Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang telah diketahui dari sediaan obat yang beredar dan digunakan,
tablet merupakan sediaan obat yang lebih disukai oleh para dokter maupun pasien,
dibandingkan dengan bentuk sediaan lain. Hal ini disebabkan karena disamping mudah
cara pembuatan dan penggunannya. Dosisnya lebih terjamin, relatif stabil dalam
penyimpanan karena tidak mudah teroksidasi oleh udara, transportasi, dan distribusinya
tidak sulit sehingga mudah sampai kepada pemakai. Secara ekonomis, sediaan ini relatif
lebih murah harganya, memberikan dosis yang tepat dari segi kimianya, bentuknya
kompak dan mudah transportasinya, memberikan kestabilan pada unsur – unsur
aktifnya.
Tablet merupakan sediaan padat yang biasanya dibuat secara kempa cetak,
berbentuk rata dan atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis
bahan obat dan atau lebih dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang
sesuai.
Tablet harus melepaskan zat berkhasiat ke dalam tubuh dalam jumlah yang
tepat dan menimbulkan efek yang diinginkan. Tablet hanya memberikan efek yang
diinginkan jika memiliki mutu yang baik. Untuk menghasilkan tablet dengan mutu yang
baik dan memenuhi persyaratan, pemilihan dan kombinasi bahan pembantu memegang
peranan yang sangat penting dalam proses pembuatannya.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjalankan alat untuk setiap tahap pembuatan dan pengujian tablet
dan mengenal pengamatan bahan aktif.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi karakter bahan aktif baik secara teoritis maupun
fisik.
3. Mahasiswa dapat mengevaluasi karakter bahan aktif baik.
4. Mahasiswa dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif untuk sediaan
padat.

1
5. Mahasiswa dapat membuat rekomendasi untuk design komponen dan proses
pembuatan sediaan padat.
6. Mahasiswa dapat menyusun design formula, pembuatan dan evaluasi sediaan padat
dan hasil pengkajian praformulasi.
7. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi mutu granul.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sediaan


Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa
(FI IV, 1995).
Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam tabung
pipih atau serkuler, kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis bahan
obat atau lebih dengan atau bahan tambahan.
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran, bentuk,
berat, kekerasan, dan ketebalan, daya hancurnya dan aspek lain yang tergantung dengan
pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian
secara oral. Kebanyakan tablet dibuat dengan penambahan zat warna dan zat pemberi rasa.
Tablet lain yang penggunaanya dapat cara sublingual, bukal, atau melalui vagina.
Bentuk luar tablet sangat mempengaruhi keutuhan tablet saat transportasi dan
penyimpanan. Jenis tablet dan penggunaannya : Tablet peroral, tablet oral, meliputi tablet
hisap, sublingual dan buchal, tablet parenteral, meliputi tablet injeksi dan tablet
implantasi. Serta tablet untuk penggunaan luar meliputi tablet larut, mata, vaginal, dental
resorpsi kerja lokal dipermukaan tubuh dan lubang-lubang tubuh. (Voiqt,1984)
Syarat – Syarat Tablet :
1. Memenuhi keseragaman ukuran
2. Memenuhi keseragaman bobot
3. Memenuhi waktu hancur
4. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
5. Memenuhi waktu larut (dissolution test)
Kriteria Tablet :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan

3
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.

Komponen Tablet
Dalam pembuatan tablet harus terdiri dari beberapa komponen agar dapat dihasilkan tablet
yang baik. Komponennya terdiri dari :
1. Zat Aktif
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak punya
daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu tidak
semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
 Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek lokal pada
saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
 Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik setelah
terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif yang
harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk
menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar suntuk
memformulasi dan mendesain produk yang efektif.
2. Zat Tambahan
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi
berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet dan
untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan
untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya, begitu juga
dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
a. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah
formulasi tablet untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang
ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan
tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut
masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.
Contoh, interaksi basa atau garam - garam amin dengan laktosa dan alkali basa

4
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa
tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi
tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering
digunakan: laktosa USP, laktosa anhidrat, spray dried lactose. Amylum : maydis,
oryzae, manihot, solani, mannitol, sukrosa dan lain- lain.
b. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam
formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel-partikel serbuk
dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian
untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut tablet.
Pengikat dapat dibagi 2 :
 Pengikat kering (Binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering.
Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
 Acasia 2 - 5 %
 Derivat selulosa 1 - 5 %
 Sukrosa 2 - 25 %
 Pengikat Basah (Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi,
contoh pengikat basah yang sering digunakan:
 Derivat selulosa 1 – 5 %
 Gelatin 1 – 5 %
 Pasta amylum 1 – 5 %
 Natrium alginat 2 – 5 %
c. Bahan Penghancur
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu
mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat
ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai bahan internal dan sebagai
fasa luar yang disebut bahan eksternal. Mekanisme kerja dari bahan penghancur
adalah :
 Jika kontak dengan air akan mengembang sehingga volume tablet
membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
 Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
 Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa.
 Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat.
 Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao.

5
d. Bahan Pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan
(matrys). Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum.
(Anief, M., 2005)
e. Bahan Pelincir (Glidant)
Adalah bahan yang digunakan untuk memudahkan agar tablet dapat masuk ke
mesin tablet sewaktu proses pencetakan. Salah satu contoh bahan pelincir yaitu
magnesium stearat.

Metode pembuatan granul dan tablet


Tablet dibuat dengan 3 cara umum yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa
langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran
atau kemampuan kempa. Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain, kecuali zat
pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet
dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi cetakan serta
menjaga agar tablet tidak retak (capping) (Anief, M., 2005).
Cara pembuatan granul ada 2 macam :
1. Cara Basah
Zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi
dengan larutan  bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu
diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam almari pengering (oven) pada suhu 40⁰-
50⁰. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang
diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin
tablet.
2. Cara Kering
Dikerjakan sebagai berikut: Zat berkhasiat, zat pengisi, zat penghancur, bila perlu zat
pengikat dan zat pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet
yang besar (slugging, setelah itu tablet yang terjadi dipecah menjadi granul lalu
diayak, akhirnya dikempa cetak menjadi tablet yang dikehendaki dengan mesin tablet.
(Anief,Moh.,IMO,1988)
Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yang dihasilkan harus mempunyai
sifat-sifat yang baik, yaitu :

6
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan,
transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan
uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu
hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk zat
aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan uji keseragaman
kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda lain
yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten
(Anonim, 2005)

Keuntungan Sediaan Tablet


Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan,  yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Kerugian Sediaan Tablet


Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunyai beberapa kerugian, antara
lain:
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak
sadar/pingsan)
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
 Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya,
flokulasi, atau rendahnya berat jenis
 Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar
atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi
dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian
rupa)

7
 Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan
enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
daripada tablet.

