ABSTRACT
Study of Aquatic Macrophyte community at Maninjau Lake has been conducted in Juny
and December 2013.The method in determining the sample location is “Purpose Random
Sampling”. The result of this research showed physical chemical nature in Maninjau
Lake (temperature, TSS, TDS, pH and BOD), still in appropriate limitation for fishes,
expert for N-NO2, COD and PO4, meawhile based on PP No. 82 year 2001 (water
quality for type 2) and Storet Method, Maninjau Lake including low and middle pollutant.
In Maninjau Lake Waterway have been found 8 species aquatic macrophyte such as
Eichhornia crassipes, Panicum repens, Cyperus rotundus, Cyperus alternofolius,
Polygonum barbatum, Ipomoea aquatica, Colocasia esculenta and Mimosa pigra. The
analysis percentage of density and presentation frequency showed result that dominant
species in Maninjau Lake is Eichhornia crassipes with Important Value Index about
51,58%-83,53%. The aquatic macrophyte diversity index get value for about 1,156-1,516.
2
menggunakan Metode Storet dan baku Dimana :
mutu air kelas 2 (PP No. 82 tahun 2001) H’= Indeks Diversitas Shannon-Winner
Khusus untuk data biologi pi = Perbandingan jumlah individu suatu
dianalisis komputerisasi program jenis dengan keseluruhan jenis
microsoft excel, yaitu data Kerapatan (ni/N)
Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif dan Ln = Logaritma nature
dengan bertitik tolak dari data tersebut Kriteria (Lesmana et al, 2010 ; Ruthena
maka dilakukan analisis terhadap Indeks 2010), jika nilai :
Nilai Penting (INP) dan spesies H’>3 menunjukan keanekaragaman
tumbuhan air yang mendominasi pada spesies yang tinggi.
sekitar pinggiran Danau Maninjau. 1≤H ’≤3 menunjukan keanekaragaman
Menurut Rhuthena (2010), Perhitungan yang sedang.
INP untuk tingkat tumbuhan H’<1 menunjukan keanekaragaman
bawah/tumbuhan air adalah spesies yang rendah.
menggunakan rumus :
INP = KR + FR HASIL DAN PEMBAHASAN
Selanjutnya dihitung juga Indeks
Keanekaragaman (H’) dari spesies Pengukuran Parameter Fisika dan
tumbuhan air yang terdapat pada sekitar Kimia Air
pinggiran Danau Maninjau dengan Hasil pengukuran parameter fisika
rumus (Barus, 2002 ; Ruhena, 2010) dan kimia dari perairan Danau Maninjau
s disajikan pada Tabel 4.1. dibawah
H ' ( pi. ln . pi ) berikut :
i 1
Tabel 4.1. Nilai rata-rata Parameter Fisika dan Kimia Air yang diukur pada Masing-
Masing Stasiun Pengambilan Sampel
3
Tinggi rendahnya nilai temperatur mutu yang diperbolehkan dan masih
suatu perairan sangat mempengaruhi layak dimanfaatkan untuk kegiatan
kehidupan organisme air. Hal ini perikanan.
disebabkan temperatur dapat memicu Hasil pengukuran padatan terlarut
aktivitas fisiologis organisme air total (TDS) di perairan Danau Maninjau
sehingga kebutuhan oksigen akan berkisar antara 13,70-40,72 mg/l, pada
semakin meningkat seiring dengan bulan Juni dan berkisar antara 9,79-
meningkatnya laju metabolisme 19,70 mg/l pada bulan Desember. Baku
organisme air. Menurut hukum Van’t mutu kualitas air kelas 2 berdasarkan
Hoffs bahwa kenaikan temperature PP No. 82 tahun 2001 untuk padatan
sebesar 100C (hanya pada kisaran terlarut total adalah maksimum 1000
temperatur yang masih ditolerir) dapat mg/l. Nilai padatan terlarut total perairan
meningkatkan aktivitas fisiologis seperti Danau Maninjau masih di bawah batas
respirasi dari organisme sebesar 2-3 kali baku mutu yang dipersyaratkan. Dengan
lipat. Suhu perairan Danau Maninjau demikian, perairan Danau Maninjau
berdasarkan hasil pengukuran bulan Juni masih layak digunakan untuk aktifitas
dan Desember menunjukan kisaran yang perikanan.
