PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaporan keuangan bukanlah hal yang asing bagi entitas tak terkecuali entitas
menyusun lima laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan
laba rugi dan penghasilan komprehensif lainnya, laporan perubahan ekuitas, laporan
Laporan laba rugi berguna untuk menunjukkan kinerja perusahaan. Perusahaan pada
Semakin tinggi laba atau penghasilan bersih suatu perusahaan, semakin baik pula
kinerjanya. Di sinilah, laporan laba rugi berperan. Laporan laba rugi menyajikan akun-
akun kinerja perusahaan seperti pendapatan, beban pokok pendapatan, beban operasi,
Selain laporan laba rugi, ada pula laporan posisi keuangan. Laporan posisi
1
2
ekuitas. Laporan ini berguna untuk mengetahui kondisi likuiditas, solvabilitas, dan
fleksibilitas perusahaan. Laporan perubahan ekuitas menunjukkan hal apa saja yang
saham oleh perusahaan, saldo laba, saldo penghasilan komprehensif lainnya, dan
pembagian dividen. Berbeda dengan tiga laporan keuangan sebelumnya, laporan arus
kas merupakan satu-satunya dari lima laporan keuangan yang disusun dengan basis
bagaimana akun-akun pada laporan laba rugi, laporan posisi keuangan, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas diakui, diukur, disajikan, dan diungkapkan.
Tanpa adanya catatan atas laporan keuangan, pengguna laporan keuangan akan
kesulitan dalam memahami dan menganalisis substansi laporan keuangan itu sendiri.
keputusan. Pengguna laporan keuangan antara lain pihak manajemen sendiri, kreditor,
akan meminta laporan keuangan perusahaan untuk dianalisis lebih lanjut. Bank dapat
dan laporan posisi keuangan untuk mengetahui tingkat likuiditas dan solvabilitas.
persyaratan, pinjaman atau kredit dapat dicairkan. Demikian sebaliknya, apabila hasil
3
tidak memenuhi persyaratan, pengajuan kredit atau pinjaman akan ditolak. Dengan
demikian, agar perusahaan dapat memperoleh pinjaman dari bank, perusahaan akan
Hal ini dapat memicu adanya window dressing. Perusahaan berupaya membuat
baik kinerjanya dengan meninggikan penjualan dan menurunkan beban pada laporan
laba rugi. Selain itu, agar likuiditas dan solvabilitas tinggi, perusahaan dapat
meninggikan nilai aset dan merendahkan liabilitas pada laporan posisi keuangan. Jika
hal itu terjadi, reliabilitas laporan keuangan akan menurun. Akibatnya, bank akan
keyakinan yang memadai. Agar tingkat keyakinan akan informasi keuangan dapat
mendapatkan hasil (Arens, 2014, 4). Standar Audit (SA) 200 menyatakan bahwa pada
Audit terbagi menjadi tiga jenis, yaitu audit keuangan, audit kinerja, dan audit
dengan tujuan tertentu (khusus). Audit keuangan merupakan bagian dari jasa asurans,
yakni jasa yang diberikan oleh profesi tertentu dalam rangka meningkatkan tingkat
jasa audit hanya dapat dilakukan oleh profesi akuntan publik (Pasal 3 ayat (1)
mendapatkan izin dari Kementerian Keuangan RI. Beberapa akuntan publik dapat
Salah satu siklus yang diaudit oleh akuntan publik adalah siklus penjualan dan
pembelian, mengirim barang, menagih, sampai dengan menerima kas. Siklus ini juga
rentan akan kecurangan. Hal ini disebabkan oleh penjualan menggambarkan kinerja
Pada tahun 2018, KAP Satrio, Bing, Eny, dan Rekan yang berafiliasi dengan
yang terlalu tinggi. Piutang tersebut kemudian dijaminkan kepada Bank Mandiri
untuk mengambil utang. Karena opini yang diberikan adalah wajar tanpa modifikasi,
restrukturisasi utang. Selain itu, SNP juga menerbitkan medium term notes (MTN)
sebagai saranan restrukturisasi utangnya. Hal inilah yang menyebabkan Bank Mandiri
Kecolongan pada saat mengaudit dapat menyebabkan dampak yang besar bagi
pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, seorang
5
auditor harus melakukan prosedur audit dengan memerhatikan standar audit yang ada
sesungguhnya praktik prosedur audit siklus penjualan dan penagihan piutang usaha
pada laporan keuangan. Maka dari itu, penulis mengambil judul karya tulis tugas
akhir “Analisis Pelaksanaan Prosedur Audit Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang
Usaha oleh KAP ABC pada Laporan Keuangan PT X Tahun Buku 2017”.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan karya tulis tugas akhir ini adalah
sebagai berikut.