Langkah Mendesain Tablet


Mengubah bahan menjadi suatu sediaan (transformasi) memerlukan pengetahuan,
teknologi, keterampilan dan sikap yang tidak mudah. Pengetahuan diperlukan untuk
mendukung dan mempermudah penerapannya melalui teknologi menggunakan
keterampilan yang tinggi dan dengan suatu sikap atau kesadaran mendalam tentang
bagaimana pentingnya barang farmasi digunakan dalam bidang kesehatan. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat merubah bahan menjadi bentuk sediaan farmasi
adalah ilmu farmasetika dan teknologi farmasi.
Satu hal yang penting diingat adalah bahwa desain sediaan harus dilakukan dengan
sistematis berdasarkan pertimbangan kriteria atau syarat sediaan, informasi mengenai
bahan yang ada, sarana/prasarana yang tersedia, dan pertimbangan ekonomi.
Tahap desain sediaan padat yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian kelayakan bisnis
Langkah ini pada dasarnya adalah untuk menganalisa apakah secara bisnis/ekonomi
pembuatan tablet ini dapat memberikan nilai ekonomis bagi produsennya. Berbagai
cara dilakukan untuk melaksanakan pengkajian kelayakan bisnis, termasuk kondisi
pasar dan pemasaran yang ada dan berhubungan dengan produk tablet sejenis.
2. Pengkajian praformulasi bahan aktif
Merupakan upaya untuk mengenal secara baik bahan yang akan dipakai, untuk
mempersiapkan formula, proses pembuatan dan sekaligus untuk memberikan arahan
apa yang harus dilakukan untuk menegakkan mutu dan pengawasannya.
3. Pengkajian user/organ target
Tahapan ini adalah tahapan untuk memastikan bahwa obat yang akan dirancang
adalah untuk pemakaian dengan kelompok umur berapa, untuk jenis kelamin apa, dan
untuk pemakaian di organ tubuh yang mana.
4. Pengkajian dasar sediaan, sediaan dasar, sediaan jadi
Tahapan ini diperlukan untuk mempertimbangkan selain bahan aktif, bahan
dasar/pengisi apa yang diperlukan untuk memperoleh sediaan yang baik, atau sediaan
serbuk seperti atau untuk karakteristik apa yang akan dibuat sehingga memudahkan
8
untuk mengempa menjadi tablet sebagai sediaan jadi. Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan dan diperhatikan sifat granul yang baik untuk pembuatan tablet.
5. Praformulasi – formulasi – pascaformulasi
Tahapan ini adalah menghubungkan antara tahapan praformulasi diatas, dengan
keadaan dilapangan pada saat formulasi, misalnya apakah tersedia kapasitas mesin,
ruangan, atau alat uji mutu. Demikian juga apakah prosedur yang dirancang sudah
mempertimbangkan apakah pembuatan skala besar dapat dilaksanakan. Pada tahap ini
juga perlu dipikirkan kegiatan apa saja yang harus dilakukan pada saat produk jadi
(tablet) sudah selesai dikemas dan siap didistribusikan. Misalnya apakah diadakan
pengujian stabilitas selama proses distribusi atau apakah perlu dilakukan monitoring
terhadap pengguna tablet setelah beberapa tahun dimasyarakat.
6. Uji kaji – stability test
Tahapan ini pada dasarnya adalah kegiatan untuk memastikan apakah semua bahan
dan peralatan, metode, proses dan hasil setiap tahap sudah dilakukan dengan baik dan
benar. Pengujian dilakukan beberapa kali sedemikian rupa sehingga hasil percobaan
dalam skala laboratorium dapat diimplementasikan dalam skala produksi. Disamping
itu juga dilakukan uji stabilitas, untuk mengetahui apakah karakteristik/mutu tablet
yang dihasilkan tidak berubah selama dalam kondisi penyimpanan, pendistribusian
maupun jelang dipakai konsumen.
Pengujian dilakukan dengan mengamati perubahan karakteristik yang terjadi dalam
kondisi temperatur tertentu, tekanan fisik, pemaparan terhadap cahaya ataupun
kelembaban. Untuk mengetahui apakah dalam waktu yang lama (misal 3 tahun) tablet
dihasilkan stabil, tentunya terlalu lama waktu pengamatan yang dibutuhkan. Biasanya
dilakukan pengujian yang dipercepat, antara lain dengan melakukan pengujian dalam
temperature yang ditingkatkan, misalnya 45 – 50°C. Dengan suhu penyimpanan
tersebut selama 3 bulan dapat meramalkan kondisi 2 – 3 tahun kedepan.
7. Uji kaji – test pasar
Pengujian sediaan atau produk jadi dipasar, terutama dilakukan untuk mengamati
apakah dokter, apoteker maupun tenaga kesehatan lain serta masyarakat dapat
menerima kehadiran produk tablet tersebut. Tahapan ini biasa dilakukan dengan
teknik penelitian khusus yang disebut Post Marketing Drug Surveillance

9
Langkah Membuat Tablet
Berikut ini disampaikan tahapan pembuatan granul dan sekaligus sampai dengan
pengempaan dengan cara kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi kering :

No Kempa langsung Granulasi basah 1 Granulasi basah 2 Granulasi kering

1 Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan Bahan


Bahan baku zat Bahan baku zat baku zat aktif baku zat aktif
aktif meliputi : aktif meliputi : meliputi : meliputi :
 Kadar air  Kadar air  Kadar air  Kadar air
 Sudut henti  Sudut henti  Sudut henti  Sudut henti
 Tap density  Tap density  Tap density  Tap density
 Bulk density  Bulk density  Bulk density  Bulk density
 DUP  DUP  DUP  DUP
2 Penimbangan Penimbangan Penimbangan Penimbangan
3 Penghalusan Penghalusan Penghalusan Penghalusan
4 Pencampuran Pencampuran Pencampuran padat Pencampuran I
padat
5 Pengempaan Pembuatan Penambahan Pengempaan
larutan pengikat larutan pengikat (slugging)
6 Pencampuran Granulasi (mesh 6 Granulasi (mesh 14 –
hasil 3 & 4 – 12) 20 )
7 Granulasi (mesh 6 Pengeringan Pencampuran/lubrika
– 12) si pengempaan
8 Pengeringan Granulasi (mesh 14
– 20 )
9 Granulasi (mesh Pencampuran/lubri
14 – 20 ) kasi pengempaan
10 Pencampuran/lubr
ikasi pengempaan

