Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


`Untuk meningkatkan kemampuan teknis dan pengalaman praktis
mahasiswa Diploma III agribisnis konsentrasi kesehatan hewan Universitas
Mataram, maka mahasiswa perlu mengikuti suatu kegiatan pendidikan
program diploma III yaitu Praktik Kerja Lapangan. peraktik kerja lapangan
merupakan suatu kegiatan pendidikan perogram Diploma III dimana
mahasisiwa dapat menerapkan teori-teori yang di sampaikan oleh para dosen
pada saat melakukan perkuliahan di program diploma III agribisnis
konsentrasi kesehatan hewan Universitas Mataram (Unram).
Bidang peternakan di Indonesia terutama Nusa Tenggara Barat memiliki
potensi yang sangat menjanjikan dengan adanya program pemerintah daerah
yakni Bumi Sejuta Sapi. Perogram ini di maksudkan untuk menjadikan Nusa
Tenggara Barat sebagai lumbung ternak nasional guna memenuhi kebutuhan
akan konsumsi protein hewani bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan potensi
sumberdaya manusia serta luas lahan pertanian dan peternakan yang masih
luas program ini di harapkan berhasil sehingga dapat membuka lapangan kerja
terutama di bidang peternakan maupun pengolahan hasil ternak.
Untuk mendukung program tersebut pemerintah melakukan bebebrapa
upaya di antaranya berupaya meningkatkan populasi sapi melalui program
UPSUS SIWAB (Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting), yang merupakan
perogram pemerintah guna mempercepat peningkatan populasi sapi potong
agar dapat memenuhi kebutuhan suasembada daging nasional serta untuk
mengurangi ketergantungan terhadap daging impor dan sekaligus mendukung
indonesia menjadi lumbung pangan dunia.
Selain upaya mempercepat peningkatan populasi melalui upsus siwap
upaya lain yang di tempuh pemerintah Nusa Tenggara Barat dalam
mendukung peningkatan suasembada daging adalah dengan meningkat kan
pelayanan kesehatan hewan. Kesehatan ternak menjadi faktor utama dalam
meningkatkan produksi ternak, jika kesehatan ternak terganggu maka

1
produktivitas ternak menjadi ikut terganggu, bobot badan turun dan produksi
daging, susu dan telur juga ikut menurun. Untuk mengatasi hal tersebut perlu
adanya peningkatan pelayanan kesehatan disetiap Unit Pelaksana Teknis
Daerah Pusat Kesehatan Hewan (UPTD Puskeswan). Tugas pelayanan ini
meliputi pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemberantasan Hama
Penyakit Hewan.
Selain program BSS (Bumi Sejuta Sapi) yang bertujuan memenuhi
kebutuhan suasembada daging nasional pada sektor peternakan ruminanasia.
Pemenuhan kebutuhan suasembada daging nasional juga melalui unggas di
antaranya yaitu melalui budidaya ayam broiler. Sektor budidaya ayam broiler
ini memiliki prospek yang sangat menjanjikan bagi kesejahteraan masyarakat
disebabkan sektor budidaya ayam broiler ini memiliki keunggulan dimana
proses produksinya yang relatip singkat serta proses pemasarannya mudah
karena harganya relatif lebih terjangkau oleh masyarakat di bandingkan sektor
peternakan lainnya. Dalam peternakan ayam broiler ini tidak hanya
pemerintah yang berperan dalam hal ini akan tetapi perusahaan-perusahaan
besar maupun kecil juga memiliki peran yang penting dalam menanamkan
modalnya dalam bentuk kemitraan dengan masyarakat dalam budidaya ayam
broiler. Adapun salah satu dari perusahaan tersebut yakni perusahaan PT.
DMC (Duta Mulya Cakrawala) dimana dalam kemitraaan ini masyarakat
hanya menyediakan kandang, dan tenaga kerja sedangkan bahan produksi
seperti pakan, bibit DOC, obat obatan, kontrol hingga pemasarannya tangani
oleh perusahaan, sehingga masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya yang
tinggi dalam komoditas ini. Sehingga peluang usaha peternakan ayam broiler
ini relatif terjangkau oleh masyarakat meski dengan strata ekonomi menengah
kebawah.
1.1 Tujuan Praktikum Kerja Lapangan
Adapun tujuan dari praktik keja lapangan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menambah wawasan, keterampilan serta kemampuan
mahasiswa dalam menangani kasus yang menyangkut kesehatan
hewan seperti penyakit atau kelainan yang terjadi pada hewan .

2
2. Untuk mengaplikasikan ilmu atau materi-materi yang di dapatkan di
kelas khususnya bidang manajemen peternakan maupun kesehatan
hewan
3. Untuk menambah skiil dan wawasan mengenai macam-macam
penyakit, cara penanganan serta obat-obatan yang di gunakan.
4. Untuk mengetahui managemen pemeliharaan serta analisis ekonomi
dalam usaha peternakan ayam broiler
1.2 Manfaat kerja lapangan
Adapun manfaat praktikum kerja lapangan adalah sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa
a. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai kasus-kasus yang
berkitan dengan kesehatan hewan yang terjadi di lapangan
b. Menambah kemampuan mahasiswa dalam menangani penyakit
penyakit yang terdapat di lapangan, cara penanganan serta obat
yang di berikan.
c. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan-kegiatan pelayanan
kesehatan hewan di puskeswan
d. Dapat menumbuhkan rasa percaya diri mahasiswa dalam
menangani penyakit yang terdapat pada hewan
e. Memberikan pengalaman bagi mahasiswa dalam pemeliharaan
ayam broiler sekaligus menerapkan materi-materi yang sudah di
terima di kelas
f. Sebagai referensi mahasiswa dalam membuat laporan
2. Bagi fakultas
a. Memperkenalkan Fakultas Peternakan Unarm di masyarakat
b. Mengharumkan nama baik Fakultas Peternakan Unram di
mata masyarakat
3. Bagi tempat pkl
a. tempat PKL akan mendapatkan tenaga kerja tambahan yang
akan membantu kinaerja petugas puskeswan maupun peternak
di peternakan ayam broiler menjadi lebih ringan dan
terorganisir dengan baik

3
b. bisa memberikan masukan kepada peternak berdasarkan materi
yang sudah di dapatkan di bangku perkuliahan

4
BAB II

KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANG

2.1 Lokasi Praktik Kerja Lapangan


1. peraktik kerja lapanagan dilaksanakan di puskeswan Batu Kliang
Utara dengan alamat jalan Pariwisata Benang Stokel, Dusun Pediti,
Desa Teratak, Kecamatan Batu Kliang Utara, Kabupaten Lombok
Tengah. Yang pelaksanaanya dari tanggal 1 Februari 2018 sampai
tanggal 21 Februari 2018. Jenis pelayanan yang dilakukan di
puskeswan Batu Kliang Utara adalah sistem pelayanan akif, semi aktif
dan fasif.
2. peraktik kerja lapanagan selanjutnya dilaksanakan di puskeswan
UPTD pemenang, dengan alamat jalan bangsal baru, kecamatan
pemenang Kabupaten Lombok Utara (KLU). Yang pelaksanaanya dari
tanggal 22 Februari 2018 sampai tanggal 10 Maret 2018. Jenis
pelayanan yang dilakukan di puskeswan UPTD pemenang adalah
sistem pelayanan akif dan semi aktif
3. Peraktik kerja lapangan selanjutnya di lakukan peternakan ayam
broiler bapak Humaiddi yang beralamat di dusun Timba Jeqjeq, Desa
Timbanuh Kecamatan Peringgasela, Kabupaten Lombok Timur. Yang
pelaksanaanya di mulai dari tanggal 12, Maret 2018 sampai dengan 20
April 2018.
2.2 Macam Macam Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
1. Puskeswan Batu Kliang Utara
A. Pelayanan akif
1. Kunjungan suntik sehat ke kelompok ternak pade girang
2. Kunjungan ke peternakan ayam layer H. Nur Irfansah
3. Kunjungan sinkronisasi birahi ke kelompok ternak ngase
rahayu
B. Pelayanan semi aktif
1. Pelayanan kasus mastitis
2. Pelayanan inseminasi buatan (IB)

5
3. Pelayanan suntik sehat
4. Pelayanan kasus helmintiasis
5. Pelayanan kasus miasis
6. Pelayanan kasus Bovine Evhemeral Fever (BEF)
7. Pelayanan kasus retensi plasenta
8. Pelayanan penyuntikan hormon
9. Pelayanan kasus thelaziasis
10. Pelayanan kasus distokia
11. Pelayanan membantu kelahiran
12. Pelayanan kasus Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)
2. Puskeswan UPTD Pemenang
A. Pelayanan akif
1. Penyuluhan tentang managemen pemeliharaan ternak yang
baik di desa menggala
2. Posyandu hewan di desa tembango bolot kecamatan pemenang
B. Pelayanan semi aktif
1. Pelayanan kasus retensi plasenta
2. Pelayanan Bovine Ephemeral Fever (BEF)
3. Pelayanan scabies
4. Pelayanan suntik sehat
5. Pelayanan kasus Inseminasi Buatan (IB)
6. Pelayanan kasus miasis
7. Pelayanan kasus prolapsus
8. Pelayanan kasus distokia
9. Pelayanan kasus entritis
10. Pelayanan kasus Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)
C. Pelayanan pasif.
Selama mahasiswa melakukan kegiatan praktik kerja lapangan di
puskeswan UPTD Pemenang mahasisiwa tidak mendapatkan
adanya pelayanan pasif.

6
3. Kandang kemitraan PT.Duta Mulia Cakrawala , Dusun Timba Jeqjeq,
Desa Timbanuh Kec.Pringgasela. Lombok Timur.
1. Persiapan kandang
 Pembersihan kandang
 Penyediaan peralatan kandang
a. Pembersihan peralatan
b. Pemasangan peralatan
c. Pemasangan alas
 Brooding
a. Pemasangan brooding
b. Penebaran sekam
c. Pemasangan Koran
d. Penataan tempat pakan dan pemberian pakan
e. Pemasangan tirai
2. Pengadaan DOC
3. Pemeliharan ayam
 Penanganan DOC
 Pengontrolan suhu
 Pelebaran brooding
 Bolak balik sekam
 Pemberian pakan dan pengisian air minum
 Penurunan sekam
 Monitoring ayam
 Isolasi
4. Panen dan pemasaran
5. Analisis Ekonomi

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pusat Kesehatan (Puskeswan) Batu Kliang Utara


Puskeswan Batu Kliang Utara adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
bidang kesehatan hewan di Kecamatan Batu Kliang Utara dalam bidang
pelayanan kesehatan hewan di Kabupaten Lombok tengah. Adanya Puskeswan
mempunyai tugas pokok yaitu meliputi pencegahan penyakit, pemeriksaan
rutin, pengobatan dan pemberantasan penyakit. Melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan hewan di wilayah kerjanya, melakukan konsultasi veteriner dan
penyuluhan pada bidang kesehatan hewan dan memberikan surat keterangan
Dokter Hewan guna untuk meningkatkan populasi dan produktifitas
ternak.puskeswan Batu Kliang Utara memiliki wilayah kerja yang cukup luas
yang mencakup 8 desa yakni Desa Teratak, Desa Lantan, Aik Berik, Aik
Bukak, Mas-Mas, Stiling, Tanak Beak Dan Desa Karang Sidemen.

3.2 Tipe Pelayanan


Adapun sistem pelayanan yang digunakan yaitu
A. Pelayanan aktif
Pelayanan aktif merupakan tipe pelayanan dimana dalam
melakukakan pelayanan kesehatan hewan petugas puskeswan mendatangi
peternak tanpa harus di minta oleh peternak karena itu merupakan bagian
dari program kerja dari puskeswan sendiri pelayanan ini dilakukan secara
terjadwal pada setiap kunjungan nya.

B. Pelayanan semi aktif


pelayanan semi aktif adalah tipe pelayanan dimana peternak
menghubungi petugas puskeswan untuk datang ke peternakannya untuk
melakukan pelayanan kesehatan hewan.

3.3 Hasil Kegiatan Praktik Kerja Lapangan(PKL)


Adapun kegitan atau kasus selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
di Puskeswan Batukeliang Utara yaitu sebagai berikut:

8
A. Pelayanan akif
1. Kunjungan suntik sehat ke kelompok ternak pade girang

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Desa teratak , kec.Batu Kliang Utara
Pemilik : kelompok ternak Pade Girang

 Fasilitator : tim puskeswan


 Alat dan Bahan
 Spuid 10 ml
 Spuid 3 ml
 Vitamin B kompleks
 Medoxy L
 wormzole bolus
kegiatan pelayanan kunjungan ke kelompok ternak merupakan salah satu
program bulanan puskeswan Batu Kliang Utara untuk melakukan pelayanan
di bidang kesehatan hewan dengan mendatangi kelompok ternak binaan
puskeswan batu kliang utara yang ada di wilayah kerja puskeswan Batu
Kliang Utara. Dalam kegiatan kunjungan ke kelompok ternak pade girang
ini di lakukan pelayanan yakni, suntik sehat dan penanganan cacingan (
Gambar 1).

 Penanganan suntik sehat


Pada kelompok ternak pada girang jenis ternak yang di pelihara
adalah sapi bali dengan populasi ternak sebanyak 17 ekor, dengan
betina indukan sebanyak 13 ekor, kemudian pejantan sebanyak 1 ekor,
dan pedet sebanyak 3 ekor. Penanganan suntik sehat ini di lakukan
dengan menginjeksikan vitamin B-komplek dengan injeksi secara
intramuscular dengan dosis sapi dewasa di berikan 7 ml. kemudian
untuk pedet di berikan 4 ml

 Penanganan kasus cacingan (helmintiasis)


Gejala klinis yang di temukan di lapangan:

9
1. Bulu kusam dan berdiri
2. Nafsu makan tinggi tapi berat badan tidak bertambah
3. Feces encer
4. Mata berair

Penanganan ternak di berikan wormzole bolus dengan dosis

untuk sapi dewasa , dengan cara pemberiannya

melalui peroral dengan cara bagian rahang bawah sapi yang tidak
bergigi di pegang lalu di tekan hingga sapi menganga kemudian
setelah sapi menganga obat di masukkan kemulut melalaui samping
rahang. Kemudian setelah itu sapi di sapih dengan rumput untuk
membantu menelan obat. Kemudian mata ternak di tetesi dengan
antibiotik medoxy L dengan menggunakan spuid dengan dosisi 2 tetes
mata kiri dan 2 tetes mata kanan

.
Gambar 1 kunjungaan ke kelompok ternak pade girang

Adapun data kunjungan pelayanan kesehatan di kelompok ternak


pade girang ( Tabel 1)

Tabel 1. Data pelayanan kesehatan kelommpok ternak Pade Girang

No Nama peternak Jumlah ternak (ekor) Obat yang di berikan


1 H. Zaenuddin 7 Vitamin.B-komplek, wormzole
bolus dan medoxy L
2 Bapak. Aprian 2 Vitamin B-kompleks
3 Bapak. Alimuddin 1 Vitamin B-kompleks

10
4 Bapak. Saepuddin 3 Vitamin B-kompleks
5 Mq. Saefullah 2 Vitamin B-kompleks
6 Bapak. Edet 1 Vitamin B-kompleks
7 Amaq. Zaenal 1 Vitamin B-kompleks

2. Kunjungan ke peternakan ayam layer H. Nur Irfansah


 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : dusun jeliman, Desa Karang Sidemen Atas, Kec.Batu
Kliang Utara
Pemilik : bapak H. Nur Irfansah
Fasilitator : tim puskeswan Batu Kliang Utara

 Alat dan Bahan


 sprayer
 Air
 Anti septik benzaklin

Gambar 2. Kunjungan ke peternakan ayam petelur


 Pelayanan
Pada kunjungan ini kami melakukan penyemprotan anti
septik dan desinfektan di kandang pada lantai kandang peternakan
ayam petelur milik bapak H. Nur Irfansah (Gambar 2).
Penyemprotan di lakukan untuk keperluan bioscurity
mengantisipasi pertumbuhan bakteri pada feses yang tertumpuk di
lantai kandang serta untuk mengurangi kadar amoniak pada feses.