penagihan piutang usaha oleh Kantor Akuntan Publik ABC pada laporan
Karya tulis tugas akhir ini merupakan karya tulis pada disiplin ilmu Audit
khususnya audit keuangan sektor komersial. Selain itu, pada karya tulis tugas akhir
ini, penulis membatasi pembahasan pada prosedur audit siklus penjualan dan
penagihan piutang usaha yang dilakukan KAP ABC pada laporan keuangan PT X
D. Metode Penelitian
Dalam menyusun karya tulis tugas akhir ini, penulis menggunakan metode
1. Studi Kepustakaan
salah satu metode yang digunakan dalam penelitian. Studi kepustakaan menggunakan
bahan dokumenter seperti buku teks, surat kabar, majalah, surat, film, catatan harian,
naskah, dan artikel. Melalui metode ini, penulis mendapatkan data sekunder yang
berkaitan dengan topik yang menjadi pokok bahasan sekaligus memperoleh dasar
teori yang digunakan dalam analisis pengujian atas siklus penjualan dan penagihan
piutang usaha perusahaan oleh kantor akuntan publik yang akan dibahas.
2. Penelitian Lapangan
data dilakukan dengan cara mendatangi kantor akuntan publik yang menjadi objek
penelitian untuk melakukan wawancara terkait entitas dan pengujian siklus penjualan
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II menyajikan profil KAP ABC sebagai objek karya tulis tugas akhir
dan PT X selaku klien KAP ABC, mulai dari sejarah singkat, visi dan misi,
tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, uraian tugas, hingga layanan
jasa profesional. Setelah itu penulis juga akan menyajikan gambaran umum
usaha PT X.
karya tulis tugas akhir yaitu mengenai prosedur audit siklus penjualan dan
penagihan piutang usaha. Bab ini juga akan memaparkan hasil analisis
prosedur audit siklus penjualan dan penagihan piutang usaha yang dilakukan
oleh KAP ABC terhadap PT X yang dibandingkan dengan teori yang telah
BAB IV PENUTUP
BAB IV berisi simpulan dan saran. Simpulan ini dihasilkan dari pembahasan
yang telah dikemukakan pada BAB III, sedangkan saran berisi rekomendasi
kepada KAP ABC atas prosedur audit siklus penjualan dan penagihan
1. Profil singkat
Kantor akuntan publik yang dipilih oleh penulis sebagai objek dalam karya
tulis tugas akhir ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) ABC. Nama ABC ditulis
dalam karya tulis tugas akhir ini atas permohonan dari pihak kantor akuntan publik
yang penulis wawancara. Pihak kantor akuntan publik tersebut meminta agar nama
kantor akuntan publik tersebut tidak disebut dalam karya tulis tugas akhir ini. Dengan
Kantor akuntan publik ini telah berdiri sejak tahun 2000. Kantor akuntan
publik ini didirikan oleh partner yang sebelumnya merupakan managing partner di
KPMG Indonesia pada tahun 1978 – 1999. KPMG merupakan salah satu Big Four di
Indonesia.
Kantor Akuntan Publik ABC sudah memperoleh izin usaha berdasarkan KMK
588/KM.1/2008. Selain mendapat izin usaha dari menteri keuangan, Kantor Akuntan
Publik ABC sudah teregistrasi dan terakreditasi oleh tiga lembaga negara, yaitu
Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan RI.