10
Tahap ini dilakukan melalui :

1. Pengumpulan informasi tentang kriteria, persyaratan dan karakter yang diinginkan dari
sediaan tablet yang akan dibuat. Informasi ini dapat diperoleh dari buku resmi/standar.
Farmakope memuat batasan dan persyaratan umum sediaan serta standar sediaan untuk
bahan aktif tertentu serta cara pengujian persyaratan. Buku referensi memuat karakter
sediaan yang baik, cara pengujian dan sebagainya.
2. Pengumpulan informasi dan literatur terkait mengenai bahan aktif dan bahan penolong
yang ada. Informasi ini dapat diperoleh dari :
 Monografi bahan aktif yang terdapat di dalam farmakope, merck index, atau buku
referensi lain.
 Monografi bahan aktif dan sediaan yang terdapat di dalam buku Martindale.
 Monografi bahan penolong yang terdapat di dalam Hand Book Of Exipient.
 Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh produsen bahan baku maupun lembaga
pemerintah atau swasta yang independent.
3. Mengidentifikasi parameter atau faktor yang terkait dengan aspek fisika, kimia,
biologi/farmakologi dan bahan aktif yang ada, dihubungkan dengan keperluan atau
persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat serbuk granul yang baik untuk
pembuatan tablet ataupun untuk menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat.
4. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai celah (gap) antara karakter atau tujuan
yang harus dicapai dengan data/informasi yang tersedia dari parameter/persyaratan yang
ada, ada alternatif pemecahan masalah yang ada atau alternatif langkah yang harus
dilakukan untuk menghasilkan tablet bermutu.
5. Menyusun rekomendasi atau langkah yang harus dilakukan agar dapat diperoleh tablet
yang baik melalui proses pembuatan yang ekonomis dan efektif. Rekomendasi pada
umumnya terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
 Komponen apa saja yang harus ada didalam tablet , sehingga diperoleh susunan
formula yang baik dan benar.
 Bagaimana cara melaksanakan pembuatan tablet atau metode pembuatan tablet apa
yang akan dipakai.
 Bagaimana cara menegakkan, mengendalikan ataupun mengawasi mutu bahan awal,
bahan dalam proses, proses pembuatan dan sediaan jadi.

11
Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi apa yang
harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar informasi/leaflet/brosur.

Langkah Evaluasi Granul dan Tablet


a. Pengawasan mutu sebelum proses (in coming process)
- Bahan aktif, yang dievaluasi mencakup kadar, identifikasi cemaran, sifat fisik,
dan sifat kimia.
- Bahan tambahan, yang dievaluasi mencakup sifat fisik, sifat kimia, dan
ketercampuran.
b. Pengawasan mutu dalam proses (in process control)
- Granul, yang dievaluasi mencakup homogenitas, distribusi ukuran partikel, kadar
air atau kelembaban, kompresibilitas, dan sifat aliran.
- Tablet, yang dievaluasi mencakup bobot rata-rata, kekerasan, stabilitas fisik dan
waktu hancur.
c. Pengawasan mutu setelah proses (end process control)

Dasar Untuk Evaluasi Agar Memenuhi Syarat


a. Kriteria/syarat yang ada dalam definisi Farmakope
Contoh :
Tablet harus memenuhi syarat : sediaan padat, kompak, bentuk tertentu, mengandung
bahan aktif yang seragam, bahan aktif dapat dilepaskan dari sediaan.
b. Ketentuan tentang sediaan, khususnya tablet yang ada dalam Farmakope
Contoh :
Keragaman bobot, keseragaman kandungan, waktu hancur, laju disolusi, keseragaman
bobot, ukuran, kekerasan, dan friabilitas.
c. Ketentuan tentang sediaan, khususnya tablet yang ada di masing – masing industry.
Disamping memenuhi syarat Farmakope, biasanya industry juga menambahkan
persyaratan lain seperti : warna, aroma, rasa, dan tanda/logo yang ada pada tablet

12
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,
permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan cara 10 tablet diukur keseragaman ukuran
satu per satu, mengukur diameter menggunakan jangka sorong dan mengukur
ketebalan menggunakan mikrometer sekrup. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet
tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Uji diameter dan
ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet.
3. Uji Kekerasan Tablet
Dilakukan dengan cara 20 tablet secara acak diuji satu per satu menggunakan
hardness tester dinyatakan dalam kg/cm2.
Syarat kekerasan tablet :
      Tablet ≤ 300mg : 4 – 7 kg/cm2
      Tablet 400 – 700 mg : 7 – 11 kg/cm2
      Tablet kunyah  : 4 – 7 kg/cm2
      Tablet hisap     : 4 – 12 kg/cm2
4. Uji Keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot
rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
Penyimpangan Bobot Rata - Rata
Bobot Rata - Rata
A (%) B(%)
≤ 25mg 15 30
26 – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15
> 300mg 5 10

5. Uji Waktu Hancur

13
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet.
Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet
harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari
dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.

Cara Pembuatan Obat yang Baik


Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) adalah system yang memastikan produk
dibuat dan dikontrol secara konsisten sesuai kualitas standar. Dibuat untuk meminimalkan
resika pada produk farmasi yang tidak dapat disingkirkan lagi saat produk diuji saat sudah
jadi. Resiko utama adalah kontaminasi, menyebabkan gangguan kesehatan bahkan
kematian, label yang tidak benar, bahan aktif yang terlalu sedikit atau banyak, berakibat
pengobatan tidak efektif atau menimbulkan efek samping.
CPOB meliputi semua proses produksi mulai dari bahan awal, tempat, dan alat sampai
pelatihan dan kebersihan dari pekerja. Prosedur tertulis dari tiap proses produksi adalah
komponen penting yang dapat mempengaruhi kualitas akhir dari produk.

2.2 Bahan Aktif dan Bahan Tambahan


14
Lembar Kerja Pengkajian Praformulasi

NO SIFAT PENGAMATAN DIINGINKAN MASALAH REKOMENDASI


I SIFAT
ORGANOLEPTIS
1 Warna Serbuk putih
2 Bau Bau lemah
3 Rasa Rasa lemah
II KEMURNIAN
1 Kadar bahan aktif 98%-101%
2 Kadar air -
3 Kadar cemaran...... -
III SIFAT PARTIKEL
1 Distrib. Ukuran partikel -
2 Permukaan -
3 Luas permukaan -
IV SIFAT DALAM
LARUTAN
1 Kelarutan dalam air Dalam air 1:20
2 Kelarutan dalam alkohol Praktis tidak larut
3 Kelarutan dalam asam -
4 Kelarutan dalam basa -
5 pH larutan...% / air) -
6 Ksp -
V DISOLUSI
1 Disolusi instrinsik -
2 Disolusi partikulat -
3 Prakiraan laju disolusi -
VI PARAMETER
ABSORBSI
1 Koef. Partisi -
(minyak/air)
2 Konst. Ionisasi -
3 Kecepatan menembus -
membran
VII SIFAT KRISTAL &
POLIMORFISA
1 Bentuk-bentuk kristal -
2 Bentuk vs stabilitas -
3 Bentuk vs -
bioavailabilitas
4 Bentuk vs sifat -
granul/tablet
BAHAN AKTIF KALSIUM LAKTAT DOSIS LAZIM 300 MG