11
Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan benzaklin. Yaitu
desinfektan dan antiseptik berspektrum luas dapat mencegah
infeksi kuman termasuk virus, jamur, bakteri dan micoplasma.
Cara penyemprotannya yaitu kami mencampurkan 3 tutup
botol/15 cc benzaklin dengan tujuh liter air lalu di semprotkan ke
tumpukan feses di lantai kandang semprotkan hingga merata.

3. Kunjungan sinkronisasi birahi ke kelompok ternak ngase rahayu

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Celing Desa Tanakbeak, Kec. Batu Kliang
Utara
Pemilik : Kelompok Ternak Ngase Rahayu
Fasilitator : tim puskeswan

 Alat dan Bahan


 Spuid 10 ml
 Spuid 3 ml
 Hormone gonadotrophin
 Viamin B kompleks
 wormzole bolus
 medoxy l

Gambar 3. Kunjungan sinkronisasi ke kelompok ternak

 penanganan

12
sinkronisasi birahi adalah suatu pengendalian estrus yang
dilakukan pada sekelompok ternak betina sehat dengan
memanipulasi mekanisme hormonal sehingga keserentakan estrus
dan ovulasi terjadi pada hari yang sama dalam kurun waktu 3 atau
tiga hari setelah perlakuan, sehinga inseminasi buatan dapat di
lakukan secara serentak. Kegiatan ini merupakan program
puskeswan yang masuk dalam program siwab (Gambar 3.)
Dalam kegiatan sinkronisasi birahi ini hormone yang di gunakan
adalah hormone GnRH (Gonadotrophine Relasing Hormone)
merupakan natural hormone yang di produksi oleh hypothalamus
di otak yang dapat menyebabakan sapi memperoduksi hormone
lain yaitu LH (Luteinizing Hormon) yang bekerjamsama dengan
FSH dalam perkembangan folikel. Konsentrasi LH yang tinggi
menyebabkan ovulasi, kemudian CL (corpora luteum) yang
terbentuk di ovari akan memperoduksi progesterone untuk
mempersiapkan uterus untuk menerima kebuntingan.

 Langkah kerja

Peratama-tama ternak di restrain terlebih dahulu agar tidak


banyak bergerak ketika di suntik karena pada penyuntikan ini
menggunakan spuid 3 ml sehingga apabila ternak banyak
bergerak akan mepersulit dalam melakukan penyuntikan,
kemudian bagian otot yang akan di jadikan tempat penyuntikan di
tekan dengan jari telunjuk 2-3 kali agar ternak tidak terkejut
ketika di masukkan jarum spuid lalu injeksikan hormon dengan
dosis 1.5 ml pada daerah triangle leher secara intramuscular.
Setelah jarum di cabut otot ternak pada daerah penyuntikan di
pijat-pijat dengan jari untuk membantu proses penyerapan obat.
Selain melakukan penyuntikan hormon dilakukan juga pelayanan
kesehatan yakni pemberian obat cacing pada ternak yang di
diagnosa menderita cacingan serta pelayana suntik sehat dengn
pemberian vitamin B-kompleks dan antibiotik medoxy L.

13
C. Pelayanan semi aktif
1. Pelayanan kasus mastitis pada kambing PE (Peranakan Etawa)

Mastitis adalah suatu peradangan pada ambing yang bersifat


akut, subakut atau kronis/menahun dan terjadi pada semua jenis
mamalia. Sering di jumpai pada sapi perah dan di sebabkan oleh
berbagai jenis bakteri atau mikoplasma (Gambar 4.).

Cara penularan mastitis di sebabkan oleh adanya infeksi


bakteri kedalam ambing melalui lubang puting. Cara penularannya
dapat terjadi melalui tangan pemerah, peralatan yang di gunakan
untuk membersihkan ambing yang tercemar oleh bakteri. Bakteri
penyebab mastitis bayak terdapat di lingkungan sekitar hewan
peliharaan. Bakteri penyebab mastitis dapt hidup di kulit, lantai
kandang, atau alat alat yag tercemar. Kebersihan lingkungan yang
buruk dapat meyebabkan bakteri dapat bertahan hidup, bila bakteri
masuk ke lubang puting maka akan terjadi infeksi ambing ( Gambar
4.)

Perubahan fisik maupun air susu meliputi warna, bau, rasa, dan
konsistensi. Warna yang biasanya putih kekuningan berubah menjadi
putih pucat atau agak kebiruan. Rasa yang agak manis menjadi getir
atau agak asin. Bau yang agak harum dari air susu dalam keadaan
radang menjadi ambing menjadi “asam”. Konsistensi yang biasanya
cair dengan emulsi yang merata akan berubah menjadi “pecah”, lebih
cair, dan kadang disertai dengan jonjot atau endapan fibrin dan
gumpalan protein yang lain. Apabila dipanasi atau diuji dengan uji
alcohol 72% air susu dapat segera menggumpal atau “pecah”.

ditandai dengan kenaikan sel didalam air susu, perubahan fisik


maupun susunan air susu, dan disertai atau tanpa disertai perubahan
patologis atau kelenjarnya sendiri

Menurut faktor penyebabnya mastitis dapat di sebabkan oleh


bakteri stephylococus agalactiae, str.dysgalactiae, str.uberies,

14
str.zooepidemicus, danaureus, serta berbagai spesies lain yang juga
menyebabkan terjadinya mastitis.

Gambar 4. Mastitis pada kambing PE (Peranakan Etawa)

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Bagek Nunggal Desa Teratak, Kec.Batu Kliang Utara
Pemilik : Bapak Zaenal Abidin
Fasilitator : Bapak Noval

 Diagnosa adalah mastitis pada ambing sebelah kanan terlihat ambing


membengkak dan beberapa bagian berwarna biru
 Gejala kelinis yaitu pembengkakan pada ambing , air susu berwarna
merah muda dan beraroma busuk, kambing roboh tidak sanggup berdiri
dan apabila ambing di pegang agak terasa panas dan kambing akan
mengerang kesakitan apabila ambingnya di pegang.
 Alat dan bahan :
 air hangat
 glove
 Spuid 10 ml
 Streptomicin
 injektamin
 gusanex
penanganan dan pengobatan

1. dilakukan pengompresan ambing dengan menggunakan air hangat


skaligus pemerahan susu yang sudah terkontaminasi oleh bakteri,

15
perah susu hingga dirasa sudah keluar semua. Pengompresan harus di
lakukan dengan menggunakan glove atau sarung tangan agar higienis
dan steril
2. Injeksikan antibiotik streptomicin yang di larutkan dengan air
aquades dengan perbandingan streptomicin dan air yaitu 2:8
kemudian injeksikan dengan dosis 4 ml secara intra mamae pada
ambing yang terinfeksi mastitis.
3. Injeksikan injektamin
Untuk membantu mempercepat proses kesembuhan serta memulihkan
kembali otot, otot ternak yang sudah tidak bisa berdiri.

4. Karena kondisi ternak baru selesai melahirkan maka vulvanya di


semprotkan dengan gusanex untuk mencegah investasi lalat.
2. Pelayanan Inseminasi Buatan (IB)
Inseminasi Buatan (IB) adalah salah satu teknologi reproduksi yang
mampu dan telah berhasil untuk meningkatkan perbaikan mutu genetik
ternak, sehingga dalam waktu pendek dapat menghasilkan anak dengan
kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan memanfaatkan pejantan
unggul sebanyak- banyaknya. Inseminasi Buatan ini sangat kontras
dengan keberhasilan Transfer Embrio didalam perbaikan mutu genetik.
Perbaikan mutu genetik menggunakan IB pada sapi perah dapat
digunakan sebagai progeni tes untuk menghasilkan pejantan unggul yang
dapat dimanfaatkan menghasilkan spermatozoa salah satunya berdasar
pada seleksi ukuran testisnya. Secara umum IB berfungsi untuk
1. Perbaikan mutu geneti
2. Pencegahan penyakit menular
3. Rekording lebih akurat
4. Biaya lebih murah
5. Mencegah kecelakaan yang disebabkan oleh pejantan.
IB dapat difasilitasi dengan menggunakan sinkronisasi estrus dan dapat
dilakukan pengaturan jenis kelamin dengan pemanfaatan pemisahan
spermatozoa X dan Y (Ax et al., 2008; Susilawati, 2000).
Kelemahan dari IB jika tidak dikelola dengan baik adalah:

16
1.Bila seleksi pejantan salah maka bisa menyebarkan sifat jelek
2.Membutuhkan ketrampilan yang tinggi dari Balai Inseminasai
Buatan,Penyimpanan selama transport, Inseminator juga
peternaknya
3.Bisa menghilangkan sifat bangsa lokal dalam waktu yang cepat.
 Tujuan inseminasi buatan yakni :
 Memperbaiki mutu genetik ternak
 Tidak mengharuskan pejantan unggul dibawa ke tempat
pengawinan sehingga lebih menghemat biaya
 Penggunaan bibit pejantan unggul lebih optimal dan dapat
di simpan dalam jangka waktu yang lama
 Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
 Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.

Gambar 5 inseminasi buatan

 Alat dan bahan


 Strow
 Kandaang jepit
 Air
 AI Gun
 Pastik sheet
 Glove
 Gunting
 tisu

17
 Langkah kerja
1. Siapkan termos berisi air yang di campurkan dengan es batu untuk
membuat suhu semen tetap seperti suhu cuntainer pada saat proses
transportasi menuju tempat peternak.
2. Setelah sampai pada lokasi inseminasi buatan ternak di restrain
dengan kandang jepit
3. Siapkan alat inseminasi, straw yang di bawa tadi di masukkan ke
dalam AI Gun lalu gunting ujung straw, kemudian lapisi stang gun
AI Gun dengan pelastik sheet.
4. Gunakan sarung tangan, lalu lumuri tangan dengan menggunakan
sabun sebagai pelicin.
5. lakukan perogohan perektal denga tangan kiri, apa bila terdapat
sisa feces pada rektum keluarkan hingga benar-benar dirasa bersih
lalu lakukan palpasi rektal untuk menemukan cervic
6. Setelah cervic di temukan, masukkan ujung AI gun melaluai
vagina dengan tangan kanan lalu tangan kiri yang masih berada di
dalam rektum menuntun ujung AI gun memasuki cervic.
7. Setelah ujung gun sudah memasuki cincin ervic minimal 1 cincin
lalu injeksikan sperma.
8. Keluarkan tangan lalu cuci tangan hingga bersih dengan sabun.
9. Keberhasilan atau kegagalan inseminasi buatana dapat di ketahui
hasilnya seteah 21-22 hari setelah inseminasi buatan di lakukan.
Tingkat keberhasilan inseminsi buatan dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: jarak tempuh, waktu melakukan inseminasi
buatan, skill atau keterampilan inseminator, waktu pelaporan dari
peternak dan lain sebagainya.
3. Melakukan Promotif / Pelayanan suntik sehat
Promotif adalah tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kesehatan ternak. Pembrian vitamin berfungsi untuk mencegah
kekurangan vitamin, menambah nafsu makan, menambah daya tahan
tubuh serta mempercepat kesembuhan dari infeksi (Gambar 6).

18
Gambar 6. Suntik sehat

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Antak-Atak, Desa Mas-Mas , Kec.Batu Kliang Utara
Pemilik : Bapak Manri
Fasilitator : Bapak Mukhtar

 Alat dan Bahan


 Spuid 10 ml
 Vtamin B12
 Vitamin B-kompleks
 Penanganan dan pengobatan
1. Restrain ternak dengan memegang tali kepalanya
2. Setelah ternak cukup tenang tekan-tekan degan jari otot yang
akan menjadi tempat penyuntikan, injeksikan vitamin B-
kompleksdengan dosis 5 ml dan B-12 dengan dosis 2 ml
keduanya di injeksikan secara intramuscular pada daerah
triangle leher sebelah kiri dan kanan.
3. Tekan tekan kembali otot tempat penyuntikan tadi dengan jari
untuk mebantu mempercepat peroses penyerapan obat.
4. Pelayanan kasus helmintiasis
Helminthiasis merupakan salah satu penyakit hewan
menular yang seringkali kurang mendapat perhatian dibandingkan
dengan penyakit lainnya, sehingga penanganan penyakit ini juga
kurang maksimal. Helminthiasis merupakan penyakit pada hewan
yang disebabkan oleh berbagai jenis cacing, baik dari klas

19
trematoda, nematoda maupun cestoda yang sangat merugikan
karena dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan,
penurunan berat badan, mengganggu status kesehatan secara
umum sehingga mudah terinfeksi penyakit lain, dan bahkan dapat
menimbulkan kematian. Gangguan pada pertumbuhan yang
berlangsung cukup lama akan menyebabkan penurunan
produktivitas (Gambar 7).

Gambar 7. Sapi yang terken helmintiasis

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Selewet, Desa Teratak, Kec. Batukeliang Uatara
Pemilik : Bapak Humaidi
Fasilitator : Bapak Arifin A.Md

 Diagnosa yaitu helmintiasis atau cacingan pada sapi karena di


temukan cacing cestoda pada feces.
 Gejala klinis
 rambut kusam,
 kotoran encer
 mengalami kekurusan
 Alat dan bahan :
 Spuid 10 ml
 Vitamin B kompleks
 Wormzole bolus
 Penanganan dan pengobatan
1. Restrain (tahan) ternak dengan mengikat tali leher dengan
erat pada tiang kandang

20
2. Pegang rahang bawah sapi hingga sapi menjadi menganga
3. Setelah sapi menganga masukkan wormzole bolus dengan

dosis bolus ke dalam mulut lewat bagian samping mulut

kemudian masukkan juga rumput kedalam mulut untuk


membantu sapi menelan obat.
4. yaitu dengan injeksi B- kompleks dengan dosis 5 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher sapi.
5. Pelayanan kasus miasis

Myasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke dalam suatu


jaringan hidup hewan berdarah panas termasuk manusia. Penyakit ini
sering ditemukan pada negara-negara tropis, terutama di masyarakat
golongan ekonomi rendah. Diantara lalat penyebab myasis di dunia,
lalat Chrysomya bezziana mempunyai nilai medis yang penting karena
bersifat obligat parasit dan menyebabkan kerugian ekonomis.
Beberapa kasus myasis yang terjadi pada manusia dan hewan di
Indonesia disebabkan oleh infestasi larva C. bezziana atau bercampur
dengan Sarcophaga sp. Sulawesi, Sumba Timur, Pulau Lombok,
Sumbawa, Papua dan Jawa telah dilaporkan sebagai daerah endemik
myasis. Kasus myasis pada hewan sering terjadi akibat pasca partus
myasis vulva (Gambar 8). yang diikuti oleh pemotongan tali pusar
anaknya (myasis umbilikus) atau akibat 2 luka traumatika sedangkan
pada manusia banyak dilaporkan akibat luka-luka baru yang
dibiarkan atau luka kronis seperti kusta, diabetes dan lain-lain.
Disamping itu, lubang-lubang alami tubuh seperti hidung, mata,
telinga atau mulut juga menjadi pintu masuk.