8
9
Kantor Akuntan Publik ABC memiliki kantor pusat yang berkedudukan di The
Royal Palace, Jalan Prof. Dr. Soepomo 178A - C29, Jakarta 12810 dan memiliki lima
kantor cabang di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Medan, dan Surabaya.
menunjukkan bahwa KAP ABC terkoneksi secara global. Hal ini jelas mengingat
3. Struktur organisasi
Jenjang terendah untuk auditor adalah auditor junior. Setelah bekerja untuk beberapa
tahun, auditor junior akan naik jenjang menjadi auditor senior. Setelah itu, auditor
senior dapat naik jenjang menjadi auditor in charge. Auditor in charge dalam tim
audit akan berperan sebagai ketua tim. Ketua tim akan bertanggung jawab kepada
sebagai berikut.
Adm. Partner
HR Finance
ABC dipimpin oleh managing partner. Managing partner memilki kedudukan setara
berjenjang partner. Terdapat 28 partner di Kantor Akuntan Publik ABC yang terdiri
atas 6 partner di head office, 1 partner di kantor cabang Jakarta Pusat, 12 partner di
kantor cabang Jakarta Selatan, 1 partner di kantor cabang Jakarta Barat, 1 partner di
administration partner, head of audit division, head of consulting division, head of tax
Jabatan head of audit division, head of consulting division, dan head of tax
division membawahi professional staff. Demikian pula, head of branch office juga
kepada kliennya, yaitu audit dan asurans, jasa perpajakan, dan jasa konsultasi bisnis.
Jasa audit dan asurans terdiri atas audit laporan keuangan, reviu informasi keuangan
historis, reviu atas informasi keuangan prospektif, audit khusus atau audit dengan
tujuan tertentu, audit kepatuhan (compliance audit), profesi penunjang pasar modal
untuk membantu manajemen dalam bidang keuangan dan akuntansi pada proses
initial public offering, penerbitan saham, dan penerbitan obligasi, uji tuntas bisnis dan
Selain itu, ada pula jasa perikatan untuk melaksanakan prosedur yang
disepakati untuk memberikan temuan (fact finding) sesuai dengan prosedur, kriteria,
dan tujuan yang disepakati, jasa atestasi atas laporan kegiatan penerapan prinsip
kehati-hatian sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/3/DSta tanggal 6
Maret 2015, jasa kompilasi atas laporan keuangan untuk membantu manajemen dalam
penyusunan dan penyajian informasi keuangan historis, dan jasa kompilasi laporan
12
keuangan pro forma untuk membantu manajemen dalam penyusunan dan penyajian
jasa antara lain konsultasi pengampunan pajak, jasa telaah perpajakan (tax diagnostic
manual services), jasa penelitian perpajakan (tax training services), jasa dampingan
publishing services) yang diberi nama SEKILAS PAJAK, yaitu sebuah informasi
perpajakan terkini yang diterbitkan secara berkala dan dikirimkan secara cuma-cuma
meliputi pembenahan internal, penyusunan business plan dan tax planning, jasa audit
B. Gambaran Umum PT X
1. Profil singkat
Pada karya tulis tugas akhir (KTTA) ini, perusahaan atau klien yang menjadi
auditee Kantor Akuntan Publik ABC tahun buku 2017 adalah PT X. Penulis memberi
nama PT X karena alasan yang sama mengapa penulis memberi nama Kantor
Akuntan Publik ABC. Alasannya adalah pihak Kantor Akuntan Publik ABC meminta
agar nama klien yang diauditnya disamarkan. Hal ini dilakukan mengingat sikap
didirikan pada tahun 2003. Berdasarkan hasil wawancara dengan auditor di Kantor
Akuntan Publik ABC, PT X mulai diaudit oleh Kantor Akuntan Publik ABC sejak
tahun 2017. PT X berkedudukan di Plaza Aminta Lantai 4 Nomor 401, Jalan Let.
2. Nilai-nilai perusahaan
nilai tersebut berasal dari filosofi manajemen perusahaan. Nilai-nilai tersebut adalah
akan terus melakukan perbaikan yang lebih baik dari hari ke hari. Promtness atau
14
produknya sesuai dengan rencana awal tanpa adanya kemunduran. Confidence atau
produknya baik dan informasi yang berkaitan dengan pelanggan akan terjamin
kerahasiaannya.
