PENDAHULUAN
1
produktivitas ternak menjadi ikut terganggu, bobot badan turun dan produksi
daging, susu dan telur juga ikut menurun. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
adanya peningkatan pelayanan kesehatan disetiap Unit Pelaksana Teknis
Daerah Pusat Kesehatan Hewan (UPTD Puskeswan). Tugas pelayanan ini
meliputi pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemberantasan Hama
Penyakit Hewan.
Selain program BSS (Bumi Sejuta Sapi) yang bertujuan memenuhi
kebutuhan suasembada daging nasional pada sektor peternakan ruminanasia.
Pemenuhan kebutuhan suasembada daging nasional juga melalui unggas di
antaranya yaitu melalui budidaya ayam broiler. Sektor budidaya ayam broiler
ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan bagi kesejahteraan masyarakat
disebabkan sektor budidaya ayam broiler ini memiliki keunggulan dimana
proses produksinya yang relatip singkat serta proses pemasarannya mudah
karena harganya relatif lebih terjangkau oleh masyarakat di bandingkan sektor
peternakan lainnya. Dalam peternakan ayam broiler ini tidak hanya
pemerintah yang berperan dalam hal ini akan tetapi perusahaan-perusahaan
besar maupun kecil juga memiliki peran yang penting dalam menanamkan
modalnya dalam bentuk kemitraan dengan masyarakat dalam budidaya ayam
broiler. Adapun salah satu dari perusahaan tersebut yakni perusahaan PT.
DMC (Duta Mulya Cakrawala) dimana dalam kemitraaan ini masyarakat
hanya menyediakan kandang, dan tenaga kerja sedangkan bahan produksi
seperti pakan, bibit DOC, obat obatan, kontrol hingga pemasarannya tangani
oleh perusahaan, sehingga masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya yang
tinggi dalam komoditas ini. Sehingga peluang usaha peternakan ayam broiler
ini relatif terjangkau oleh masyarakat meski dengan strata ekonomi menengah
kebawah.
1.1 Tujuan Praktikum Kerja Lapangan
Adapun tujuan dari praktik keja lapangan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah wawasan, keterampilan serta kemampuan
mahasiswa dalam menangani kasus yang menyangkut kesehatan
hewan seperti penyakit atau kelainan yang terjadi pada hewan .
2
2. Untuk mengaplikasikan ilmu atau materi-materi yang di dapatkan di
kelas khususnya bidang manajemen peternakan maupun kesehatan
hewan
3. Untuk menambah skiil dan wawasan mengenai macam-macam
penyakit, cara penanganan serta obat-obatan yang di gunakan.
4. Untuk mengetahui managemen pemeliharaan serta analisis ekonomi
dalam usaha peternakan ayam broiler
1.2 Manfaat kerja lapangan
Adapun manfaat praktikum kerja lapangan adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa
a. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai kasus-kasus yang
berkitan dengan kesehatan hewan yang terjadi di lapangan
b. Menambah kemampuan mahasiswa dalam menangani penyakit
penyakit yang terdapat di lapangan, cara penanganan serta obat
yang di berikan.
c. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan-kegiatan pelayanan
kesehatan hewan di puskeswan
d. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri mahasiswa dalam
menangani penyakit yang terdapat pada hewan
e. Memberikan pengalaman bagi mahasiswa dalam pemeliharaan
ayam broiler sekaligus menerapkan materi-materi yang sudah di
terima di kelas
f. Sebagai referensi mahasiswa dalam membuat laporan
2. Bagi fakultas
a. Memperkenalkan Fakultas Peternakan Unarm di masyarakat
b. Mengharumkan nama baik Fakultas Peternakan Unram di
mata masyarakat
3. Bagi tempat pkl
a. tempat PKL akan mendapatkan tenaga kerja tambahan yang
akan membantu kinaerja petugas puskeswan maupun peternak
di peternakan ayam broiler menjadi lebih ringan dan
terorganisir dengan baik
3
b. bisa memberikan masukan kepada peternak berdasarkan materi
yang sudah di dapatkan di bangku perkuliahan
4
BAB II
5
3. Pelayanan suntik sehat
4. Pelayanan kasus helmintiasis
5. Pelayanan kasus miasis
6. Pelayanan kasus Bovine Evhemeral Fever (BEF)
7. Pelayanan kasus retensi plasenta
8. Pelayanan penyuntikan hormon
9. Pelayanan kasus thelaziasis
10. Pelayanan kasus distokia
11. Pelayanan membantu kelahiran
12. Pelayanan kasus Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)
2. Puskeswan UPTD Pemenang
A. Pelayanan akif
1. Penyuluhan tentang managemen pemeliharaan ternak yang
baik di desa menggala
2. Posyandu hewan di desa tembango bolot kecamatan pemenang
B. Pelayanan semi aktif
1. Pelayanan kasus retensi plasenta
2. Pelayanan Bovine Ephemeral Fever (BEF)
3. Pelayanan scabies
4. Pelayanan suntik sehat
5. Pelayanan kasus Inseminasi Buatan (IB)
6. Pelayanan kasus miasis
7. Pelayanan kasus prolapsus
8. Pelayanan kasus distokia
9. Pelayanan kasus entritis
10. Pelayanan kasus Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)
C. Pelayanan pasif.
Selama mahasiswa melakukan kegiatan praktik kerja lapangan di
puskeswan UPTD Pemenang mahasisiwa tidak mendapatkan
adanya pelayanan pasif.
6
3. Kandang kemitraan PT.Duta Mulia Cakrawala , Dusun Timba Jeqjeq,
Desa Timbanuh Kec.Pringgasela. Lombok Timur.
1. Persiapan kandang
Pembersihan kandang
Penyediaan peralatan kandang
a. Pembersihan peralatan
b. Pemasangan peralatan
c. Pemasangan alas
Brooding
a. Pemasangan brooding
b. Penebaran sekam
c. Pemasangan Koran
d. Penataan tempat pakan dan pemberian pakan
e. Pemasangan tirai
2. Pengadaan DOC
3. Pemeliharan ayam
Penanganan DOC
Pengontrolan suhu
Pelebaran brooding
Bolak balik sekam
Pemberian pakan dan pengisian air minum
Penurunan sekam
Monitoring ayam
Isolasi
4. Panen dan pemasaran
5. Analisis Ekonomi
7
BAB III
8
A. Pelayanan akif
1. Kunjungan suntik sehat ke kelompok ternak pade girang
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Desa teratak , kec.Batu Kliang Utara
Pemilik : kelompok ternak Pade Girang
9
1. Bulu kusam dan berdiri
2. Nafsu makan tinggi tapi berat badan tidak bertambah
3. Feces encer
4. Mata berair
melalui peroral dengan cara bagian rahang bawah sapi yang tidak
bergigi di pegang lalu di tekan hingga sapi menganga kemudian
setelah sapi menganga obat di masukkan kemulut melalaui samping
rahang. Kemudian setelah itu sapi di sapih dengan rumput untuk
membantu menelan obat. Kemudian mata ternak di tetesi dengan
antibiotik medoxy L dengan menggunakan spuid dengan dosisi 2 tetes
mata kiri dan 2 tetes mata kanan
.
Gambar 1 kunjungaan ke kelompok ternak pade girang
10
4 Bapak. Saepuddin 3 Vitamin B-kompleks
5 Mq. Saefullah 2 Vitamin B-kompleks
6 Bapak. Edet 1 Vitamin B-kompleks
7 Amaq. Zaenal 1 Vitamin B-kompleks
11
Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan benzaklin. Yaitu
desinfektan dan antiseptik berspektrum luas dapat mencegah
infeksi kuman termasuk virus, jamur, bakteri dan micoplasma.
Cara penyemprotannya yaitu kami mencampurkan 3 tutup
botol/15 cc benzaklin dengan tujuh liter air lalu di semprotkan ke
tumpukan feses di lantai kandang semprotkan hingga merata.
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Celing Desa Tanakbeak, Kec. Batu Kliang
Utara
Pemilik : Kelompok Ternak Ngase Rahayu
Fasilitator : tim puskeswan
penanganan
12
sinkronisasi birahi adalah suatu pengendalian estrus yang
dilakukan pada sekelompok ternak betina sehat dengan
memanipulasi mekanisme hormonal sehingga keserentakan estrus
dan ovulasi terjadi pada hari yang sama dalam kurun waktu 3 atau
tiga hari setelah perlakuan, sehinga inseminasi buatan dapat di
lakukan secara serentak. Kegiatan ini merupakan program
puskeswan yang masuk dalam program siwab (Gambar 3.)