21
Gambar 8. Miasis pada kambing

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Peseng, Desa Waje Geseng Kec.Batu
Kliang Utara
Pemilik : bapak samiun
Fasilitator : bapak basit

 Diagnosanya adalah myasis atau belatungan diderah vulva


kambing
 Gejala klinisnya yaitu:
 Terdapat leleran atau cairan yang keluar dari luka yang
mengeluarkan bau yang tidak sedap.
 Terdapat larva atau belatung pada luka
 Alat dan bahan :
 Spuid 3 ml
 Pinset
 Kapas
 gusanex
 Medoxy L
 Penanganan dan pengobatannya
 Restrain ternak dengan kandang jepit
 Menyemprotkan luka dengan gusanex kemudian ulat
akan keluar dengan sendirinya, belatung yang
berangsur-angsur keluar di cabuti dengan pinset hingga
semua belatung bersih tidak tersisa,

22
 Menyemprotkan Medoxy L pada luka dengan
menggunakan spuid 3 ml untuk mencegah infeksi
sekunder pada luka.
 Lalu menyemprotkan kembali luka dengan gusanex.
6. Pelayanan kasus Bovine Evhemeral Fever (BEF)
Bovine evhemeral fever atau yang juga di sebut demam tiga hari
merupkan penyakit viral yang bersifat ringan yang dan di tandai dengan
demam tinggi rasa sakit otot dan pincang (Gambar 9). BEF hanya
menyerang sapi dan kerbau dan tidak dapat menular dan menimbulkan
penyakit pada hewan lain tanpa vektor pembawa. Sapi/kerbau yang
terkena penyakit ini akan sembuh kembali beberapa hari kemudian (2-3
hari). Angka kematian sangat kecil sekali tidak sampai 1% tetapi angka
kesakitan tinggi. Dari segi produksi dan tenaga kerja cukup berarti karena
hewan yang sedang berlaktasi akan turun produksi susunya, dan hewan
pekerja tidak akan mampu bekerja selama 3-5 hari. Gejala utamanya
adalah demam (39° C sampai 42° C).

Gambar 9. Kasus BEF pada sapi

 Keterangan Pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Borok, Desa Darmaji, Kec.Kopang
Pemilik : Bapak Muhibin
Fasilitator : Bapak Noval Amd

 Diagnosa yaitu yaitu BEF atau yang sering disebut dengan demam
tiga hari
 Gejala klinis adalah
 Suhu tubuh tinggi

23
 Ternak lemas
 Pincang pada kaki kiri belakang
 Alat dan bahan :
 Spuid 10 ml
 B12
 Penanganan dan pengobatan
1. dengan injeksi B12 dengan dosis 6 ml secra intramuscular di
daerah triangle pada leher kiri
7. Pelayanan kasus retensi plasenta
Retensi plasenta merupakan gangguan yang sangat umum
terjadi pada sapi perah. Plasenta seharusnya keluar kurang dari 6
jam setelah kelahiran normal. Karena itu retensi lebih dari 6
sampai 12 jam sudah dianggap tidak normal(lihat gambar 10).
Abortus, termasuk yang disebabkan oleh  penyakit infeksius atau
sporadic yang terjadi pada fase akhir kebuntingan dapat berakibat
menjadi retensi plasenta. Hidrops, torsio uteri, kelahiran kembar
dan distokia secara umum dapat meningkatkan terjadinya retensi
plasenta jika dibandingkan dengan partus yang terjadi secara
normal (Divers dan Peek, 2008). Terdapat tiga tahapan melahirkan
normal pada sapi yaitu pelebaran leher rahim (servik) selama 2-6
jam, pengeluaran fetus setengah sampai satu jam dan pengeluaran
plasenta 4-5 jam. Secara normal plasenta pada hewan ternak akan
keluar 6-8 jam sesudah melahirkan apa bila melebihi waktu
tersebut maka ternak dapat di diagosa mengalami retensi plasenta.
Penyebab retensi plasenta sangat kompleks. Beberapa
penyebab retensi plasenta yaitu infeksi yang menyebabkan rahim
lemah untuk berkontraksi, dan induk kurang gerak sehingga otot
rahim tidak kuat untuk berkontraksi. Retensi plasenta pada ternak
dapat terjadi pada kasus abortus setelah bulan ke lima, kesulitan
melahirkan, rahim terputar, rahim berisi cairan, kekurangan
kalsium, ketuaan, eksitasi waktu melahirkan, kelahiran yang
dipaksakan, kegemukan dan defisiensi vitamin A, E dan selenium.

24
Gambar 10. Retensi plasenta pada sapi

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Langke Buek , Desa Dasan Baru, Kec.Kopang
Pemilik : Bapak Muhidin
Fasilitator : Bapak Noval Amd

 Diagnosa retensi plasenta dikarenakan plasenta sapi belum keluar


sepenuhnya sudah lebih dari 8 jam yakni 17 jam
 Gejala klinis adalah
 Terlihat plasenta menggantung di bibir vulva
 Plasenta belum keluar sepenuhnya sudah lebih dari 8 jam
 Alat dan bahan :
 Spuid 10 ml
 Sabun
 air
 B12
 B-kompleks
 Colibak bolus
 Penanganan dan pengobatan
1. Restrain ternak denga kandang jepit
2. Bersihkan sisa darah yang masih menempel pada ternak
dengan sabun

25
3. Setelah bersih tarik sisa-sisa plasenta yang masih belum
keluar yang terlihat pada vulva sampai habis
4. Berikan colibac bolus dengan memasukkannya kedalam
saluran reproduksi dengan perogohan saluran reproduksi
namun terlebih dahulu lumuri tangan dengan sabun sebagai
pelicin pastikan obat tidak keluar lagi.
5. Kemudian bersihkan lagi sisa-sisa darah pada vulva dengan
menggunakan air.
6. Menginjeksi B12 dengan dosis 10 ml secra intramuscular di
daerah triangle pada leher kiri
7. Menginjeksi B-kompleks dengan dosis 10 ml secara
intramuscular di daerah triangle pada leher kanan.

8. Pelayanan penyuntikan hormone pada sapi bali


Penyuntikan hormon adalah suatu pengendalian estrus atau
siklus birahi yang bertujuan untuk merangsang birahi pada ternak
betina (Gambar 11). hormon yang digunakan antara lain adalah
ProstaglandinF2α (PGF2 α) (pertagyl) yang merupakan sebuah
hormon lokal, yang diproduksi oleh endometrium. Dalam fisiologi
reproduksi, PGF2 α memiliki fungsi utama sebagai hormon yang
meriliskan corpus luteum, sehingga dapat mengakhiri periode luteal
dalam siklus estrus. Sehingga fase folikuler dapat segera terjadi,
yang pada ahirnya dapat terjadi ovulasi.
Pemberian hormone bertujuan untuk mempercepat
datangnya birahi

26
G0ambar 11. Penyuntikan hormon pada sapi bali

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Skede, Desa Stiling, Kec. Batu Kliang Utara
Pemilik : Zaenuddin
Fasilitator : Bapak Basit

 Alat dan bahan :


 Spuid 3 ml
 ProstaglandinF2α
 Penanganannya yaitu
 Ternak di resrain dengan kandang jepit
 Lalu di injeksi dengan hormon ProstaglandinF2α dengan dosis 3 ml
secara intramuscular pada daerah triangle leher.
 Hasil penyuntikan dapat di lihat paling lambat tiga hari setelah
penyuntikan.
9. Pelayanan kasus Thelaziasis
Penyakit Thelazia atau penyakit cacing mata pada ternak
merupakan  penyakit cacing mata yang menyerang ternak (sapi,
kerbau, kuda, kambing dan domba). Penyakit Thelazia bisa dijumpai
sepanjang tahun, namun kasus penyakit ini  paling banyak terjadi pada
musim hujan,
Penyebab penyakit cacing mata ini adalah: sejenis cacing
Spirurida dari golongan Thelazia yaitu: Thelazia bulusa, Thelazia

27
lacrimalis dan Thelazia alfortensis yang terdapat dipermukaan
conjunctiva mata

Gambat 12. Kasus thelaziasis pada sapi bali

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Selusuh, Desa Mas-Mas, Kec.Batu Kliang Utara
Pemilik : Bapak Suparman
Fasilitator : Bapak Basit

 Diagnosanya adalah thelaziasis terdapat cacing pada


 Gejala kelinisnya yaitu:
 Mata berair
 Banyak kotoran pada mata
 Ternak kurus
 Ketika kelobapak mata di buka terdapat cacing yang
terlihat seperti benang-benang kecil.
 Alat dan bahan :
 Spuid 3 ml
 Spuid 10 ml
 Medoxy L
 Vitamin B-Kompleks
 Wormzole bolus
 Penanganannya yaitu:
 Ternak di restrain dengan kandang jepit
 Mata sapi di tetesi dengan medoxy L dengan dosis 3 tetes mata
kiri dan 3 tetes mata kanan menggunakan spid 3 ml

28
 Kemudian ternak di berikan wormzole bolus dengan dosisi

bolus di berikan secara peroral


 Kemudian di ijeksikan vitamin B-kompleks untuk menambah
daya tahan tubuh.
10. Pelayanan kasus distokia

Distokia pada sapi adalah suatu keadaan dimana sapi mengalami


kesulitan melahirkan. Kejadian distokia pada sapi diperkirakan sebesar
3,3%; kejadian ini lebih banyak pada ternak sapi perah dibandingkan pada
sapi poton, sehingga menjadi tidak mungkin kembali bagi induk untuk
mengeluarkan fetus kecuali dengan pertolongan manusia. Kasus distokia
umumnya terjadi pada induk yang baru pertama kali beranak, induk yang
masa kebuntingannya jauh melebihi waktu normal, induk yang terlalu
cepat di kawinkan, hewan yang kurang bergerak, kelahiran kembar dan
penyakit pada rahim. Distokia dapat disebabkan oleh faktor induk dan
faktor anak (fetus)

a. Faktor induk
yaitu rahim sobek, luka atau terputar, gangguan pada abdomen
(rongga perut) yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk merejan,
tersumbatnya jalan kelahiran, dan ukuran panggul yang tidak memadai.

b. Faktor fetus/anak
yaitu defisiensi hormon (ACTH/cortisol) ukuran fetus yang terlalu
besar, kelainan P3 (posisi, presentase, dan postur) fetus dalam rahim serta
kematian fetus dalam rahim. Ukuran fetus yang terlalu besar dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang yaitu keturunan, faktor pejantan yang terlalu
besar sedangkan induk kecil, lama kebuntingan, jenis kelamin fetus yaitu
fetus jantan cenderung lebih besar, kebuntingan kembar. Faktor nutrisi
induk juga berperan, yakni pemberian pakan terlalu banyak dapat
meningkatkan berat badan fetus dan timbunan lemak dalam rongga
panggul yang dapat menurunkan efektifitas perejanan.

29
Gambar 13. Distokia pada sapi Bali

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Aik Berik Daya, Desa Aik Berik, Kec.Batu
Kliang Utara
Pemilik : Bapak Saidun
Fasilitator : Bapak Basit

 Diagnosa distokia karena proses partus lebih dari 8 jam


 Gejala klinis
 proses partus lebih dari 8 jam
 ternak gelisah dan mengerang
 setelah dilakukan palapasi rektal diketahui terdapat
abnormalitas posisi,presentasi dan postur ternak dimana
ditemukan presentasi: posterior, posisi: dorsal dan postur
flexy kaki depan.
 Al at dan Bahan :
 Spuid 10 ml
 Air Bersih
 Sabun Mandi
 Sarung Tangan
 Tali Nilon
 Vitamin B-kompleks
 Medoxy L
 Kandang Jepit

30
 Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Lakukn palpasi rektal untuk mengetahui posisi postur serta
presentase fetus
3. Kaki belakang yang mengalami flexi di manipulasi sehingga
lurus dan dapat di tarik keluar dari uterus
4. Setelah kaki belakang keluar kaki ternak di ikat dengan
menggunakan tali nilon
5. Menarik secara perlahan lahan dengan salah seorang petugas
memberikan aba-aba dan mengatur posisi fetus agar mudah
di keluarkan, hingga pedet terlahir.
6. Setelah pedet terlahir kaki belakang pedet di angkat sambil
di goyang-goyangkan untuk mengeluarkan lendir-lendir
yang ada di mulut dan hidung agar tidak menyumbat
pernafasan pedet
7. Setelah fetus keluar induk di injeksi dengan vitamin B-
kompleks dengan dosis 10 ml secara intramuscular di bagian
triangle leher.
8. Di injeksikan juga medoxy L dengan dosis 8 ml dengan cara
intara muscular di bagian triangle leher sapi
11. Pelayanan kasus Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)

Palpasi rektal adalah metode diagnosa kebuntingan yang dapat


dilakukan dengan tepat pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi
(Gambar 14). Dalam hal ini yang ingin dilakukan adalah palpasi rektal
pada umur kebuntingan dini karena metode ini adalah salah satu dari
beberapa metode yang sering dilakukan dan tanpa memakan biaya dan
tenaga yang cukup lama, tetapi yang sering dilakukan adalah palpassi
pada umur kebuntingan tua. Keterampilan untuk menentukan
kebuntingan secara dini sangat perlu untuk dimiliki, dalam hal ini
semakin cepat mengetahui ternak itu bunting atau tidak bunting maka
semakin baik.

31
Gambar 14. Palpasi rektal pemeriksaan kebuntingan

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Antak-Antak, Desa Mas-Mas, Kec.Batu Kliang
Utara
Pemilik : Bapak Sohibun
Fasilitator : Bapak Basit

 Alat dan Bahan :


 Air bersih
 Sabun mandi
 Sarung tangan

 Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Menggunakan sarung tangan lalu lumuri tangan dengan
menggunakan sabun sebagai pelicin tangan
3. Melakukan perogohan rektum keluarkan sisa-sisa feces
yang masih tersisa pada rektum.
4. Melakukan palpasi rektal untuk memeriksa apakah cervic
berada di tengah ruang pelvis atau tidak, apakah terdapat
desiran split pada uterus, apakah terdapat denyutan
pembuluh darah yang menuju fetus pada dinding velvis, dan
apakah cornua uterus simetris atau tidak.

32
 Dan dari hasil pemeriksaan sapi tersebut di diagnosa positif
bunting karena adaanya desiran-desiran cairan split pada uterus.