3. Operasi perusahaan
Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan dengan pertumbuhan tercepat dalam
industri fiber to the home (FTTH). FTTH adalah suatu format penghantaran isyarat
optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan menggunakan serat
optik sebagai media penghantar. Sejak berdiri tahun 2003, PT X terus berinovasi dan
fokus pada pada industri fiber access. PT X memiliki lima produk unggulannya, yaitu
4. Pelanggan perusahaan
PT X memiliki pelanggan yang bervariasi. Ada yang berasal dari badan usaha
milik negara (BUMN) dan ada pula yang berasal dari perusahaan swasta. Beberapa
2017 sejak bulan November 2017 sampai dengan bulan Maret 2018. Pada bulan
November dan Desember, Kantor Akuntan Publik ABC mulai melakukan pemahaman
sistem pengendalian internal, penilaian risiko, uji pengendalian, prosedur analitis, dan
uji terinci atas saldo. Akan tetapi, untuk uji terinci atas saldo masih bersifat
pemeriksaan interim.
bagaimana proses bisnis klien khususnya siklus penjualan da penagihan piutang usaha
(reperformance).
Ada dua prosedur audit yang digunakan dalam rangka memahami sistem
manajemen bagaimana proses atau siklus penjualan dan penagihan piutang usaha di
dalam perusahaan. Dari permintaan keterangan tersebut, auditor menyusun bagan alir
bisnis klien. Melalui bagan alir (flowchart) tersebut, auditor mengetahui apa saja
dokumen sumber atau bukti transaksi yang terlibat dalam siklus penjualan dan
16
penagihan piutang usaha. Dokumen sumber atau bukti transaksi tersebutlah yang
sumber atau bukti transaksi sampai neraca percobaan pada siklus penjualan dan
penagihan piutang usaha. Pada prosedur ini, auditor melihat secara langsung
bagaimana proses bisnis klien lebih komprehensif serta sistem pengendalian internal
baik ini didukung oleh tiga alasan. Pertama, PT X melakukan pemisahan tugas atau
fungsi antara pihak yang menerima kas, pihak yang melakukan pencatatan, dan pihak
yang menyimpan faktur penjualan. Kedua, adanya otorisasi pada setiap faktur
yang penomorannya sudah otomatis urut atau dengan kata lain tidak perlu ditulis
2. Penilaian risiko
klien, auditor melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko tidak dilakukan oleh
Penilaian risko ini dilakukan dengan melihat bagan alir (flowchart) yang telah dibuat
oleh auditor berdasarkan hasil wawancara atau permintaan keterangan kepada pihak
manajemen.
17
Risiko yang dinilai berupa risiko inheren atau melekat dan risiko
pengendalian. Dari kedua risiko ini, auditor dapat menentukan berapa selera risikonya
(risk appetite). Setelah selera risiko ditentukan, auditor baru dapat menentukan risiko
tidak mendapatkan data apa saja risiko inheren atau melekat transaksi penjualan dan
saldo piutang usaha yang diidentifikasi oleh auditor Kantor Akuntan Publik ABC.
Akan tetapi, auditor menyebutkan bahwa jumlah transaksi penjualan PT X tahun buku
2017 relatif banyak. Dengan demikian, secara tidak langsung, penulis dapat menyebut
bahwa risiko inheren atau melekat transaksi penjualan dan saldo piutang usaha
menjadi lebih tinggi mengingat jumlah transaksi penjualan PT X tahun buku 2017
relatif banyak.
atau melekat untuk transaksi penjualan dan saldo piutang usaha tinggi, sedang, atau
tergolong baik, risiko pengendalian untuk transaksi penjualan dan saldo piutang usaha
adalah rendah.
mengidentifikasi apa saja risiko pada siklus penjualan dan penagihan piutang PT X
tahun buku 2017, auditor menentukan angka materialitas menggunakan aplikasi atau
perangkat lunak Microsoft Excel. Angka materialitas yang ditentukan adalah angka
18
tolerable misstatement.
materialitas dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan jumlah aset. Pada
audit laporan keuangan PT X tahun 2017, Kantor Akuntan Publik ABC menentukan
materialitas tersebut, auditor baru akan menentukan berapa sampel yang harus
diperiksa.
