PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjalankan alat untuk setiap tahap pembuatan dan pengujian tablet
dan mengenal pengamatan bahan aktif.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi karakter bahan aktif baik secara teoritis maupun
fisik.
3. Mahasiswa dapat mengevaluasi karakter bahan aktif baik.
4. Mahasiswa dapat menyusun hasil pengkajian praformulasi bahan aktif untuk sediaan
padat.
1
5. Mahasiswa dapat membuat rekomendasi untuk design komponen dan proses
pembuatan sediaan padat.
6. Mahasiswa dapat menyusun design formula, pembuatan dan evaluasi sediaan padat
dan hasil pengkajian praformulasi.
7. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi mutu granul.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
7. Bebas dari kerusakan fisik
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu
10. Tablet memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
Komponen Tablet
Dalam pembuatan tablet harus terdiri dari beberapa komponen agar dapat dihasilkan tablet
yang baik. Komponennya terdiri dari :
1. Zat Aktif
Kebanyakan zat aktif tidak dapat dikempa langsung menjadi tablet karena tidak punya
daya ikat yang cukup yang perlu untuk membuat suatu tablet, disamping itu tidak
semua zat aktif mempunyai sifat alir yang baik.
Zat aktif dalam pembuatan tablet dapat dibagi dua :
Zat aktif yang tidak larut, dimaksudkan untuk memberikan efek lokal pada
saluran cerna, misalnya adsorben untuk tukak lambung (Norit) .
Zat aktif yang larut, dimaksudkan untuk memberikan efek sistemik setelah
terdisolusi dalam cairan salura cerna kemudian diabsorbsi, terhadap zat aktif yang
harus diperhatikan formulasinya, desain, bentuk dan manufaktur untuk
menghasilkan tablet yang diinginkan. Sifat kelarutannya merupakan dasar suntuk
memformulasi dan mendesain produk yang efektif.
2. Zat Tambahan
Eksipien atau zat tambahan adalah zat inert yang tidak aktif secara farmakologi
berfungsi sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk membentuk tablet dan
untuk mempermudah teknik pembuatan tablet. Dalam pemilihan bahan tambahan
untuk pembuatan tablet harus diperhatikan sifat fisika dan sifat kimianya, begitu juga
dengan stabilitas dan zat tambahan yang digunakan.
Bahan tambahan tablet antara lain adalah :
a. Zat pengisi, zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah
formulasi tablet untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang
ditetapkan, jika jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan
tablet walaupun pengisi adalah zat yang inert secara farmakologi, zat tersebut
masih dapat mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.
Contoh, interaksi basa atau garam - garam amin dengan laktosa dan alkali basa
4
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam. Laktosa
tidak bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide. Penggunaan dari pengisi
tergantung dari volume atau berat tablet yang diingan. Bahan pengisi yang sering
digunakan: laktosa USP, laktosa anhidrat, spray dried lactose. Amylum : maydis,
oryzae, manihot, solani, mannitol, sukrosa dan lain- lain.
b. Bahan pengikat, adalah zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam
formulasi tablet untuk meningkatkan kohesifitas antara partikel-partikel serbuk
dalam masa tablet yang diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian
untuk pembentukan massa menjadi kompak dan padat yang disebut tablet.
Pengikat dapat dibagi 2 :
Pengikat kering (Binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massa kering.
Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
Acasia 2 - 5 %
Derivat selulosa 1 - 5 %
Sukrosa 2 - 25 %
Pengikat Basah (Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi,
contoh pengikat basah yang sering digunakan:
Derivat selulosa 1 – 5 %
Gelatin 1 – 5 %
Pasta amylum 1 – 5 %
Natrium alginat 2 – 5 %
c. Bahan Penghancur
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu
mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat
ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai bahan internal dan sebagai
fasa luar yang disebut bahan eksternal. Mekanisme kerja dari bahan penghancur
adalah :
Jika kontak dengan air akan mengembang sehingga volume tablet
membesar dan akhirnya pecah,contoh : golongan selulosa.
Memecah ikatan partikel tablet sehingga akan pecah.