hampir sama pada setiap lokasi Dari hasil pengukuran nitrit di
pengambilan sampel. Pada bulan Juni Danau Maninjau kecuali Stasiun 1,
suhu berkisar antara 26,500C C-29,00C berdasarkan pengamatan bulan Juni
sedangkan pada bulan Desember suhu sudah tidak aman untuk kehidupan
berkisar antara 28,650C-29,00C. hewan air termasuk ikan yaitu berkisar
Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 antara 0,043 – 0,130 mg/l dan pada
kisaran suhu perairan Danau Maninjau bulan Desember berkisar antara
masih memenuhi baku mutu air kelas 2 0,027-0,110 mg/l. Berdasarkan pada
untuk aktifitas perikanan. PP No. 82 tahun 2001 dengan baku
Hasil pengukuran padatan mutu air kelas 2 untuk nitrit yang
tersuspensi total di perairan Danau diperbolehkan bagi aktifitas budidaya
Maninjau pada bulan Juni berkisar ikan adalah maksimum 0.06 mg/l dalam
antara 4,22–25,94 mg/l dan bulan hal ini kadar nitrit perairan Danau
Desember berkisar antara 4,02-9,15 Maninjau sudah melampai baku mutu.
mg/l. Nilai TSS tertinggi ditemui pada Kadar nitrit tertinggi dijumpai pada
Stasiun 1 berdasarkan hasil pengukuran Stasiun 1 sebesar 0,130 mg/l untuk
bulan Juni yaitu sebesar 25,94 mg/l dan kondisi Juni sedangkan konsentrasi nitrit
terendah pada Stasiun 4 dengan hasil terendah terdapat pada Stasiun 4
pengamatan bulan Desember sebesar berdasarkan pengamatan pada bulan
4,02 mg/l. Menurut Alabaster dan Lloyd Desember yaitu sebesar 0,027 mg/l.
dalam Effendi (2003), nilai TSS < 25 Tingginya konsentrasi nitrit pada
mg/l tidak berpengaruh usaha perikanan Stasiun 1 saat pengukuran bulan Juni
sedangkan nilai TSS antara 25-80 mg/l menunjukan tingginya proses
sedikit berpengaruh terhadap usaha dekomposisi bahan organik dari limbah
perikanan. Nilai TSS apabila domestik pada kondisi anaerobik (tanpa
dibandingkan dengan baku mutu air oksigen atau oksigen rendah) yang dapat
kelas 2 menurut PP No. 82 tahun 2001 menghasilkan senyawa beracun.
yang mempersyaratkan konsentrasi Sebaliknya pada Stasiun 4 proses
padatan tersuspensi total (TSS) dekomposisi lebih rendah karena
maksimum yaitu 50 mg/l, maka perairan buangan limbah yang masuk lebih
Danau Maninjau belum melampaui baku sedikit.
4
Derajat keasaman (pH) merupakan Maninjau masih layak dipergunakan
faktor lingkungan yang dapat berperan untuk kegiatan budidaya ikan di KJA.
sebagai faktor pembatas pada perairan Effendi (2003), menggambarkan
(Michael, 1994). Dalam hal ini sebagian COD sebagai jumlah total oksigen yang
besar biota perairan sensitif terhadap dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan
perubahan nilai pH. Nilai pH yang organik secara kimiawi, baik yang dapat
diperlukan untuk pertumbuhan optimal didegradasi secara biologi maupun yang
ikan pada perairan adalah sekitar 6,5-9,0 sukar didegradasi menjadi CO2 dan H20.