15
No SIFAT PENGAMATAN DIINGINKAN MASALAH REKOMEN
DASI
VIII STABILITAS
1 Stabilitas padat Cahaya : terlindung dari cahaya
Udara : dalam keadaan kering
stabil tertutup baik
Suhu : melebur pada suhu lebih
dari 200 derajat celcius
2 Ketercampuran bahan -
tambahan
3 Stabilitas dalam larutan Dalam larutan, lambat laun
cepat teroksidasi
4 Cara penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat ;
terlindung dari cahaya
IX FARMAKOLOGI
1 Indikasi Suplemen untuk memenuhi
kebutuhan kalsium seperti masa
pertumbugan, kehamilan,
menyusui. usia lanjut,
osteoporosis
2 Dosis maksimum/toksik Tablet 300mg-500mg
3 Cara penggunaan Oral
4 Tempat absorbsi Usus halus
5 Waktu paruh 10 jam
6 Efek samping Hiperkalsemia dapat
menyebabkan bradikardia,
aritmia jantung, anoreksia, letih,
nyeri otot dan sendi, mual,
muntah, konstipasi, haus dan
poliuria
7 Interaksi obat - Memerbesar efek digitalis,
memperbesar kemungkinan
intoksikasi digitalis
- Mengurangi absorbsi
tetrasiklin
- Menambah sekresi gastrin
dan asam lambung
8 Interaksi bahan -
lain/makanan
X SIFAT LAIN-LAIN
1 Bulk density 0.56g/cm3
2 Tap density 0.67g/cm3

16
3 Higrokospisitas/kadar air Sangat lembab

4 Kecepatan aliran Sangat buruk

5 Sudut henti Sangat buruk


6 Kompresibilitas Sangat buruk

17
Hasil Pengkajian Praformulasi
Masalah Pengkajian Rekomendasi Keputusan
Rasio housner Penambahan bahan Ditambahkan Untuk memperbaiki sifat alir
memiliki hasil bahan yang dapat bahan pelincir
sifat alir “sangat memperbaiki sifat alir (lubrikan)
buruk”

Kompresibilitas Penambahan bahan Ditambahkan Ditambahkan pengikat basah pvp dan


sangat buruk bahan yang dapat bahan pengikat pelarut etanol.
memperbaiki (binder)
kompresibilitas

Sudut Penambahan bahan Ditambahkan Ditambahkan mg stearate sebagai


henti/sudut yang dapat bahan pelicin dan glidan dan talcum sebagai antiadheren
istirahat sangat memperbaiki laju alir pelincir.
buruk dan laju dan mempercepat
alir tidak waktu alir
memenuhi
syarat

Kadar lembab Penambahan bahan Ditambahakan Ditambahkan aerosil sebagai absorben


tidak memenuhi yang dapat bahan penyerap
syarat menurunkan kadar
lembab dan menyerap
kadar air

Rekomendasi Hasil Pengujian Praformulasi

18
Kebutuhan Rekomendasi
Perlu pengisi? Perlu Laktosa
Perlu pengikat ? Perlu PVP
Perlu penghancur ? Perlu Amylum Manihot
Perlu pelincir ? Perlu Mg Stearat
Perlu pewarna ? tidak perlu -
Perlu pemanis ? tidak perlu -
Perlu pengaroma ? tidak perlu -
Perlu anti aderent ? Perlu Talcum
Perlu Pengawet ? tidak perlu -
Metode yang cocok ? Granulasi basah

BAB III

19
METODE PRAKTIKUM

3.1 Preformulasi / Monografi Zat Aktif


Nama Bahan : Kalsium Laktat BM : 218,22

Struktur Kimia

Rumus Molekul C6H10CaO6 x H2O


Pemerian Serbuk atau granul putih, praktis tidak berbau bentuk pentahidrat
sedikit mekar pada suhu 120ºC menjadi bentuk anhidrat.
Kelarutan Kalsium laktat pentahidrat larut dalam air praktis tidak larut dalam
etanol.
Stabilitas Kalsium laktat dapat berperan dalam beberapa keadaan hidrasi,
yang dapat ditandai sebagai anhidrat, monohidrat, trihidrat dan
pentahidrat. Dehidrasi pentahidrat cepat pada suhu di atas 55ºC
disertai dengan beberapa kehilangan kristalinitas. Kekuatan
kehancuran tablet dilaporkan berkurang setelah dehidrasi kalsium
laktat pentahidrat dalam wadah tertutup rapat.

Inkompatibilitas Garam kalsium, termasuk laktat dapat menunjukkan kemampuan


fisik dengan fosfat dalam makanan atau sediaan terapeutik
misalnya dalam campuran pakan eternal

Kegunaan Untuk mencegah dan mengobati kekurangan kalsium, seperti pada


masa pertumbuhan, kehamilan, menyusui dan usia lanjut,
osteoporosis.

Susut Pentahidrat Antara 22 – 27%


Pengeringan
Titik Lebur Lebih dari 200ºC

2.2 Preformulasi/Monografi Bahan Tambahan

20
A. Nama Bahan : Magnesium Stearate BM : 591,24
Struktur Kimia

Rumus Molekul C36H70MgO4


Pemerian Serbuk hablur, putih dan bervolume, bau lemah khas, mudah
melekat dikulit, bebas dari butiran
Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam etanol dan dalam eter

Stabilitas Magnesium stearate stabil dan harus disimpan dalam wadah


tertutup rapat dan ditempat yang sejuk dan kering

Inkompatibilitas Tidak cocok dengan asam kuat, alkali, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat. Mg stearate tidak
dapat digunakan dalam produk yang mengandung aspirin,
bebereapa vitamin, dan sebagian besar garam alkali.
Kegunaan Banyak digunakan dalam formulasi kosmetik, makanan dan
farmasi. Digunakan sebagai pelicin dalam pembuatan kapsul dan
tablet dengan konsentrasi 0,25-5%

Higroskopisitas -

Kandungan 3,00-3,85%
Lembab

B. Nama Bahan : Laktosa BM : 342, 30

21
Struktur Kimia

Rumus Molekul C12H22O11


Pemerian Serbuk putih hablur atau hamper putih

Kelarutan Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol

Stabilitas Pada kondisi lembab (Ph>80%) dapat terjadi pertumbuhan


kapang. Selama disimpan, laktosa dapat berubah warna menjadi
kecoklatan. Reaksi ini dipercepat oleh panas dan kondisi lembab.
Harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat sejuk dan
kering.

