Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FALSAFAH PANCASILA

”ISLAM DAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KULTURAL”

NamaDosen :Dzikriyah, M. Pd.

Disusun Oleh :

Hannah Maryam
Syifa Hasanyah Azzahra

Jurusan Studi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT)

2019

HAUZAH ILMIAH AL-MUSTHAFA JAKARTA

Jl. Alam Pesanggrahan III Blok OE No. 21, Cinere, Kota Depok, Jawa Barat 16514
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulilahirabbilalamin, Segala puji bagi Allah Swt pencipta dan pengatur alam
semesta ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada manusia teragung di muka
bumi, yaiu Rasulullah Saw beserta Ahlulbaitnya yang disucikan oleh Allah Swt. Alhamdulillah
karena berkat rahmat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Islam
dan Pancasila Sebagai Paradigma Kultural”.

Terima kasih saya sampaikan kepada ustadzah Dzikriyah, M. Pd selaku Dosen mata
kuliah Falsafah Pancasila/Civic Education yang telah menyerahkan kepercayaan kepada kami
serta selalu memberikan dukungan, motivasi dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca, kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan makalah ini. Maka dari itu, kami memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat
pada makalah ini.

Jakarta, 22 November 2019

Penulis

Page 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 1

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 3


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5

A. Pengertian Pancasila, Paradigma Dan Social Budaya ...................................................... 5


B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya ........................................... 6
C. Sikap Positive Pancasila dalam Kehidupan Sosial ........................................................... 7
D. Seni dan Budaya dalam Pandangan Islam ........................................................................ 8
E. Prinsip Islam dalam Menjalankan Aktivitas Seni dan Budaya ........................................ 9
F. Fungsi Seni Sebagai Media Dakwah.................................................................................10

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................11

A. Kesimpulan ......................................................................................................................11
B. Saran .................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................12

Page 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman suku, adat-istiadat, dan agama serta berada pada ribuan pulau yang
berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi keanekaragaman kehendak
dalam kehidupan masyarakat . Kita membutuhkan suatu landasan ideologi yang dapat
mempersatukan kita yaitu pancasila. Pancasila adalah lima dasar yang dijadikan pedoman
hidup bangsa indonesia.
Pancasila telah mengajarkan kita nilai-nilai dasar  tentang nilai ketuhanan, nilai
kemanusiaan, nilai persatuan,nilai kerakyatan  dan nilai keadilan  itu artinya nilai-nilai
pancasila ada di dalam kehidupan setiap individu  masing-masing. Pancasila sebagai
paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai acuan berpikir, pola-acuan
berpikir,atau jelasnya sebagai sistem nilai yang dijadikan kerangka kerangka,tolak
ukur,arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan
segala hal dalam kehidupan manusia.
Istilah paradigma awal mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan.
Menurut Thomas Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut
menyatakan bahwa ilmu pada waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma
adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan
suatu cabang ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi.
Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian sebagai pola pikir, cara bertindak, tolok
ukur, parameter, arah dan tujuan. Segala sesuatu yang dijadikan paradigma berarti hal itu
dijadikan sebagai acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi yang tinggi dan penting dalam melaksanakan
segala hal dalam kehidupan manusia.

Page 3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian paradigma dan Sosial Budaya?
2. Bagaimana pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya?
3. Bagaiman sikap positif terhadap pan casila dalam kehidupan sosial?
4. Bagaimana hubungan Islam dan seni budaya ditilik dari perspektif Islam tentang seni
budaya serta prinsip Islam dalam melaksanakan kegiatan seni budaya?
5. Bagaimana fungsi seni budaya sebagai media dakwah Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pandangan dan prinsip Islam tentang seni dan budaya.
2. Memahami fungsi dari seni budaya sebagai media dakwah.
3. Mengetahui makna Paradigma dan Sosial Budaya.
4. Menambah wawasan tentang paradigma sebagai pembangunan budaya.

