Anda di halaman 1dari 36

DOKUMEN PRAKTEK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)

DI APOTEK PADANG

JL. BANDAR PURUS NO 90, PADANG

Oleh:

Annisa Nurfiatul Aini, S.Farm 1941012003

Pembimbing 1: Noni Rahayu Putri, M.Farm, Apt

Pembimbing 2: Dr. Salman., M.Si., Apt.

ANGKATAN I 2019

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

23 SEPTEMBER 2019 – 02 NOVEMBER 2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Padang.
Penulisan tugas khusus PKPA di Apotek Padang ini diajukan sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan PKPA Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas
Farmasi, Universitas Andalas.
Pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu selama kegiatan PKPA dan penyusunan tugas khusus ini
berlangsung, diantaranya:
1. Ibu Noni Rahayu Putri, M.Farm, Apt selaku Pembimbing 1 Sebagai Apoteker
Penanggung Jawab Apotek yang telah berkenan memberikan bimbingan dan
pengarahan selama pelaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
2. Bapak Dr. Salman, M.Si, Apt selaku Dosen Pembimbing 2 dalam Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Apotek yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
3. Ibu Prof. Dr. Fatma Sri Wahyuni, S.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Andalas.
4. Ibu Rahmi Yosmar M. Farm, Apt selaku Kepala Program Studi Pendidikan Profesi
Apoteker.
5. Seluruh Personalia di Apotek Padang yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker.
6. Orangtua dan keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan dan doa
selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
7. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker Angkatan I Tahun 2019
Universitas Andalas.
8. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dorongan dan dukungan selama saya menyelesaikan kegiatan dan laporan ini.

ii
Saya menyadari bahwa kegiatan PKPA dan tugas khusus ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
dan semua pihak akan sangat saya harapkan demi kemajuan dan perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga tugas ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan serta kepustakaan Fakultas Farmasi Universitas Andalas.

Padang, November 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iv

Daftar Gambar v

BAB I. Pendahuluan 1

BAB II. Tinjauan Pustaka 3

2.1 Apotek 3

2.2 Syarat Pendirian Apotek 4

2.3 Perizinan Apotek 8

BAB III. Kesimpulan dan Saran 13

4.1 Kesimpulan 13

4.2 Saran 13

Daftar Pustaka 14

Lampiran 15

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Formulir 1:Permohonan Surat Izin Apotek 15

Gambar 2. Formulir 2: Dinas Kesehatan/ Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Kabupaten / Kota 16

Gambar 3. Formulir 3: Berita Acara Pemeriksaan (BAP) 17

Gambar 4. Formulir 4: Surat Izin Apotek 23

Gambar 5. Formulir 5: Surat Penundaan Izin Apotek 25

Gambar 6. Formulir 6: Surat Penolakan Izin Apotek 26

Gambar 7. Formulir 7: Pengalihan Tanggung Jawab Pelayanan Kefarmasian 27

Gambar 8. Formulir 8: Surat Teguran Tertulis 28

Gambar 9. Formulir 9: Pencabutan Izin Apotek 29

Gambar 10: Skema Perizinan Apotek 31

v
BAB I

PENDAHULUAN

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dalam membantu

mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan

kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri – sendiri atau

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat. Selain itu juga sebagai salah

satu tempat pengabdian dan praktek profesi apoteker dalam melaksanakan pekerjaan

kefarmasiaan.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek

pasal 1, apotek adalah suatu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Usaha Apotek merupakan suatu kombinasi dari usaha pengabdian profesi

farmasi, usaha sosial dan usaha dagang yang masing-masing aspek ini tidak dapat

dipisah- pisahkan satu dengan lainnya dari usaha Apotek. Sebagai suatu bentuk

usaha, apotek memiliki keunikan tersendiri dibandingkan usaha lain. Sebuah apotek

tidak hanya berjalan berdasarkan nilai bisnisnya, tetapi juga mempunyai fungsi sosial,

terutama berkaitan dengan perannya dalam menunjang upaya kesehatan dan sebagai

penyalur perbekalan farmasi kepada masyarakat. Oleh karena fungsi tersebut, maka

1
apotek sebagai tempat usaha memiliki aturan dan persyaratan yang lebih khusus dan

lebih ketat dalam pengelolaannya dibandingkan bisnis yang lain, mulai dari tata cara

perizinan sampai dengan pelaporannya.

Regulasi pendirian apotek harus memiliki jarak minimal dari apotek lain dan

sebaiknya harus mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan,

jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, dan ketermudahan

untuk dijangkau oleh masyarakat luas (Permenkes RI, 2016). Pemberian izin

pendirian apotek biasanya dilimpahkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota

(Permenkes RI, 2017).

