Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di
permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang
menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh
pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah,
mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang dialami selama periode
waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan
alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di
mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala
yang dilaporkan oleh observatorium seismologi nasional yang diukur pada
skala besarnya lokal 5 magnitude. Kedua skala yang sama selama rentang
angka mereka valid. Gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir
tidak terlihat dan jika besarnya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan
serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa
Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada
batasan besarnya.
Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang
dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan oleh lempengan bumi yang
bergerak ke satu arah atau bisa juga lebih. Semakin lama tekanan itu kian
membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut
tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa
Bumi akan terjadi.
Pergeseran lempeng bumi dapat mengakibatkan gempa bumi
karena dalam peristiwa tersebut disertai dengan pelepasan sejumlah energi
yang besar. Selain pergeseran lempeng bumi, gerak lempeng bumi yang
saling menjauhi satu sama lain juga dapat mengakibatkan gempa bumi.
Hal tersebut dikarenakan saat dua lempeng bumi bergerak saling menjauh,
akan terbentuk lempeng baru di antara keduanya. Lempeng baru yang
terbentuk memiliki berat jenis yang jauh lebih kecil dari berat jenis
lempeng yang lama. Lempeng yang baru terbentuk tersebut akan
mendapatkan tekanan yang besar dari dua lempeng lama sehingga akan
bergerak ke bawah dan menimbulkan pelepasan energi yang juga sangat
besar. Terakhir adalah gerak lempeng yang saling mendekat juga dapat
mengakibatkan gempa bumi. Pergerakan dua lempeng yang saling
mendekat juga berdampak pada terbentuknya gunung. Seperti yang terjadi
pada gunung Everest yang terus tumbuh tinggi akibat gerak lempeng di
bawahnya yang semakin mendekat dan saling bertumpuk.
Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan
tersebut. Gempa Bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan
lempengan kompresional dan translasional. Gempa Bumi fokus
dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang
terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari
600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena
pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat
menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa
Bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang
sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika.
Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi
cairan dari/ke dalam Bumi (contoh, pada beberapa pembangkit listrik
tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain Arsenal). Terakhir, gempa
juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat
para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan
pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini
dinamakan juga seismisitas terinduksi.
 1.2 Tujuan
Essay ini dibuat untuk mengetahui penangan yang tepat saat
terjadinya bencana alam seperti gempa bumi.
BAB II
PEMBAHASAN DAN ARGUMENTASI
2.1 Penalaran
Gempa bumi yang disebabkan oleh pergeseran lempeng bumi atau
yang biasa disebut dengan Gempa Tektonik yang terjadi didaerah selat
sunda, hal ini yang menyebabkan terjadinya tsunami di dua daerah yaitu
Lampung pesisir dan juga Banten. Sehingga menelan korban jiwa. Hal ini
diakibatkan kurangnya pengetahun tanggap bencana oleh masyarakat
sekitar. Sehingga saat terjadinya gempa, mereka hanya beranggapan tidak
akan terjadi hal yang menakutkan. Pemerintah sudah memberikan banyak
bantuan bagi para korban bencana yang dilansir sekitar 6 meninggal dan 3
luka-luka. Pemerintah menghimbau supaya masyakat dapat tanggap saat
terjadinya bencana alam yang tak terduga.
2.2 Teori Gempa
2.2.1 Teori kekenyalan elastis (Elastic Rebound Teory) dari H.F Rheid (1906)
Teori ini menjelaskan jika permukaan bidang sesar saling
bergesekan,batuan akan mengalami deformasi (perubahan wujud) jika
perubahan tersebut melampaui batas elastisitas/regangannya, maka batuan
akan patah atau akan kembali ke bentuk asalnya. Pada umumnya gempa
diawali dengan gempa utama yang diikuti oleh gempa susulan . Gempa
utama memiliki kekuatan 2-3 kali skala Richter dari gempa susulannya.
Jumlah gempa utama hanya satu kejadian, sedangkan jumlah gempa
susulan akan jauh lebih banyak dan tentu saja sangat tergantung besarnya
gempa utama.
Selama terjadinya gempa akan terjadi penjalaran gelombang dari
sumber gempa ke permukaan tanah, proses penjalaran gelombang di dalam
medium tersebut akan mengalami peristiwa penguatan gelombang atau
pelemahan tergantung medium batuan yang dilewatinya. Sehingga,
perjalanan perambatan gelombang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
dinamik tanah yang dilewati oleh gelombang gempa tersebut.
Proses kehilangan kekuatan yang terjadi dalam tanah akibat
membesarnya tekanan air pori biasanya disebut likuifaksi tanah. Pada
kondisi likuifaksi tegangan efektif tanah besarnya menjadi sama dengan
nol. Likuifaksi tanah pada umumnya berlangsung saat terjadi gempa bumi.
2.2.2 Penanganan
a. Pra bencana
1. Bangun rumah tahan gempa atau RTG. Tidak harus mahal, namun
rumah dengan konstruksi bagus dan kuat dapat terhindar dari roboh
saat gempa terjadi.
2. Pastikan perabotan Anda disimpan dalam kondisi aman. Paku lemari
Anda dan alat-alat lain yang dapat terjatuh saat terjadi gempa.
3. Siapkan kotak P3K dan senter dilengkapi baterai di rumah Anda. Itu
sangat berfungsi ketika terluka saat gempa atau jika membutuhkan
penerangan saat gempa di malam hari.
4. Pelajari jalur evakuasi pada tempat tinggal Anda. Terutama yang
berada di pesisir pantai.
5. Jangan lupa selalu sediakan uang kas untuk kebutuhan saat bencana
terjadi. Karena tidak jarang, gempa membuat mesin ATM rusak.