Membentuk kapiler,contoh : golongan amilum dan selulosa.
Membentuk gas : asam sitrat dan bikarbonat.
Membentuk lelehan, contoh : oleum cacao.
5
d. Bahan Pelicin (Lubricant)
Bahan pelicin (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan
(matrys). Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum.
(Anief, M., 2005)
e. Bahan Pelincir (Glidant)
Adalah bahan yang digunakan untuk memudahkan agar tablet dapat masuk ke
mesin tablet sewaktu proses pencetakan. Salah satu contoh bahan pelincir yaitu
magnesium stearat.
6
1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan,
transportasi dan sewaktu di tangan konsumen. Sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan
uji friabilitas.
2. Zat aktif dalam tablet harus dapat tersedia dalam tubuh. Sifat ini dilihat dari uji waktu
hancur dan uji disolusi.
3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk zat
aktif kurang dari 50 ml). Parameter ini diuji dengan variasi bobot dan uji keseragaman
kandungan.
4. Tablet berpenampilan baik dan mempunyai karakteristik warna, bentuk dan tanda lain
yang menunjukkan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukkan stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisiten
(Anonim, 2005)
7
Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat
aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan
enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik
daripada tablet.
9
Langkah Membuat Tablet
Berikut ini disampaikan tahapan pembuatan granul dan sekaligus sampai dengan
pengempaan dengan cara kempa langsung, granulasi basah, dan granulasi kering :
10
Tahap ini dilakukan melalui :
1. Pengumpulan informasi tentang kriteria, persyaratan dan karakter yang diinginkan dari
sediaan tablet yang akan dibuat. Informasi ini dapat diperoleh dari buku resmi/standar.
Farmakope memuat batasan dan persyaratan umum sediaan serta standar sediaan untuk
bahan aktif tertentu serta cara pengujian persyaratan. Buku referensi memuat karakter
sediaan yang baik, cara pengujian dan sebagainya.
2. Pengumpulan informasi dan literatur terkait mengenai bahan aktif dan bahan penolong
yang ada. Informasi ini dapat diperoleh dari :
Monografi bahan aktif yang terdapat di dalam farmakope, merck index, atau buku
referensi lain.
Monografi bahan aktif dan sediaan yang terdapat di dalam buku Martindale.
Monografi bahan penolong yang terdapat di dalam Hand Book Of Exipient.
Sertifikat analisis yang dikeluarkan oleh produsen bahan baku maupun lembaga
pemerintah atau swasta yang independent.
3. Mengidentifikasi parameter atau faktor yang terkait dengan aspek fisika, kimia,
biologi/farmakologi dan bahan aktif yang ada, dihubungkan dengan keperluan atau
persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat serbuk granul yang baik untuk
pembuatan tablet ataupun untuk menghasilkan tablet yang baik dan memenuhi syarat.
4. Mengidentifikasi permasalahan yang ada sebagai celah (gap) antara karakter atau tujuan
yang harus dicapai dengan data/informasi yang tersedia dari parameter/persyaratan yang
ada, ada alternatif pemecahan masalah yang ada atau alternatif langkah yang harus
dilakukan untuk menghasilkan tablet bermutu.
5. Menyusun rekomendasi atau langkah yang harus dilakukan agar dapat diperoleh tablet
yang baik melalui proses pembuatan yang ekonomis dan efektif. Rekomendasi pada
umumnya terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
Komponen apa saja yang harus ada didalam tablet , sehingga diperoleh susunan
formula yang baik dan benar.
Bagaimana cara melaksanakan pembuatan tablet atau metode pembuatan tablet apa
yang akan dipakai.
Bagaimana cara menegakkan, mengendalikan ataupun mengawasi mutu bahan awal,
bahan dalam proses, proses pembuatan dan sediaan jadi.
11
Disamping 3 hal diatas, juga sebaiknya direkomendasikan aspek atau informasi apa yang
harus dicantumkan di dalam penandaan ataupun lembar informasi/leaflet/brosur.