Adapun daftar obat-obat yang digunakan pada kegiatan pelayanan


kesehatan di Puskeswan Batu Kliang Uatara yaitu sebagai berikut.(Tabel 2)

Tabel 2. Daftar obat obatan yang di gunkan di puskeswan Batu Kliang


Utara
No Nama Obat Keterangan
1 B kompleks Komposisi:Setiap ml obat ternak ini mengandung
vitamin B1, B2, B6,B12, D-panthenol dan
nicotinamida Indikasi Menambah nafsu makan,
Meningatkan daya tahan tubuh, Memperbaiki
kekurangan vitamin, Berfungsi sebagai koenzim
dalam metabolism Dosis Dan Cara Pemakaian
penyuntikan secara i.m. sehari 1x bila perlu.
a. ayam:
- petelur umur 1- 2 bulan/ ayam broiler berat
0,2 – 0,6 kg: 0,2 – 0,4 ml
- petelur umur 2 – 3 bulan/ ayam broiler
berat 0,6 – 1,0 kg: 0,4 – 0,7 ml
- petelur umur lebih dari 4 bulan/ ayam
broiler berat lebih dari 1,5 kg: 1ml
b. sapi:
- anak sapi : 0,05 ml/kg BB.
- sapi dewasa: 0,03 ml/kg BB
c. babi:
- berat 40 kg: 1 – 2 ml
- berat 40 – 75 kg: 2 – 3 ml
- berat lebih dari 75 kg: 3 – 5 ml
d. anjing dan kucing:
- 0,10 ml – 0,50 ml/kg BB

2 B12 Komposisi Tiap ml mengandung : Vitamin B12


(Hydroxycianocobalamin) 100 mcg Indikasi
Untuk mengobati anemia. Mempertahankan
kenormalan proses pembentukan sela darah merah
pada sumsum tulang belakang (hemophoesis).
Menjaga fungsi jaringan otot dan syaraf.
Mempertahankan kenormalan fungsi metabolisme,
pancreas, kesehatan otak. Mempertahankan
kenormalan produksi ovum dan sperma dan
menjaga fertilitas Dosis

33
Sapi: 20 ml / 400 kg BB
Kambing, domba : 5 ml / 50 kg BB
Anjing, kucing, kelinci : 0,5 / 2 kg BB
Dosis umum : 1 ml / 10 kg BB

3 Wormzole bolus adalah sediaan berbentuk bolus yang efektif


membasmi cacing gilik, cacing paru-paru, cacing
pita dan cacing hati pada berbagai stadium di
saluran pencernaan dan pernapasan sapi dan
kerbau Membasmi semua stadium cacing di
saluran pencernaan dan pernapasan pada sapi dan
kerbau

Indikasi
Cacing gilik (nematoda) bentuk telur, larva dan
dewasa
Cacing paru-paru (Dictyocaulus sp., Muellerius
sp.) bentuk larva dan dewasa
Cacing pita (Moniezia sp.) bentuk dewasa
Cacing hati (Fasciola sp.) bentuk dewasa
mengandung Albendazole yang merupakan derivat
Benzimidazole yang bekerja dengan cara menghambat
enzim fumarat reduktase. Akibat terhambatnya kerja
enzim tersebut, cacing tidak mampu menghasilkan
energi sehingga mengalami paralisis (lumpuh) dan
akhirnya mati.
4 Medoxy L Medion Bentuk Sediaan Larutan steril untuk
injeksi Komposisi Setiap ml mengandung
Oxytetracycline 50 mg, Lidocaine HCl 2 % b/v
Indikasi Unggas CRD, Korisa, Kolera, Infeksi
bakteri Gram (-) dan Gram (+) yang resisten
terhadap penicillin. Hewan besar (sapi, kuda,
kerbau, domba, kambing dan babi) Pneumonia,
Septicemia epizootica, Leptospirosis, Anthrax,
Foot rot, Bacterial enteritis, Metritis, Mastitis, Calf
scours, Anaplasmosis, Erysipelas (Diamond skin
disease), Scours pada anak babi, infeksi karena
luka dan sebagainya, Hewan kecil (anjing, kucing)
Distemper complex, infeksi saluran pencernaan
dan pernapasan, Leptospirosis dan infeksi karena
luka. Dosis dan Cara Pemakaian disuntikkan
secara intra musculer atau subcutan
5 Novaldon Komposisi:
Tiap ml mengandung Metampiron 250 mg
Piramidon 50 mg
Lidocain 15 mg

Indikasi:

34
Antipiterik, analgesik, antiinflamasi, dan
spasmolitik pada kolik intestinal Kontra Indikasi
Hewan yang menderitan penyakit jantung, hati,
ginjal

Peringatan:
Jangan dibapakai pada hewan pacu 3-5 hari
sebelum lomba
Jangan diberikan bersama dengan fenilbutazon
dan klorpromazin

Dosis Dan Cara Pemakaian:


Melalui injeksi Intra Muskuler
Sapi, kuda 10-20 ml per ekor
Domba, kambing 3-5 ml per ekor
Anjing,kucing 1-2 ml per ekor
Gusanex Pembasmi larva screw worm dan obat luka.
Mengandung DICLOVENTION 1%
INDIKASI
1. mengobati luka
2. membasmi larva (belatung)
CARA PEMAKAIAN
1. Luka dibersihkan dengan seksama
2. Semprot luka sampai bagian dalam untuk
menghindari inveksi
3. semprotkan sedikit gusanex pada daerah 
bawah  luka
4. penyemprotan dilakukan pada jarak +10 cm
dari luka
5. Penyemprotan dilakukan 3 - 7 hari sampai
luka sembuh
Ternak yang baru lahir pusarnya juga dapat
disemprotkan gusanex.
warna biru gusanex memudahkan penandaan luka
yang sudah diobati.
PERINGATAN
1. hindarkan dari jangkauan anak-anak,.
2. hindari penyemprotan pada bagian mata
atau hidung.
3. jangan digunakan di dekat api.
4. simpan dibawh temperatur 49 derjat
celcius.
5. kaleng gusanex jangan di buang ke dalam
api/ tempat pembuangan
6 Colibac bolus Formula khusus colibact bolus merupakan

35
kombinasi dari Sulfadiazine & Trimethoprim
dalam bentuk bolus yang sinergis dengan daya
kerja bakterisidal yang sangat efektif terhadap
bakteri Gram-positif dan Gram-negatif seperti:
Staphylococcus spp., Streptococcus spp., Bacillus
antracis, E.coli, Corynebacterium pyogenes,
Haemophilus spp., Pasteurella spp., Klebsiella
spp., Salmonella spp., Bordetella bronchiseptica,
dll.
INDIKASI: 1) Melindungi uterus terhadap infeksi
terhadap infeksi bakteri (endometritis, metritis). 2)
mengobati infeksi saluran pernafasan. 3)
Mengobati infeksi saluran pencernaan.
KOMPOSISI: Tiap Bolus mengandung:
Sulfadiazine (1000 mg), Trimethoprim (200 mg)
Dosis dan Cara pemakaian:
Intra-uterine (setelah melahirkan):
Sapi dan kuda: 2 bolus
Babi, kambing dan domba: 1 bolus
PERHATIAN: Pemotibfab dapat dilaksanakan 3
hari setelah pemberian COLIBACT bolus
dihentikan.

7 Injectamin merupakan kombinasi vitamin larut lemak dan


larut air yang diformulasikan secara khusus dalam
bentuk larutan injeksi. Vitamin merupakan zat
katalisator esensial yang sangat baik untuk
memulihkan dan menjaga stamina tubuh hewan.

Tiap ml mengandung :

Vitamin A 50.000 IU
Vitamin D3 10.000 IU
Vitamin E 10 IU
Vitamin B2 5 mg
Vitamin B6 3 mg
Vitamin B12 10 meg
Nicotinamide 35 mg
d-Panthenol 25 mg

Indikasi
Mencegah dan mengobati defisiensi vitamin pada
seluruh hewan seperti:
-Gangguan pertumbuhan.
-Gangguan pencernaan (bukan infeksi bakteri).
-Gangguan reproduksi dan otot.
-Proses penyembuhan penyakit karena infeksi
bakteri atau infestasi parasit.

36
-Kelemahan pada hewan yang baru dilahirkan dan
anemia.
-Kelemahan secara umum karena perubahan iklim,
transportasi,
setelah melahirkan dan Iain-Ia in.
8 Streptomicin
Streptomycin adalah antibiotik golongan
aminoglikosida yang memiliki spektrum kerja
yang menengah. Spektrum kerja streptomycin
meliputi bakteri bacillus Gram negatif seperti
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae,
dan Enterobacter sp. Streptomycin dapat
digunakan untuk mengatasi sejumlah infeksi
seperti tuberkulosis (TBC), radang pada
endokardium jantung (endokarditis), tularemia,
wabah pes, meningitis, bakteremia, pneumonia,
brucellosis, dan infeksi saluran kemih.

3.2 Puskeswan UPTD Pemenang


UPTD Puskeswan Pemenang adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT)
dibidang kesehatan hewan di Kecamatan Pemenang dalam bidang
pelayanan kesehatan dan tanaman di Kabupaten Lombok utara. Adanya
puskeswan mempunyai tugas pokok yaitu meliputi pencegahan penyakit,
pemeriksaan rutin, pengobatan dan pemberantasan penyakit. Melakukan
kegiatan pelayanan kesehatan hewan diwilayah kerjanya, melakukan
konsultasi veteriner dan penyuluhan pada bidang kesehatan hewan dan
memberikan surat keterangan Dokter Hewan guna untuk meningkatkan
populasi dan produktifitas ternak. Adapun sistem pelayanan yang
digunakan yaitu

a. Sistem pelayanan semi aktif yaitu memberikan pelayanan kepada peternak


setelah ada laporan atau permintaan dari peternak.
b. Sistem pelayanan aktif yaitu memberikan pelayanan kesehatan dengan
melakukan kunjungan rutin ke Wilayah kerja Pusksewan secara terjadwal.

Puskeswan Pemenang memlilki wilayah kerja yang cukup luas


mencakup desa Pemenang Barat, Pemenang Timur, Desa Malaka, Dan Gili

37
Indah yang mencakup 3 Gili yakni Gili Terawangan, Gili Air, Dan Gili
Meno.

Rangkaian kegiatan di UPTD Kesehatan Hewan Pemenang yaitu:

A. Pelayana aktif
Merupakan pelayanan yang di lakukan dengan berkunjug ke peternak
adapun pelayanan aktif yang di lakukan selama PKL ini adalah :

1. Penyuluhan tentang managemen peternakan


Penyuluhan merupakan salah satu program dari UPTD pemenang
baik dalam bidang peternakan maupun dalam bidang pertanaian.
Kegiatan penyuluhan di lakukan dengan mengunjungi kelompok-
kelompok tani maupun ternak yang berada di seluruh wilayah kerja
UPTD pemenang (Gambar 15).

Gambar 15. Kegiatan penyuluhan UPTD Puskeswan Pemenang


 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Pemenang, Desa Kolon Tanjung, Kec.Pemenang
Pemilik : Kelompok Ternak Menggala
Fasilitator : Tim UPTD Pemenang

 Alat dan Bahan :


 Materi penyuluhan tentang manajemen pemeliharaan ternak
yang baik
 Penanganan

38
Pada kegiatan ini mahasiswa beserta tim UPTD pemenang
menyampaikan materi tetang manajemen pemeliharaan ternak
yang baik yaitu tentang. Managemen kandang, managemen pakan,
managemen kesehatan hewan, serta materi tentang beberapa
penyakit-penyakit yang sering di temui di lingkungan peternakan
yang mengakibatkan kerugian pada peternak.

2. Posyandu hewan
Dalam hal pelayanan kesehatan UPTD puskeswan pemenang
memiliki perogram posyandu hewan yang rutin di lakukan satu kali
dalam satu minggu dalam rangka pengontrolan kesehatan hewan
(Gambar 16). Program posyandu ini dilakukan dengan mengunjungi
desa-desa yang berada dalam lingkup wilayah kerja UPTD Pemenang
untuk memberikan pelayaan kesehatan gratis.

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun tembango bolot, Desa kolon tanjung, kec.pemenang
Pemilik : kelompok ternak tembango bolot
Fasilitator : tim UPTD pemenang

Gambar 16. Kegiatan posyandu puskeswan UPTD pemenang

 Alat dan Bahan :


 Spuid 10 ml
 Spuid 3 ml
 Hormon gonadotrophin
 Vitamin B-kompleks

39
 Albendazole 16% pasta
 Gusanex
 Alkohol
 Penanganan
Adapun kegiatan pelayanan kesehatan kegiatan posyandu UPTD
puskeswan pemenang dirangkum dalam tebel sebagai berikut (lihat
Tabel 3).

Tabel 3. Data posyandu hewan di puskeswan pemenang

No Nama peternak Jumlah Jenis pelayanan Obat yang di


ternak berikan
(ekor)
1 Mamiq. Hanan 3 Sutik sehat Vitamin B-
Pemberian obat cacing Kompleks,
dan penyemprotan luka Albendazole 16%
pasta
Gusanex
2 Bapak. Aprian 2 Suntik sehat Vitamin B-
Kompleks
3 Bapak. 3 Suntik sehat dan Vitamin B-
Alimuddin pengobatan luka kompleks
Gusanex
4 Bapak. Saepuddin 3 Suntik hormon dan Vitamin B-
suntik sehat Kompleks
Pemberian
hormon
gonadotrophin
5 Mq. Saefullah 2 Suntik sehat dan Vitamin B-
pemberian hormon Kompleks
Pemberian
hormon
gonadotrophin
6 Bapak. Edet 4 Pemberian obat cacig Vitamin B-
Dan pengobata luka Kompleks
7 Amak. Zaenal 4 Suntik sehat dan sunik Vitamin B-
hormon Kompleks
Pemberian
hormon
gonadotrophin

B. Pelayanan semi aktif


1. Retensi plasenta

40
Retensi plasenta merupakan gangguan yang sangat umum terjadi
pada sapi perah. Plasenta seharusnya keluar kurang dari 6 jam setelah
kelahiran normal. Karena itu retensi lebih dari 6 sampai 12 jam sudah
dianggap tidak normal (Gambar 17). Abortus, termasuk yang
disebabkan oleh  penyakit infeksius atau sporadic yang terjadi pada fase
akhir kebuntingan dapat berakibat menjadi retensi plasenta. Hidrops,
torsio uteri, kelahiran kembar dan distokia secara umum dapat
meningkatkan terjadinya retensi plasenta jika dibandingkan dengan
partus yang terjadi secara normal (Divers dan Peek, 2008). Terdapat
tiga tahapan melahirkan normal pada sapi yaitu pelebaran leher rahim
(servik) selama 2-6 jam, pengeluaran fetus setengah sampai satu jam
dan pengeluaran plasenta 4-5 jam. Secara normal plasenta pada hewan
ternak akan keluar 6-8 jam sesudah melahirkan apa bila melebihi waktu
tersebut maka ternak dapat di diagosa mengalami retensi plasenta.