Dalam kegiatan sinkronisasi birahi ini hormone yang di gunakan
adalah hormone GnRH (Gonadotrophine Relasing Hormone)
merupakan natural hormone yang di produksi oleh hypothalamus
di otak yang dapat menyebabakan sapi memperoduksi hormone
lain yaitu LH (Luteinizing Hormon) yang bekerjamsama dengan
FSH dalam perkembangan folikel. Konsentrasi LH yang tinggi
menyebabkan ovulasi, kemudian CL (corpora luteum) yang
terbentuk di ovari akan memperoduksi progesterone untuk
mempersiapkan uterus untuk menerima kebuntingan.
Langkah kerja
13
C. Pelayanan semi aktif
1. Pelayanan kasus mastitis pada kambing PE (Peranakan Etawa)
Perubahan fisik maupun air susu meliputi warna, bau, rasa, dan
konsistensi. Warna yang biasanya putih kekuningan berubah menjadi
putih pucat atau agak kebiruan. Rasa yang agak manis menjadi getir
atau agak asin. Bau yang agak harum dari air susu dalam keadaan
radang menjadi ambing menjadi “asam”. Konsistensi yang biasanya
cair dengan emulsi yang merata akan berubah menjadi “pecah”, lebih
cair, dan kadang disertai dengan jonjot atau endapan fibrin dan
gumpalan protein yang lain. Apabila dipanasi atau diuji dengan uji
alcohol 72% air susu dapat segera menggumpal atau “pecah”.
14
str.zooepidemicus, danaureus, serta berbagai spesies lain yang juga
menyebabkan terjadinya mastitis.
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Bagek Nunggal Desa Teratak, Kec.Batu Kliang Utara
Pemilik : Bapak Zaenal Abidin
Fasilitator : Bapak Noval
15
perah susu hingga dirasa sudah keluar semua. Pengompresan harus di
lakukan dengan menggunakan glove atau sarung tangan agar higienis
dan steril
2. Injeksikan antibiotik streptomicin yang di larutkan dengan air
aquades dengan perbandingan streptomicin dan air yaitu 2:8
kemudian injeksikan dengan dosis 4 ml secara intra mamae pada
ambing yang terinfeksi mastitis.
3. Injeksikan injektamin
Untuk membantu mempercepat proses kesembuhan serta memulihkan
kembali otot, otot ternak yang sudah tidak bisa berdiri.
16
1.Bila seleksi pejantan salah maka bisa menyebarkan sifat jelek
2.Membutuhkan ketrampilan yang tinggi dari Balai Inseminasai
Buatan,Penyimpanan selama transport, Inseminator juga
peternaknya
3.Bisa menghilangkan sifat bangsa lokal dalam waktu yang cepat.
Tujuan inseminasi buatan yakni :
Memperbaiki mutu genetik ternak
Tidak mengharuskan pejantan unggul dibawa ke tempat
pengawinan sehingga lebih menghemat biaya
Penggunaan bibit pejantan unggul lebih optimal dan dapat
di simpan dalam jangka waktu yang lama
Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
17
Langkah kerja
1. Siapkan termos berisi air yang di campurkan dengan es batu untuk
membuat suhu semen tetap seperti suhu cuntainer pada saat proses
transportasi menuju tempat peternak.
2. Setelah sampai pada lokasi inseminasi buatan ternak di restrain
dengan kandang jepit
3. Siapkan alat inseminasi, straw yang di bawa tadi di masukkan ke
dalam AI Gun lalu gunting ujung straw, kemudian lapisi stang gun
AI Gun dengan pelastik sheet.
4. Gunakan sarung tangan, lalu lumuri tangan dengan menggunakan
sabun sebagai pelicin.
5. lakukan perogohan perektal denga tangan kiri, apa bila terdapat
sisa feces pada rektum keluarkan hingga benar-benar dirasa bersih
lalu lakukan palpasi rektal untuk menemukan cervic
6. Setelah cervic di temukan, masukkan ujung AI gun melaluai
vagina dengan tangan kanan lalu tangan kiri yang masih berada di
dalam rektum menuntun ujung AI gun memasuki cervic.
7. Setelah ujung gun sudah memasuki cincin ervic minimal 1 cincin
lalu injeksikan sperma.
8. Keluarkan tangan lalu cuci tangan hingga bersih dengan sabun.
9. Keberhasilan atau kegagalan inseminasi buatana dapat di ketahui
hasilnya seteah 21-22 hari setelah inseminasi buatan di lakukan.
Tingkat keberhasilan inseminsi buatan dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: jarak tempuh, waktu melakukan inseminasi
buatan, skill atau keterampilan inseminator, waktu pelaporan dari
peternak dan lain sebagainya.
3. Melakukan Promotif / Pelayanan suntik sehat
Promotif adalah tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan ternak. Pembrian vitamin berfungsi untuk mencegah
kekurangan vitamin, menambah nafsu makan, menambah daya tahan
tubuh serta mempercepat kesembuhan dari infeksi (Gambar 6).
18
Gambar 6. Suntik sehat
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Antak-Atak, Desa Mas-Mas , Kec.Batu Kliang Utara
Pemilik : Bapak Manri
Fasilitator : Bapak Mukhtar
19
trematoda, nematoda maupun cestoda yang sangat merugikan
karena dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan,
penurunan berat badan, mengganggu status kesehatan secara
umum sehingga mudah terinfeksi penyakit lain, dan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Gangguan pada pertumbuhan yang
berlangsung cukup lama akan menyebabkan penurunan
produktivitas (Gambar 7).
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Selewet, Desa Teratak, Kec. Batukeliang Uatara
Pemilik : Bapak Humaidi
Fasilitator : Bapak Arifin A.Md
20
2. Pegang rahang bawah sapi hingga sapi menjadi menganga
3. Setelah sapi menganga masukkan wormzole bolus dengan
21
Gambar 8. Miasis pada kambing
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Peseng, Desa Waje Geseng Kec.Batu
Kliang Utara
Pemilik : bapak samiun
Fasilitator : bapak basit
22
Menyemprotkan Medoxy L pada luka dengan
menggunakan spuid 3 ml untuk mencegah infeksi
sekunder pada luka.
Lalu menyemprotkan kembali luka dengan gusanex.
6. Pelayanan kasus Bovine Evhemeral Fever (BEF)
Bovine evhemeral fever atau yang juga di sebut demam tiga hari
merupkan penyakit viral yang bersifat ringan yang dan di tandai dengan
demam tinggi rasa sakit otot dan pincang (Gambar 9). BEF hanya
menyerang sapi dan kerbau dan tidak dapat menular dan menimbulkan
penyakit pada hewan lain tanpa vektor pembawa. Sapi/kerbau yang
terkena penyakit ini akan sembuh kembali beberapa hari kemudian (2-3
hari). Angka kematian sangat kecil sekali tidak sampai 1% tetapi angka
kesakitan tinggi. Dari segi produksi dan tenaga kerja cukup berarti karena
hewan yang sedang berlaktasi akan turun produksi susunya, dan hewan
pekerja tidak akan mampu bekerja selama 3-5 hari. Gejala utamanya
adalah demam (39° C sampai 42° C).
Keterangan Pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Borok, Desa Darmaji, Kec.Kopang
Pemilik : Bapak Muhibin
Fasilitator : Bapak Noval Amd
Diagnosa yaitu yaitu BEF atau yang sering disebut dengan demam
tiga hari
Gejala klinis adalah
Suhu tubuh tinggi
23
Ternak lemas
Pincang pada kaki kiri belakang
Alat dan bahan :
Spuid 10 ml
B12
Penanganan dan pengobatan
1. dengan injeksi B12 dengan dosis 6 ml secra intramuscular di
daerah triangle pada leher kiri
7. Pelayanan kasus retensi plasenta
Retensi plasenta merupakan gangguan yang sangat umum
terjadi pada sapi perah. Plasenta seharusnya keluar kurang dari 6
jam setelah kelahiran normal. Karena itu retensi lebih dari 6
sampai 12 jam sudah dianggap tidak normal(lihat gambar 10).