12
Evaluasi tablet dilakukan untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria atau belum. Diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
1. Uji Penampilan
Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas), bentuk (bundar,
permukaan rata/cembung), cetakan (garis patah, tanda, logo, pabrik), dll.
2. Uji Keseragaman Ukuran
Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan cara 10 tablet diukur keseragaman ukuran
satu per satu, mengukur diameter menggunakan jangka sorong dan mengukur
ketebalan menggunakan mikrometer sekrup. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet
tidak boleh lebih dari 3x dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Uji diameter dan
ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet.
3. Uji Kekerasan Tablet
Dilakukan dengan cara 20 tablet secara acak diuji satu per satu menggunakan
hardness tester dinyatakan dalam kg/cm2.
Syarat kekerasan tablet :
Tablet ≤ 300mg : 4 – 7 kg/cm2
Tablet 400 – 700 mg : 7 – 11 kg/cm2
Tablet kunyah : 4 – 7 kg/cm2
Tablet hisap : 4 – 12 kg/cm2
4. Uji Keseragaman Bobot
Uji ini dilakukan terhadap 20 tablet dengan cara menimbang satu persatu.
Persyaratan : tidak boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot
rata-rata tablet lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata kolom B.
Penyimpangan Bobot Rata - Rata
Bobot Rata - Rata
A (%) B(%)
≤ 25mg 15 30
26 – 150 mg 10 20
151 – 300 mg 7,5 15
> 300mg 5 10
13
Uji waktu hancur menggunakan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet.
Persyaratan dalam Farmakope Indonesia jilid 3 : kecuali dinyatakan lain semua tablet
harus hancur tidak lebih dari 15 menit (untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari
dari 60 menit untuk tablet salut gula atau tablet salut selaput.
15
No SIFAT PENGAMATAN DIINGINKAN MASALAH REKOMEN
DASI
VIII STABILITAS
1 Stabilitas padat Cahaya : terlindung dari cahaya
Udara : dalam keadaan kering
stabil tertutup baik
Suhu : melebur pada suhu lebih
dari 200 derajat celcius
2 Ketercampuran bahan -
tambahan
3 Stabilitas dalam larutan Dalam larutan, lambat laun
cepat teroksidasi
4 Cara penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat ;
terlindung dari cahaya
IX FARMAKOLOGI
1 Indikasi Suplemen untuk memenuhi
kebutuhan kalsium seperti masa
pertumbugan, kehamilan,
menyusui. usia lanjut,
osteoporosis
2 Dosis maksimum/toksik Tablet 300mg-500mg
3 Cara penggunaan Oral
4 Tempat absorbsi Usus halus
5 Waktu paruh 10 jam
6 Efek samping Hiperkalsemia dapat
menyebabkan bradikardia,
aritmia jantung, anoreksia, letih,
nyeri otot dan sendi, mual,
muntah, konstipasi, haus dan
poliuria
7 Interaksi obat - Memerbesar efek digitalis,
memperbesar kemungkinan
intoksikasi digitalis
- Mengurangi absorbsi
tetrasiklin
- Menambah sekresi gastrin
dan asam lambung
8 Interaksi bahan -
lain/makanan
X SIFAT LAIN-LAIN
1 Bulk density 0.56g/cm3
2 Tap density 0.67g/cm3
16
3 Higrokospisitas/kadar air Sangat lembab
17
Hasil Pengkajian Praformulasi
Masalah Pengkajian Rekomendasi Keputusan
Rasio housner Penambahan bahan Ditambahkan Untuk memperbaiki sifat alir
memiliki hasil bahan yang dapat bahan pelincir
sifat alir “sangat memperbaiki sifat alir (lubrikan)
buruk”
18
Kebutuhan Rekomendasi
Perlu pengisi? Perlu Laktosa
Perlu pengikat ? Perlu PVP
Perlu penghancur ? Perlu Amylum Manihot
Perlu pelincir ? Perlu Mg Stearat
Perlu pewarna ? tidak perlu -
Perlu pemanis ? tidak perlu -
Perlu pengaroma ? tidak perlu -
Perlu anti aderent ? Perlu Talcum
Perlu Pengawet ? tidak perlu -
Metode yang cocok ? Granulasi basah
BAB III
19
METODE PRAKTIKUM
Struktur Kimia
20
A. Nama Bahan : Magnesium Stearate BM : 591,24
Struktur Kimia
Inkompatibilitas Tidak cocok dengan asam kuat, alkali, dan garam besi. Hindari
pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat. Mg stearate tidak
dapat digunakan dalam produk yang mengandung aspirin,
bebereapa vitamin, dan sebagian besar garam alkali.