Gambar 17. Pelayanan kasus retensi plasenta pada sapi bali

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : DusunTembikar , Desa Jonggala , Kec. Tanjung
Pemilik : Bapak Rian
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt

 Diagnosa retensi plasenta dikarenakan plasenta sapi belum keluar


sepenuhnya sudah lebih dari 8 jam yakni 22 jam
 Gejala klinis adalah
 Terlihat plasenta menggantung di bibir vulva

41
 Plasenta belum keluar sepenuhnya sudah 22 jam dari pasca
partus
 Alat dan Bahan :
 Air bersih
 Sabun colek
 Spuid 10 ml
 Gusanex
 Vitamin B-Kompleks
 Medoxy L
 Kandang jepit

 Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. lumuri tangan dengan menggunakan sabun sebagai pelicin
tangan
3. lakukan perogohan saluran repoduksi lalu tarik plasenta sambil
mengupas kotiledon yang masih belum keluar hingga dirasa
sebagian besar sudah keluar( Gambar 17)
4. bersihkan sisa-sisa darah pada vulva dengan menggunakan air
bersih
5. menginjeksikan vitamin B-kompleks dengan dosis 7 ml dengan
injeksi intramuscular pada bagian triangle leher sapi untuk
memulihkan kembali kondisi tubuh ternak dan mempercepat
proses kesembuhan.
6. injeksikan medoxy L dengan dosisi 7 ml secara intramuscular
pada daerah pinggul sapi untuk mencegah infeksi sekunder
7. semprotkan gusanex pada vulva untuk menghindari investai
lalat.
2. Penangnan Kasus Bofine Efhemeral Fiver ( BEF )
Bovine evhemeral fever atau yang juga di sebut demam tiga hari
merupkan penyakit viral yang bersifat ringan yang dan di tandai dengan
demam tinggi rasa sakit otot dan pincang (Gambar 18). BEF hanya

42
menyerang sapi dan kerbau dan tidak dapat menular dan menimbulkan
penyakit pada hewan lain tanpa vektor pembawa. Sapi/kerbau yang
terkena penyakit ini akan sembuh kembali beberapa hari kemudian (2-3
hari). Angka kematian sangat kecil sekali tidak sampai 1% tetapi angka
kesakitan tinggi. Dari segi produksi dan tenaga kerja cukup berarti
karena hewan yang sedang berlaktasi akan turun produksi susunya, dan
hewan pekerja tidak akan mampu bekerja selama 3-5 hari. Gejala
utamanya adalah demam (39° C sampai 42° C).

Gambar 18. Penanganan BEF

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Karang Kates Tmur , Desa Karang Kates, Kec.
Tanjung
Pemilik : Bapak Suhedi
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt

 Diagnosa yaitu BEF atau yang sering disebut dengan demam tiga
hari
 Gejala klinis adalah
 Nafsumakan turun
 Hidung kering
 Suhu tubuh panas
 Kaki kiri depan pincang
 Alat dan Bahan :
 Spuid 10 ml

43
 Medoxy L
 Vitamin B-kompleks
 Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Injeksikan Vitamin B-kompleks dengan dosis 7 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kiri
3. Injeksi novaldon dengan dosis 6 ml secara intramuscular pada
bagian triangle leher kanan.

3. Penanganan Kasus scabies pada kambing

Scabies (Gambar 19) adalah penyakit pada ternak yang dikenal


oleh masyarakat petani, peternak di sebut kudis penyakit scabies
bersifat zoonsa, artinya dapat menular ke manusia. Ternak yang
terserang penyakit ini akan mengalami penurunan kondisi tubuh
terutama berat badan, penurunan kualitas daging/ karkas kerusakan dan
penuruan nilai kulit. Penyakit ini di sebabkan oleh Chori-optes bovis
sedangkan pada kambing di sebabkan oleh psoroptes ovis. Cara
penularan penyait ini terjadi apabila ada kontak langsung antara ternak
sakit dan ternak sehat atau melalui peralatan kandang yang tercemar.

Gambar 19. Penanganan kasus scabies

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Karang Atas , Desa Gondang , Kec. Gangga
Pemilik : Bapak Muhammad Asraf

44
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt

 Diagnosa scabies adanya kropeng di daerah telinga dan leher yang


diseatai gatal.
 Gejala klinis adalah
 Adanya kropeng pada telinga leher dan anggota tubuh lain
 Semua populasi kambing yang berada dalam kandang yang
sama sudah tertular.
 Bulu rontok
 Alat dan Bahan :
 Spuid 1 ml
 Wormectin

 Penanganan :

1. Restrain kambing dengan memegang tali lehernya

2. Injeksikan wormectin secara subcutan/dibawah kulit dengan


dosis 1 ml pada bagian kulit dekat leher(Gambar 19).

4. Pelayanan suntik sehat pada sapi bali


Pemberian vitamin B-kompleks merupakan salah satu cara untuk
mencegah kekurangan vitamin B pada unggas, sapi, kuda, atau babi.
Selain itu juga dapat meingkatkan daya tahan tubuh dan juga memper
cepat proses kesembuhan dari infeksi.
Pemberian antibiotik medoxy L bertujuan untuk mengatisipasi
infeksi sekunder akibat bakteri pada ternak.

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Desa gondang , kec. gangga
Pemilik : bapak arsat
Fasilitator : bapak sofian S.Pt
 Alat dan Bahan :

 Spuid 10 ml

45
 Medoxy L
 Vitamin B-kompleks

 Penanganan
1. Restrain sapi dengan mengikat kepala ternak pada tiang
kandang
2. Injeksikan Vitamin B-kompleks dengan dosis 7 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kiri untuk menigkat
kan daya tahan tubuh
3. Injeksikan antibiotik medoxy L dengan dosis 7 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kiri mengantisipasi
infeksi terhadap bakteri.
5. Inseminasi Buatan (IB)
Inseminasi Buatan (IB) adalah salah satu teknologi reproduksi
yang mampu dan telah berhasil untuk meningkatkan perbaikan mutu
genetik ternak, sehingga dalam waktu pendek dapat menghasilkan anak
dengan kualitas baik dalam jumlah yang besar dengan memanfaatkan
pejantan unggul sebanyak- banyaknya (Gambar 20). Inseminasi Buatan
ini sangat kontras dengan keberhasilan Transfer Embrio didalam
perbaikan mutu genetik. Perbaikan mutu genetik menggunakan IB pada
sapi perah dapat digunakan sebagai progeni tes untuk menghasilkan
pejantan unggul yang dapat dimanfaatkan menghasilkan spermatozoa
salah satunya berdasar pada seleksi ukuran testisnya. Secara umum IB
berfungsi untuk :
1. Perbaikan mutu genetik
2. Pencegahan penyakit menular
3. Rekording lebih akurat
4. Biaya lebih murah
5. Mencegah kecelakaan yang disebabkan oleh pejantan.
IB dapat difasilitasi dengan menggunakan sinkronisasi estrus dan dapat
dilakukan pengaturan jenis kelamin dengan pemanfaatan pemisahan
spermatozoa X dan Y (Ax et al., 2008; Susilawati, 2000).
Kelemahan dari IB jika tidak dikelola dengan baik adalah:

46
a. Bila seleksi pejantan salah maka bisa menyebarkan sifat jelek
b. Membutuhkan ketrampilan yang tinggi dari Balai Inseminasai
Buatan,Penyimpanan selama transport, Inseminator juga
peternaknya.
c. Bisa menghilangkan sifat bangsa lokal dalam waktu yang cepat.

 Tujuan inseminasi buatan yakni :


 Memperbaiki mutu genetik ternak
 Tidak mengharuskan pejantan unggul dibawa ke tempat
pengawinan sehingga lebih menghemat biaya
 Penggunaan bibit pejantan unggul lebih optimal dan dapat
di simpan dalam jangka waktu yang lama
 Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
 Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.

Gambar 20. Pelayanan inseminasi buatan


 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Sire , Desa Singgar Penjalin , Kec. Tanjung
Pemilik : Bapak Mujtahidin
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt

 Tanda tanda birahi adalah


 Terlihat cairan mocus pada vulva
 Ternak gelisah dan kurang nafsu makan
 Bibir vulva terlihat memerah

47
 Alat dan Bahan :
 Strow
 Kandaang jepit
 Air
 AI Gun
 Pastik sheet
 Glove
 Gunting
 Tisu
 Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Melumuri tangan dengan menggunakan sabun sebagai pelicin
tangan
3. Melakukan palpasi rektal temukan cervic(lihat gambar 20)
4. Memasukkan gun lewat vagina dengan tangan kiri yang masih
berda di dalam rektum tuntun ujung AI Gun memasuki cin-cin
cervic minnimal 1 cin-cin
5. Menyemprotkan semen atau sperma
6. Setelah selesai mencuci tangan hingga bersih dengan sabun
6. Penanganan Kasus Miasis Pada Kambing
Myasis atau belatungan adalah infestasi larva lalat ke dalam suatu
jaringan hidup hewan berdarah panas termasuk manusia. Penyakit ini
sering ditemukan pada negara-negara tropis, terutama di masyarakat
golongan ekonomi rendah. Diantara lalat penyebab myasis di dunia,
lalat Chrysomya bezziana mempunyai nilai medis yang penting karena
bersifat obligat parasit dan menyebabkan kerugian ekonomis.
Beberapa kasus myasis yang terjadi pada manusia dan hewan di
Indonesia disebabkan oleh infestasi larva C. bezziana atau bercampur
dengan Sarcophaga sp. Sulawesi, Sumba Timur, Pulau Lombok,
Sumbawa, Papua dan Jawa telah dilaporkan sebagai daerah endemik
myasis. Kasus myasis pada hewan sering terjadi akibat pasca partus
myasis vulva (Gambar 21). yang diikuti oleh pemotongan tali pusar

48
anaknya (myasis umbilikus) atau akibat luka traumatika sedangkan pada
manusia banyak dilaporkan akibat luka-luka baru yang dibiarkan atau
luka kronis seperti kusta, diabetes dan lain-lain. Disamping itu, lubang-
lubang alami tubuh seperti hidung, mata, telinga atau mulut juga
menjadi pintu masuk.

Gambar 21. Pelayanan miasis pada kambing

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Kelok Dalem, Desa Medana, Kec. Tanjung
Pemilik : Bapak Arsat
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt

 Diagnosa miasis karena di temukannya larva pada daerah luka


kambing
 Gejala klinis adalah
 Terdapat larva pada luka
 Luka mengeluarkan cairan yang bercampur dengan darah dan
berbau busuk
 Alat dan Bahan :
 Kandang jepit
 Kapas
 Pinset
 Kain
 Gusanex
 Medoxy L

49
 Vitamin B-Kompleks
 Penanganan
1. Restrain kambing dengan kandang jepit
2. Semprotkan gusanex pada luka agar larva keluar satu persatu
3. Ambil satu persatu larva dengan menggnakan pinset hingga
besrih gunakan kapas untuk menyerap darah yang terdapa pada
luka untuk mempermudah dalam menemukan larva.
4. Setelah larva sudah di angkat semua semprot kapas dengan
guanex untuk menutup lubang-lubang pada luka agar tidak di
hinggapi lalat dan untuk membunuh larva-larva apabila masih
ada yang tersisa
5. Kemudian tutup luka dengan kain bersih agar luka tidak di jilat
oleh kambing
6. Injeksikan Vitamin B-Kompleks dengan dosis 4 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kanan
7. Injeksikan medoxy L dengan dosis 3 ml secara intramuscular
pada bagian triangle leher kiri
7. Pelayanan pemeriksaan kebuntingan (PKB) pada sapi bali
Palpasi rektal adalah metode diagnosa kebuntingan yang dapat
dilakukan dengan tepat pada ternak besar seperti kuda, kerbau dan sapi
(Gambar 22). Dalam hal ini yang ingin dilakukan adalah palpasi rektal
pada umur kebuntingan dini karena metode ini adalah salah satu dari
beberapa metode yang sering dilakukan dan tanpa memakan biaya dan
tenaga yang cukup lama, tetapi yang sering dilakukan adalah palpassi
pada umur kebuntingan tua. Keterampilan untuk menentukan
kebuntingan secara dini sangat perlu untuk dimiliki, dalam hal ini
semakin cepat kita mengetahui ternak itu bunting atau tidak bunting
maka semakin baik.

50
Gambar 22. Pemeriksaan kebuntingan

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : DusunKandang Kaoq , Desa Tanjung , Kec. Tanjung
Pemilik : Bapak Sanito
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt
 Alat dan bahan
 Air bersih
 Sabun mandi
 Sarung tangan

 Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Menggunakan sarung tangan lalu lumuri tangan dengan
menggunakan sabun sebagai pelicin tangan
3. Melakukan perogoha rektum keluarkan sisa-sisa feces yang masih
tersisa pada rektum.
4. Melakukan palpasi rektal untuk memeriksa apakah cervic berada
di tengah ruang pelvis atau tidak, apakah terdapat desiran split
pada uterus, apakah terdapat denyut pembuluh darah menuju fetus
pada dinding velvis dan apakah cornua uterus simetris atau tidak.
 Dan dari hasil pemeriksaan sapi tersebut di diagnosa positif bunting
karena adanya denyut pembuluh darah yang menuju fetus pada
dinding ruang pelvis.
8. Penanganan kasus distokia
Distokia pada sapi (Gambar 23) adalah suatu keadaan dimana sapi
mengalami kesulitan melahirkan. Kejadian distokia pada sapi
diperkirakan sebesar 3,3%; kejadian ini lebih banyak pada ternak sapi

51
perah dibandingkan pada sapi poton, sehingga menjadi tidak mungkin
kembali bagi induk untuk mengeluarkan fetus kecuali dengan
pertolongan manusia. Kasus distokia umumnya terjadi pada induk yang
baru pertama kali beranak, induk yang masa kebuntingannya jauh
melebihi waktu normal, induk yang terlalu cepat di kawinkan, hewan
yang kurang bergerak, kelahiran kembar dan penyakit pada rahim.
Distokia dapat disebabkan oleh faktor induk dan faktor anak (fetus )

Gambar 23. Penanganan kasus distokia

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Sembaro Desa Sambik Bangkol, Dusun Gangga
Pemilik : Bapak Minardi
Fasilitator : Bapak Sofian SPt

 Diagnosa : distokia karena proses partus sudah lebih dari 8 jam


yakni 10 jam
 Gejala klinis
 Proses partus sudah lebih dari 8 jam
 Ternak gelisah dan mengerang dan terus merejan
 Setelah dilakukan palapasi rektal diketahui terdapat
abnormalitas posisi, presentasi dan postur ternak dimana
ditemukan postur flexy kaki depan. serta ukuran fetus yang
cukup besar
 Alat dan Bahan :
 Spuid 10 ml
 Air bersih

52
 Sabun mandi
 Tali kain bersih
 Medoxy L
 Kandang jepit

 Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Melakukan palpasi rektal untuk mengetahui posisi postur serta
presentase fetus
3. Kaki depan yang mengalami flexi di manipulasi dengan
mendorong fetus masuk kemudian kakinya di luruskan hingga
dapat di tarik keluar dari uterus
4. Setelah kaki belakang keluar kaki ternak di ikat dengan
menggunakan tali kain yang sudah di siapkan
5. Melakukan perogohan servik untuk memasang tali pada kepala
fetus yang di kaitkan di belakang telinga fetus
6. Menarik secara perlahan lahan dengan salah seorang petugas
memberikan aba-aba dan mengatur posisi fetus agar mudah di
keluarkan, hingga pedet terlahir.
7. Setelah pedet terlahir kaki belakang pedet di angkat sambil di
goyang-goyangkan untuk mengeluarkan lendir-lendir yang ada
di mulut dan hidung agar tidak menyumbat pernafasan pedet
8. Di injeksikan juga medoxy L 14 ml dengan dosis 7 ml di
bagian triangle leher kiri sapi, dan 7 ml di bagian triangle leher
kanan sapi, dengan cara intramuscular.
9. Penanganan kasus enritis
Enteritis adalah salah satu gangguan pencernaan yang sering
menyerang hewan kesayangan. Penyakit ini merupakan suatu kondisi
medis yang ditandai dengan terjadinya peradangan pada mukosa usus
yang menimbulkan gangguan fungsi pada usus dimana peristaltik dan
sekresi usus meningkat namun fungsi dan absorpsi usus berkurang
sehingga menimbulkan gejala klinis berupa diare (Gambar 24).