Abortus, termasuk yang disebabkan oleh penyakit infeksius atau
sporadic yang terjadi pada fase akhir kebuntingan dapat berakibat
menjadi retensi plasenta. Hidrops, torsio uteri, kelahiran kembar
dan distokia secara umum dapat meningkatkan terjadinya retensi
plasenta jika dibandingkan dengan partus yang terjadi secara
normal (Divers dan Peek, 2008). Terdapat tiga tahapan melahirkan
normal pada sapi yaitu pelebaran leher rahim (servik) selama 2-6
jam, pengeluaran fetus setengah sampai satu jam dan pengeluaran
plasenta 4-5 jam. Secara normal plasenta pada hewan ternak akan
keluar 6-8 jam sesudah melahirkan apa bila melebihi waktu
tersebut maka ternak dapat di diagosa mengalami retensi plasenta.
Penyebab retensi plasenta sangat kompleks. Beberapa
penyebab retensi plasenta yaitu infeksi yang menyebabkan rahim
lemah untuk berkontraksi, dan induk kurang gerak sehingga otot
rahim tidak kuat untuk berkontraksi. Retensi plasenta pada ternak
dapat terjadi pada kasus abortus setelah bulan ke lima, kesulitan
melahirkan, rahim terputar, rahim berisi cairan, kekurangan
kalsium, ketuaan, eksitasi waktu melahirkan, kelahiran yang
dipaksakan, kegemukan dan defisiensi vitamin A, E dan selenium.
24
Gambar 10. Retensi plasenta pada sapi
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Langke Buek , Desa Dasan Baru, Kec.Kopang
Pemilik : Bapak Muhidin
Fasilitator : Bapak Noval Amd
25
3. Setelah bersih tarik sisa-sisa plasenta yang masih belum
keluar yang terlihat pada vulva sampai habis
4. Berikan colibac bolus dengan memasukkannya kedalam
saluran reproduksi dengan perogohan saluran reproduksi
namun terlebih dahulu lumuri tangan dengan sabun sebagai
pelicin pastikan obat tidak keluar lagi.
5. Kemudian bersihkan lagi sisa-sisa darah pada vulva dengan
menggunakan air.
6. Menginjeksi B12 dengan dosis 10 ml secra intramuscular di
daerah triangle pada leher kiri
7. Menginjeksi B-kompleks dengan dosis 10 ml secara
intramuscular di daerah triangle pada leher kanan.
26
G0ambar 11. Penyuntikan hormon pada sapi bali
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Skede, Desa Stiling, Kec. Batu Kliang Utara
Pemilik : Zaenuddin
Fasilitator : Bapak Basit
27
lacrimalis dan Thelazia alfortensis yang terdapat dipermukaan
conjunctiva mata
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Selusuh, Desa Mas-Mas, Kec.Batu Kliang Utara
Pemilik : Bapak Suparman
Fasilitator : Bapak Basit
28
Kemudian ternak di berikan wormzole bolus dengan dosisi
a. Faktor induk
yaitu rahim sobek, luka atau terputar, gangguan pada abdomen
(rongga perut) yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk merejan,
tersumbatnya jalan kelahiran, dan ukuran panggul yang tidak memadai.
b. Faktor fetus/anak
yaitu defisiensi hormon (ACTH/cortisol) ukuran fetus yang terlalu
besar, kelainan P3 (posisi, presentase, dan postur) fetus dalam rahim serta
kematian fetus dalam rahim. Ukuran fetus yang terlalu besar dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang yaitu keturunan, faktor pejantan yang terlalu
besar sedangkan induk kecil, lama kebuntingan, jenis kelamin fetus yaitu
fetus jantan cenderung lebih besar, kebuntingan kembar. Faktor nutrisi
induk juga berperan, yakni pemberian pakan terlalu banyak dapat
meningkatkan berat badan fetus dan timbunan lemak dalam rongga
panggul yang dapat menurunkan efektifitas perejanan.
29
Gambar 13. Distokia pada sapi Bali
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Aik Berik Daya, Desa Aik Berik, Kec.Batu
Kliang Utara
Pemilik : Bapak Saidun
Fasilitator : Bapak Basit
30
Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Lakukn palpasi rektal untuk mengetahui posisi postur serta
presentase fetus
3. Kaki belakang yang mengalami flexi di manipulasi sehingga
lurus dan dapat di tarik keluar dari uterus
4. Setelah kaki belakang keluar kaki ternak di ikat dengan
menggunakan tali nilon
5. Menarik secara perlahan lahan dengan salah seorang petugas
memberikan aba-aba dan mengatur posisi fetus agar mudah
di keluarkan, hingga pedet terlahir.
6. Setelah pedet terlahir kaki belakang pedet di angkat sambil
di goyang-goyangkan untuk mengeluarkan lendir-lendir
yang ada di mulut dan hidung agar tidak menyumbat
pernafasan pedet
7. Setelah fetus keluar induk di injeksi dengan vitamin B-
kompleks dengan dosis 10 ml secara intramuscular di bagian
triangle leher.
8. Di injeksikan juga medoxy L dengan dosis 8 ml dengan cara
intara muscular di bagian triangle leher sapi
11. Pelayanan kasus Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)
31
Gambar 14. Palpasi rektal pemeriksaan kebuntingan
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Antak-Antak, Desa Mas-Mas, Kec.Batu Kliang
Utara
Pemilik : Bapak Sohibun
Fasilitator : Bapak Basit
Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Menggunakan sarung tangan lalu lumuri tangan dengan
menggunakan sabun sebagai pelicin tangan
3. Melakukan perogohan rektum keluarkan sisa-sisa feces
yang masih tersisa pada rektum.
4. Melakukan palpasi rektal untuk memeriksa apakah cervic
berada di tengah ruang pelvis atau tidak, apakah terdapat
desiran split pada uterus, apakah terdapat denyutan
pembuluh darah yang menuju fetus pada dinding velvis, dan
apakah cornua uterus simetris atau tidak.
32
Dan dari hasil pemeriksaan sapi tersebut di diagnosa positif
bunting karena adaanya desiran-desiran cairan split pada uterus.
33
Sapi: 20 ml / 400 kg BB
Kambing, domba : 5 ml / 50 kg BB
Anjing, kucing, kelinci : 0,5 / 2 kg BB
Dosis umum : 1 ml / 10 kg BB
Indikasi
Cacing gilik (nematoda) bentuk telur, larva dan
dewasa
Cacing paru-paru (Dictyocaulus sp., Muellerius
sp.) bentuk larva dan dewasa
Cacing pita (Moniezia sp.) bentuk dewasa
Cacing hati (Fasciola sp.) bentuk dewasa
mengandung Albendazole yang merupakan derivat
Benzimidazole yang bekerja dengan cara menghambat
enzim fumarat reduktase. Akibat terhambatnya kerja
enzim tersebut, cacing tidak mampu menghasilkan
energi sehingga mengalami paralisis (lumpuh) dan
akhirnya mati.
4 Medoxy L Medion Bentuk Sediaan Larutan steril untuk
injeksi Komposisi Setiap ml mengandung
Oxytetracycline 50 mg, Lidocaine HCl 2 % b/v
Indikasi Unggas CRD, Korisa, Kolera, Infeksi
bakteri Gram (-) dan Gram (+) yang resisten
terhadap penicillin. Hewan besar (sapi, kuda,
kerbau, domba, kambing dan babi) Pneumonia,
Septicemia epizootica, Leptospirosis, Anthrax,
Foot rot, Bacterial enteritis, Metritis, Mastitis, Calf
scours, Anaplasmosis, Erysipelas (Diamond skin
disease), Scours pada anak babi, infeksi karena
luka dan sebagainya, Hewan kecil (anjing, kucing)
Distemper complex, infeksi saluran pencernaan
dan pernapasan, Leptospirosis dan infeksi karena
luka. Dosis dan Cara Pemakaian disuntikkan
secara intra musculer atau subcutan
5 Novaldon Komposisi:
Tiap ml mengandung Metampiron 250 mg
Piramidon 50 mg
Lidocain 15 mg
Indikasi:
34
Antipiterik, analgesik, antiinflamasi, dan
spasmolitik pada kolik intestinal Kontra Indikasi
Hewan yang menderitan penyakit jantung, hati,
ginjal
Peringatan:
Jangan dibapakai pada hewan pacu 3-5 hari
sebelum lomba
Jangan diberikan bersama dengan fenilbutazon
dan klorpromazin
35
kombinasi dari Sulfadiazine & Trimethoprim
dalam bentuk bolus yang sinergis dengan daya
kerja bakterisidal yang sangat efektif terhadap
bakteri Gram-positif dan Gram-negatif seperti:
Staphylococcus spp., Streptococcus spp., Bacillus
antracis, E.coli, Corynebacterium pyogenes,
Haemophilus spp., Pasteurella spp., Klebsiella
spp., Salmonella spp., Bordetella bronchiseptica,
dll.