tergolong baik, Kantor Akuntan Publik ABC berani menetapkan sampel yang relatif
rendah pada audit saldo piutang usaha. Kantor Akuntan Publik ABC menetapkan
Pada audit transaksi penjualan, ada dua tahap bagaimana auditor melakukan
terjadinya, yakni sejak bulan Januari 2017 sampai dengan Desember 2017.
nilainya relatif besar atau ditujukan kepada pelanggan yang baru atau jarang
melakukan transaksi. Untuk audit saldo piutang usaha, auditor memilih saldo piutang
yang nominalnya relatif besar dan merupakan penjualan kepada pelanggan yang
jarang dilakukan.
19
uji substantif atas transaksi. Pada audit laporan keuangan PT X tahun buku 2017,
alasan uji pengendalian dilakukan adalah mengingat jumlah transaksi penjualan klien
cukup banyak sehingga auditor tidak mungkin memeriksa seluruh transaksi secara
Bukti audit yang digunakan pada uji pengendalian adalah obervasi, permintaan
digunakan antara lain adalah auditor menanyakan pegawai di bagian atau departemen
Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada pemisahan tugas atau kewajiban
antara bagian otorisasi penjualan, pencatatan atau penjurnalan, dan penerimaan kas
atau tidak. Prosedur lainnya adalah auditor memeriksa apakah dokumen berupa
ditandatangani oleh manajer yang berwenang atau tidak. Hal ini bertujuan untuk
melihat apakah ada persetujuan (approval) dari yang berwenang atau tidak.
Selanjutnya, auditor akan melakukan uji substantif atas transaksi. Bukti audit
yang digunakan adalah inspeksi dan perhitungan ulang (rekalkulasi). Inspeksi yang
dilakukan berupa vouching. Dokumen sumber atau bukti transaksi yang diperiksa
adalah faktur penjualan dan dokumen pengiriman. Prosedur audit yang dilakukan
antara lain auditor melakukan vouching dari jurnal penjualan ke dokumen sumber
20
berupa faktur penjualan. Prosedur ini digunakan untuk menguji asersi keterjadian,
Untuk asersi kelengkapan dan pisah batas, prosedur yang digunakan adalah
Desember 2017 dan beberapa sampel setelah tanggal pelaporan. Jumlah sampel yang
diperiksa pada PT X tahun buku 2017 adalah lima sampel sebelum tanggal pelaporan
Bukti audit berupa perhitungan ulang atau rekalkulasi juga digunakan dalam
menguji asersi akurasi. Prosedurnya adalah ambil sampel faktur penjualan kemudian
kalikan jumlah satuan barang dengan harga satuannya. Hal ini dilakukan dalam
rangka memeriksa apakah jumlah penjualan sama dengan perkalian jumlah satuan
Publik ABC melakukan prosedur analitis sebanyak tiga kali pada laporan keuangan
pelaksanaan, dan penyelesaian audit. Prosedur analitis ini dilakukan oleh auditor
analitisnya. Ada empat prosedur yang dilakukan. Pertama, auditor menghitung rasio
margin laba kotor, yakni perbandingan laba kotor terhadap penjualan. Kedua, auditor
dengan jumlah aset. Keempat, auditor menghitung periode penagihan piutang usaha,
yakni piutang usaha setelah dikurangi penyisihannya dibagi dengan penjualan dikali
Untuk akun piutang usaha, pengujian dilakukan dengan uji terinci atas saldo.
memiliki utang usaha kepada klien, kapan tanggalnya, dan berapa nominalnya.