53
Enteritis primer maupun sekunder ditandai dengan penurunan
nafsu makan, menurunnya kondisi tubuh, dehidrasi dan diare. rasa
sakit akibat dari radang usus atau enteritis bervariasi jenisnya,
tergantung pada jenis hewan yang menderita serta derajat radang yang
di deritanya. Radang usus biasanya terjadi bersamaan dengan gastritis
diebut dengan gastroentritis (Subronto, 2007).

Gambar 24. Penanganan kasus entritis

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : Dusun Orong Lauk , Desa Orong Lauk , Kec. Gangga
Pemilik : Bapak Jumadil
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt

 Gejala klinis adalah


 Feses encer dan agak berlendir
 Anoreksia
 Ternak lemas
 Alat dan Bahan :
 Spuid 10 ml
 Sulfa strong
 Vitamin B-kompleks
 Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Menginjeksikan sulfa strong dengan dosis 4 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kiri

54
3. Menginjeksikan Vitamin B-kompleks dengan dosis 4 ml secara
intramuscular pada bagian triangle leher kanan
10. Penanganan kasus prolapsus uterus
Prolapsus atau pembalikan uterus sering terjadi segera sesudah
partus dan jarang terjadi beberapa jam setelah itu. Predisposisi terhadap
prolapsus uteri adalah pertautan mesometrial yang panjang, uterus yang
lemas, atonik, dan mengendur, retensio secundinarum terutama pada
apeks uterus bunting, dan relaksasi pelvis dan daerah peritoneal secara
berlebihan. Pada sapi perah prolapsus uteri sering terjadi pada hewan
yang selalu dikandangkan dan melahirkan di kandang dengan bagian
belakang lebih rendah daripada bagian depan. Penarikan bapaksa
memakai tenaga berlebihan menyebabkan ketegangan sesudah
pertolongan distokia. Prolapsus sering terjadi pada sapi perah yang
sering melahirkan (Gambar 25).

Gambar 25. Penanganan kasus prolap

 Keterangan pelaksanaan :
Lokasi : DusunBengkoang , Desa Teloq Anjor , Kec. Tanjung
Pemilik : Bapak Madi
Fasilitator : Bapak Sofian S.Pt

 Diagnosa prolapsus uterus dikarenakan keluarnya dinding uterus


dari vagina
 Gejala klinis adalah
 keluarnya dinding uterus dari vagina
 Alat dan Bahan :

55
 Air bersih
 Jarum jahit karung
 Kabel tembaga
 Kapas
 Tang
 Kain
 Pinset
 Gusanex
 Medoxy L
 Penanganan
1. Restrain sapi dengan kandang jepit
2. Membersihkan kotoran, pada dinding uterus yang keluar
dengan menggunakan air bersih
3. Mendorong dinding uterus yang keluar lewat vagina degan
menggunakan tangan hingga masuk kemudian reposisi posisi
dinding uterus seperti semula.
4. Menjahit bibir vagina dengan menggunakan kabel tembaga
dengan pola jahitan sederhana terputus jahit dengan 2 jahitan
saja
5. Menyemprot bekas jahitan menggunakan gusanex agar tidak
di hinggapi lalat
6. Di injeksikan juga medoxy L 10 ml denga dosis 5 ml di
bagian triangle leher kiri sapi, dan 5 ml di bagian triangle
leher kana sapi, dengan cara intara muscular
7. Perawatan di lakukan dengan menempat kan ternak pada
kandang jepit dengan lantai pada kaki belakang harus lebih
tinggi dengan lantai kaki depan.
8. Jahitan bisa di buka kembali secara bertahap setelah 2
minggu.
Daftar yang di gunakan pada pelayanan di Puskeswan UPTD pemenang
disajikan pada Tabel 4.

56
Tabel 4. Daftar obat-obatan yang di gunakan di UPTD puskeswan pemenang

NO NAMA OBAT KETERANGAN


1 Medoxy L Medion Bentuk Sediaan Larutan steril untuk injeksi
Komposisi Setiap ml mengandung Oxytetracycline 50
mg, Lidocaine HCl 2 % b/v Indikasi Unggas CRD,
Korisa, Kolera, Infeksi bakteri Gram (-) dan Gram (+)
yang resisten terhadap penicillin. Hewan besar (sapi,
kuda, kerbau, domba, kambing dan babi) Pneumonia,
Septicemia epizootica, Leptospirosis, Anthrax, Foot
rot, Bacterial enteritis, Metritis, Mastitis, Calf scours,
Anaplasmosis, Erysipelas (Diamond skin disease),
Scours pada anak babi, infeksi karena luka dan
sebagainya, Hewan kecil (anjing, kucing) Distemper
complex, infeksi saluran pencernaan dan pernapasan,
Leptospirosis dan infeksi karena luka. Dosis dan Cara
Pemakaian disuntikkan secara im atau sc
2 B kompleks Komposisi Setiap ml obat ternak ini mengandung
vitamin B1, B2, B6,B12, D-panthenol dan
nicotinamida Indikasi Menambah nafsu makan,
Meningatkan daya tahan tubuh, Memperbaiki
kekurangan vitamin, Berfungsi sebagai koenzim dalam
metabolism Dosis Dan Cara Pemakaian penyuntikan
secara i.m. sehari 1x bila perlu.
a. ayam:
- petelur umur 1- 2 bulan/ ayam broiler berat 0,2
– 0,6 kg: 0,2 – 0,4 ml
- petelur umur 2 – 3 bulan/ ayam broiler berat
0,6 – 1,0 kg: 0,4 – 0,7 ml
- petelur umur lebih dari 4 bulan/ ayam broiler
berat lebih dari 1,5 kg: 1ml
b. sapi:
- anak sapi : 0,05 ml/kg BB.

57
- sapi dewasa: 0,03 ml/kg BB
c. babi:
- berat 40 kg: 1 – 2 ml
- berat 40 – 75 kg: 2 – 3 ml
- berat lebih dari 75 kg: 3 – 5 ml
d. anjing dan kucing:
- 0,10 ml – 0,50 ml/kg BB

3 Sulfa stroong Indiksi : Sebagai pengobatan pada penyakit infeksi


secara umum, ternak : pneumonia, bronchitis,
laryngitis, arthritis, mastitis, peuperal fever, dysentri.
Unggas : coccidiosis, cholera, pullorum, diphteria dan
penyakit lain yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang peka terhadap sulfa.
Setiap ml mengandung:
Sulfadiazin Sodium ——- 78,3 mg
Sulfadimidin Sodium —— 78,3 mg
Sulfamerazine Sodium —– 78,3 mg
Diberikan melalui suntikan intramuskuler atau
intravena pelan :
Anak babi (0 – 8 minggu) : 0,5 – 3 ml
Anak babi (2 – 6 bulan) : 3 – 5 ml
Anak babi (> 6 bulan) : 5 – 10 ml
Sapi, kuda : 15 – 30 ml
Anak kuda/sapi, kambing, domba : 3 – 10 ml
Anak domba/kambing, anjing, kucing, kelinci : 0,5 – 3
ml
Ayam/itik : 0,25 – 1 ml
Angsa, kalkun : 0,5 – 3 ml
Merpati : 0,03 – 1 ml
4 Gusanex spray Komposisi Mengandung DICLOVENTION 1% ww
Indikasi mengobati luka, membasmi larva (belatung)
Cara Pemakaian Luka dibersihkan dengan seksama,
Semprot luka sampai bagian dalam untuk menghindari
inveksi, semprotkan sedikit gusanex pada daerah 
bawah  luka, penyemprotan dilakukan pada jarak +10
cm dari luka, Penyemprotan dilakukan 3 - 7 hari
sampai luka sembuh, Ternak yang baru lahir pusarnya
juga dapat disemprotkan gusanex. warna biru gusanex
memudahkan penandaan luka yang sudah diobati.
Peringatan hindarkan dari jangkauan anak-anak,
hindari penyemprotan pada bagian mata atau hidung,
jangan digunakan di dekat api, simpan dibawh
temperatur 49 derjat celcius, kaleng gusanex jangan di

58
buang ke dalam api/ tempat pembuangan.
5 wormectin INDIKASI:
Mengobati penyakit yang disebabkan oleh parasit luar
(Scabies, Kutu, Caplak, Tungau, dan Insekta
lainnya).Tiap ml mengandung 22,23
dihydroavermectin B1a dan 22,23 dihydroavermectin
B1b yang merupakan senyawa kimia yang di hasilkan
oleh Streptomyches avermitilis melalui proses
fermentasi. Senyawa ini memiliki aktivitas sebagai
antelmitik yang bekerja dengan cara menghambat
penerimaan impuls saraf oleh sel saraf lain atau otot,
yang akibatnya nematoda atau extoparasit mengalami
paralisis dan akhirnya mati. Wormectin merupakan
obat Penyakit luar dan dalam pada sapi, babi, domba,
anjing, kucing, kelinci. Wormmectin di gunakan untuk
mengatasi scabies / buduk / gudik / kudis / jamur yang
disebabkan oleh tungau, caplak, kutu, koreng gatal dll
yang ditimbulkan dari parasit kulit pada ternak,
khususnya pada kambing, kelinci, anjing dan kucing.
Diberikan dengan cara injeksi subkutan. Obat
disuntikan di bawah kulit diatas daging (sub-kutan).
Tidak mengenai daging. Hewan tidak akan merasa
kesakitan. Dosis : Anjing, Kucing, Kelinci : 0,02 ml
setiap 1 kg berat badan per hari. Contohnya : Agan
punya kucing beratnya 2 Kg. Maka dosis yang tepat
adalah : 2 Kg x 0,02ml = 0,04 ml penyuntikan
dilakukan setiap hari. Sampai sembuh. Jika penyakit
masih biasa

59
3.3 . PT.Duta Mulya Cakrawala
PT Duta Mulya Cakrawala, adalah salah satu anak perusahaan dari PT
Dinamika Magatama Citra, yang bergerak di bidang pengolahan unggas dan
comersial bloiler. Yang salah satu kegiatan bisnisnya adalah bisnis yang
bergerak dibidang kemitraan ayam broiler. Kemitraan yang dijalankan oleh
PT Duta Mulya Cakrawala adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu prusahaan sebagai inti dan peternak sebagai plasma untuk
meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan
membesarkan yang disertai dengan pembinaan dan pengembangan dengan
menjunjung tinggi azaz kejujuran, kooperatif, dan komunikatif. Pola
kemitraan PT Duta Mulya Cakrawala bersifat inti-plasma, inti berfungsi
melakukan penyediaan sarana produksi ternak, bimbingan teknis, pembinaan
dan pemasaran serta pengembangan usaha. Sedangkan plama melakukan
fungsi produksi sebagai penyediaan kandang, tenaga kerja, dan peralatan
budidaya kandang. Tidak dapat dipungkiri bahwa pola kemitraan inti plasma
yang telah dikembangkan sejak awal tahun 90 an, terbukti mampu
meningkatkan populasi ayam broiler di Indonesia. Apalagi sejak krisis
moneter yang menerpa negara ini tahun 1998

Pertumbuhan populasi ayam broiler meningkat tajam. Hal ini dapat


dilihat dari sebagian besar data yang dikeluarkan oleh BPS kabupaten di
Indonesia, senantiasa mengalami peningkatan setiap tahunnya. Demikian
juga yang dialami oleh PT Duta Mulya Cakrawala, seiring pertumbuhan
populasi yang ada, perusahaan ini ikut tumbuh dan berkembang, pembukaan
region dan unit-unit kerja baru telah dilakukan, hal ini demi memberikan
pelayanan yang baik bagi custemer.

Selain itu salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi
tinggi adalah daging, sumber daging yang paling familiar dan sangat sering
dikonsumsi oleh sluruh lapisan masyarakat adalah ayam, salah satunnya
adalah ayam bloiler. Bloiler adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat
sehingga dapat menghasilkan daging dalam kurun waktu relatif singkat
yakni 4 samapai 7 minggu. Meningkatnya konsumsi daging ayam terutama

60
daging bloiler yang kini menjadi primadona di indonesia, namuan masih
tidak dibarengi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam bloiler itu
sendiri. Penyebab utamanya adalah sistem pemeliharaan yang kurang baik
dan belum efektif dalam usaha peternakan ayam itu sendiri, hanya sebagian
kecil saja dari usaha peternakan ayam bloiler yang sudah menerapkan
manajemen pemeliharaan yang sesuai dan dikuti dengan penerapan
teknologi, sebenarnya jika dilihat peluang peningkatan populasi dan
produksi ayam broiler Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang sangat
baik untuk pengembangan ayam bloiler, dan faktor penting yang harus
diperhatikan seperti perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, serta
pencegahan dan pengobatan penyakit.

1. Persiapan Kandang
Pada peternakan ayam broiler bapak Humaidi tipe kandang yang
di gunkan adalah tipe kandang terbuka di dengan konstruksi dinding
berventilasi dan dengan tipe atap gabungan antara tipe A dan
monitor. Kandang yang di gunakan adalah kandang dengan kapasitas
3000 ekor dengan luas 8 x 50 meter.

Sebelum membuat brooding, kandang dan peralatan harus sudah


di siapkan terlebih dahulu. Langkah-langkah dalam mempersiapkan
kandang antara lain:

 Pembersihan kandang
 Membersihkan kotoran  dan sekam yang ada pada lantai dan
tanah setelah panen.
 Memasang tirai kandang dilakukan dengan  cara menutup
semua permukaan dinding kandang
 Mencuci kandang dengan air bersih. Dilakukan dengan cara
membasahi  atau menyemprot kandang dengan air disemua
permukaannya dengan mesin otomatis.
 Mencuci dengan deterjen. Pencucian ini dimaksudkan untuk
membunuh mikro organisme yang memiliki lapisan lemak
sebagai pelindung saat berada di luar tubuh ternak dan juga

61
akan menurunkan tegangan permukaan dari kotoran-kotoran
ayam yang menempel di lantai atau dinding kandang.
 Menyemprotkan dengan desinfektan Kegiatan mencuci/
menyemprokan dengan desinfektan  ini bertujuan agar semua
mikroorganisma yang masih menempel di dinding-dinding
kandang, langit-langit kandang, lantai kandang, tirai yang telah
dipasang didinding kandang serta dilingkungan sekitar
kandang  mati.
 Mengapur kandang, dengan cara kapur  diencerkan dengan air,
kemudian dioleskan dengan alat kuas pada permukaan
kandang, yang meliputi lantai kandang, kerangka kandang dan
lantai  disekitar kandang.
 Memasang alas, pemasangan alas dengan paranet. Di pasang
sebagai alas untuk mencegah sekam jatuh ke tanah.
Pemasangan alas atau terpal/ paranet bertujuan sebagai
pembatas antara kaki anak ayam (DOC) dengan lantai kandang
yang dingin dan sebagai penopang sekam agar sekam tidak
jatuh ke tanah. Cara pemasangan alas yaitu dengan cara
menggelat satu persatu paranet kemudian langsung di ikat
menggunakan tali rapia pada lantai kandang dengan jarak 2
meter.
 Membersihkan peralatan kandang seperti tempat air minum dan
tempat pakan Cara pembersihannya di bersihkan secara manual
menggunakan tangan dan detergen, kemudian setelah bersih
tempat pakan dan air minum di gantung agar kering.
 Brooding

Brooding berasal dari kata brood yang berarti


seperindukan. Jadi masa brooding adalah masa dimana anak
ayam masih butuh indukan atau butuh penghangat buatan 
sampai umur tertentu yaitu sampai anak ayam bisa
menyesuaikan sendiri dengan suhu lingkungannya. Masa

62
brooding merupakan  salah satu periode kehidupan ayam dan
menjadi pondasi awal bagi kehidupan maupun produktivitas 
ayam pada fase berikutnya. Keberhasilan  pada fase  brooding
ini akan diikuti oleh fase  berikutnya sehingga memudahkan
peternak untuk memperoleh keuntungan yang optimal.
Sebaliknya, kegagalan pada fase brooding akan menyebabkan
kegagalan fase berikutnya sehingga menyebabkan
produktivitasnya turun, hal ini karena potensi genetik ayam
tidak dapat muncul secara optimal.