Kegunaan Banyak digunakan dalam formulasi kosmetik, makanan dan
farmasi. Digunakan sebagai pelicin dalam pembuatan kapsul dan
tablet dengan konsentrasi 0,25-5%
Higroskopisitas -
Kandungan 3,00-3,85%
Lembab
21
Struktur Kimia
Kelarutan Mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol
Inkompatibilitas Laktosa dapat berubah warna menjadi coklat jika bereaksi dengan
senyawa yang mengandung gugus amin primer (reaksi maillard).
OTT : asam amino, aminofilin,amfetamin,Lisinopril.
Higroskopisitas -
22
Struktur Kimia
Rumus Molekul
Pemerian Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu, berkilat,
mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam dilute acids dan alkali, pelarut organic
dan air
Stabilitas Stabil, dapat disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160ºC
tidak lebih dari 1 jam, juga dapat disterilkan dengan etilen oksida
atau penyinaran gamma.
Kegunaan Talc dapat digunakan dalam formulasi dosis padat oral sebagai
pelmas dan pengencer. Talc juga digunakan dalam sediaan
topical, sebagai bubuk debu meskipun tidak boleh digunakan
untuk membersihkan sarung tangan bedah, karena talc adalah
bahan alami yang mungkin sering mengandung mikroorganisme,
dan karenanya harus disterilkan ketika digunakan sebelum bubuk
debu. Mengklasifikasi cairan dan juga digunakkan terutama gom
stearat pelumas dan kosmetik dan produk makanan
Higroskopisitas Talc menyerap julah air yang tidak signifikan pada suhu 25ºC dan
kelembaban relative sampai sekitar 90%
Kandungan 0,163 %
Lembab 0,239 %
23
Struktur Kimia
24
Struktur Kimia
25
F. Nama Bahan: Aerosil BM:
Struktur Kimia
26
2.3 Rasionalisasi Formula
27
2.4 Formulasi
KOMPONEN FORMULA
Pemakaian Bahan
Per batch
Per
NO Fungsi Bahan Nama Bahan (bobot per
Tablet (%
Lazim % tablet x
x bobot
besar
tablet)
batch)
FASA DALAM (92%)
Kalsium
1 Bahan Aktif 60% 300 mg 75 gr
Laktat
2 Pengikat PVP 5% 25 mg 6,25 gr
Pelarut/Cairan
3
Pembasah
Penghancur Amilum
4 10% 50 mg 12,5 gr
Dalam Manihot
5 Pewarna - - - - -
6 Pemanis - - - - -
7 Absorben Aerosil 2% 10 mg 2,5 gr
8 Pengisi Laktosa 15% 75 mg 18,75 gr
Jumlah Total Fasa Dalam 92% 460 mg 115 gr
28
FASA LUAR (8%)
Amilum
1 Penghancur luar 5% 5,025 gr
Manihot
Magnesium
2 Lubrikan 2% 2,021 gr
Stearat
3 Glidan Talcum 1% 1,010 gr
Jumlah Total Fasa Luar 8% 8,083 gr
29
Pembuatan Granul
1. Zat aktif dan semua bahan eksipien fasa dalam sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
2. Jika diperkukan, zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan (tersendiri) terlebih
dahulu.
3. Pencampuran zat aktif berupa kalsium laktat, bahan pengisi berupa laktosa, dan bahan
penghancur berupa amylum manihot dalam mesin pencampur.
4. Buat dan siapkan larutan pengikat : PVP dilarutkan dengan ethanol 95% dengan bobot 1g
: 10ml.