Inkompatibilitas Laktosa dapat berubah warna menjadi coklat jika bereaksi dengan
senyawa yang mengandung gugus amin primer (reaksi maillard).
OTT : asam amino, aminofilin,amfetamin,Lisinopril.

Kegunaan Sebagai pengisi tablet pada konsentrasi 65%-85% b/b

Higroskopisitas -

Kandungan 1% w/w air; 4,5-5,5% w/w


Lembab

C. Nama Bahan : Talcum BM :

22
Struktur Kimia

Rumus Molekul
Pemerian Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu, berkilat,
mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam dilute acids dan alkali, pelarut organic
dan air
Stabilitas Stabil, dapat disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160ºC
tidak lebih dari 1 jam, juga dapat disterilkan dengan etilen oksida
atau penyinaran gamma.

Inkompatibilitas Tidak cocok dengan ammonium kuartener

Kegunaan Talc dapat digunakan dalam formulasi dosis padat oral sebagai
pelmas dan pengencer. Talc juga digunakan dalam sediaan
topical, sebagai bubuk debu meskipun tidak boleh digunakan
untuk membersihkan sarung tangan bedah, karena talc adalah
bahan alami yang mungkin sering mengandung mikroorganisme,
dan karenanya harus disterilkan ketika digunakan sebelum bubuk
debu. Mengklasifikasi cairan dan juga digunakkan terutama gom
stearat pelumas dan kosmetik dan produk makanan
Higroskopisitas Talc menyerap julah air yang tidak signifikan pada suhu 25ºC dan
kelembaban relative sampai sekitar 90%
Kandungan 0,163 %
Lembab 0,239 %

D. Nama Bahan : Amylum Manihot BM :

23
Struktur Kimia

Rumus Molekul ( C6H10O5 )n


Pemerian Serbuk tidak berbau dan hambar, halus, putih sampai putih pucat.
Terdiri dari butiran bulat kecil atau bulat telur/biji-bijian yang
ukuran dan bentuknya merupakan karakteristik untuk setiap
varietas botani.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam etanol dingin 95% dan air dingin.
Amylum manihotmembengkak secara instant dalam air sekitar 5-
10% pada suhu 37ºC
Stabilitas Penyimpanan ditempat yang sejuk, kering dan dalam wadah
kedap udara

Inkompatibilitas Amilum tidak kompetibel dengan zar pengoksidasi kuat. Senyawa


inklusi berwarna dibentuk dengan yodium

Kandungan Semua pati higroskopis dan cepat menyerao kelembaban


Lembab atmosfer. Nilai – nilai kelembaban pada suhu 50%, kelembaban
relative adalah 1% untuk pati jagung, untuk tepung kentang 50%,
untuk tepung beras dan tepung gandum13%. Antara kelembaban
relative 30-80%
Kegunaan 3-5% merupakan desintegran yang paling umum digunakan.
Pemakainnya disesuaikan dengan jenis amylum, tekanan
pengempaan dan kandungan air massa cetak

E. Nama Bahan : Povidone BM: 10.000-700.000

24
Struktur Kimia

Rumus Molekul (C6H9N0)n


Pemerian Serbuk halus, hingga putih krem, tidak berbau atau hampir tidak
berbau, sangat higroskopis
Kelarutan Sangat larut dalam asam, kloroform,etanol 95%, keton, methanol,
dan air. Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak
mineral
Kegunaan Povidone digunakan dalam sediaan farmasi, terutama digunakan
dalam bentuk sediaan padat. Ditablet, larutan povidone
digunakan sebagai pengikat dalam proses granulasi basah.
Povidone juga digunakan sebagai agen pelapis atau pengikat
ketika melapisi bahan farmasi aktif pada pendukung seperti
manik – manik gula
Stabilitas / Warna povidone berubah gelap dengan pemanasan pada suhu
Penyimpanan 105ºC, dan terjadi penurunan kelarutan dalam air. Stabil pada
pemanasan 110 - 130ºC yang sebentar. Sterilisasi dengan uap
tidak merubah karakteristik povidone. Larutan povidone mudah
terkontaminasi oleh jamur, karena itu perlu di tambahkan
pengawet. Povidone dapat disimpan dalam kondisi biasa – biasa
saja tanpa mengalami degradasi atau dekomposisi. Harus
disimpan dalam wadah kedap udara pada tempat yang sejuk dan
kering
Higroskopisitas Povidone muncul sebagai bubuk higroskopis yang halus
Kandungan Povidone sangat higroskopis, sejumlah besar kelembaban diserap
Lembab pada kelembaban relative rendah
Inkompatibilitas Dapat membentuk molecular adduts dalam larutan dengan
sulfatiazol, Na. salisilat, As. Sulfat, fenobarbital, tannin, dan
bahan lain. Efek dari beberapa pengawet seperti thiamerosil dapat
merubah (merugikan) ketika terbentuk kompleks dengan
povidone.

25
F. Nama Bahan: Aerosil BM:

Struktur Kimia

Rumus Molekul SiO2


Pemerian Submikroskopis fumed silica dengan ukuran partikel sekitar 15
m. serbuk amorf ( tidak berbentuk ) ringan,meruah,putih kebiru-
biruan,tidak berbau,tidak berasa.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, pelarut organic dan asam,kecuali
asam hidrofluorat,larut dalam air panas,alkali OH,membentuk
dispersi koloidal dalam air.
Kegunaan Silikon dioksida koloida juga digunakan sebagai tablet
desintegran dan sebagai pendispersi adsorben untuk liquid dalam
bubuk atau suppose

Stabilitas / Higroskopis,dapat menyebabkan dalam jumlah besar tanpa


Penyimpanan menjadi cair ketika digunakan dalam suatu sisi,larutan pada ph 0-
7,5.koloida SiO2 dapat meningkatkan viskositas
Harus disimpan dalam wadah tertutup baik,tempat sejuk dan
kering.
Higroskopisitas Dapat menyerap air dalam jumlah besar tanpa menjadi cair.
Kandungan -
Lembab
Inkompatibilitas Sediaan di etilstilbestrol

26
2.3 Rasionalisasi Formula

No. Nama bahan Fungsi Alasan

1 Kalsium laktat Sebagai zat aktif


- Mampu mengembang
apabila dengan air
- Penggunaannya sudah
2 Amilum manihot Sebagai bahan penghancur dikenal secara luas pada
formulasi farmasetika
terutama pembuatan
tablet.
PVP atau
3 Sebagai bahan pengikat
Povidone
Agar tablet yang dihasilkan
berasa manis karena bahan
aktif (kalsium laktat) yang
4 Laktosa Sebagai diluent (pengisi)
hampir tidak berasa.
Konsentrasi laktosa sebagai
bahan pengisi = 65 – 85%
Stabil. Memiliki warna
Magnesium putih sehingga tidak
5 Sebagai lubrikan
Stearat mempengaruhi warna dari
tablet.
Dapat memperbaiki daya
aliran bahan yang akan
ditabletisasi, mengurangi
6 Talcum Sebagai glidan
penyerapan pangan massa,
meningkatkan ketentuan
antar partikel.
Bahan penyerap digunakan
dalam jumlah yang sesuai
7 Aerosil Sebagai absorben dengan banyaknya cairan di
dalam zat aktif, untuk
megurangi kadar uapnya.