Page 4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila, Paradigma dan Sosial Budaya

Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan  śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial  bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 (Pembukaan) Undang-undang Dasar
1945. Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik Indonesia,
baik ditinjau dari sudut bahasa maupun dari sudut sejarah. Hai tersebut dapat dilihat secara
etimologis atau secara teminologi sebagimana penjelasan berikut,

1) Secara Etimologis Berdasarkan asal kata, Pancasila berasal dari bahasa India, yakni
bahasa Sansekerta. Menurut Muhammad Yamin, Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu
Panca artinya lima, syila dengan (i) biasa (pendek) artinya sendi, alas, atau dasar, syila
dengan (i) panjang artinya  peraturan tingkah laku yang penting, baik, dan senonoh. Kata sila
dalam bahasa Indonesia menjadi susila artinya tingkah laku baik.

2) Secara Terminologi Pada 1 Juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha- Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) perkataan Pancasila (lima asas dasar)
digunakan oleh Presiden Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara yang
diusulkannya. Perkataan tersebut dibisikkan oleh temannya seorang ahli bahasa yang duduk
disamping Soekarno, yaitu Muhammad Yamin.

Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai


acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir atau jelasnya sebagai sistem nilai yang
dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah dan tujuan bagi
yang menyandangnya, seperti “Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Budaya”.

Page 5
Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan. Istilah paradigma makin lama makin
berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi pada bidang lain seperti bidang
politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian berkembang dalam pengertian
sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi, sumber, tolok ukur, parameter,
arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu dijadikan sebagai kerangka,
acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.

Atau, Paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang
umum dan suatu kerangka pikir orientasi dasar dari suatu perubahan yang merupakan suatu
sumber hukum,metode,serta penerapan dalam ilmu  pengetahuan,sehingga sangat
menentukan sifat,ciri,dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Paradigma berarti cara
pandang, nilai-nilai , metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan masalah yang
dianutr oleh suatu masayarakat pada masa tertentu

Sedangkan budaya berasal dari kata Sans yaitu Bodhya yang artinya pikiran dan akal
budi. Budaya adalah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal
budinya yang mengandung cinta, rasa, dan kepercayaan adat istiadat ataupun ilmu. Jadi
Kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Oleh karena
itu, kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat.

Di bidang Sosial Budaya , Pancasila merupakan sumber normatif dalam


pengembangan aspek sosial budaya yang mendasar pada nilai–nilai kemanusian,nilai
Ketuhanan dan niali keberadaban. Pembangunan di bidang sosial budaya senantiasa
mendasar pada nilai yang bersumberpada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
yang beradab. Pembangunan bidang sosial budaya menghindarkan segala tindakan yang
tidak beradab .dan tidak manusiawi , sehingga dalam proses pambangunan haruslah selalu
mengangkat nilai- nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri sebagai niali dasra yaitu nilai
Pancasila.

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya

Page 6
Berdasarkan sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya dikembangkan
atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam si seluruh
wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa.Perlu ada
pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok
bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga
bangsa.Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan,
kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.Paradigma baru dalam pembangunan
nasional berupa paradigma pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti
yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi
individu sesuai sila kedua.Hak budaya komuniti dapat sebagai
perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak asasi individu.
Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai
puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka acuan bersama, bagi kebudayaan-kebudayaan
di daerah:
(1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun suku bangsa ataupun golongan sosial dan
komuniti setempat di Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
(2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap
warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan,
maupun golongannya.
(3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad masyarakat
majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang
berdaulat.
(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan
masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui musyawarah.
Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan
kepentingan perorangan.
(5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang
membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam memajukan

Page 7
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abdi dan keadilan sosial.

C. Sikap Positive Pancasila dalam Kehidupan Sosial


a. Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, antara lain:
·   Melaksanakan ajaran agama masing-masing dengan baik
·   Tekun beribadah
·   Saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama
·   Tidak memaksakan agama kepada orang lain.

b. Pengamalan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, antara lain:


 Senantiasa menghormati dan menghargai sesama manusia, agama,      suku, ras, dan
lain-lain.
 Suka membantu dan menolong sesama manusia dalam kebenaran    dengan ketulusan
dan kejujuran
 Tidak menyakiti orang lain dalam bentuk apapun.

c. Pengamalan sila Persatuan Indonesia, antara lain:


