Geologi Batuan Beku
Geologi Batuan Beku
Batuan beku ini juga disebut dengan batuan ignesius. Magma yang membeku ini merupakan magma
yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, yang terjadi baik di bawah
permukaan sebagai jenis batuan intrusif atau plutonik, maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif atau vulkanik.
https://www.google.com/amp/s/ilmugeografi.com/geologi/batuan-beku/amp
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar, seperti lava bantal yang
terbentuk di lingkungan air (laut), seperti lava bongkah, struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu
bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya. Macam-macam struktur
batuan beku adalah :
1. Masif
Masif apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya.
Pillow lava atau lava bantal merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi tertentu, yang
dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini adalah umumnya 30 - 60 cm
dan jaraknya bedekatan, khas pada vulkanik bawah laut.
3. Joint
Joint merupakan struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tertanam secara tegak lurus arah
aliran. Struktur ini dapat berkembang menjadi columnar jointing.
4. Vesikuler
Vesikuler merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan lubang-lubang sebagai
akibat pelepasan gas selama pendinginan.
5. Skoria
Skoria adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang gasnnya).
6. Amigdaloidal
Amigdaloidal merupakan struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam silika.
7. Xenolith
Xenolith adalah struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk atau
tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk sebagai akibat peleburan tidak sempurna
dari suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
8. Autobreccia
Autobreccia adalah struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu sendiri.
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan masa gelas
yang membentuk masa yang merata pada batuan. Selama pembentukan tekstur dipengarui oleh
kecepatan dan stadia kristalisasi. Yang kedua tergantung pada suhu, komposisi kandungan gas,
kekentalan magma dan tekanan.
Dengan demikian tekstur tersebut merupakan fungsi dari sejarah pembentukan batuan beku. Dalam
hal ini tekstur tersebut menunjukkan derajat kristalisasi (degree of crystallinity), ukuran butir (grain
size), granularitas dan kemas (fabric) (Williams, 1982).
Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan masa gelas dalam batuan.
Dikenal ada tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu :
Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat halus yang tidak dapat
dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar. Umumnya dikenal dua
kelompok ukuran butir, yaitu afanitik dan fanerik.
1. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan
dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun atas massa kristal, massa
gelas atau keduanya.
Selain itu dikenal pula istilah mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebutr mikrokristalin apabila kristal
individu dapat dikenal dengan mikroskop, sedangkan apabila tidak dapat dikenal dengan
menggunakan mikroskop disebut kriptokristalin.
2. Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-ukuran :
Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.
1. Bentuk kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam bentuk kristal :
a. Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang kristal yang sempurna.
b. Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna.
c. Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
tidak sempurna.
b. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi lain.
2. Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari ukurannya,
dibedakan menjadi :
a. Granularitas atau Equiqranular, apabila mineral mempunyai ukuran butir yang relatif seragam,
terdiri dari :
Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran seragam dan euhedral. Bentuk butir
euhedral merupakan penciri mineral-mineral yang terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan
mengingat ruangan yang tersedia masih sangat luas sehingga mineral-mineral tersebut sampai
membentuk kristal secara sempurna.
Hipiodiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam dan subhedral.
Bentuk butiran penyusun subhedral atau kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada
saat mineral terbentuk, maka rongga atau ruangan yang tersedia sudah tidak memadai untuk
memadai untuk dapat membentuk kristal secara sempurna.
Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran relatif seragam dan anhedral.
Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa bahwa pada saat
mineral-mineral penyusun ini terbentuk hanya dapat mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga
dapat ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir dari rangkaian
proses pembentukan batuan beku.
b. Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama, antara lain terdiri dari :
Porfiritik, adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar
kristal yang lebih halus.
Tekstur Khusus adalah tekstur disamping menunjukkan hubungan antara bentuk dan ukuran butir
juga ada yang menunjukkan arah serta menunjukkan pertumbuhan bersama antara mineral-mineral
yang berbeda . Tetapi tekstur ini sangat sulit diamati secara megaskopis, terdiri dari :
1. Diabasik
Diabasik merupakan tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen , disini piroksen
tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksen.
2. Trakhitik
Trakhitik merupakan fenokris sanidin dan piroksen tertanam dalam masa dasar kristal sanidin yang
relatif tampak penjajaran dengan isian butir-butir piroksen, oksida besi dan aksesori mineral.
3. Intergranular
Intergranular merupakan tekstur dimana ruang antar kristal-kristal plagioklas ditempati oleh kristal-
kristal piroksen, olivin atau biji besi.
https://www.geomacorner.com/2018/01/jenis-dan-klasifikasi-batuan-beku-struktur-batuan-beku-
dan-tekstur-batuan-beku.html?m=1
Pukul
14.29
Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi dua :
yaitu Batuan beku volkanik dan Batuan beku plutonik.
Batuan beku volkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di dekat permukaan bumi
(intrusi dangkal). Menurut Williams,1983, batuan beku yang berukuran kristal kurang dari 1 mm
adalah kelompok batuan volkanik, terutama kehadiran masa gelas.
Batuan beku yang terbentuk pada kedalaman yang sangat besar dan mempunyai ukuran kristal lebih
dari 1 mm.
Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam Geologi (C.J Hughes, 1962) dan dibagi dalam empat
golongan yaitu :
Batuan beku asam adalah batuan beku yang mengandung lebih dari 66% kandungan SiO2. Contoh
batuan ini adalah Granit dan Rhyolit.
Disebut batuan beku menengah atau intermediet apabila batuan tersebut mengandung 52% - 66%
SiO2. Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
3. Batuan Beku Basa
Disebut batuan beku basa apabila batuan tersebut mengandung 45% - 52% SiO2. Contoh batuan ini
adalah Gabro dan Basalt.
Disebut batuan beku ultrabasa apabila batuan beku tersebut mengandung kurang dari 45% SiO2.
Contoh batuan tersebut adalah Peridotit dan Dunit.
Dalam klasifikasi ini indeks warna akan menunjukkan perbandingan mineral mafik dengan mineral
felsik. Ada dua pendapat yang paling dominan dan digunakan saat ini, menurut S.J.Shand (1943) dan
menurut S.J. Elis (1948).
S.J. Shand (1943) membagi batuan beku menjadi empat macam batuan, yaitu :
a. Leucocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung 30% mineral mafik.
b. Mesocratic rock, bila batuan beku tersebut mengnadung 30% - 60% mineral mafik.
c. Melanocratic rock, bila batuan tersebut mengandung 60% - 90% mineral mafik.
d. Hipermelanic rock, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 90% mineral mafik.
Sedangkan S.J. Elis (1948), membagi menjadi empat golongan tekstur pula, yaitu :
a. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
d. Ultra mafic, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.