Konfirmasi dilakukan dua kali, yakni konfirmasi interim dan yearend. Konfirmasi
interim dilakukan pada bulan November dan Desember 2017, sedangkan konfirmasi
Prosedur ini dapat menguji asersi eksistensi, alokasi dan penilaian, dan hak
dan kewajiban. Untuk asersi kelengkapan, prosedur audit yang digunakan adalah
Desember 2017. Prosedur ini dilakukan bersamaan dengan uji substantif atas transaksi
untuk menguji asersi pisah batas (cut off). Untuk asersi alokasi dan penilaian,
prosedur audit lain yang dilakukan adalah auditor menghitung ulang berapa cadangan
penerimaan kas pascatanggal pelaporan, yakni daftar penerimaan kas bulan Januari
dan Februari. Kedua, auditor akan memeriksa berapa kas yang diterima berupa
22
pelunasan piutang usaha dari pelanggan klien. Jika terdapat penerimaan kas
pascatanggal, auditor dapat meyakini bahwa saldo piutang usaha memang eksis
prosedur alternatif lainnya yang masih dapat digunakan adalah auditor menanyakan
pada pihak manajemen apakah piutang usaha ini benar dan masih eksis. Selanjutnya,
auditor akan melakukan vouching atas piutang usaha tersebut menuju jurnal penjualan
dan berujung sampai dengan dokumen sumber atau bukti transaksi berupa faktur
A. Landasan Teori
1. Pengertian audit
informasi yang dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen untuk
kriteria yang telah ditetapkan (Arens 2014, 4). Sependapat dengan Arens, American
Accounting Association dalam Gay dan Simnet (2010) mendefiniskan audit sebagai
proses sistematis dan objektif dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti sehubungan
dengan asersi, menetapkan derajat korespondensi antara asersi dengan kriteria yang
Hayes (2014, 13) membagi audit menjadi tiga jenis, yakni audit laporan
keuangan, audit operasional, dan audit kepatuhan. Hayes (2014, 13) menambahkan
bahwa audit laporan keuangan bertujuan untuk menguji apakah laporan keuangan
telah tersaji sesuai standar akuntansi keuangan atau tidak. Audit laporan keuangan
23
24
sendiri merupakan bagian dari asurans. Arens (2014, 8) menyatakan bahwa asurans
asurans terbatas (limited assurance). Senada dengan Gay dan Simentt, DSP IAPI
Perikatan Asurans (2012) membagi asurans menjadi dua jenis, yaitu perikatan yang
dapat dilihat dari tujuan, prosedur pengumpulan bukti, dan laporan asuransnya.
Dalam hal ini, audit tergolong asurans atau perikatan yang memberikan
dapat dilakukan oleh profesi akuntan publik (Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2011).
akuntan publik memberikan jasa asurans yang terdiri atas jasa audit atas informasi
keuangan historis, jasa reviu atas informasi keuangan historis, dan jasa asurans
lainnya. Tidak hanya jasa asurans, akuntan publik dapat juga memberikan jasa
pengumpulan bukti untuk perikatan yang memberikan keyakinan memadai terdiri atas
risiko yang telah dinilai, melaksanakan prosedur lanjutan yang secara jelas berkaitan
dengan risiko yang diidentifikasi dengan berbagai metode, dan mengevaluasi bukti
yang diperoleh. Arens (2014, 543) membagi prosedur audit siklus penjualan dan
penagihan piutang usaha menjadi empat tahap, yaitu pemahaman sistem pengendalian
internal, penilaian risiko, uji pengendalian dan substantif atas transaksi, dan prosedur
Tahap pertama dalam audit siklus penjualan dan penagihan piutang usaha
internal ini berkaitan dengan pemahaman proses bisnis klien atau pemahaman atas
kondisi perikatan. Hal ini tertuang dalam Kerangka untuk Perikatan Asurans.
Standar audit (SA) 315 menyatakan bahwa auditor harus memahami entitas
bisnis beserta sistem pengendalian internalnya. Hal ini dilakukan dalam rangka
melakukan penilaian risiko yang terkait dengan perusahaan atau bisnis. Bukti audit
yang dapat digunakan dalam memahami sistem pengendalian internal antara lain
inspeksi, wawancara atau bertanya kepada klien, observasi, dan pelaksanaan ulang
pengendalian internal dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu narasi, bagan alir
26
usul atau sumber dari seluruh dokumen dan pencatatan pada sistem. Kedua, sistem
kendalinya.
dokumen pada suatu organisasi (Arens 2014, 369). Romney (2012) menjelaskan tiga
jenis bagan alir, yaitu bagan alir dokumen (document flowchart), bagan alir sistem
(system flowchart), dan bagan alir program (program flowchart). Bagan alir yang
dimaksud oleh Arens (2014) adalah bagan alir dokumen. Laiknya narasi, bagan alir
yang baik harus memiliki empat ciri yang telah dijelaskan sebelumnya.