 Selalu mengutamakan kebersamaan, kerukunan, persatuan.
 Selalu menjalin hubungan dan kerja sama yang baik.
 Tidak mempermasalahkan segala perbedaan sesama manusia.

d. Pengamalan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan  dalam


Permusyarawatan/Perwakilan, antara lain:
 Mengutamakan musyawarah dalam menyelesaikan persoalan bersama
 Menghargai perbedaan pendapat dan pandangan antarsesama manusia
 Menghargai dan menjunjung tinggi demokrasi

e. Pengamalan  sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, antara lain:
 Bersikap adil
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

Page 8
 Tidak mengambil hak orang lain
 Memiliki kemauan keras untuk maju dan bersama-sama membangun bangsa dan
negara.

D. Seni dan Budaya dalam Pandangan Islam


Islam sebagai agama yang paling agung telah menanamkan kecintaan dan rasa
keindahan di setiap diri seorang muslim. Allah SWT. Menginginkan setiap mukmin agar
menyaksikan keindahan yang ada di muka bumi. Keindahan di dunia Dia ciptakan dengan
sempurna serta didesain dengan detil segala sesuatu yang ada.
‫ما ترى في خلق الرحمن من تفاوت‬
Kamu sekali-kali tidak melihat pada penciptaan Allah Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. (As-Sajdah:7)
‫الذي أحسن ك ّل شيئ خلقه‬
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya.
(Al-Mulk:3)
Prinsip yang didoktrinkan Rasulullah kepada umatnya adalah bahwa Allah itu indah
dan mencintai keindahan. Maka menjadi sesuatu yang salah ketika ada sebagian orang
berpersepsi bahwa menikmati keindahan itu menentang keimanan dapat terperosok dalam
kesombongan yang dibenci Allah.
Islam menghidupkan rasa keindahan dan mendukung kreasi seni dalam batas-batas
tertentu. Batas tersebut yang menjadikan karya seni itu memiliki manfaat, dan tidak
mendatangkan mudharat. Berbagai karya seni unik telah dilahirkan oleh Islam, seperti seni
kaligrafi, ornamen, serta ukiran yang banyak menghiasi masjid, rumah, serta bangunan atau
benda-benda lain.
Selain itu Islam juga memperhatikan seni sastra yang sejak dulu sangat tersohor
dikalangan masyarakat Arab. Kemudian datanglah Al-Qur’an dengan seni sastra yang luar
biasa. Membaca dan mendengarkan Al-Qur’an cukup untuk menjadi penawar jiwa bagi
orang-orang yang merenung dan berpikir.
Seni tak ubahnya seperti ilmu pengetahuan yang bisa digunakan untuk kebaikan dan
kejahatan. Menurut Qardhawi (2004) bahwa seni merupakan media untuk mencapai suatu
maksud, sehingga jika digunakan untuk mencapai sesuatu yang halal maka menjadi halal

Page 9
hukumnya. Begitu pula sebaliknya, jika seni digunakan untuk mencapai hal-hal yang haram,
maka hukumnya pun menjadi haram.
Islam merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah, sehingga Islam bukan ciptaan
manusia. Menurut Saifuddin (dalam Ismail, 2004) Islam bukanlah teologi karena logi artinya
adalah ilmu yang merupakan salah satu produk dari kebudayaan. Oleh karena itu Islam
bukanlah kebudayaan yang diciptakan oleh manusia.
Menurut Van Grunebaum (dalam Ismail, 2004) dalam perkembangan selanjutnya
Islam berkembang menjadi suatu peradaban. Padahal Islam adalah agama dan tidak pernah
berkembang menjadi peradaban atau budaya karena pencipta dari Islam adalah Allah Tuhan
semesta alam, dan bukan manusia. Selamanya Islam tetap menjadi agama, tetapi Islam yang
membentuk peradaban dalam kehidupan masyarakat yang menganutnya.