Tujuan dari brooding adalah untuk menyediakan lingkungan


yang nyaman dan sehat secara efisien dan ekonomis bagi anak
ayam dan untuk menunjang pertumbuhan secara optimal. Pada
masa itu merupakan masa yang paling menentukan, karena
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan masa selanjutnya.
Pada saat anak ayam berumur 0 sampai  14 hari, akan terjadi
perbanyakan sel atau “hyperplasia”. Perbanyakan sel ini
meliputi perkembangan saluran pen- cernaan, perkembangan
saluran pernapasan dan perkembangan sistem kekebalan.

Pada pembuatan broodingdi kandang bapak humaidi


menggunakan skat kandang yang di susun membentuk segi
empat atau persegi panjang dengan ukuran yang terus di
perluas secara bertahap mengikuti pertumbuhan ayam hingga
proses brooding selesai yakni pada umur ayam 15 hari.

Adapun persiapan untuk mebuat brooding antara lain:

a. Penebaran sekam/litter
Manajemen Litter pada broiler adalah salah satu faktor
penting yang harus di perhatikan, karena selama hidupnya
broiler berada di atas litter yang bercampur dengan kotoran,
sisa pakan yang tercecer dan air yang tumpah kondisi
tersebut bisa memicu infeksi penyakit pada broiler. Litter

63
yang kering dan berdebu bisa meningkatkan ayam yang
mengalami dehidrasi, penyakit pernafasan dan bisa
dipastikan akan mengalami penyakit tertentu, namun litter
yang basah secara umum mempunyai efek negatif yang
besar pada performance, kesehatan dan keuntungan dalam
budidaya. Oleh karena itu yang paling baik adalah
bagaimana mengatur litter agar kadar airnya berkisar 25%
(20-25%). Hal tesebut membutuhkan pengetahuan khusus
dari mulai memilih material untuk litter, dan bagaimana
pengelolaannya.

Tujuan menggunakan sekam atau litter pada


pemeliharaan broiler antara lain:

 Untuk menyerap air, bisa dari tempat minum yang


tumpah dan atau dari kotoran yang basah
 Mengurangi kontak broiler dengan kotoran
 Litter berfungsi sebagai pembatas kontak langsung
dengan lantai yang suhunya terlalu dingin. Bahkan
pada masa tersebut, suhu litter menjadi salah satu
parameter penting untuk menciptakan suasana yang
nyaman. Penggunaan liter hanya berlangsung mulai
dari ayam umur 0-15 hari setelah 15 hari liter atau
sekam di turunkan
 Liter yang basah oleh kotoran akan di angkat
b. Pemasangan Koran
Pemasangan koran di lakukan sebelum cick in dan
koran di pasang di atas sekam/litter satu per satu di susun
rapi (lihat gambar 26). Fungsi koran tersebut adalah:

 Menghalangi tercampurnya bahan alas (sekam,


serbuk gergaji, pasir atau lainnya) dengan pakan
sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
pakan

64
 Menyerap cairan kotoran ayam sehingga kotoran
ayam akan cepat kering
 Membantu menciptakan kondisi dalam kandang
bersih, hangat dan aman
 Mengurangi pengaruh debu yang bisa menyebabkan
penyakit pernafasan pada anak ayam
 Mencegah kaki anak ayam terluka karena mungkin
terdapat sesuatu pada bahan alas yang dapat
membuat luka kaki anak ayam
 Koran hanya di gunakan sebagai alas pada DOC
umur 0-1 hari saja, kemudian di buka kembali
sebelum DOC berumur 2 hari karena koran sudah
bercampur dengan kotoran dan basah karena air
minum anak ayam (DOC) (Gambar 26)

Gambar 26. Pemasangan koran

c. Pemasangan tempat pakan dan tempat air minum


Pemasangan tempat pakan dan tempat air minum
dilakkan sebelum DOC masuk. Adapun pengaturannya
sebagai berikut :

 Pengaturan Tempat Pakan


1. Ketinggian tempat pakan, diatur sama tingginya
dengan dada ayam.
2. Jarak antara tempat pakan, jarak 1 m

65
3. Jarak antara tempat pakan dan tempat minum 1 m
4. Jarak antara tepi kandang dengan baris tempat
pakan sejauh 1 m
5. Umur dibawah < 30 hari. Posisi piring tempat
pakan = dada ayam
6. Umur diatas > 30 hari. Posisi piring tempat pakan =
punggung ayam

7. Umur di bawah 15 hari tempat pakan yang di


gunakan adalah baby chick feeder (Gambar 27 a)
kemudian setelah 15 hari hingga panen tempat
pakan yang di gunakan adalah tempat pakan besar
(Gambar 27 b).

Gambar 27a. Baby cick feder Gambar 27b. Tempat pakan


besar

 Pengaturan Tempat Minum


1. Ketinggian tempat minum, diatur sama tingginya
dengan punggung ayam

2. Jarak antar tempat minum, sejauh 1,5 m


3. Jarak antara tempat minum dan tempat pakan sejauh
1m
4. Umur 1-30 hari tinggi bibir tempat minum sama
dengan dada ayam

66
5. Umur lebih dari 30 hari tinggi bibir tempat minum
sama dengan punggung ayam

6. Untuk umur ayam di bawah 15 hari tempat minum


yang di gunakan adalah tempat minum galon manual
(Gambar 28 a) kemudian stelah 15 hari hingga panen
tempat minum yang di gunakan adalah tempat minum
galon otomatis (Gambar 28 b)

Gambar 28 a. Tempat minum manual Gambar 28 b. Ttempat minum


otomatis

d. Pemasangan tirai
Pemasangan tirai bertujuan untuk membuat suhu
didalam brooding tetap stabil dan terkontrol, pemasangan
tirai dipasang di pinggir-pinggir pembatas brooding tirai
yang digunakan juga menggunakan bahan dari plastik
bening yang bisa tembus pandang sehingga memudahkan
peternak atau anak kandang mengawasi DOC dari luar
brooding.

Pemasangan tirai sesuai dengan kebutuhan


(sesuaikan dengan kondisi lingkungan). Buka dan tutup
tirai tergantung pada temperatur dan sirkulasi udara

67
dalam kandang (Tabel 5). Cara buka tirai dari atas ke
bawah. Penambahan tirai bagian dalam dianjurkan
terutama jika udara dingin. Tirai dalam (bagian atas)
terbuka ± 20-30cm untuk membantu sirkulasi udara. Jika
anak ayam mulai panting di umur 3-4 hari, tirai bagian
dalam mulai dapat dibuka.

Tabel 5. Pengaturan Tirai Pada Kandang Kemitraan PT DMC

KONDISI TIRAI
LUAR DALAM
UMUR
SIANG MALAM SIANG MALAM
(hari)
1-2 Tutup Tutup Tutup Tutup
3-4 Tutup Tutup Buka Tutup
setengah
5-6 Terbuka Tertutup Terbuka Tertutup
seperempat
7-8 Tebuka Tertutup Terbuka Terbuka
setengah
9-10 Terbuka Tertutup Terbuka Terbuka
11-12 Terbuka Tertutup Terbuka Terbuka
13-14 Terbuka Trbuka Terbuka Terbuka
seperempat
15-20 Terbuka Tebuka Terbuka Terbuka
setegah
21- panen Terbuka Terbuka Terbuka Terbuka

2. Pengadaan DOC/Chick In Dan Pakan Serta Obat-Obatan


DOC di peroduksi sendiri oleh perusahaan pusat yang
beralamat di jombang jawa timur yang menetas dari tanggal 14-03-
2018. Bibit DMC dengan galur atau strain Cobb memiliki berat
tetas 45 gram yang sudah terlebi daulu divaksin ND live + ND
killed + IBD Transmune
Adapun pakan yang di gunakan pada pemeliharaan ayam
broiler mitra PT DMC ini adalah pakan Starter Broiler (SB) 21
mulai dari umur 0 sampai panen

68
Adapun obat obatan yang di brikan pada pemeliharaan ayam
broiler bapak humaidi adalah:

 Vita chick
 Colamox
 Neobro
 Vita stres
 Strong and fit
 Serta diberikan juga probiotik EM 4 (Effective
Microorganism)
3. Pemeliharan ayam
a. Penanganan DOC
Adapun penanganan yang kami lakukan ketika DOC masuk
atau chick in sebagai berikut

1. Pertama pemanas dinyalakan sekitaran sampai suhu 33°c


2. DOC dikeluarkan dari box dan dimasukan kedalam
brooding sambil di hitung jumlah DOC yang masuk dan
setelah di hitung DOC yang masuk adalah 3080 ekor
3. DOC diberikan gula yang dicampurkan dengan air dengan
perbandingan 4 kg gula : 20 liter air selama dua jam untuk
mengganti energy DOC selama perjalanan dan sebagai
anti stress.
4. Pemberian pakan SB 21 yang sebelumnya sudah di
sediakan pada tempat pakan.( Gmbar 29)

Gambar 29. DOC masuk

69
b. Pengontrolan suhu
Sistem pengaturan suhu tubuh ayam ini bersifat
homeotermik atau suhu tubuh ayam relatif stabil pada kisaran

tertentu yaitu dikisaran 40-41oC.  Tapi, perlu diketahui bahwa


ayam di umur 0-10 hari masih belum bisa mengatur suhu
tubuhnya sendiri.  Oleh karena itu, peran operator kandang
dalam memfungsikan brooder (pemanas) sangat penting untuk
menjaga stabilitas suhu tetap dalam zona nyaman ayam.
Dalam pengontrolan suhu nyaman atau tidaknya ayam
terhadap suhu ruangan dapat di lihat dari tingkah laku ayam
apabila suhu ruangan terlalu panas makan ayam akan
menyebar menghindari pemanas kemudian apabila suhu
brooding terlau dingin maka ayam akan berkumpul mendekati
pemanas.

Agar suhu tetap stabil penting menggunakan Heater atau


pemanas yang baik harus mampu menghasilkan panas yang
cukup, stabil dan terfokus. Pada kandang bapak humaidi tipe
pemanas yang di gunakan adalah tipe gasolek dan dalam
kegiatan produksi jumlah pemanas yang di gunakan adalah 4
buah untuk populasi ayam 3000 ekor. Penggunaan pemanas
hanya di lakukan mulai dari umur 0-10 hari.

c. Pelebaran brooding
brooder yang terlalu padat akan menurunkan ketersediaan O2,
meningkatkan amoniak, mempengaruhi aktivitas ayam dan
meningkatkan persaingan antar ayam dalam mendapatkan oksigen
dan makanan serta menstimulasi kanibalisme pada ayam.
Pengaturan kepadatan kandang brooder adalah dengan cara,
brooding diperbesar tiap 2 hari sekali selama 15 mulai dari umur 5
hari atau melalui 6 kali pelebaran. Setelah umur 15 hari ayam

70
tidak lagi membutuhkan brooding penggunaan pemanas di
lakukan mulai dari umur 0-10 hari sedangkan penggunaan skat
cick guard berlangsung selama 15 hari setelah 15 hari ayam akan
menempati seluruh ruangan kandang.

d. Bolak balik sekam


Bolak balik sekam dilakukan apa bila sekam sudah
mengeluarkan bau dan sekam becek atau lembab karena kotoran
ayam dan karena air minum yang jatuh. Biasanya sekam di balik
setiap 1 atau 2 hari sekali tergantung kondisi dari sekam. Apabila
sekam tidak dibolak balik metana didalam kotoran akan tertimbun
didalam sekam dan membuat udara di kandang menjadi pengap
dan lama kelamaan sekam akan mulai becek karena bercampur
dengan kotoran serta air sehingga kuman dan berbagai penyakit
dapat menginfeksi bahkan dapat mengganggu system pernafasan
dari ayam. Membalik sekam ilakukan dengan menggunakan kaki
dengan kaki di susur-susur kan ke sekam untuk membaliknya
(Gambar 30 )

Gambar 30. Pembalikan Sekam

e. Pemberian pakan dan pengisian air minum


Pemberian pakan dilakukan mulai dari umur 0-9 hari di
berikan 4 kali sehari yaitu pada waktu pagi jam 07.38, siang jam
01.20, sore jam16.34, dan malam hari jam 20.30 sedangkan pada
umur 9-panen pakan di berikan 3 kali sehari yaitu pada waktu pagi
jam 07.38, sore jam 16.34, dan malam jam 00.30. dan pakan yang

71
di berikan adaah jenis pakan butiran SB 21 yang di berikan mulai
dari umur 0 sampai dengan panen.

Sedangkan untuk pengisian dan pemberian air minum, pada


pemberian pagi hari air minum yang di berikan di campur
dengan obat serta vitamin sedang kan pada sore hari air minum di
campurkan dengan probiotik EM4 rincian waktu pemeberiannya
di rangkum dalam tabel (Tabel 7). dengan mencuci tempat minum
terlebih dahulu kemudian campuran obat di tuangkan ke tempat
air minum dengan menggunakan ember dan gayung kemudian
setelah obatnya habis keran air minum otomatis di buka.