(Kordi dan Tancung, 2007). Hasil Adapun nilai COD di perairan Danau
pengukuran pH di perairan Danau Maninjau yang diperoleh selama
Maninjau pada bulan Juni berkisar pengamatan bulan Juni adalah berkisar
antara 6,00-7,60 dan bulan Desember 8,94-43,67 mg/l dan berkisar antara
berkisar antara 6,15-6,95. Nilai pH pada 7,02-25,95 berdasarkan pengamatan
Stasiun 1 saat pengukuran bulan Juni bulan Desember. Dihubungkan dengan
adalah yang tertinggi yaitu 7,6 dan baku mutu air kelas 2 menurut PP No.
terendah pada stasiun 3 yaitu 6,00. 82 tahun 2001, nilai COD perairan
Sesuai dengan baku mutu air kelas 2 Danau Maninjau kecuali Stasiun 1 dan 2
(PP No. 82 Tahun 2001) pH yang (kondisi Juni), belum melewati batas
diperbolehkan untuk aktifitas budidaya maksimum yang diperbolehkan untuk
ikan adalah antara 6-9, sehingga secara kualitas air kelas 2 yaitu 25 mg/l, dalam
keseluruhan pH perairan Danau hal ini Danau Maninjau belum tercemar.
Maninjau masih layak untuk aktifitas Nilai COD yang tertinggi adalah di
budidaya ikan. lokasi Stasiun 1 berdasarkan
Hasil penelitian kandungan oksigen pengamatan bulan Juni yaitu sebesar
terlarut perairan Danau Maninjau pada 43,67 mg/l dan terendah pada
bulan Juni berkisar 5,55-6,77 dan Stasiun 4 berdasarkan pengamatan
berkisar 6,74-7,10 mg/l berdasarkan
bulan Desember yaitu 7,02 mg/l.
pengamatan bulan Desember. Nilai
Tingginya nilai COD pada Stasiun 1
oksigen terlarut yang diperoleh sewaktu
menunjukan tingginya aktifitas mikroba
penelitian pada bulan Juni dan
pengurai dalam mendegradasi bahan
Desember di perairan Danau Maninjau
pencemar pada perairan danau terjadi
masih tergolong sangat layak dalam
karena penumpukan bahan organik yang
mendukung kehidupan organisme
berasal dari tumbuhan air yang sudah
perairan, sebab menurut Kodri dan
mati di musim panas, sisa pakan dan
Tancung (2007), kandungan oksigen
kotoran ikan dari KJA, limbah domestik
terlarut yang baik untuk budidaya ikan
dari rumah tangga dan limbah pertanian
adalah antara 5-7 mg/l.
sekitar lokasi danau. Sementara pada
Nilai BOD yang tinggi
Stasiun 4 nilai COD paling rendah
menunjukkan semakin besarnya bahan
berdasarkan pengamatan bulan
organik yang terdekomposisi
Desember karena lokasi ini jauh dari
menggunakan sejumlah oksigen di
keberadaan tumbuhan air dan aktifitas
perairan (Effendi, 2003). Nilai rata-rata
masyarakat.
BOD perairan Danau Maninjau sewaktu
Dalam perairan, fosfor (P) tidak
penelitian bulan Juni berkisar antar
ditemukan dalam keadaan bebas
1,79 –2,60 mg/l dan berkisar antara
melainkan dalam bentuk senyawa
1,60-2,95 saat penelitian pada bulan
anorganik yang terlarut (ortofosfat dan
Desember. Berdasarkan baku mutu air
polifosfat) dan senyawa organik berupa
kelas 2, nilai BOD yang diperbolehkan
adalah <3 mg/l. Dengan demikian, partikulat. Fosfat (PO4) merupakan
disimpulkan bahwa perairan Danau bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan
oleh tumbuhan dan merupakan unsur
5
yang esensial bagi tumbuhan, sehingga untuk baku mutu air kelas 2 sesuai PP
menjadi faktor pembatas yang No. 82 tahun 2001 yaitu 0,2 mg/l namun
mempengaruhi produktivitas perairan pada Stasiun 1 dan 2 kadar ortofosfat
(Marganof, 2007). Hasil analisis kualitas saat pengukuran bulan Desember belum
air menunjukan, kadar ortofosfat di melampai baku mutu air.