5. Larutan pengikat dicampur ke dalam campuran fasa dalam (secukupnya) hingga
didapatkan massa lembab yang tidak terlalu basah dan terlalu kering.
6. Massa lembab dibentuk menjadi granul dengan ayakan berukuran 12 mesh secara
manual.
7. Granul lembab kemudian dikeringkan di dalam oven 50-60 derajat celcius hingga
menjadi granul kering dengan kandungan lembab 2-5% (jika belum memenuhi syarat,
maka dikeringkan kembali).
8. Granul kering kemudian dilakukan uji Distribusi Ukuran Partikel dengan sieving
analyzer. Apabila granul yang dihasilkan kurang baik menghasilkan serbuk halus/fines
>30% maka sisa serbuk pada wadah (fines) digranul kembali (ulangi proses 5-7).
9. Granul kering ditimbang untuk menentukan fase luar yang ditambahkan (penghancur luar
berupa amylum manihot, lubrikan berupa magnesium stearate, glidan berupa talcum
sebagai massa kempa.
10. Campur granul kering dengan fase luar lalu dievaluasi mutunya.
11. Masukkan kedalam corong yang terdapat di mesin kempa tablet.
12. Klik tombol on pada mesin kempa tablet.
13. Letakkan wadah di bawah mesin kempa tablet untuk tempat keluarnya tablet.
30
2.7 Evaluasi
A. Evaluasi Bahan Aktif
Pada evaluasi bahan aktif dilakukan :
1. Uji Bulk Density / Berat Jenis Ruah / Berat Jenis Nyata / Berat Jenis Sejati
a) Timbang seksama 40-50 g serbuk atau sampai volume 100ml
b) Catat bobot serbuk
c) Masukan kedalam gelas ukur
d) Catat volume serbuk
2. Uji Tapped Density / Berat Jenis Mampat
a) Timbang seksama 40-50 g serbuk atau sampai volume 100ml
b) Catat bobot serbuk
c) Masukan kedalam gelas ukur
d) Ketuk gelas ukur sebanyak 10, 500 dan 1250 kali
e) Catat volume serbuk setelah diketuk
3. Uji Rasio Housner
a) Dihitung dengan rumus tapped density/bulk density
4. Uji Kompresibilitas
a) Dihitung persen kompresibilitas dengan rumus tapped density – bulk
density/tapped density x 100%
5. Uji Sudut Istirahat / Angle Of Repose / Laju Alir
a) Serbuk seberat 100 g dimasukkan secara perlahan melalui lubang bagian atas
corong sementara bagian bawah ditutup
b) Setelah semua serbuk dimasukkan, penutup dibuka dan serbuk dibiarkan
keluar. Catat waktu alir serbuk
c) Ukur dan catat tinggi serta diameter tumpukan (kerucut) yang terbentuk
d) Hitung sudut istirahat
6. Uji Kadar Lembab Dan Susut Pengeringan
a) Masukan wadah alumunium foil kedalam alat
31
b) Tutup alat, kemudian tara, setelah selesai ditara, buka penutup alat.