6. Hindari membangun rumah di zona rawan likuifaksi atau di wilayah
rawan longsor.
7. Pastikan Anda membeli tenda atau kemah untuk menyiapkan diri saat
di pengungsian.

b. Bencana
1. Jangan panik dan selalu optimis bahwa Anda dan keluarga dapat
selamat. Serta tidak lupa untuk berdoa
2. Saat gempa terjadi dan posisi Anda di dalam ruangan, berlindung
pada tempat yang kuat. Di bawah meja atau tempat yang aman
untuk berlindung, atau segera keluar ruangan jika memungkinkan.
3. Jangan gunakan lift jika gempa terjadi
4. Jika di luar ruangan, hindari tiang listrik, pohon atau bangunan
yang mudah roboh. Selalu perhatikan kondisi
5. Pastikan tanah yang anda pijak tidak mengalami erosi. Hindari jika
tanah melunak saat gempa
6. Jika berada di kendaraan, segera menepi dan turun.
7. Prinsip 20:20:20 Saat terjadi gempa dengan lama 20 detik, Anda
harus mengungsi dalam waktu 20 menit pada ketinggian 20 meter
c. Setelah Bencana
1. Keluar dari dalam ruangan setelah terjadi gempa. Pastikan lihat ke
atas dan waspada benda yang jatuh
2. Segera cari informasi pusat gempa untuk mendapatkan informasi
apakah gempa berpotensi tsunami
3. Jangan kembali ke ruangan usai gempa, karena memungkinkan
gempa susulan
4. Jika potensi tsunami tidak ada, namun gempa susulan masih ada
dan cukup besar, bangun tenda darurat
5. Hindari merokok di tenda darurat, terutama tenda tersebut ada
anak-anak dan perempuan
6. Jaga psikologi anak. Hibur dia, jangan membuat dia panik.
Bawakan permainan kesukaannya
7. Jangan mudah percaya isu yang belum pasti kebenarannya seperti
isu gempa susulan, tsunami, maling dan lainnya.
2.2.3 Narasi
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) mengingatkan masyarakat memiliki waktu emas sekitar 30 menit
untuk menyelamatkan diri ke dataran tinggi saat terjadi gempa
bumi berpotensi tsunami. Hal ini ia sampaikan setelah gempa berpusat di
Banten dengan kekuatan 7,4 skala richter mengguncang Lampung, Banten,
hingga Jakarta.
Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI, Nugroho Dwi Hananto
mengatakan saat ini gempa sudah melewati golden time. Oleh karena itu ia
mengatakan kemungkinan tsunami tak akan terjadi. "Mudah-mudahan 
tidak terjadi tsunami. Ini sudah lebih dari golden time sekitar 20 sampai 30
menit. Belum ada tanda-tanda tsunami.  Mudah-mudahan tidak ada," kata
Nugroho kepada CNNIndonesia.com, Jumat (2/8).
Nugroho menjelaskan golden time adalah selisih waktu antara
terjadinya gempa dengan terjadinya tsunami. "Jadi antara terjadi gempa
dan tibanya gelombang tsunami di pantai. Ini terjadi karena pada saat
gempa terjadi yang memicu deformasi dasar laut yang memicu tsunami. 
Bibit tsunami ini perlu waktu untuk mwnjalar hingga mencapai pantai,"
kata Nugroho. "Kecepatan penjalaran gelombang tsunami ini memerlukan
waktu yang rata-rata dimodelkan untuk barat Sumatra adalah sekitar 20-30
menit..  Beda waktu ini yg bisa dimanfaatkan untuk menjauhi pantai guna
menghindari tsunami," lanjutnya. 
Sebelumnya, getaran gempa yang dirasakan warga Jakarta Jumat
(2/8) malam ini berpusat di Banten. Kekuatan gempa menurut BMKG
sebesar 7,4 skala richter. Gempa berlokasi pada 7.54 Lintang Selatan,
104.58 Bujur Timur atau pada 147 km Barat daya Sumur, Banten, dengan
kedalaman 10 kilometer. Gempa berpotensi tsunami. Getaran gempa di
Banten ini dirasakan hingga ke Jakarta, Depok, Tangerang Selatan, Bogor,
Bandung, hingga Yogyakarta.
Hal yang menyebabkan pro dan kontra adalah dimana waktu yang
belum pasti untuk menentukan suatu keadaan. Sehingga ketika bencana
mulai mendekati hanya tersisa waktu sedikit untuk memberi peringatan
kepada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gempa terjadi secara beruntun tanpa diawali gempa utama.
Gerumbulan gempa umumnya berlanjut selama beberapa minggu, bulan,
atau bahkan lebih lama, tanpa terjadinya suatu peristiwa secara substansial
lebih besar. Selama terjadinya gempa akan terjadi penjalaran gelombang
dari sumber gempa ke permukaan tanah, proses penjalaran gelombang di
dalam medium tersebut akan mengalami peristiwa penguatan gelombang
atau pelemahan tergantung medium batuan yang dilewatinya. Sehingga,
perjalanan perambatan gelombang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
dinamik tanah yang dilewati oleh gelombang gempa tersebut.
3.2 Saran
Bagi masyarakat sekitar dengan adanya teknologi yang saat ini
sudah semakin canggih harus digunakan dengan bijaksana, dengan
menggunakan teknologi ini masyarakat seharusnya mendapatkan
informasi dengan cepat serta mengetahui bagaimana cara
penanggulangannya. Sehingga tidak ada korban dengan alasan masyarakat
yang kurang pengetahuan akan tanggap bencana. Serta untuk pemberian
Informasi suatu bencana, seharusnya tidak singkat supaya masyarakat
dapat mempersiapkan apa yang akan terjadi saat terjadinya bencana.

Anda mungkin juga menyukai