27
2.4 Formulasi

RANCANGAN METODE & FORMULA GRANULASI BASAH

BAHAN AKTIF : KALSIUM LAKTAT


METODE PEMBUATAN : GRANULASI BASAH
BOBOT ZAT AKTIF : 300 MG
BOBOT TABLET : 500 MG
BESAR BATCH : 250 TABLET

KOMPONEN FORMULA

Pemakaian Bahan
Per batch
Per
NO Fungsi Bahan Nama Bahan (bobot per
Tablet (%
Lazim % tablet x
x bobot
besar
tablet)
batch)
FASA DALAM (92%)
Kalsium
1 Bahan Aktif 60% 300 mg 75 gr
Laktat
2 Pengikat PVP 5% 25 mg 6,25 gr
Pelarut/Cairan
3
Pembasah
Penghancur Amilum
4 10% 50 mg 12,5 gr
Dalam Manihot
5 Pewarna - - - - -
6 Pemanis - - - - -
7 Absorben Aerosil 2% 10 mg 2,5 gr
8 Pengisi Laktosa 15% 75 mg 18,75 gr
Jumlah Total Fasa Dalam 92% 460 mg 115 gr

28
FASA LUAR (8%)
Amilum
1 Penghancur luar 5% 5,025 gr
Manihot
Magnesium
2 Lubrikan 2% 2,021 gr
Stearat
3 Glidan Talcum 1% 1,010 gr
Jumlah Total Fasa Luar 8% 8,083 gr

2.5 Perhitungan Formula/Bahan


No. Nama bahan Bobot/tablet (mg) Perbatch (g)
Fase dalam : 92% Rumus :
Rumus: 92/100 x bobot tablet (500 mg) = 460 mg Bobot/tablet x besar batch
1 Kalsium Laktat 60/92 x 460 mg = 300 mg 300 mg x 250 tab = 75 g
2 PVP 5/92 x 460 mg = 25 mg 25 mg x 250 tab = 6,25 g
3 Amilum Manihot 10/92 x 460 mg = 50 mg 50 mg x 250 tab = 12,5 g
4 Aerosil 2/92 x 460 mg = 10 mg 10 mg x 250 tab = 2,5 g
5 Laktosa 15/92 x 460 mg = 75 mg 75 mg x 250 tab = 18,75 g
Jumlah total fase dalam (bobot granul teoritis) 115 g
Rumus :
Fase luar : 8%
Bobot nyata/persen fase
dalam x persen bahan fase
luar
1 Amilum Manihot - 92,97/92 x 5% = 5,0527 g
2 Magnesium Stearate - 92,97/92 x 2% = 2,021 g
3 Talcum - 92,97/92 x 1% = 1,010 g

2.6 Cara Kerja

29
Pembuatan Granul
1. Zat aktif dan semua bahan eksipien fasa dalam sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
2. Jika diperkukan, zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan (tersendiri) terlebih
dahulu.
3. Pencampuran zat aktif berupa kalsium laktat, bahan pengisi berupa laktosa, dan bahan
penghancur berupa amylum manihot dalam mesin pencampur.
4. Buat dan siapkan larutan pengikat : PVP dilarutkan dengan ethanol 95% dengan bobot 1g
: 10ml.
5. Larutan pengikat dicampur ke dalam campuran fasa dalam (secukupnya) hingga
didapatkan massa lembab yang tidak terlalu basah dan terlalu kering.
6. Massa lembab dibentuk menjadi granul dengan ayakan berukuran 12 mesh secara
manual.
7. Granul lembab kemudian dikeringkan di dalam oven 50-60 derajat celcius hingga
menjadi granul kering dengan kandungan lembab 2-5% (jika belum memenuhi syarat,
maka dikeringkan kembali).
8. Granul kering kemudian dilakukan uji Distribusi Ukuran Partikel dengan sieving
analyzer. Apabila granul yang dihasilkan kurang baik menghasilkan serbuk halus/fines
>30% maka sisa serbuk pada wadah (fines) digranul kembali (ulangi proses 5-7).
9. Granul kering ditimbang untuk menentukan fase luar yang ditambahkan (penghancur luar
berupa amylum manihot, lubrikan berupa magnesium stearate, glidan berupa talcum
sebagai massa kempa.
10. Campur granul kering dengan fase luar lalu dievaluasi mutunya.
11. Masukkan kedalam corong yang terdapat di mesin kempa tablet.
12. Klik tombol on pada mesin kempa tablet.
13. Letakkan wadah di bawah mesin kempa tablet untuk tempat keluarnya tablet.

30
2.7 Evaluasi
A. Evaluasi Bahan Aktif
Pada evaluasi bahan aktif dilakukan :
1. Uji Bulk Density / Berat Jenis Ruah / Berat Jenis Nyata / Berat Jenis Sejati
a) Timbang seksama 40-50 g serbuk atau sampai volume 100ml
b) Catat bobot serbuk
c) Masukan kedalam gelas ukur
d) Catat volume serbuk
2. Uji Tapped Density / Berat Jenis Mampat
a) Timbang seksama 40-50 g serbuk atau sampai volume 100ml
b) Catat bobot serbuk
c) Masukan kedalam gelas ukur
d) Ketuk gelas ukur sebanyak 10, 500 dan 1250 kali
e) Catat volume serbuk setelah diketuk
3. Uji Rasio Housner
a) Dihitung dengan rumus tapped density/bulk density
4. Uji Kompresibilitas
a) Dihitung persen kompresibilitas dengan rumus tapped density – bulk
density/tapped density x 100%
5. Uji Sudut Istirahat / Angle Of Repose / Laju Alir
a) Serbuk seberat 100 g dimasukkan secara perlahan melalui lubang bagian atas
corong sementara bagian bawah ditutup
b) Setelah semua serbuk dimasukkan, penutup dibuka dan serbuk dibiarkan
keluar. Catat waktu alir serbuk
c) Ukur dan catat tinggi serta diameter tumpukan (kerucut) yang terbentuk
d) Hitung sudut istirahat
6. Uji Kadar Lembab Dan Susut Pengeringan
a) Masukan wadah alumunium foil kedalam alat