perairan Danau Maninjau pada bulan
Juni berkisar antara 0,30-0,45 mg/l dan Sifat Fisika Kimia Perairan Danau
berkisar antara 0,15-0,24 pada bulan Maninjau dengan Metode Storet
Desember. Kadar ortofosfat pada Sifat fisika dan kimia perairan
perairan Danau Maninjau sudah Danau Maninjau berdasarkan Metode
melebihi baku mutu yang dipebolehkan Storet dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kondisi Fisika dan Kimia Air yang diukur pada Masing-Masing Stasiun
Pengambilan Sampel menurut Metode Storet
6
Jenis Tumbuhan Air pada Perairan dilakukan pada bulan Juni dan
Danau Maninjau Desember 2013 di tiga stasiun
Jenis tumbuhan air yang pengamatan yang berbeda yaitu Koto
ditemukan pada sekitar pinggiran Malintang, Koto Kaciak dan Bayur
perairan Danau Maninjau dapat dilihat pada Tabel 4.3.
berdasarkan penelitian yang
Tabel 4.3. Jenis Tumbuhan Air Pada Semua Stasiun Pengamatan di Perairan
Danau Maninjau
No. Spesies Nama local Tipe Habitat
1. Eichhornia crassipes Eceng gondok Free Floating (Terapung
2. Colocasia esculenta Talas sempurna)
3. Panicum repens Rumput lampuyangan
4. Cyperus rotundus Rumput teki Emergent (Tumbuhan berakar
5. Polygonum barbatum Mengkrengan dengan daun tersembul)
6. Cyperus alternofolius Rumput payung
7. Mimosa pigra Putri malu raksasa Rooted with floating leaves
8. Ipomoea aquatica Kangkung air (Daun terapung dengan akar
tenggelam)
Dari data pada Tabel 4.3. dapat di permukaan air (Panicum repens,
dikemukakan bahwa ditemukan 8 Cyperus rotundus, Polygonum
spesies tumbuhan air yang pada tiga barbatum, Cyperus alternofolius) dan
stasiun pengamatan yang berbeda di tumbuhan air yang akar tenggelam dan
perairan Danau Maninjau berdasarkan daunnya muncul di permukaan air
penelitian yang berlangsung pada bulan (Mimosa pigra, Ipomoea aquatica)
Juni dan Desember. Tumbuhan air
tersebut berdasarkan cara hidupnya Kerapatan (K) dan Indeks Nilai
terdiri dari tumbuhan air yang Penting (INP) Tumbuhan Air
mengapung di permukaan air Adapun data kerapatan dan nilai
(Eichhornia crassipes, Colocasia penting dari kehadiran masing-masing
esculenta), tumbuhan air yang berakar di spesies tumbuhan air dapat dilihat
dasar dan sebahagian tubuhnya muncul seperti pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Kepadatan Populasi dan Nilai Penting Tumbuhan Air di Perairan Danau
Maninjau
7
Berdasarkan Tabel 4.4. diatas dapat keseluruhan tumbuhan air Eichhornia
kita lihat bahwa kepadatan individu crassipes (Eceng gondok) mendominasi
tumbuhan air lebih tinggi dan jumlah bagian pinggiran dari permukaan Danau
spesies tumbuhan air lebih banyak pada Maninjau dengan Indeks Nilai Penting
bulan Desember dibanding bulan Juni tertinggi yaitu berkisar 51,58%-83,53%.
hal tersebut dipengaruhi juga oleh
evelasi danau menunjukan nilai lebih Indeks Keanekaragaman (H’)
tinggi pada bulan Desember yaitu Tumbuhan Air
463,30 mdpl pada saat pengamatan Komponen lingkungan, baik yang
bulan Desember sedangkan waktu hidup (biotik) maupun yang mati
pengamatan bulan Juni elevasi danau (abiotik) akan mempengaruhi
menurun pada angka 462,40 mdpl. Hal kelimpahan dan keanekaragaman biota
ini menunjukan zona litoral sebagai air yang ada pada suatu perairan.