c) Timbang bahan 5 g (sampai indicator bewarna hijau), catat hasil penimbangan
(bobot basah)
d) Tutup kembali alat
e) Jalankan alat sampai selesai, catat waktu mulai ketika suhu sudah mencapai
105 º C
f) Tunggu hingga proses pengeringan selesai atau telah mencapai bobot konstan
(indikator bewarna hijau dan tertulis “Drying is over”)
g) Catat bobot kering dan % MC yang terdapat pada layar alat
7. Uji Distribusi Ukuran Partikel
a) Timbang wadah, beri kode mesh dan hasil penimbangan pada wadah (bobot
wadah kosong)
b) Timbang seksama 100g serbuk
c) Masukan kedalam sieving analyzer
d) Jalankan sieving analyzer (10 menit)
e) Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah
f) Timbang masing-masing serbuk yang terdapat pada setiap mesh (bobot
wadah+serbuk)
g) Hitung bobot serbuk
h) Hitung % bobot serbuk ditiap mesh
32
b) Catat bobot serbuk
c) Masukan kedalam gelas ukur
d) Ketuk gelas ukur sebanyak 10, 500 dan 1250 kali
e) Catat volume serbuk setelah diketuk
3. Uji Rasio Housner
a) Dihitung dengan rumus tapped density/bulk density
4. Uji Kompresibilitas
a) Dihitung persen kompresibilitas dengan rumus tapped density – bulk
density/tapped density x 100%
5. Uji Sudut Istirahat / Angle Of Repose / Laju Alir
a) Serbuk seberat 100 g dimasukkan secara perlahan melalui lubang bagian atas
corong sementara bagian bawah ditutup
b) Setelah semua serbuk dimasukkan, penutup dibuka dan serbuk dibiarkan
keluar. Catat waktu alir serbuk
c) Ukur dan catat tinggi serta diameter tumpukan (kerucut) yang terbentuk
d) Hitung sudut istirahat
6. Uji Kadar Lembab Dan Susut Pengeringan
a) Masukan wadah alumunium foil kedalam alat
b) Tutup alat, kemudian tara, setelah selesai ditara, buka penutup alat.
c) Timbang bahan 5 g (sampai indicator bewarna hijau), catat hasil
penimbangan (bobot basah)
d) Tutup kembali alat
e) Jalankan alat sampai selesai, catat waktu mulai ketika suhu sudah mencapai
105 º C
f) Tunggu hingga proses pengeringan selesai atau telah mencapai bobot konstan
(indikator bewarna hijau dan tertulis “Drying is over”)
g) Catat bobot kering dan % MC yang terdapat pada layar alat
7. Uji Distribusi Ukuran Partikel
a) Timbang wadah, beri kode mesh dan hasil penimbangan pada wadah (bobot
wadah kosong)
b) Timbang seksama 100g serbuk
33
c) Masukan kedalam sieving analyzer
d) Jalankan sieving analyzer (10 menit)
e) Masukkan serbuk yang tersisa pada masing-masing mesh pada wadah
f) Timbang masing-masing serbuk yang terdapat pada setiap mesh (bobot
wadah+serbuk)
g) Hitung bobot serbuk
h) Hitung % bobot serbuk ditiap mesh
34
c) Tablet ditaruh dibawah alat penghancur (hardness tester)
d) Saat tablet retak/pecah, jarum akan berhenti pada suatu angka yang
dinyatakan dalam kg/cm2
e) Catat angka tersebut sebagai nilai kekerasan tablet
5. Pengujian Keregasan Tablet
a) Ambil 20 tablet secara acak sebagai sampel
b) Tablet dibersihkan dari debu
c) Timbang bobot 20 tablet (WO)
d) Masukkan tablet dalam alat (Friabiliator), jalankan dengan kecepatan 25 rpm
selama 4 menit.
e) Tablet dikeluarkan dibersihkan dari debu
f) Timbang bobot tablet (WF)
g) Hitung friabilitas
6. Pengujian waktu hancur tablet
a) Ambil 6 tablet sebagai sampel, bersihkan dari debu.
b) Letakkan 6 tablet tersebut dalam keranjang yang bergerak turun dalam
bejana.
c) Isi bejana dengan aquades suhu 37ºC ± 2ºC
d) Keranjang di naik – turunkan secara teratur 30 kali tiap menit.
e) Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa kecuali
fragmen – fragmen bahan pembantu.
f) Waktu hancur dicatat sejak pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada
bagian yang tertinggal di atas kasa.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada
HOPE Hasil bulk density hampir
1 Bulk density 0,5618 g/ml syarat bulk mendekati syarat pada
density HOPE
0,56 g/cm
Hasil tapped density pada
percobaan dengan HOPE
2 Tapped density 0,8917 g/ml 0,67 g/cm
memiliki kemapatan yang
berbeda
Kalsium laktat memiliki
3 Rasio Hausner 1,58 - sifat alir “very poor” atau
sifat alir sangat buruk.