Apotek dikelola oleh seorang Apoteker Penanggung jawab Apotek (APA),

yang mana untuk menjadi APA seorang apoteker harus memenuhi persyaratan, yaitu

telah memiliki ijasah yang terdaftar pada Departemen Kesehatan, telah mengucapkan

Sumpah/Janji Apoteker, telah memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) dan

memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian

di apotek.

Sebagai calon apoteker, sangat perlu untuk mengetahui regulasi, tata cara

perizinan pendirian apotek berdasarkan aturan perundang-undangan yang berlaku.

Maka dari itu, tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait perizinan

pendirian apotek berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini di Indonesia.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Apotek

Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya pekerjaan

kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada

masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009

tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana

pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.

Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut:

1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan.

2. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran

dan penyerahan atau obat atau bahan obat.

3. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

Apotek menyelenggarakan fungsi:

a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

b. pelayanan farmasi klinik, termasuk di komunitas.

Apotek hanya dapat menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai kepada:

3
a. Apotek lainnya

b. Puskesmas

c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

d. Instalasi Farmasi Klinik

e. dokter

f. bidan praktik mandiri

g. pasien

h. masyarakat.

2.2 Syarat Pendirian Apotek

Pengaturan Apotek bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Apotek;

2. Memberikan perlindungan pasien dan masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kefarmasian di Apotek

3. menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan

pelayanan kefarmasian di Apotek.

Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri dimana menteri

melimpahkan kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan

pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin

apotek sekali setahun kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi

4
Menurut Permenkes no. 9 tahun 2017, Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan

modal sendiri dan/atau modal dari pemilik modal baik perorangan maupun

perusahaan. Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerjasama dengan

pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan sepenuhnya oleh

Apoteker yang bersangkutan. Jadwal praktik Apoteker harus berbeda dengan jadwal

praktik Apoteker yang bersangkutan di fasilitas kefarmasian lain. Dalam Permenkes

no. 9 tahun 2017 pasal 4 menyebutkan bahwa pendirian apotek harus memenuhi

persyaratan, meliputi lokasi, bangunan, sarana, prasarana, dan peralatan, serta

ketenagaan.

1. Lokasi

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek di

wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam mendapatkan

pelayanan kefarmasian. Penentuan jumlah, persebaran, dan jarak apotek harus

mempertimbangkan indikator luas wilayah, kebutuhan kesehatan, jumlah dan

persebaran penduduk, serta pemanfaatannya.

2. Bangunan

Bangunan Apotek itu adalah gedung ataupun bagian dari gedung yang

dipergunakan untuk mengelola suatu Apotek. Bangunan Apotek harus

mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta memenuhi

persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan

fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi.

5
Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan, dan

kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta perlindungan dan

keselamatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak anak, dan orang

lanjut usia. Bangunan Apotek juga harus bersifat permanen, maksudnya dapat

merupakan bagian dan/atau terpisah dari pusat perbelanjaan, apartemen, rumah

toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang sejenis.

Didalam pendirian Apotek baru maupun perpindahan Apotek terhadap

bangunan Apotek ini diperlukan syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam

memperoleh Surat Izin Apotek (SIA) dari segi syarat luas dan persyaratan teknis.

Apabila dilihat dari segi teknisnya, bangunan Apotek tersebut adalah dapat

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu :

a. Dinding bangunan harus kuat dan tahan dengan air, permukaan sebelah dalam

bangunan harus rata dan tidak mudah mengelupas.

b. Lantai bangunan harus bersih dan tidak boleh lembab dan berlumut yang

terbuat dari ubin ataupun bahan – bahan lainnya yang memadai.

c. Langit – langit bangunan dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak serta

permukaan sebelam dalam dari bangunan diberi warna yang terang.

d. Atap tidak boleh bocor, terbuat dari genteng atau bahan lainnya yang tidak

merembes kedalam bangunan.

3. Sarana, Prasarana, dan Peralatan

Apotek harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk melakukan

kegiatan pelayanan kefarmasian. Bangunan Apotek paling sedikit memiliki sarana

ruang yang berfungsi sebagai:

6
a. Penerimaan Resep

b. Pelayanan Resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)

c. Penyerahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

d. Konseling

e. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

f. Arsip.

Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas:

a. Instalasi air bersih

b. Instalasi listrik

c. Sistem tata udara

d. Sistem proteksi kebakaran.

Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan pelayanan kefarmasian. Peralatan tersebut antara lain meliputi rak

obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari pendingin, meja, kursi,

komputer, sistem pencatatan mutasi obat, formulir catatan pengobatan pasien dan

peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.