INDIKASI: 1) Melindungi uterus terhadap infeksi
terhadap infeksi bakteri (endometritis, metritis). 2)
mengobati infeksi saluran pernafasan. 3)
Mengobati infeksi saluran pencernaan.
KOMPOSISI: Tiap Bolus mengandung:
Sulfadiazine (1000 mg), Trimethoprim (200 mg)
Dosis dan Cara pemakaian:
Intra-uterine (setelah melahirkan):
Sapi dan kuda: 2 bolus
Babi, kambing dan domba: 1 bolus
PERHATIAN: Pemotibfab dapat dilaksanakan 3
hari setelah pemberian COLIBACT bolus
dihentikan.
Tiap ml mengandung :
Vitamin A 50.000 IU
Vitamin D3 10.000 IU
Vitamin E 10 IU
Vitamin B2 5 mg
Vitamin B6 3 mg
Vitamin B12 10 meg
Nicotinamide 35 mg
d-Panthenol 25 mg
Indikasi
Mencegah dan mengobati defisiensi vitamin pada
seluruh hewan seperti:
-Gangguan pertumbuhan.
-Gangguan pencernaan (bukan infeksi bakteri).
-Gangguan reproduksi dan otot.
-Proses penyembuhan penyakit karena infeksi
bakteri atau infestasi parasit.
36
-Kelemahan pada hewan yang baru dilahirkan dan
anemia.
-Kelemahan secara umum karena perubahan iklim,
transportasi,
setelah melahirkan dan Iain-Ia in.
8 Streptomicin
Streptomycin adalah antibiotik golongan
aminoglikosida yang memiliki spektrum kerja
yang menengah. Spektrum kerja streptomycin
meliputi bakteri bacillus Gram negatif seperti
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae,
dan Enterobacter sp. Streptomycin dapat
digunakan untuk mengatasi sejumlah infeksi
seperti tuberkulosis (TBC), radang pada
endokardium jantung (endokarditis), tularemia,
wabah pes, meningitis, bakteremia, pneumonia,
brucellosis, dan infeksi saluran kemih.
37
Indah yang mencakup 3 Gili yakni Gili Terawangan, Gili Air, Dan Gili
Meno.
A. Pelayana aktif
Merupakan pelayanan yang di lakukan dengan berkunjug ke peternak
adapun pelayanan aktif yang di lakukan selama PKL ini adalah :
38
Pada kegiatan ini mahasiswa beserta tim UPTD pemenang
menyampaikan materi tetang manajemen pemeliharaan ternak
yang baik yaitu tentang. Managemen kandang, managemen pakan,
managemen kesehatan hewan, serta materi tentang beberapa
penyakit-penyakit yang sering di temui di lingkungan peternakan
yang mengakibatkan kerugian pada peternak.
2. Posyandu hewan
Dalam hal pelayanan kesehatan UPTD puskeswan pemenang
memiliki perogram posyandu hewan yang rutin di lakukan satu kali
dalam satu minggu dalam rangka pengontrolan kesehatan hewan
(Gambar 16). Program posyandu ini dilakukan dengan mengunjungi
desa-desa yang berada dalam lingkup wilayah kerja UPTD Pemenang
untuk memberikan pelayaan kesehatan gratis.
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun tembango bolot, Desa kolon tanjung, kec.pemenang
Pemilik : kelompok ternak tembango bolot
Fasilitator : tim UPTD pemenang
39
Albendazole 16% pasta
Gusanex
Alkohol
Penanganan
Adapun kegiatan pelayanan kesehatan kegiatan posyandu UPTD
puskeswan pemenang dirangkum dalam tebel sebagai berikut (lihat
Tabel 3).
40
Retensi plasenta merupakan gangguan yang sangat umum terjadi
pada sapi perah. Plasenta seharusnya keluar kurang dari 6 jam setelah
kelahiran normal. Karena itu retensi lebih dari 6 sampai 12 jam sudah
dianggap tidak normal (Gambar 17). Abortus, termasuk yang
disebabkan oleh penyakit infeksius atau sporadic yang terjadi pada fase
akhir kebuntingan dapat berakibat menjadi retensi plasenta. Hidrops,
torsio uteri, kelahiran kembar dan distokia secara umum dapat
meningkatkan terjadinya retensi plasenta jika dibandingkan dengan
partus yang terjadi secara normal (Divers dan Peek, 2008). Terdapat
tiga tahapan melahirkan normal pada sapi yaitu pelebaran leher rahim
(servik) selama 2-6 jam, pengeluaran fetus setengah sampai satu jam
dan pengeluaran plasenta 4-5 jam. Secara normal plasenta pada hewan
ternak akan keluar 6-8 jam sesudah melahirkan apa bila melebihi waktu
tersebut maka ternak dapat di diagosa mengalami retensi plasenta.
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : DusunTembikar , Desa Jonggala , Kec. Tanjung
Pemilik : Bapak Rian
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt
41
Plasenta belum keluar sepenuhnya sudah 22 jam dari pasca
partus
Alat dan Bahan :
Air bersih
Sabun colek
Spuid 10 ml
Gusanex
Vitamin B-Kompleks
Medoxy L
Kandang jepit
Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. lumuri tangan dengan menggunakan sabun sebagai pelicin
tangan
3. lakukan perogohan saluran repoduksi lalu tarik plasenta sambil
mengupas kotiledon yang masih belum keluar hingga dirasa
sebagian besar sudah keluar( Gambar 17)
4. bersihkan sisa-sisa darah pada vulva dengan menggunakan air
bersih
5. menginjeksikan vitamin B-kompleks dengan dosis 7 ml dengan
injeksi intramuscular pada bagian triangle leher sapi untuk
memulihkan kembali kondisi tubuh ternak dan mempercepat
proses kesembuhan.
6. injeksikan medoxy L dengan dosisi 7 ml secara intramuscular
pada daerah pinggul sapi untuk mencegah infeksi sekunder
7. semprotkan gusanex pada vulva untuk menghindari investai
lalat.
2. Penangnan Kasus Bofine Efhemeral Fiver ( BEF )
Bovine evhemeral fever atau yang juga di sebut demam tiga hari
merupkan penyakit viral yang bersifat ringan yang dan di tandai dengan
demam tinggi rasa sakit otot dan pincang (Gambar 18). BEF hanya
42
menyerang sapi dan kerbau dan tidak dapat menular dan menimbulkan
penyakit pada hewan lain tanpa vektor pembawa. Sapi/kerbau yang
terkena penyakit ini akan sembuh kembali beberapa hari kemudian (2-3
hari). Angka kematian sangat kecil sekali tidak sampai 1% tetapi angka
kesakitan tinggi. Dari segi produksi dan tenaga kerja cukup berarti
karena hewan yang sedang berlaktasi akan turun produksi susunya, dan
hewan pekerja tidak akan mampu bekerja selama 3-5 hari. Gejala
utamanya adalah demam (39° C sampai 42° C).
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Karang Kates Tmur , Desa Karang Kates, Kec.
Tanjung
Pemilik : Bapak Suhedi
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt
Diagnosa yaitu BEF atau yang sering disebut dengan demam tiga
hari
Gejala klinis adalah
Nafsumakan turun
Hidung kering
Suhu tubuh panas
Kaki kiri depan pincang
Alat dan Bahan :
Spuid 10 ml
43
Medoxy L
Vitamin B-kompleks
Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Injeksikan Vitamin B-kompleks dengan dosis 7 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kiri
3. Injeksi novaldon dengan dosis 6 ml secara intramuscular pada
bagian triangle leher kanan.
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Karang Atas , Desa Gondang , Kec. Gangga
Pemilik : Bapak Muhammad Asraf
44
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt
Penanganan :
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Desa gondang , kec. gangga
Pemilik : bapak arsat
Fasilitator : bapak sofian S.Pt
Alat dan Bahan :
Spuid 10 ml
45
Medoxy L
Vitamin B-kompleks
Penanganan
1. Restrain sapi dengan mengikat kepala ternak pada tiang
kandang
2. Injeksikan Vitamin B-kompleks dengan dosis 7 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kiri untuk menigkat
kan daya tahan tubuh
3. Injeksikan antibiotik medoxy L dengan dosis 7 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kiri mengantisipasi
infeksi terhadap bakteri.