31
b) Tutup alat, kemudian tara, setelah selesai ditara, buka penutup alat.
c) Timbang bahan 5 g (sampai indicator bewarna hijau), catat hasil penimbangan
(bobot basah)
d) Tutup kembali alat
e) Jalankan alat sampai selesai, catat waktu mulai ketika suhu sudah mencapai
105 º C
f) Tunggu hingga proses pengeringan selesai atau telah mencapai bobot konstan
(indikator bewarna hijau dan tertulis “Drying is over”)
g) Catat bobot kering dan % MC yang terdapat pada layar alat
7. Uji Distribusi Ukuran Partikel
a) Timbang wadah, beri kode mesh dan hasil penimbangan pada wadah (bobot
wadah kosong)
b) Timbang seksama 100g serbuk
c) Masukan kedalam sieving analyzer
d) Jalankan sieving analyzer (10 menit)
e) Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah
f) Timbang masing-masing serbuk yang terdapat pada setiap mesh (bobot
wadah+serbuk)
g) Hitung bobot serbuk
h) Hitung % bobot serbuk ditiap mesh

B. Evaluasi Mutu Granul


Pada evaluasi mutu granul dilakukan :
1. Uji Bulk Density / Berat Jenis Ruah / Berat Jenis Nyata / Berat Jenis Sejati
a) Timbang seksama 40-50 g serbuk atau sampai volume 100ml
b) Catat bobot serbuk
c) Masukan kedalam gelas ukur
d) Catat volume serbuk
2. Uji Tapped Density / Berat Jenis Mampat
a) Timbang seksama 40-50 g serbuk atau sampai volume 100ml

32
b) Catat bobot serbuk
c) Masukan kedalam gelas ukur
d) Ketuk gelas ukur sebanyak 10, 500 dan 1250 kali
e) Catat volume serbuk setelah diketuk
3. Uji Rasio Housner
a) Dihitung dengan rumus tapped density/bulk density
4. Uji Kompresibilitas
a) Dihitung persen kompresibilitas dengan rumus tapped density – bulk
density/tapped density x 100%
5. Uji Sudut Istirahat / Angle Of Repose / Laju Alir
a) Serbuk seberat 100 g dimasukkan secara perlahan melalui lubang bagian atas
corong sementara bagian bawah ditutup
b) Setelah semua serbuk dimasukkan, penutup dibuka dan serbuk dibiarkan
keluar. Catat waktu alir serbuk
c) Ukur dan catat tinggi serta diameter tumpukan (kerucut) yang terbentuk
d) Hitung sudut istirahat
6. Uji Kadar Lembab Dan Susut Pengeringan
a) Masukan wadah alumunium foil kedalam alat
b) Tutup alat, kemudian tara, setelah selesai ditara, buka penutup alat.
c) Timbang bahan 5 g (sampai indicator bewarna hijau), catat hasil
penimbangan (bobot basah)
d) Tutup kembali alat
e) Jalankan alat sampai selesai, catat waktu mulai ketika suhu sudah mencapai
105 º C
f) Tunggu hingga proses pengeringan selesai atau telah mencapai bobot konstan
(indikator bewarna hijau dan tertulis “Drying is over”)
g) Catat bobot kering dan % MC yang terdapat pada layar alat
7. Uji Distribusi Ukuran Partikel
a) Timbang wadah, beri kode mesh dan hasil penimbangan pada wadah (bobot
wadah kosong)
b) Timbang seksama 100g serbuk

33
c) Masukan kedalam sieving analyzer
d) Jalankan sieving analyzer (10 menit)
e) Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah
f) Timbang masing-masing serbuk yang terdapat pada setiap mesh (bobot
wadah+serbuk)
g) Hitung bobot serbuk
h) Hitung % bobot serbuk ditiap mesh

C. Evaluasi Mutu Tablet


Pada evaluasi mutu tablet dilakukan :
1. Pemeriksaan organoleptik tablet
a) Ambil sejumlah tablet
b) Cium bau tablet yang ada
c) Rasakan tablet yang ada
d) Amati warna tablet yang ada
e) Amati apakah ada kerusakan pada tablet (berupa capping, laminating, motling,
dll)
2. Pemeriksaan Keseragaman Ukuran (Diameter dan Tebal Tablet)
a) Ambil 20 tablet
b) Ukur diameter masing – masing tablet, kemudian catat
c) Ukur tablet masing –masing tablet, kemudian catat
d) Hitung rata – rata diameter dan tebal tablet
3. Pengujian Keseragaman bobot
a) Timbang 20 tablet secara acak sebagai sampel
b) Timbang 20 tablet tersebut, hitung bobot rata – rata
c) Timbang satu per satu masing – masing tablet, catat bobot per tablet
4. Pengujian Kekerasan Tablet
a) Ambil 20 tablet secara acak sebagai sampel
b) Ukur kekerasan tablet satu persatu

34
c) Tablet ditaruh dibawah alat penghancur (hardness tester)
d) Saat tablet retak/pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka yang
dinyatakan dalam kg/cm2
e) Catat angka tersebut sebagai nilai kekerasan tablet
5. Pengujian Keregasan Tablet
a) Ambil 20 tablet secara acak sebagai sampel
b) Tablet dibersihkan dari debu
c) Timbang bobot 20 tablet (WO)
d) Masukkan tablet dalam alat (Friabiliator), jalankan dengan kecepatan 25 rpm
selama 4 menit.
e) Tablet dikeluarkan dibersihkan dari debu
f) Timbang bobot tablet (WF)
g) Hitung friabilitas
6. Pengujian waktu hancur tablet
a) Ambil 6 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu.
b) Letakkan 6 tablet tersebut dalam keranjang yang bergerak turun dalam
bejana.
c) Isi bejana dengan aquades suhu 37ºC ± 2ºC
d) Keranjang di naik – turunkan secara teratur 30 kali tiap menit.
e) Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa kecuali
fragmen – fragmen bahan pembantu.
f) Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada
bagian yang tertinggal di atas kasa.

35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Bahan Aktif

NO. Pengamatan Hasil Syarat Kesimpulan

Pada
HOPE Hasil bulk density hampir
1 Bulk density 0,5618 g/ml syarat bulk mendekati syarat pada
density HOPE
0,56 g/cm
Hasil tapped density pada
percobaan dengan HOPE
2 Tapped density 0,8917 g/ml 0,67 g/cm
memiliki kemapatan yang
berbeda
Kalsium laktat memiliki
3 Rasio Hausner 1,58 - sifat alir “very poor” atau
sifat alir sangat buruk.