Apotek wajib memasang papan nama yang terdiri atas:

a. Papan nama Apotek, yang memuat paling sedikit informasi mengenai nama

Apotek, nomor SIA, dan alamat

b. Papan nama praktik Apoteker, yang memuat paling sedikit informasi

mengenai nama Apoteker, nomor SIPA, dan jadwal praktik Apoteker.

7
c. Papan nama harus dipasang di dinding bagian depan bangunan atau

dipancangkan di tepi jalan, secara jelas dan mudah terbaca.

Sarana, prasarana, dan peralatan yang terdapat di apotek harus dalam keadaan

terpelihara dan berfungsi dengan baik.

4. Ketenagaan

Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan apotek dapat dibantu oleh

apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan/atau tenaga administrasi.

Apoteker dan TTK wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian wajib

memiliki surat izin sesuai tempat bekerja. Surat izin yang dimaksud berupa:

a. SIPA bagi Apoteker

b. SIPTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian

.3. Perizinan Apotek

a. Surat Izin Apotek (SIA)

Untuk memperoleh SIA, Apoteker harus mengajukan permohonan tertulis

kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan Formulir 1.

Kelengkapan dokumen administrasi permohonan surat izin apotek:

a. fotokopi STRA dengan menunjukan STRA asli

b. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker

8
d. fotokopi peta lokasi dan denah bangunan

e. daftar prasarana, sarana, dan peralatan.

Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima permohonan

dan dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif, Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan

pemeriksaan setempat terhadap kesiapan Apotek dengan menggunakan Formulir

2. Tim pemeriksa melibatkan unsur Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang terdiri

atas tenaga kefarmasian dan tenaga yang menangani bidang sarana dan prasarana

Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak tim pemeriksa ditugaskan,

tim pemeriksa harus melaporkan hasil pemeriksaan setempat yang dilengkapi

Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

dengan menggunakan Formulir 3. Kemudian, 12 (dua belas) hari kerja sejak

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menerima laporan pemeriksaan dari tim

pemeriksa dan dinyatakan memenuhi persyaratan, Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota menerbitkan SIA dengan tembusan kepada Direktur Jenderal,

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota, dan Organisasi Profesi dengan menggunakan Formulir 4.

Apabila kelengkapan dinyatakan masih belum memenuhi persyaratan,

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota harus mengeluarkan surat penundaan paling

lama dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja dengan menggunakan Formulir 5 dan

pemohon dapat melengkapi persyaratan paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan

sejak surat penundaan diterima. Dan apabila pemohon tidak dapat memenuhi

9
kelengkapan persyaratan tersebut, maka Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

mengeluarkan Surat Penolakan dengan menggunakan Formulir 6.

Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan

pindah lokasi, perubahan Apoteker pemegang SIA, atau nama Apotek harus

dilakukan perubahan izin. Apotek yang melakukan perubahan wajib mengajukan

permohonan perubahan izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Apabila Apoteker pemegang SIA meninggal dunia, ahli waris Apoteker wajib

melaporkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Pemerintah Daerah

kabupaten/kota harus menunjuk Apoteker lain untuk jangka waktu paling lama 3

(tiga) bulan. Kemudian apoteker tersebut wajib melaporkan secara tertulis

terjadinya pengalihan tanggung jawab kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota

dalam jangka waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam dengan menggunakan

Formulir 7. Pengalihan tanggung jawab disertai penyerahan dokumen Resep

Apotek, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci penyimpanan narkotika dan

psikotropika.

Pelanggaran terhadap ketentuan dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. Peringatan tertulis;

b. Penghentian sementara kegiatan

c. Pencabutan SIA.

Pencabutan SIA dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota berdasarkan:

a. Hasil pengawasan

10
b. Rekomendasi Kepala Balai POM

Pelaksanaan pencabutan SIA dilakukan setelah dikeluarkan teguran tertulis

berturut turut sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing masing 1

(satu) bulan dengan menggunakan Formulir 8.

b. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian

wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. SIPA bagi

Apoteker hanya diberikan untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. SIPA bagi

Apoteker dapat diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan

kefarmasian. SIPA dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas

rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga

Kefarmasian menjalankan praktiknya. SIPA masih berlaku selama STRA atau

STRTTK masih berlaku dan tempat praktik/bekerja masih sesuai dengan yang

tercantum dalam SIPA, atau SIPTTK.