5. Inseminasi Buatan (IB)
Inseminasi Buatan (IB) adalah salah satu teknologi reproduksi
yang mampu dan telah berhasil untuk meningkatkan perbaikan mutu
genetik ternak, sehingga dalam waktu pendek dapat menghasilkan anak
dengan kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan memanfaatkan
pejantan unggul sebanyak- banyaknya (Gambar 20). Inseminasi Buatan
ini sangat kontras dengan keberhasilan Transfer Embrio didalam
perbaikan mutu genetik. Perbaikan mutu genetik menggunakan IB pada
sapi perah dapat digunakan sebagai progeni tes untuk menghasilkan
pejantan unggul yang dapat dimanfaatkan menghasilkan spermatozoa
salah satunya berdasar pada seleksi ukuran testisnya. Secara umum IB
berfungsi untuk :
1. Perbaikan mutu genetik
2. Pencegahan penyakit menular
3. Rekording lebih akurat
4. Biaya lebih murah
5. Mencegah kecelakaan yang disebabkan oleh pejantan.
IB dapat difasilitasi dengan menggunakan sinkronisasi estrus dan dapat
dilakukan pengaturan jenis kelamin dengan pemanfaatan pemisahan
spermatozoa X dan Y (Ax et al., 2008; Susilawati, 2000).
Kelemahan dari IB jika tidak dikelola dengan baik adalah:
46
a. Bila seleksi pejantan salah maka bisa menyebarkan sifat jelek
b. Membutuhkan ketrampilan yang tinggi dari Balai Inseminasai
Buatan,Penyimpanan selama transport, Inseminator juga
peternaknya.
c. Bisa menghilangkan sifat bangsa lokal dalam waktu yang cepat.
47
Alat dan Bahan :
Strow
Kandaang jepit
Air
AI Gun
Pastik sheet
Glove
Gunting
Tisu
Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Melumuri tangan dengan menggunakan sabun sebagai pelicin
tangan
3. Melakukan palpasi rektal temukan cervic(lihat gambar 20)
4. Memasukkan gun lewat vagina dengan tangan kiri yang masih
berda di dalam rektum tuntun ujung AI Gun memasuki cin-cin
cervic minnimal 1 cin-cin
5. Menyemprotkan semen atau sperma
6. Setelah selesai mencuci tangan hingga bersih dengan sabun
6. Penanganan Kasus Miasis Pada Kambing
Myasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke dalam suatu
jaringan hidup hewan berdarah panas termasuk manusia. Penyakit ini
sering ditemukan pada negara-negara tropis, terutama di masyarakat
golongan ekonomi rendah. Diantara lalat penyebab myasis di dunia,
lalat Chrysomya bezziana mempunyai nilai medis yang penting karena
bersifat obligat parasit dan menyebabkan kerugian ekonomis.
Beberapa kasus myasis yang terjadi pada manusia dan hewan di
Indonesia disebabkan oleh infestasi larva C. bezziana atau bercampur
dengan Sarcophaga sp. Sulawesi, Sumba Timur, Pulau Lombok,
Sumbawa, Papua dan Jawa telah dilaporkan sebagai daerah endemik
myasis. Kasus myasis pada hewan sering terjadi akibat pasca partus
myasis vulva (Gambar 21). yang diikuti oleh pemotongan tali pusar
48
anaknya (myasis umbilikus) atau akibat luka traumatika sedangkan pada
manusia banyak dilaporkan akibat luka-luka baru yang dibiarkan atau
luka kronis seperti kusta, diabetes dan lain-lain. Disamping itu, lubang-
lubang alami tubuh seperti hidung, mata, telinga atau mulut juga
menjadi pintu masuk.
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Kelok Dalem, Desa Medana, Kec. Tanjung
Pemilik : Bapak Arsat
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt
49
Vitamin B-Kompleks
Penanganan
1. Restrain kambing dengan kandang jepit
2. Semprotkan gusanex pada luka agar larva keluar satu persatu
3. Ambil satu persatu larva dengan menggnakan pinset hingga
besrih gunakan kapas untuk menyerap darah yang terdapa pada
luka untuk mempermudah dalam menemukan larva.
4. Setelah larva sudah di angkat semua semprot kapas dengan
guanex untuk menutup lubang-lubang pada luka agar tidak di
hinggapi lalat dan untuk membunuh larva-larva apabila masih
ada yang tersisa
5. Kemudian tutup luka dengan kain bersih agar luka tidak di jilat
oleh kambing
6. Injeksikan Vitamin B-Kompleks dengan dosis 4 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kanan
7. Injeksikan medoxy L dengan dosis 3 ml secara intramuscular
pada bagian triangle leher kiri
7. Pelayanan pemeriksaan kebuntingan (PKB) pada sapi bali
Palpasi rektal adalah metode diagnosa kebuntingan yang dapat
dilakukan dengan tepat pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi
(Gambar 22). Dalam hal ini yang ingin dilakukan adalah palpasi rektal
pada umur kebuntingan dini karena metode ini adalah salah satu dari
beberapa metode yang sering dilakukan dan tanpa memakan biaya dan
tenaga yang cukup lama, tetapi yang sering dilakukan adalah palpassi
pada umur kebuntingan tua. Keterampilan untuk menentukan
kebuntingan secara dini sangat perlu untuk dimiliki, dalam hal ini
semakin cepat kita mengetahui ternak itu bunting atau tidak bunting
maka semakin baik.
50
Gambar 22. Pemeriksaan kebuntingan
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : DusunKandang Kaoq , Desa Tanjung , Kec. Tanjung
Pemilik : Bapak Sanito
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt
Alat dan bahan
Air bersih
Sabun mandi
Sarung tangan
Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Menggunakan sarung tangan lalu lumuri tangan dengan
menggunakan sabun sebagai pelicin tangan
3. Melakukan perogoha rektum keluarkan sisa-sisa feces yang masih
tersisa pada rektum.
4. Melakukan palpasi rektal untuk memeriksa apakah cervic berada
di tengah ruang pelvis atau tidak, apakah terdapat desiran split
pada uterus, apakah terdapat denyut pembuluh darah menuju fetus
pada dinding velvis dan apakah cornua uterus simetris atau tidak.
Dan dari hasil pemeriksaan sapi tersebut di diagnosa positif bunting
karena adanya denyut pembuluh darah yang menuju fetus pada
dinding ruang pelvis.
8. Penanganan kasus distokia
Distokia pada sapi (Gambar 23) adalah suatu keadaan dimana sapi
mengalami kesulitan melahirkan. Kejadian distokia pada sapi
diperkirakan sebesar 3,3%; kejadian ini lebih banyak pada ternak sapi
51
perah dibandingkan pada sapi poton, sehingga menjadi tidak mungkin
kembali bagi induk untuk mengeluarkan fetus kecuali dengan
pertolongan manusia. Kasus distokia umumnya terjadi pada induk yang
baru pertama kali beranak, induk yang masa kebuntingannya jauh
melebihi waktu normal, induk yang terlalu cepat di kawinkan, hewan
yang kurang bergerak, kelahiran kembar dan penyakit pada rahim.
Distokia dapat disebabkan oleh faktor induk dan faktor anak (fetus )
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Sembaro Desa Sambik Bangkol, Dusun Gangga
Pemilik : Bapak Minardi
Fasilitator : Bapak Sofian SPt
52
Sabun mandi
Tali kain bersih
Medoxy L
Kandang jepit
Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Melakukan palpasi rektal untuk mengetahui posisi postur serta
presentase fetus
3. Kaki depan yang mengalami flexi di manipulasi dengan
mendorong fetus masuk kemudian kakinya di luruskan hingga
dapat di tarik keluar dari uterus
4. Setelah kaki belakang keluar kaki ternak di ikat dengan
menggunakan tali kain yang sudah di siapkan
5. Melakukan perogohan servik untuk memasang tali pada kepala
fetus yang di kaitkan di belakang telinga fetus
6. Menarik secara perlahan lahan dengan salah seorang petugas
memberikan aba-aba dan mengatur posisi fetus agar mudah di
keluarkan, hingga pedet terlahir.