habitat tumbuhan air lebih luas saat Perairan yang berkualitas baik biasanya
bulan Desember dan berkurang saat memiliki keanekaragaman jenis yang
bulan Juni. tinggi dan sebaliknya pada perairan
Menurut Ruthena (2010), Indeks Nilai yang buruk atau tercemar
Penting memberi gambaran tentang keanekaragaman jenisnya rendah
pengaruh dan dominasi dari suatu jenis (Barus, 2007).
tumbuhan air dalam suatu area. Nilai dari indeks keanekaragaman
Besarnya nilai INP yang dimiliki suatu (H’) tumbuhan air yang terdapat di tiga
jenis tumbuhan air menunjukan jenis stasiun (Koto Malintang, Koto Kaciak
tersebut mampu berkembang dengan dan Bayur) di Perairan Danau Maninjau
baik di perairan. Secara dicantumkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Nilai Rata-Rata Indeks Keanekaragaman (H’) di Setiap Stasiun Pengambilan
Sampel
8
dari pemukiman penduduk dan aktifitas kandungan zat kimia dalam tumbuhan
pertanian lebih stabil dibandingkan air.
stabil dibanding stasiun 1 yang berada Danau Maninjau telah ditumbuhi
dekat kawasan pertanian dan oleh eceng gondok dengan dominasi
pemukiman penduduk dan jumlah tertinggi maka untuk menghindari
keramba juga lebih padat dibanding dampak negatif yang ditimbulkannya
stasiun 3. Effendie (1997), menyebutkan perlu penanganan atau pengelolaan yang
bahwa dalam komunitas yang stabil lebih serius seperti pemanfaat eceng
komposisi spesiesnya tetap dan secara gondok untuk untuk bahan pakan
relatif sedikit fluktuasi jumlahnya ternak.
9
Lesmana, H. Kembarawati, Aunufafik. Sulastri dan G.S.Haryani. 2005.
2010. Kelimpahan Keanekaragaman Hayati Perairan
Keanekaragaman dan Dominasi Umum Status Dinamika Kehidupan
Tumbuhan Air di Danau Teluk. dan Upaya Pelestariannya.
Journal of Tropical Fisheries. 2010, Prosiding Forum Perairan Umum.
Vol 5 (1) : 436-469. Suraya, U., S. Gadih, Adiwijaya.
Marganof. 2007. Model Pengendalian 2006. Kelimpahan dan
Pencemaran Perairan di Danau Keanekaragaman Tumbuhan
Maninjau Sumatera Barat. Air Di Perairan Danau Tabiri.
Tesis.Institut Pertanian Bogor. Jounal of Tropical Fisheries.
Bogor.
2006. Vol (1)1:38-47
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk
Syandri, H.N. Aryani, Azrita, Jafri.
Penyelidikan Lapangan dan
2012. Laporan Rencana
Laboratorium. Universitas
Pengelolaan dan Pemantauan
Indonesia Press. Jakarta.
Lingkungan Danau Maninjau dan
Nasution, Z, Y.D.Sari, H.M. Huda. Danau Singkarak. Kerjasama PT.
2011. Perikanan Budidaya di PLN. Sektor Pembangkitan
Danau Maninjau, Antisipasi Bukittinggi dengan LPPM
Kebijakan Penanganan Dampak Universitas Bung Hatta (Tidak
Kematian Masal. Jurnal Kebijakan dipublikasikan
Sosial Ekonomi Kelautan dan
Wikipedia Bahasa Indonesia,
Perikanan, Vol 1, No 1, Tahun
Eksiklopedia Bebas. Danau
2011.
Maninjau diunduh 27 Maret 2014
Ruthena, Y. 2010. Struktur Vegetasi http://www.agamkab.go.id
Tumbuhan Air Di Danau Lutan
Palang Karaya. Jounal of Tropical
Fisheries. 2010. Vol (5)1:470-475
10