Kelengkapan administrasi pengurusan SIPA:

a) fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN

b) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari

pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi

atau distribusi/penyaluran

c) Surat rekomendasi dari organisasi profesi

d) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2

(dua) lembar

11
Penerbitan SIPA atau SIKA paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat

permohonan diterima dan dinyatakan lengkap

SIPA atau SIPTTK masih tetap berlaku sepanjang:

a. STRA atau STRTTK masih berlaku

b. tempat praktik/bekerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPA

atau SIPTTK.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIPA atau SIPTTK karena:

a. Atas permintaan yang bersangkutan

b. STRA atau STRTTK tidak berlaku lagi

c. Yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat

izin

d. Yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk

menjalankan pekerjaan kefarmasian berdasarkan pembinaan dan

pengawasan dan ditetapkan dengan surat keterangan dokter

e. Melakukan pelanggaran disiplin tenaga kefarmasian berdasarkan

rekomendasi KFN

f. Melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian yang dibuktikan

dengan putusan pengadilan.

12
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh apoteker.

2. Pendirian apotek harus memenuhi persyaratan, meliputi lokasi, bangunan,

sarana, prasarana, dan peralatan, serta ketenagaan.

3. Tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian wajib

memiliki surat izin sesuai tempat bekerja, diantaranya SIPA dan SIPTTK

4. Apotek harus memiliki Surat Izin Apotek (SIA)

4.1. Saran

Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis guna

memperbaiki kesempurnaan dari makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Menkes RI. 2002. Keputusan Mentri Kesehatan 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek

Menkes RI. 2009. Peraturan Mentri Kesehatan No. 51 Tahun 2009 tentang

Pekerjaaan Kefarmasian

Menkes RI. 2016. Peraturan Mentri Kesehatan No 31 tahun 2016 tentang Izin

Praktek, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian

Menkes RI. 2017. Peraturan Mentri Kesehatan No 9 Tahun 2017 tentang Apotek

14
Lampiran 1. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek

Gambar 1. Permohonan Surat Izin Apotek

15
Lampiran 2. Penugasan Pemeriksaan oleh Dinas Kesehatan/ Penyelenggara

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten / Kota

Gambar 2. Penugasan Pemeriksaan oleh Dinas Kesehatan/ Penyelenggara

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten / Kota

16
Lampiran 3. Berita Acara Pemeriksaan (BAP)

17
18
19
20
21
Gambar 3. Berita Acara Pemeriksaan

22
Lampiran 4. Surat Izin Apotek

23
Gambar 4. Surat Izin Apotek

24
Lampiran 5. Penundaan Pemberian Izin Apotek

Gambar 5. Penundaan Pemberian Izin Apotek

25
Lampiran 6. Penolakan Pemberian Izin Apotek

Gambar 6. Penolakan Pemberian Izin Apotek

26
Lampiran 7. Laporan Pengalihan Tanggung Jawab Pelayanan Kefarmasian

Gambar 7. Laporan Pengalihan Tanggung Jawab Pelayanan Kefarmasian

27
Lampiran 8. Surat Teguran Tertulis

Gambar 8. Surat Teguran Tertulis Apotek

28
Lampiran 9. Pencabutan Izin Apotek

29
Gambar 9. Pencabutan Izin Apotek

30
Lampiran 10. Skema Perizinan Apotek
Pengurusan SIA (Surat Izin
Apotek) Utusan DPMTSP bersama Dinas
Surat yang harus disiapkan
apoteker: Melalui Dinas Penanaman Modal Kesehatan Kab/Kota datang
Satu Pintu (DPMTSP) melakukan pemeriksaan ke apotek
 STRA
 Ijazah  fotokopi STRA dengan
menunjukan STRA asli
 Sertifikat Kompetensi
 fotokopi Kartu Tanda
 Sertifikat sumpah apoteker Penduduk (KTP) Utusan DPMTSP bersama Dinas
 otokopi Nomor Pokok Wajib Kesehatan Kab/Kota datang
Pajak Apoteker melakukan pemeriksaan ke apotek
 fotokopi peta lokasi dan
denah bangunan
Pengurusan SIPA (Apoteker)
 daftar prasarana, sarana, dan
Melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota peralatan.

Yang harus disiapkan: Berita Acara Pemeriksaan

a) STRA
b) Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi
c) Surat rekomendasi dari organisasi profesi
d) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua)
lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar
Penundaan Pemberian Pemberian Surat
Pengurusan SIPPTTK (TTK) Izin Apotek
Izin Apotek
Melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

Yang harus disiapkan:


a) STRTTK
b) Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat
pelayanan kefarmasian
c) Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun
TTK Penolakan Pemberian
d) Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua)
lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar Izin Apotek

31

Anda mungkin juga menyukai