7. Setelah pedet terlahir kaki belakang pedet di angkat sambil di
goyang-goyangkan untuk mengeluarkan lendir-lendir yang ada
di mulut dan hidung agar tidak menyumbat pernafasan pedet
8. Di injeksikan juga medoxy L 14 ml dengan dosis 7 ml di
bagian triangle leher kiri sapi, dan 7 ml di bagian triangle leher
kanan sapi, dengan cara intramuscular.
9. Penanganan kasus enritis
Enteritis adalah salah satu gangguan pencernaan yang sering
menyerang hewan kesayangan. Penyakit ini merupakan suatu kondisi
medis yang ditandai dengan terjadinya peradangan pada mukosa usus
yang menimbulkan gangguan fungsi pada usus dimana peristaltik dan
sekresi usus meningkat namun fungsi dan absorpsi usus berkurang
sehingga menimbulkan gejala klinis berupa diare (Gambar 24).
53
Enteritis primer maupun sekunder ditandai dengan penurunan
nafsu makan, menurunnya kondisi tubuh, dehidrasi dan diare. rasa
sakit akibat dari radang usus atau enteritis bervariasi jenisnya,
tergantung pada jenis hewan yang menderita serta derajat radang yang
di deritanya. Radang usus biasanya terjadi bersamaan dengan gastritis
diebut dengan gastroentritis (Subronto, 2007).
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Orong Lauk , Desa Orong Lauk , Kec. Gangga
Pemilik : Bapak Jumadil
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt
54
3. Menginjeksikan Vitamin B-kompleks dengan dosis 4 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kanan
10. Penanganan kasus prolapsus uterus
Prolapsus atau pembalikan uterus sering terjadi segera sesudah
partus dan jarang terjadi beberapa jam setelah itu. Predisposisi terhadap
prolapsus uteri adalah pertautan mesometrial yang panjang, uterus yang
lemas, atonik, dan mengendur, retensio secundinarum terutama pada
apeks uterus bunting, dan relaksasi pelvis dan daerah peritoneal secara
berlebihan. Pada sapi perah prolapsus uteri sering terjadi pada hewan
yang selalu dikandangkan dan melahirkan di kandang dengan bagian
belakang lebih rendah daripada bagian depan. Penarikan bapaksa
memakai tenaga berlebihan menyebabkan ketegangan sesudah
pertolongan distokia. Prolapsus sering terjadi pada sapi perah yang
sering melahirkan (Gambar 25).
Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : DusunBengkoang , Desa Teloq Anjor , Kec. Tanjung
Pemilik : Bapak Madi
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt
55
Air bersih
Jarum jahit karung
Kabel tembaga
Kapas
Tang
Kain
Pinset
Gusanex
Medoxy L
Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Membersihkan kotoran, pada dinding uterus yang keluar
dengan menggunakan air bersih
3. Mendorong dinding uterus yang keluar lewat vagina degan
menggunakan tangan hingga masuk kemudian reposisi posisi
dinding uterus seperti semula.
4. Menjahit bibir vagina dengan menggunakan kabel tembaga
dengan pola jahitan sederhana terputus jahit dengan 2 jahitan
saja
5. Menyemprot bekas jahitan menggunakan gusanex agar tidak
di hinggapi lalat
6. Di injeksikan juga medoxy L 10 ml denga dosis 5 ml di
bagian triangle leher kiri sapi, dan 5 ml di bagian triangle
leher kana sapi, dengan cara intara muscular
7. Perawatan di lakukan dengan menempat kan ternak pada
kandang jepit dengan lantai pada kaki belakang harus lebih
tinggi dengan lantai kaki depan.
8. Jahitan bisa di buka kembali secara bertahap setelah 2
minggu.
Daftar yang di gunakan pada pelayanan di Puskeswan UPTD pemenang
disajikan pada Tabel 4.
56
Tabel 4. Daftar obat-obatan yang di gunakan di UPTD puskeswan pemenang
57
- sapi dewasa: 0,03 ml/kg BB
c. babi:
- berat 40 kg: 1 – 2 ml
- berat 40 – 75 kg: 2 – 3 ml
- berat lebih dari 75 kg: 3 – 5 ml
d. anjing dan kucing:
- 0,10 ml – 0,50 ml/kg BB
58
buang ke dalam api/ tempat pembuangan.
5 wormectin INDIKASI:
Mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit luar
(Scabies, Kutu, Caplak, Tungau, dan Insekta
lainnya).Tiap ml mengandung 22,23
dihydroavermectin B1a dan 22,23 dihydroavermectin
B1b yang merupakan senyawa kimia yang di hasilkan
oleh Streptomyches avermitilis melalui proses
fermentasi. Senyawa ini memiliki aktivitas sebagai
antelmitik yang bekerja dengan cara menghambat
penerimaan impuls saraf oleh sel saraf lain atau otot,
yang akibatnya nematoda atau extoparasit mengalami
paralisis dan akhirnya mati. Wormectin merupakan
obat Penyakit luar dan dalam pada sapi, babi, domba,
anjing, kucing, kelinci. Wormmectin di gunakan untuk
mengatasi scabies / buduk / gudik / kudis / jamur yang
disebabkan oleh tungau, caplak, kutu, koreng gatal dll
yang ditimbulkan dari parasit kulit pada ternak,
khususnya pada kambing, kelinci, anjing dan kucing.
Diberikan dengan cara injeksi subkutan. Obat
disuntikan di bawah kulit diatas daging (sub-kutan).
Tidak mengenai daging. Hewan tidak akan merasa
kesakitan. Dosis : Anjing, Kucing, Kelinci : 0,02 ml
setiap 1 kg berat badan per hari. Contohnya : Agan
punya kucing beratnya 2 Kg. Maka dosis yang tepat
adalah : 2 Kg x 0,02ml = 0,04 ml penyuntikan
dilakukan setiap hari. Sampai sembuh. Jika penyakit
masih biasa
59
3.3 . PT.Duta Mulya Cakrawala
PT Duta Mulya Cakrawala, adalah salah satu anak perusahaan dari PT
Dinamika Magatama Citra, yang bergerak di bidang pengolahan unggas dan
comersial bloiler. Yang salah satu kegiatan bisnisnya adalah bisnis yang
bergerak dibidang kemitraan ayam broiler. Kemitraan yang dijalankan oleh
PT Duta Mulya Cakrawala adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu prusahaan sebagai inti dan peternak sebagai plasma untuk
meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
membesarkan yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan dengan
menjunjung tinggi azaz kejujuran, kooperatif, dan komunikatif. Pola
kemitraan PT Duta Mulya Cakrawala bersifat inti-plasma, inti berfungsi
melakukan penyediaan sarana produksi ternak, bimbingan teknis, pembinaan
dan pemasaran serta pengembangan usaha. Sedangkan plama melakukan
fungsi produksi sebagai penyediaan kandang, tenaga kerja, dan peralatan
budidaya kandang. Tidak dapat dipungkiri bahwa pola kemitraan inti plasma
yang telah dikembangkan sejak awal tahun 90 an, terbukti mampu
meningkatkan populasi ayam broiler di Indonesia. Apalagi sejak krisis
moneter yang menerpa negara ini tahun 1998
Selain itu salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi
tinggi adalah daging, sumber daging yang paling familiar dan sangat sering
dikonsumsi oleh sluruh lapisan masyarakat adalah ayam, salah satunnya
adalah ayam bloiler. Bloiler adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat
sehingga dapat menghasilkan daging dalam kurun waktu relatif singkat
yakni 4 samapai 7 minggu. Meningkatnya konsumsi daging ayam terutama
60
daging bloiler yang kini menjadi primadona di indonesia, namuan masih
tidak dibarengi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam bloiler itu
sendiri. Penyebab utamanya adalah sistem pemeliharaan yang kurang baik
dan belum efektif dalam usaha peternakan ayam itu sendiri, hanya sebagian
kecil saja dari usaha peternakan ayam bloiler yang sudah menerapkan
manajemen pemeliharaan yang sesuai dan dikuti dengan penerapan
teknologi, sebenarnya jika dilihat peluang peningkatan populasi dan
produksi ayam broiler Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang sangat
baik untuk pengembangan ayam bloiler, dan faktor penting yang harus
diperhatikan seperti perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, serta
pencegahan dan pengobatan penyakit.