E. Prinsip Islam dalam Menjalankan Aktivitas Seni dan Budaya


Sebagaimana telah tersebut diatas bahwa seni merupakan ekspresi jiwa yang
mengalir bebas (Qardhawi, 2004) maka dalam menjalankan aktivitas seni maupun
mengapresiasinya tidak pernah terlepas dari ideologi, keyakinan, pola pikir dan unsur-unsur
yang relevan. Oleh karena itu dalam menjalankan aktivitas seni perlu adanya batas-batas
syariah sehingga mampu membedakan dan memilah antara seni yang memang bernafaskan
Islam atau seni yang hanya mengatasnamakan Islam.
Sebagaimana dinyatakan oleh Qardhawi (2004) bahwa seni dimaksudkan untuk
mencapai sesuatu sehingga hukumnya menjadi seiring dengan maksud tersebut. Apabila
maksudnya halal maka menjadi halal, dan sebaliknya, bila maksudnya haram maka
hukumnya menjadi haram.
Dalam melakukan aktivitas seni maupun budaya perlu adanya pemahaman tentang
syariat, sehingga tidak menyimpang dari nilai-nilai Islam. Akal pikiran manusia tidak
mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan jika tanpa bimbingan agama yang
diwahyukan oleh Allah melalui rasul-Nya. Maka dalam melakukan aktivitas seni budaya
harus mengacu pada sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sehingga
dalam praktiknya tidak akan terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan murka Allah
SWT.

Page
10
F. Fungsi Seni Sebagai Media Dakwah
Dalam perkembangan dakwah, khususnya di Indonesia, Islam disebarkan oleh para
wali yang dikenal dengan Wali Songo. Para wali tersebut mengemas penyampaian ajaran
Islam dalam bentuk kesenian dan kebudayaan. Para wali tersebut menggunakan metode
asimilasi, sehingga ajaran Islam disisipkan pada kebudayaan yang telah ada, sehingga
masyarakat secara tidak sadar menjalankan tradisi yang didalamnya terdapat nilai-nilai
keislaman.
Penyebaran Islam melalui seni terbukti efektif karena masyarakat Indonesia sendiri
notabene merupakan masyarakat yang tidak menyukai kekerasan, sehingga dakwah melalui
seni lebih mudah dipahami daripada dengan menggunakan kekerasan. Dan Islam sendiri pun
merupakan agama yang membawa perdamaian dan tidak menghendaki adanya kekerasan.

Page
11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pancasila adalah landasan dasar negara Indonesia maka Pancasila sebagi Paradigma
pembangunan negara Inonesia, Pancasila berperan sangat penting untuk membangun sosial
dan budaya yang ada di indosesia kearah yang lebih baik.
Budaya adalah segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pemikiran dan budi
nuraninya untuk kehidupan bermasyarakat.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya merupakan kerangka
kesadaran yang dapat mendorong untuk universalisasi yaitu melepaskan simbol –simbol dari
keterikatan struktur dan transendentalisasi yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia
dan kebebasan spiritual.Pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan
martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab.
Islam mendukung kegiatan seni maupun budaya selama tidak
melenceng dari syariat. Maka dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan seni dan budaya, perlu adanya pemahaman
tentang ajaran dan nilai keislaman. Oleh karena itu seni dan budaya
dapat menjadi media dakwah yang sangat efektif karena pada dasarnya
manusia memiliki jiwa keindahan dalam dirinya. Islam itu indah, Allah itu
indah dan menyukai keindahan.

B. SARAN
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan
falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi dan
mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung
jawab demi tercapainya tujuan negera Republik Indonesia

Page
12
DAFTAR PUSTAKA

1. Ismail, Faisal. 2004. Paradigma Kebudayaan Islam. PT. Mitra


Cendekia: Jakarta
2. Qardhawi, Yusuf. 2004. Islam Bicara Seni. Era Intermedia: Solo
3. Glycine Astika. (2011). Penmbelajaran metode paradigma-dalam- implementasi-
pancasila .Yogyakarta: FKIP UGM
4. http://www.pancasila.go.id
5. http://www.gudangmateri.com/2010/09/pancasila-sebagai-paradigma-
pembangunan.html
6. https://www.academia.edu/8802349/PANCASILA_SEBAGAI_PARADIGMA_P
EMBANGUNAN_BUDAYA

Page
13

Anda mungkin juga menyukai