dibandingkan dengan narasi. Pertama, bagan alir lebih mudah untuk dibaca dan
dipahami. Hal ini disebabkan oleh bagan alir menggunakan simbol untuk
menunjukkan proses penjurnalan. Hal ini jauh lebih sederhana daripada narasi yang
hanya menggunakan kalimat atau paragraf yang rinci. Kedua, bagan alir (flowchart)
pengendalian internal perusahaan (Leung 2015, 389). Kuesioner ini lazim digunakan
pada entitas atau klien yang memiliki sistem pengendalian internal yang kompleks
(Tunggal 2016, 41). Jawaban dari pertanyaan pada umumnya ada tiga, yakni “ya”,
“tidak”, dan “tidak signifikan”. Jawaban “tidak signifikan” diberikan apabila kondisi
Auditor akan menelusuri dokumen dari asal usulnya sampai dokumen tersebut
b. Penilaian risiko
penilaian risiko (risk assessment). Standar audit (300) menyebutkan bahwa penilaian
risiko merupakan bagian dari perencanaan audit. Lebih lanjut, Tunggal (2016, 15)
mengidentifikasi dan merespons risiko suatu bisnis. Proses ini meliputi bagaimana
risiko. Pertama, auditor memerlukan kerangka kerja (framework) untuk menilai risiko
28
pengendalian (control risk). Kerangka kerja yang umum digunakan adalah matriks
risiko pengendalian (control risk matrix). Tujuan dari matriks ini adalah memudahkan
dengan tujuan audit terkait asersi. Arens (2014, 457) menjelaskan bahwa pada siklus
penjualan, auditor akan menguji lima asersi yang berkaitan dengan enam tujuan audit.
Asersi tersebut adalah keterjadian, kelengkapan, akurasi, klasifikasi, dan pisah batas.
Demikian pula pada saldo piutang usaha, auditor akan menguji empat asersi yang
berhubungan dengan delapan tujuan audit saldo piutang usaha (Arens 2014, 545).
Asersi tersebut adalah eksistensi, kelengkapan, alokasi dan penilaian, dan hak dan
kewajiban.
piutang usaha (Arens 2014, 453). Arens (2014, 374) menjelaskan bahawa pengendali
pengaruh paling besar dalam memenuhi tujuan audit terkait. Dengan kata lain, apabila
pengendalian internal yang lain gagal berfungsi, pengendali kunci akan menjadi
tameng atau benteng terakhir agar tujuan pengendalian internal dapat tercapai.
pengendalian dengan tujuan audit yang berkaitan dengan siklus penjualan dan
penagihan piutang usaha dan keempat, auditor akan mengevaluasi risiko pengendalian
pada setiap tujuan audit dengan cara mengevaluasi setiap kelemahan pengendalian
pada setiap tujuan audit (Arens 2014, 453). Tahap ini sangatlah penting mengingat
29
tahap ini akan menentukan apakah auditor akan melakukan uji pengendalian atau
tidak dan seberapa dalam auditor melakukan uji substantif atas transaksi.