36
Persentase fines kalsium
Distribusi Ukuran laktat melebihi syarat
8 98,92% 30%
Partikel (% Fines) sehingga memiliki distribusi
ukuran partikel yang buruk
37
7 Susut pengeringan 6,68% dari syarat
Tidak berbau,
rasa pahit,
Tablet yang dibuat sudah
berwarna
hampir memenuhi ketentuan
putih tulang, Warna
Organoleptis dan yang ada. Rasa, bau dan
1 kerusakan tablet
kerusakan tablet warna sesuai. Namun terjadi
yang terjadi merata
kerusakan pada tablet
pada tablet
dimana warna tidak merata
adalah warna
tidak merata
Diameter
tablet
tidak lebih
Diameter dari 3 kali Pemeriksaan keseragaman
tablet 12 mm tebal tablet kalsium laktat tidak
2 Keseragaman ukuran sedangkan tablet dan sesuai dari ketentuan karena
tebal tablet tidak diameter tablet 3,671 lebih
3,1 mm kurang tebal dari tebal tablet
dari 1 1/3
kali tebal
tablet
3 Keseragaman bobot Rata-rata Tidak Dari 20 tablet kalsium laktat
bobot tablet boleh ada tidak ada satupun yang
yang 2 tablet memiliki persen
diperoleh yang penyimpangan bobot lebih
0,507 mg persentase dari 10% dan tidak ada
dengan penyimpa satupun tablet yang
38
ngannya
lebih besar
dari 5%
dan tidak
selisih bobot
boleh ada
0 mg dan
satupun
persen memiliki persen
tablet
penyimpanga penyimpangan 5%
yang
n rata-rata
persentase
0,8%
penyimpa
ngannya
lebih dari
10%
Kekerasan
Rata-rata tablet
bobot tablet yang baik
kalsium yaitu Tablet kalsium laktat
4 Kekerasan tablet laktat untuk memiliki kekerasan tablet
memiliki tablet 400 yang memenuhi syarat
hasil 10,325 – 700 mg
kg/cm2 adalah 7 –
11 kg/cm2
Tablet
Persentase
kalsium
friabilitas
laktat Tablet kalsium laktat
tidak
memiliki memiliki persentase
5 Keregasan tablet boleh
persentase keregarasan yang baik dan
lebih besar
friabilitas memenuhi syarat
dari 1%
sebesar
( < 1% )
0,19%
Waktu
hancur
tablet
Rata-rata
biasa Waktu hancur tablet kalsium
waktu hancur
adalah laktat rata-rata adalah 08:08
tablet
6 Waktu hancur tidak menit yang berarti
kalsium
boleh memenuhi syarat waktu
laktat adalah
lebih atau hancur tablet
08:08 menit
sama
dengan 15
menit
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, tablet yang dibuat memenuhi beberapa
persyaratan dalam spesifikasi tablet yang diinginkan dan juga berdasarkan standar dari
Farmakope Indonesia, sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembuatan tablet yaitu
untuk menghasilkan tablet yang bermutu dari segi penampilan, efikasi dan keamanan
ternyata belum tercapai sepenuhnya.
Tablet yang dihasilkan memenuhi semua uji kecuali keseragaman ukuran karena
tebal tablet melebihi 3 kalinya diameter tablet. Dikarenakan diameter mesin tidak sesuai,
serta pada uji organoleptis terdapat kerusakan pada tablet yaitu warna pada tablet tidak
rata disebabkan kurangnya kebersihan pada mesin kempa tablet. Namun selain itu, uji
keseragaman bobot, uji kekerasan tablet, uji keregasan tablet dan uji waktu hancur tablet
sudah memenuhi syarat.
5.2 Saran
1. Sebaiknya sebelum menentukan formulasi tablet yang akan dibuat carilah informasi
sebanyak-banyaknya tentang bahan-bahan yang digunakan agar nantinya didapatkan
hasil tablet yang baik sesuai dengan persyaratan tablet yang telah ditetapkan.
2. Diperlukan alat kempa tablet yang memadai supaya tablet yang dihasilkan sesuai
dengan formulasi yang telah dibuat.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1988. Ilmu Meracik obat, Teori dan Praktek. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta. Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta. Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia V. Jakarta. Indonesia
41