Kalsium laktat memiliki


4 % Kompresibilitas 36,99% - sifat aliran “very poor” atau
sifat alir yang sangat buruk.
Kalsium laktat memiliki
laju alir yang sangat buruk
atau sukar mengalir atau
5 Sudut istirahat 45º -
“very poor” dan
membutuhkan intervensi
dengan waktu alir 24 detik.

6 Kadar lembab 35,35%


Kalsium laktat merupakan
2–5% serbuk yang lembab karena
tidak memenuhi syarat.
7 Susut pengeringan 26,12%

36
Persentase fines kalsium
Distribusi Ukuran laktat melebihi syarat
8 98,92% 30%
Partikel (% Fines) sehingga memiliki distribusi
ukuran partikel yang buruk

4.2 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Mutu Granul

NO. Pengamatan Hasil Syarat Kesimpulan

1 Bulk density 0,715 g/ml - -

2 Tapped density 0,788 g/ml - -

Granul kalsium laktat


memiliki nilai rasio housner
3 Rasio Hausner 1,102 - 1,102 yang artinya memiliki
sifat aliran excellent / sangat
mudah mengalir
Granul kalsium laktat
memiliki sifat aliran
4 % Kompresibilitas 9,26% -
excellent / sangat mudah
mengalir
Granul kalsium laktat
memiliki sudut istirahat
31,29º yang artinya
5 Sudut istirahat 31,29º - memiliki sifat aliran
passable / mengalir. Tidak
membutuhkan intervensi
dengan waktu alir 9 detik

Granul kalsium laktat


6 Kadar lembab 7,15% 2 – 5% memiliki kadar lembab dan
susut pengeringan melebihi

37
7 Susut pengeringan 6,68% dari syarat

Granul kalsium laktat


Distribusi Ukuran memiliki kadar fines
8 26,169% 30%
Partikel (% Fines) 26,169% yang artinya
memenuhi syarat

4.3 Hasil dan Pembahasan Evaluasi Mutu Tablet

NO. Pengamatan Hasil Syarat Kesimpulan

Tidak berbau,
rasa pahit,
Tablet yang dibuat sudah
berwarna
hampir memenuhi ketentuan
putih tulang, Warna
Organoleptis dan yang ada. Rasa, bau dan
1 kerusakan tablet
kerusakan tablet warna sesuai. Namun terjadi
yang terjadi merata
kerusakan pada tablet
pada tablet
dimana warna tidak merata
adalah warna
tidak merata
Diameter
tablet
tidak lebih
Diameter dari 3 kali Pemeriksaan keseragaman
tablet 12 mm tebal tablet kalsium laktat tidak
2 Keseragaman ukuran sedangkan tablet dan sesuai dari ketentuan karena
tebal tablet tidak diameter tablet 3,671 lebih
3,1 mm kurang tebal dari tebal tablet
dari 1 1/3
kali tebal
tablet
3 Keseragaman bobot Rata-rata Tidak Dari 20 tablet kalsium laktat
bobot tablet boleh ada tidak ada satupun yang
yang 2 tablet memiliki persen
diperoleh yang penyimpangan bobot lebih
0,507 mg persentase dari 10% dan tidak ada
dengan penyimpa satupun tablet yang

38
ngannya
lebih besar
dari 5%
dan tidak
selisih bobot
boleh ada
0 mg dan
satupun
persen memiliki persen
tablet
penyimpanga penyimpangan 5%
yang
n rata-rata
persentase
0,8%
penyimpa
ngannya
lebih dari
10%
Kekerasan
Rata-rata tablet
bobot tablet yang baik
kalsium yaitu Tablet kalsium laktat
4 Kekerasan tablet laktat untuk memiliki kekerasan tablet
memiliki tablet 400 yang memenuhi syarat
hasil 10,325 – 700 mg
kg/cm2 adalah 7 –
11 kg/cm2
Tablet
Persentase
kalsium
friabilitas
laktat Tablet kalsium laktat
tidak
memiliki memiliki persentase
5 Keregasan tablet boleh
persentase keregarasan yang baik dan
lebih besar
friabilitas memenuhi syarat
dari 1%
sebesar
( < 1% )
0,19%
Waktu
hancur
tablet
Rata-rata
biasa Waktu hancur tablet kalsium
waktu hancur
adalah laktat rata-rata adalah 08:08
tablet
6 Waktu hancur tidak menit yang berarti
kalsium
boleh memenuhi syarat waktu
laktat adalah
lebih atau hancur tablet
08:08 menit
sama
dengan 15
menit

39
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, tablet yang dibuat memenuhi beberapa
persyaratan dalam spesifikasi tablet yang diinginkan dan juga berdasarkan standar dari
Farmakope Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan tablet yaitu
untuk menghasilkan tablet yang bermutu dari segi penampilan, efikasi dan keamanan
ternyata belum tercapai sepenuhnya.
Tablet yang dihasilkan memenuhi semua uji kecuali keseragaman ukuran karena
tebal tablet melebihi 3 kalinya diameter tablet. Dikarenakan diameter mesin tidak sesuai,
serta pada uji organoleptis terdapat kerusakan pada tablet yaitu warna pada tablet tidak
rata disebabkan kurangnya kebersihan pada mesin kempa tablet. Namun selain itu, uji
keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji keregasan tablet dan uji waktu hancur tablet
sudah memenuhi syarat.
5.2 Saran
1. Sebaiknya sebelum menentukan formulasi tablet yang akan dibuat carilah informasi
sebanyak-banyaknya tentang bahan-bahan yang digunakan agar nantinya didapatkan
hasil tablet yang baik sesuai dengan persyaratan tablet yang telah ditetapkan.
2. Diperlukan alat kempa tablet yang memadai supaya tablet yang dihasilkan sesuai
dengan formulasi yang telah dibuat.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1988. Ilmu Meracik obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta. Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta. Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia V. Jakarta. Indonesia

Dr. Lanie Hadiesoewignyo, M. Si., Apt.dkk. Sediaan Solida Edisi Revisi.


Howard C. Ansel. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi keempat. Jakarta : Universitas
Indonesia
Informasi Spesialite Obat. 2015. Jakarta : Isfi
Modul Praktikum Teknologi Sediaan Solid Institut Sains dan Teknologi Nasional.
Prof. Dr. Charles JP. Siregar, M. Sc, Apt. dkk. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar
Praktis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Raymond C. Rowe, dkk. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th edition. USA : RPS
Publishing

41

Anda mungkin juga menyukai