. 2009.Penilaian organoleptik . Bandung: Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia. http://www.scribd.com [
23 April 2019].

Arikunto.1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,Edisi


Kesembilan.Jakarta: Rineka Cipta.

Tarwendah I.2017.Jurnal Review: Studi Komparasi Atribut Sensoris Dan


Kesadaran Merek Produk Pangan.Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,FTP
Universitas Brawijaya Malang.[Jurnal Pangan dan Agroindustri] Vol.5 No.2:66-
73.

Anda mungkin juga menyukai