1. Persiapan Kandang
Pada peternakan ayam broiler bapak Humaidi tipe kandang yang
di gunkan adalah tipe kandang terbuka di dengan konstruksi dinding
berventilasi dan dengan tipe atap gabungan antara tipe A dan
monitor. Kandang yang di gunakan adalah kandang dengan kapasitas
3000 ekor dengan luas 8 x 50 meter.
Pembersihan kandang
Membersihkan kotoran dan sekam yang ada pada lantai dan
tanah setelah panen.
Memasang tirai kandang dilakukan dengan cara menutup
semua permukaan dinding kandang
Mencuci kandang dengan air bersih. Dilakukan dengan cara
membasahi atau menyemprot kandang dengan air disemua
permukaannya dengan mesin otomatis.
Mencuci dengan deterjen. Pencucian ini dimaksudkan untuk
membunuh mikro organisme yang memiliki lapisan lemak
sebagai pelindung saat berada di luar tubuh ternak dan juga
61
akan menurunkan tegangan permukaan dari kotoran-kotoran
ayam yang menempel di lantai atau dinding kandang.
Menyemprotkan dengan desinfektan Kegiatan mencuci/
menyemprokan dengan desinfektan ini bertujuan agar semua
mikroorganisma yang masih menempel di dinding-dinding
kandang, langit-langit kandang, lantai kandang, tirai yang telah
dipasang didinding kandang serta dilingkungan sekitar
kandang mati.
Mengapur kandang, dengan cara kapur diencerkan dengan air,
kemudian dioleskan dengan alat kuas pada permukaan
kandang, yang meliputi lantai kandang, kerangka kandang dan
lantai disekitar kandang.
Memasang alas, pemasangan alas dengan paranet. Di pasang
sebagai alas untuk mencegah sekam jatuh ke tanah.
Pemasangan alas atau terpal/ paranet bertujuan sebagai
pembatas antara kaki anak ayam (DOC) dengan lantai kandang
yang dingin dan sebagai penopang sekam agar sekam tidak
jatuh ke tanah. Cara pemasangan alas yaitu dengan cara
menggelat satu persatu paranet kemudian langsung di ikat
menggunakan tali rapia pada lantai kandang dengan jarak 2
meter.
Membersihkan peralatan kandang seperti tempat air minum dan
tempat pakan Cara pembersihannya di bersihkan secara manual
menggunakan tangan dan detergen, kemudian setelah bersih
tempat pakan dan air minum di gantung agar kering.
Brooding
62
brooding merupakan salah satu periode kehidupan ayam dan
menjadi pondasi awal bagi kehidupan maupun produktivitas
ayam pada fase berikutnya. Keberhasilan pada fase brooding
ini akan diikuti oleh fase berikutnya sehingga memudahkan
peternak untuk memperoleh keuntungan yang optimal.
Sebaliknya, kegagalan pada fase brooding akan menyebabkan
kegagalan fase berikutnya sehingga menyebabkan
produktivitasnya turun, hal ini karena potensi genetik ayam
tidak dapat muncul secara optimal.
a. Penebaran sekam/litter
Manajemen Litter pada broiler adalah salah satu faktor
penting yang harus di perhatikan, karena selama hidupnya
broiler berada di atas litter yang bercampur dengan kotoran,
sisa pakan yang tercecer dan air yang tumpah kondisi
tersebut bisa memicu infeksi penyakit pada broiler. Litter
63
yang kering dan berdebu bisa meningkatkan ayam yang
mengalami dehidrasi, penyakit pernafasan dan bisa
dipastikan akan mengalami penyakit tertentu, namun litter
yang basah secara umum mempunyai efek negatif yang
besar pada performance, kesehatan dan keuntungan dalam
budidaya. Oleh karena itu yang paling baik adalah
bagaimana mengatur litter agar kadar airnya berkisar 25%
(20-25%). Hal tesebut membutuhkan pengetahuan khusus
dari mulai memilih material untuk litter, dan bagaimana
pengelolaannya.
64
Menyerap cairan kotoran ayam sehingga kotoran
ayam akan cepat kering
Membantu menciptakan kondisi dalam kandang
bersih, hangat dan aman
Mengurangi pengaruh debu yang bisa menyebabkan
penyakit pernafasan pada anak ayam
Mencegah kaki anak ayam terluka karena mungkin
terdapat sesuatu pada bahan alas yang dapat
membuat luka kaki anak ayam
Koran hanya di gunakan sebagai alas pada DOC
umur 0-1 hari saja, kemudian di buka kembali
sebelum DOC berumur 2 hari karena koran sudah
bercampur dengan kotoran dan basah karena air
minum anak ayam (DOC) (Gambar 26)
65
3. Jarak antara tempat pakan dan tempat minum 1 m
4. Jarak antara tepi kandang dengan baris tempat
pakan sejauh 1 m
5. Umur dibawah < 30 hari. Posisi piring tempat
pakan = dada ayam
6. Umur diatas > 30 hari. Posisi piring tempat pakan =
punggung ayam
66
5. Umur lebih dari 30 hari tinggi bibir tempat minum
sama dengan punggung ayam
d. Pemasangan tirai
Pemasangan tirai bertujuan untuk membuat suhu
didalam brooding tetap stabil dan terkontrol, pemasangan
tirai dipasang di pinggir-pinggir pembatas brooding tirai
yang digunakan juga menggunakan bahan dari plastik
bening yang bisa tembus pandang sehingga memudahkan
peternak atau anak kandang mengawasi DOC dari luar
brooding.
67
dalam kandang (Tabel 5). Cara buka tirai dari atas ke
bawah. Penambahan tirai bagian dalam dianjurkan
terutama jika udara dingin. Tirai dalam (bagian atas)
terbuka ± 20-30cm untuk membantu sirkulasi udara. Jika
anak ayam mulai panting di umur 3-4 hari, tirai bagian
dalam mulai dapat dibuka.
KONDISI TIRAI
LUAR DALAM
UMUR
SIANG MALAM SIANG MALAM
(hari)
1-2 Tutup Tutup Tutup Tutup
3-4 Tutup Tutup Buka Tutup
setengah
5-6 Terbuka Tertutup Terbuka Tertutup
seperempat
7-8 Tebuka Tertutup Terbuka Terbuka
setengah
9-10 Terbuka Tertutup Terbuka Terbuka
11-12 Terbuka Tertutup Terbuka Terbuka
13-14 Terbuka Trbuka Terbuka Terbuka
seperempat
15-20 Terbuka Tebuka Terbuka Terbuka
setegah
21- panen Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka
68
Adapun obat obatan yang di brikan pada pemeliharaan ayam
broiler bapak humaidi adalah:
Vita chick
Colamox
Neobro
Vita stres
Strong and fit
Serta diberikan juga probiotik EM 4 (Effective
Microorganism)
3. Pemeliharan ayam
a. Penanganan DOC
Adapun penanganan yang kami lakukan ketika DOC masuk
atau chick in sebagai berikut
69
b. Pengontrolan suhu
Sistem pengaturan suhu tubuh ayam ini bersifat
homeotermik atau suhu tubuh ayam relatif stabil pada kisaran
c. Pelebaran brooding
brooder yang terlalu padat akan menurunkan ketersediaan O2,
meningkatkan amoniak, mempengaruhi aktivitas ayam dan
meningkatkan persaingan antar ayam dalam mendapatkan oksigen
dan makanan serta menstimulasi kanibalisme pada ayam.
Pengaturan kepadatan kandang brooder adalah dengan cara,
brooding diperbesar tiap 2 hari sekali selama 15 mulai dari umur 5
hari atau melalui 6 kali pelebaran. Setelah umur 15 hari ayam
70
tidak lagi membutuhkan brooding penggunaan pemanas di
lakukan mulai dari umur 0-10 hari sedangkan penggunaan skat
cick guard berlangsung selama 15 hari setelah 15 hari ayam akan
menempati seluruh ruangan kandang.
71
di berikan adaah jenis pakan butiran SB 21 yang di berikan mulai
dari umur 0 sampai dengan panen.