Adapun ragam pencampuran air minum dengan obat serta


probiotik seperti pada Tabel 7. adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Pemberian obat melalui air minum

No Obat Umur Waktu Dosis


(hari) pemberian

1 Probiotik em4 0-35 Sore 35 ml untuk 30 liter air


2 Vita chick 1-5 Pagi 5 gram untuk12 liter air
3 Kolamox 6-10 Pagi 1 gram untuk 2 liter air
4 Neo bro 11-15 Pagi 1 gram untuk 2 liter air
5 Vita stres 16-20 Pagi 1 gram untuk 2 liter air
6 Kumavit 21-25 Pagi 1 gram untuk 2 liter air
8 Amotrol 26-30 Pagi 1 gram untuk 2 liter air
9 Strong and vit 31-35 Pagi 1 gram untuk 2 liter air
f. Monitoring ayam

Monitoring adalah kegiatan untuk mengawasi ayam di


kandang. Monitoring di lakukan ketika ayam di beri makan
dengan mengelilingi kandang untuk memeriksa kondisi ayam,
apabila ada ayam yang terjepit di lantai kandang, dan
mengeluarkan ayam yang mati (Gambar 31). Dari hasil
monitoring diperoleh data dari populasi 3000 ekor ayam yang di
peroleh di temuakan 186 ekor yang mati, pejabaranya .(lihat
tabel 8)

72
Tabel 8. Data ayam yang mati pada kandang bapak Humaidi

No Minggu Jumlah ayam yang mati


ke (ekor)
1 1 39
2 2 35
3 3 25
4 4 30
5 5 57
Total 186

Gambar 31. ayam yang mati

g. Isolasi
Kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan ayam yang
sehat dengan ayam yang sakit bertujuan agar ayam yang sakit
tidak menulari ayam yang sehat sehingga angka kematian bisa
diminimalisir serta untuk memisahkan ayam yang berkualitas
baik dengan ayam yang memiliki cacat atau bentuk tubuh yang
abnormal

 Biosekuriti adalah suatu konsep yang merupakan bagian


integral dari suksesnya sistem produksi suatu peternakan unggas,
khususnya ayam petelur dalam mengurangi risiko dan
konsekuensi dari masuknya penyakit infeksius terhadap unggas
maupun manusia.
Tujuan utama dari penerapan biosekuriti adalah :

73
1. Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit
2. Meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan
induk semang
3. Membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen
penyakit seminimal mungkin
4. Rumah tempat tinggal, kandang unggas serta kandang
hewan lainnya ditata pada lokasi terpisah

adapun tindakan yang dilakukan dalam biosecurity di kandang


adalah :

 pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk


material (hewan/unggas, produk unggas, pakan,
kotoran unggas, alas kandang, litter, rak telur) yang
dapat membawa agen penyakit

 pembatasan secara ketat keluar masuk


orang/tamu/pekerja dan kendaraan dari atau ke lokasi
peternakan

 setiap orang yang masuk atau keluar peternakan harus


mencuci tangan dengan sabun atau desinfektan

 mencegah keluar masuknya tikus (rodensia), serangga


atau unggas lain seperti burung liar yang dapat
berperan sebagai vektor penyakit ke lokasi peternakan

 kandang, tempat pakan/minum, sisa alas kandang/litter


dan kotoran kandang dibersihkan secar teratur

 unggas yang mati harus dibakar atau dikubur

 Setiap 2 kali seminggu dilakukan penyemprotan


desinfektan (Gambar 32 b) yaitu menggunakan
desinfektan neo antisep (Gambar 32 a) pada lantai
kandang. Dengan takaran 100 cc neo antisep di
campur dengan 15 liter air.

74
Gambar 32 a. Obat Antisep Gambar 32 b. Penyemprotan Kandang

4 Panen dan pemasaran


A. Panen
Panen merupakan hal yang paling ditunggu oleh peternak
karena harapan dan jerih payah peternak akan diganti dengan uang,
hasil panen diharapkan mendapatkan hasil atau keuntungan yang
maksimal walaupun bisa estimasikan sebelum panen , tetapi hasil
yang real pada saat ayam sudah terjual habis. Panen adalah
gambaran terakhir untuk mendapat keuntungan tetapi keuntungan
bisa hilang apabila ada tatalaksana yang salah dalam panen
(Gambar 33).

Gambar 33. Proses Panen Ayam


Berikut adalah tatacara panen ayam bloiler yang kami lakukan
dikandang :

a. Suasana kandang ayam dibuat senyaman mungkin dengan


cara mengantung tempat pakan dan minum sehingga tidak

75
banyak pakan dan air minum yang tumpah saat proses
pemanenan terutam saat proses penyekatan (penangkapan)
ayam.
b. Proses penyekatan ayam dilakukan secara bertahap agar ayam
yang dipanen tidak lumpuh karena lemas. Hal ini sangat perlu
dilakukan karena dapat berakibat ayam mati menumpuk (over
lapping).
c. Proses menangkap ayam tidak dilakukan secara kasar karena
bisa menyebabkan memar, tulang sayap dan kaki patah
bahkan bisa menyebabkan ayam mati karena stres.
d. Cara penangkapannya adalah dengan memegang kakinya
secara perlahan-lahan dan ayam ditarik ke atas.
(Gambar 33).
e. Ayam dihabiskan dalam satu sekatan. Pada proses ini tidak
dianjurkan menggunakan sistem tangkap pilih untuk
menangkap ayam saat memanen karena penyortiran akan di
lakukan pada saat ayam mau di timbang.
f. Setelah ditangkap, ayam di masukkan kedalam keranjang
berisi 25 – 30 kemudian di timbang dan dicatat bobot
hidupnya
g. Menimbang ayam dengan menggunakan timbangan dan
mempekerjakan orang yang sudah terlatih dalam menimbang
ayam. Sebelum melakukan penimbangan sebaiknya
timbangan ditera terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya
kesalahan sehingga dapat merugikan peternak sendiri.
h. Setelah ayam di timbang kemudian ayam dimasukkan ke
dalam blok-blok box pada bak truk melalui lubang ventilasi
yang cukup bagi ayam. kemudian dibawa ke pengepul atau
langsung dibawa ke tempat pemotongan ayam
i. Mencatat semua hal dari awal, seperti jumlah ayam yang di
tangkap dan yang di timbang. Selain itu, hal yang harus di

76
catat adalah hasil penimbangan sehingga data yang di
hasilkan akan akurat.
j. Langkah terakhir yang dilakukan adalah mengecek ulang
hasil data timbangan selesai proses penangkapan. Sebab, jika
satu timbangan saja terlewatkan karena faktor kelalaian,
kerugian yang diderita peternak setara dengan 25-30 ekor
ayam. Maka dari itu, konsentrasi yang tinggi saat
menjalankan aktivitas pemanenan perlu diperhatikan. Setelah
semua data benar dan sesuai dengan surat jalan penangkapan,
barulah kendaraan pengangkut ayam boleh diizinkan keluar
meninggalkan lokasi.
B. Pemasaran
Pemasaran merupakan tahap akhir dari pemeliharan ayam
yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan produksi. Menurut
Nitisasmito (1981). Pemasaran adalah semua kegiatan yang
bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari
produsen ke konsumen akhir secara efisien dengan maksud
untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke
konsumen akhir secara efisien dengan maksud untuk
menciptakan permintaan yang efektif.

Dalam suatu usaha khususnya usaha ayam bloiler, tahap


pemasaran merupakan tahap akhir dalam masa pemeliharaan.
Penjual atau pemasaran ini sangat menentukan maju
mundurnya suatu usaha peternakan, karena disini peternak
dapat mengetahui berapa keuntungan dan kerugian dari hasil
penjualan ayam tersebut. Dengan demikian, kegiatan
pemasaran sangat menentukan keberhasilan suatu usaha
peternakan, apabila proses pemasaran tersebut dapat dikatakan
berhasil.

Untuk mengurangi segala resiko yang terjadi selama


pemasaran ayam yang hidup, misalnya kematian, penurunan

77
harga, dan sebagainya, maka penimbangan dilakukan secara
berkelompok dengan jumlah tertentu dan kemudian dimasukan
kedalam keranjang pengangkut.

5. Analisis Ekonomi.
Hasil perhitungan ekonomi pemeliharaan ayam broiler pola kemitraan
dengan jumlah 3000 ekor dengan angka kematian 6,2% dapat dilihat pada
Tabel 11. Rincinan hitungan terdapat pada Lampiran 1.

Tabel. 9. Hasil analisis ekonomi pemeliharaan ayam pola


kemitraan

Item Jumlah
(Rp)
Biaya tetap Rp 1.146.692
Biaya tidak tetap Rp 93.435.000
Total biaya Rp 94.581.692
Penjualan ayam Rp 105.204.091
Bonus pasar Rp 8.623.461
Pendapatan kotor Rp 105.204.091
Pendapatan bersih Rp 10.622.399
Pendapatan per ekor Rp 5.954
BCR 1,11
BEP Rp 17.743
FCR 1,68
Rentabilitas 11,23 %

BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN

 Permasalahan
4.1 Puskeswan Batu Kliang Utara
1. Lokasi pelayanan kesehatan hewan yang jauh dengan kantor
puskeswan serta menempuh medan yang sulit dijangkau
2. Kurang dipersiapkannya peralatan yang steril dalam melakukan
pelayanann kesehatan terutama pelayanan membantu kelahiran yang
masih menggunakan peralatan yang ada di kandang yang tentu tidak
steril.
4.2 UPTD Puskeswan Pemenang

78
1. Dalam melakukan inseminasi butan tidak di perhatikan aspek
kesehatan ternak maupun petugas dengan melakukan palapasi rektal
tanpa saring tangan.
2. Lokasi pelayanan kesehatan hewan yang jauh dengan kantor
puskeswan meliputi tiga kecamatan serta menempuh medan yang sulit
dijangkau
4.3 Kandang kemitraan PT. Duta Mula Cakrawala
1. Terlalu renggangnya alas kandang sehingga membuat ayam sering kali
terjepit bahkan mati
2. Kandang tidak memiliki pintu haya di tutup dengan terpal serta
dinding kandang hanya tertutup setengah sehingga predator seperti
kucing bisa dengan mudah masuk.
3. Lokasi kandang berada di daerah lembah sehingga sirkulasi udara
tidak begitu lancar
4. Tempat air minum yang otomatis banyak yang rusak
5. Kandang tidak memiliki plafon sehingga ketika panas terik ayam
sangat kepanasan kandang tidak menggunakan kipas sehingga tidak
adanya pendingin suhu

 Pemecahan
Puskeswan batu kliang utara
1. Untuk memecahkan masalah tersebut pengemudi kendaraan di berikan
kepada laki-laki agar keselamatan dijalan lebih terjamin dan
meminimalisir rekan-rekan perempuan tertinggal di jalan karena
kondisi medan jalan yang ekstrim.
2. Petugas perlu mempersiapkan perlalatan yang memang di peruntukkan
untuk membantu kelahiran seperti tali kain yang sudah di sterilkan
UPTD Puskeswan pemenang

79
1. Dalam melakukan pelayanan kesehatan hewan terutama tindakan
palpasi rektal perlu menggunakan sarung tangan, untuk mengantisipasi
penularan penyakit baik dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya.
2. Untuk memecahkan masalah tersebut pengemudi kendaraan di berikan
kepada laki-laki agar keselamatan dijalan lebih terjamin dan
meminimalisir rekan-rekan perempuan tertinggal di jalan karena
kondisi medan jalan yang ekstrim.
Kandang kemitraan PT. Dinamika Magatama Citra
1. Lantai yang renggang tutupi lagi dengan kawat besi untuk
meminimalisir kematian ayam karena terjepit.
2. Sebaiknya kandang di berikan pintu agar ternak lebih aman dari
predator seperti kucing anjing da0n lain2
3. Perlu di adakan kipas angin pada kandang untuk melancarkan
sirkulasi udara
4. Pipa tempat air minum yang bocor diletakan ember dibawahnya untuk
wadah sebagai penampung air yang keluar dari pipa yang bocor.
5. Kandang di pasangkan plafon untuk menghalau panas pelponya sendiri
bisa di buat dengan karung bekas pakan yang di jahit satu persat
hingga memanjang.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil peraktik kerja

lapangan yang telah dilaksanakan dari tanggal 1 februari sampai dengan

22 april 2018 bertempat di Pusat kesehatan hewan (puskeswan) Batu

Kliang Utara, UPT pusat kesehatan hewan (puskeswan)UPTD pemenang,

80
kandang kemitraan PT. Duta Mulia Cakrawala Dusun Timba Jeqjeq Desa

Timba Nuh Kec.Peringga Sela, Lombok Timur :

1. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan serta ketrampilan dalam

melakukan penanganan berbagai kasus di lapangan dan mengetahui

jenis-jenis pelayanan, pemeriksaan, dan jenis obat-obatan yang

digunakan dalam setiap penanganan kasus dan penyuluhan kepada

Masyarakat.

2. Mahasiswa dapat mengembangkan kreatifitas dilapangan sesuai

tuntutan kasus dan dengan bahan seadanya untuk menghadapi berbagai

kasus didaerah pelosok sekalipun.

3. Puskeswan Batu Kliang Utara dan puskeswan UPTD pemenang

kebanyakan menggunakan pelayanan aktif

4. Puskeswan Batu Kliang Utara dan puskeswan UPTD pemenang sama-

sama menggunakan meode pengobatan symtomatis yaitu mengobati

penyakit sesuai dengan gejala klinis atau gejala yang timbul

5. Mahasiswa mendapatkan pengalaman dan pembelajaran secara nyata

dalam tehnis pemeliharan ayam bloiler

5.2 Saran

1. Obat-obatan yang di bekalkan kepada mahasiswa sebiknya di kordinasikan

terlebih dahulu kepada pihak puskeswan agar sesuai dengan apa yang di

butuhkan di lapangan.

2. Sebaiknya obat-obatan yang ada di puskeswan lebih di lengkapi lagi.

3. Sebaiknya penanganan penyakit di puskeswan di laukan dengan lebih

memperhatikan lagi mengenai sterilisasi dalam penanganan penyakit.

81
4. Sebaiknya dalam pembekalan mahasiswa lebih di tekankan mengenai

eduksi tentang penyusunan laporan agar mahasiwa lebih mengerti tentang

data-data atau refrensi apa saja yang penting di ambil di lapangan untuk

keperluan penyusunan laporan.

82
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2000. Katalog Produk.Jakarta: Agro makmur Sentosa.

Anonymous. 2007. Poultry health and


disease.http://www.thepoultrysite.com.

Carter, W. K . 2009. Akutansi Biaya. Edisi 14. Salemba Empat. Jakarta

Darminto, Di Prastowo dan Ajisuryo. 2002. Analisis Keuangan. Yogyakarta

[Depkes] Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. 2001. Kumpulan Modul


Kursus Penyehatan Makanan bagi Pengusaha Makanan dan Minuman.Jakarta.

Departemen Pertanian, Balai Penelitian Dan Pegembangan Pertanian, Balai


Pengembangan Teknologi Pertanian (BPTP) Nusatenggara Barat 2001,
Beberapa Penyakit Pada Ternak Ruminansia.

Direktur Kesehatan Hewan 2002. Manual Penyakit Hewan Mamalia.


Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Bina Produksi Peternakan,
Departemen Pertanian RI, Jakarta Indonesia.

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi Pada Ternak. Alfabeta. Bandung.

Husnurrizal. 2008. Sinkronisasi birahi dengan preparat hormon


prostaglandin (pgf2a). Lab. Reproduksi. Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala lumpur.

Manan, D. 2002. Ilmu Kebidanan pada Ternak. Jakarta: Proyek


Peningkatan Penelitian Perguruan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.

Nitisasmito, a.s. 1981. Cara Memasarkan Produksi Baru. Ghalia Indonesia,


Jakarta.

Partodihardjo. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Penerbit Mutiara. Jakarta.

Purwaningsih dan Sumiarto, B., 2012. Prevalensi Helminthiasis pada Saluran


Pencernaan Pedet di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Peternakan. 7(1):
11-15.

Rasyaf, M. 1993. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Schmitt, E.J.P., C.M. Barros, P.A. Fields, M.J. Fields, T. Diaz, J.M. Kluge and
W.W. Teacher. 1996. A cellular and endocrine characterization of the original
and induce.corpus luteum after administration of a gonadotropin-releasing

83
hormone agonist or human chorionic gonadotropin on day five of the estrous
cycle. Journal of Animal Science. 74: 1915-1929

Soekartawi. 2006. Ilmu Usahatani. UI. Press: Jakarta.

Wardhana, A. H. dan Muharsini, S. 2005. Kasus myasis yang disebabkan oleh


Chrysomya bezziana di Pulau Jawa. Prosiding Seminar Teknologi
Peternakan dan Veteriner. Bogor

84
LAMPIRAN

85

Anda mungkin juga menyukai