72
Tabel 8. Data ayam yang mati pada kandang bapak Humaidi
g. Isolasi
Kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan ayam yang
sehat dengan ayam yang sakit bertujuan agar ayam yang sakit
tidak menulari ayam yang sehat sehingga angka kematian bisa
diminimalisir serta untuk memisahkan ayam yang berkualitas
baik dengan ayam yang memiliki cacat atau bentuk tubuh yang
abnormal
73
1. Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit
2. Meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan
induk semang
3. Membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen
penyakit seminimal mungkin
4. Rumah tempat tinggal, kandang unggas serta kandang
hewan lainnya ditata pada lokasi terpisah
74
Gambar 32 a. Obat Antisep Gambar 32 b. Penyemprotan Kandang
75
banyak pakan dan air minum yang tumpah saat proses
pemanenan terutam saat proses penyekatan (penangkapan)
ayam.
b. Proses penyekatan ayam dilakukan secara bertahap agar ayam
yang dipanen tidak lumpuh karena lemas. Hal ini sangat perlu
dilakukan karena dapat berakibat ayam mati menumpuk (over
lapping).
c. Proses menangkap ayam tidak dilakukan secara kasar karena
bisa menyebabkan memar, tulang sayap dan kaki patah
bahkan bisa menyebabkan ayam mati karena stres.
d. Cara penangkapannya adalah dengan memegang kakinya
secara perlahan-lahan dan ayam ditarik ke atas.
(Gambar 33).
e. Ayam dihabiskan dalam satu sekatan. Pada proses ini tidak
dianjurkan menggunakan sistem tangkap pilih untuk
menangkap ayam saat memanen karena penyortiran akan di
lakukan pada saat ayam mau di timbang.
f. Setelah ditangkap, ayam di masukkan kedalam keranjang
berisi 25 – 30 kemudian di timbang dan dicatat bobot
hidupnya
g. Menimbang ayam dengan menggunakan timbangan dan
mempekerjakan orang yang sudah terlatih dalam menimbang
ayam. Sebelum melakukan penimbangan sebaiknya
timbangan ditera terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya
kesalahan sehingga dapat merugikan peternak sendiri.
h. Setelah ayam di timbang kemudian ayam dimasukkan ke
dalam blok-blok box pada bak truk melalui lubang ventilasi
yang cukup bagi ayam. kemudian dibawa ke pengepul atau
langsung dibawa ke tempat pemotongan ayam
i. Mencatat semua hal dari awal, seperti jumlah ayam yang di
tangkap dan yang di timbang. Selain itu, hal yang harus di
76
catat adalah hasil penimbangan sehingga data yang di
hasilkan akan akurat.
j. Langkah terakhir yang dilakukan adalah mengecek ulang
hasil data timbangan selesai proses penangkapan. Sebab, jika
satu timbangan saja terlewatkan karena faktor kelalaian,
kerugian yang diderita peternak setara dengan 25-30 ekor
ayam. Maka dari itu, konsentrasi yang tinggi saat
menjalankan aktivitas pemanenan perlu diperhatikan. Setelah
semua data benar dan sesuai dengan surat jalan penangkapan,
barulah kendaraan pengangkut ayam boleh diizinkan keluar
meninggalkan lokasi.
B. Pemasaran
Pemasaran merupakan tahap akhir dari pemeliharan ayam
yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan produksi. Menurut
Nitisasmito (1981). Pemasaran adalah semua kegiatan yang
bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari
produsen ke konsumen akhir secara efisien dengan maksud
untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke
konsumen akhir secara efisien dengan maksud untuk
menciptakan permintaan yang efektif.
77
harga, dan sebagainya, maka penimbangan dilakukan secara
berkelompok dengan jumlah tertentu dan kemudian dimasukan
kedalam keranjang pengangkut.
5. Analisis Ekonomi.
Hasil perhitungan ekonomi pemeliharaan ayam broiler pola kemitraan
dengan jumlah 3000 ekor dengan angka kematian 6,2% dapat dilihat pada
Tabel 11. Rincinan hitungan terdapat pada Lampiran 1.
Item Jumlah
(Rp)
Biaya tetap Rp 1.146.692
Biaya tidak tetap Rp 93.435.000
Total biaya Rp 94.581.692
Penjualan ayam Rp 105.204.091
Bonus pasar Rp 8.623.461
Pendapatan kotor Rp 105.204.091
Pendapatan bersih Rp 10.622.399
Pendapatan per ekor Rp 5.954
BCR 1,11
BEP Rp 17.743
FCR 1,68
Rentabilitas 11,23 %
BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN
Permasalahan
4.1 Puskeswan Batu Kliang Utara
1. Lokasi pelayanan kesehatan hewan yang jauh dengan kantor
puskeswan serta menempuh medan yang sulit dijangkau
2. Kurang dipersiapkannya peralatan yang steril dalam melakukan
pelayanann kesehatan terutama pelayanan membantu kelahiran yang
masih menggunakan peralatan yang ada di kandang yang tentu tidak
steril.
4.2 UPTD Puskeswan Pemenang
78
1. Dalam melakukan inseminasi butan tidak di perhatikan aspek
kesehatan ternak maupun petugas dengan melakukan palapasi rektal
tanpa saring tangan.
2. Lokasi pelayanan kesehatan hewan yang jauh dengan kantor
puskeswan meliputi tiga kecamatan serta menempuh medan yang sulit
dijangkau
4.3 Kandang kemitraan PT. Duta Mula Cakrawala
1. Terlalu renggangnya alas kandang sehingga membuat ayam sering kali
terjepit bahkan mati
2. Kandang tidak memiliki pintu haya di tutup dengan terpal serta
dinding kandang hanya tertutup setengah sehingga predator seperti
kucing bisa dengan mudah masuk.
3. Lokasi kandang berada di daerah lembah sehingga sirkulasi udara
tidak begitu lancar
4. Tempat air minum yang otomatis banyak yang rusak
5. Kandang tidak memiliki plafon sehingga ketika panas terik ayam
sangat kepanasan kandang tidak menggunakan kipas sehingga tidak
adanya pendingin suhu
Pemecahan
Puskeswan batu kliang utara
1. Untuk memecahkan masalah tersebut pengemudi kendaraan di berikan
kepada laki-laki agar keselamatan dijalan lebih terjamin dan
meminimalisir rekan-rekan perempuan tertinggal di jalan karena
kondisi medan jalan yang ekstrim.
2. Petugas perlu mempersiapkan perlalatan yang memang di peruntukkan
untuk membantu kelahiran seperti tali kain yang sudah di sterilkan
UPTD Puskeswan pemenang
79
1. Dalam melakukan pelayanan kesehatan hewan terutama tindakan
palpasi rektal perlu menggunakan sarung tangan, untuk mengantisipasi
penularan penyakit baik dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.
2. Untuk memecahkan masalah tersebut pengemudi kendaraan di berikan
kepada laki-laki agar keselamatan dijalan lebih terjamin dan
meminimalisir rekan-rekan perempuan tertinggal di jalan karena
kondisi medan jalan yang ekstrim.
Kandang kemitraan PT. Dinamika Magatama Citra
1. Lantai yang renggang tutupi lagi dengan kawat besi untuk
meminimalisir kematian ayam karena terjepit.
2. Sebaiknya kandang di berikan pintu agar ternak lebih aman dari
predator seperti kucing anjing da0n lain2
3. Perlu di adakan kipas angin pada kandang untuk melancarkan
sirkulasi udara
4. Pipa tempat air minum yang bocor diletakan ember dibawahnya untuk
wadah sebagai penampung air yang keluar dari pipa yang bocor.
5. Kandang di pasangkan plafon untuk menghalau panas pelponya sendiri
bisa di buat dengan karung bekas pakan yang di jahit satu persat
hingga memanjang.
BAB V
5.1 Kesimpulan
80
kandang kemitraan PT. Duta Mulia Cakrawala Dusun Timba Jeqjeq Desa
Masyarakat.
5.2 Saran
terlebih dahulu kepada pihak puskeswan agar sesuai dengan apa yang di
butuhkan di lapangan.
81
4. Sebaiknya dalam pembekalan mahasiswa lebih di tekankan mengenai
data-data atau refrensi apa saja yang penting di ambil di lapangan untuk
82
DAFTAR PUSTAKA
Schmitt, E.J.P., C.M. Barros, P.A. Fields, M.J. Fields, T. Diaz, J.M. Kluge and
W.W. Teacher. 1996. A cellular and endocrine characterization of the original
and induce.corpus luteum after administration of a gonadotropin-releasing
83
hormone agonist or human chorionic gonadotropin on day five of the estrous
cycle. Journal of Animal Science. 74: 1915-1929
84
LAMPIRAN
85