pengendalian (test of control) dan uji substantif atas transaksi (substantive test of
transaction). Uji pengendalian merupakan bagian dari prosedur audit yang bertujuan
Risiko audit dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko pengendalian, dan risiko
deteksi (Leung 2015, 400). Jika auditor menetapkan risiko audit sebesar angka
tertentu, auditor harus pula menentukan risiko inheren, risiko pengendalian, dan risiko
deteksi. Risiko inheren jelas sudah ditentukan pada awal sebelum auditor melakukan
penilaian risiko. Ketika auditor melakukan uji pengendalian, auditor berharap risiko
rendah atau dengan kata lain lebih tinggi (Leung 2015, 401). Leung (2015, 402)
menambahkan bahwa risiko deteksi berbanding tebalik dengan jumlah bukti audit
yang harus dikumpulkan. Semakin tinggi risiko deteksi, semakin banyak bukti audit
memberi sinyal kepada auditor bahwa bukti audit yang dikumpulkan dapat menjadi
Uji pengendalian bukanlah tahapan prosedur audit yang harus atau wajib
dilakukan oleh auditor. Auditor dapat melewati tahap prosedur uji pengendalian dan
30
langsung melakukan uji substantif atas transaksi. Akan tetapi, jika auditor melewati
tahap prosedur uji pengendalian dan langsung melakukan uji substantif atas transaksi,
risiko pengendalian akan menjadi tinggi. Dengan demikian, risiko deteksi harus
ditekan serendah mungkin agar mencapai risiko audit yang diharapkan. Akibatnya,
auditor harus mengumpulkan bukti audit yang lebih banyak. Bahkan, boleh disebut
bahwa auditor harus mengaudit seluruh populasi, bukan sampel. Hal ini jelas akan
Uji pengendalian dapat dilakukan pada akhir tahun sebelum tanggal pelaporan.
Uji pengendalian ini juga disebut pengujian interim pengendalian (Tunggal 2016, 57).
Lebih lanjutnya, Tunggal (2016, 58) menjelaskan alasan auditor melakukan pengujian
tanggal interim mengingat asersi yang diuji mungkin tidak terlalu signifikan atau
pengendalian telah efektif pada audit tahun sebelumnya, atau mungkin lebih efisien
Prosedur uji pengendalian pada hakikatnya adalah untuk menguji asersi yang
berhubungan dengan tujuan audit (Arens 2014, 157). Pada siklus penjualan, prosedur
uji pengendalian dilakukan untuk menguji tujuan keterjadian (occurrence) antara lain
secara kredit, periksa faktur penjualan untuk mendukung dokumen bill of lading dan
pesanan pembelian, periksa berkas yang terdapat pada departemen penjualan, dan
(completeness) antara lain periksa dan hitung dokumen pengiriman yang berurutan
31
dan periksa berkas yang terdapat pada departemen penjualan (Arens 2014, 457).
Untuk tujuan akurasi, uji pengendalian dapat dilakukan dengan cara memeriksa faktur
harga yang tertera pada faktur dan otorisasinya, dan mengobservasi laporan bulanan
bukti bahwa data master piutang usaha telah direkonsiliasi dengan buku besar dan
observasi laporan bulanan yang dikirim ke pelanggan (Arens 2014, 457). Untuk
terdapat pemisahan kewajiban antara kasir yang menerima kas dengan bagian
oleh auditor dengan cara menanyakan kepada bagian akuntansi apakah ia pernah
menerima kas dari pelanggan atau menanyakan kepada kasir apakah ia pernah
melakukan ekstensi atau pengujian pengendalian tambahan atau tidak. Jika auditor
merasa telah cukup dalam pengujian pengendalian, auditor akan lanjut pada tahap
audit selanjutnya, yakni uji substantif atas transaksi. Uji substantif atas transaksi
32
dilakukan untuk menguji akun penjualan pada laporan laba rugi. Pengujian ini juga
(completeness), prosedur audit yang dapat dilakukan adalah trasir atau telusuri seluruh
bukti transaksi seperti faktur penjualan dan dokumen pengiriman ke jurnal penjualan.
mentrasir ke jurnal penjualan. Jika ada faktur penjualan yang tidak ada, auditor akan
memeriksa apakah terdapat pembatalan faktur penjualan nomor yang tidak ada dan
Untuk tujuan akurasi, prosedur audit yang dapat dilakukan adalah inspeksi
berupa vouching dan perhitungan ulang atau rekalkulasi. Pada tujuan ini, auditor akan
fokus pada tiga hal. Pertama, berapa jumlah barang yang dikirim atau dijual. Kedua,
berapa jumlah tagihan atas barang yang dikirim atau dijual. Ketiga, apakah pencatatan
penjualan telah sesuai dengan tagihan. Oleh karena itu, auditor akan membandingkan
jumlah barang yang tertera pada dokumen pengiriman dengan faktur penjualan.
Selanjutnya, auditor akan menghitung ulang jumlah harga pada faktur penjualan
dengan mengalikan jumlah barang dengan harga satuan kemudian melakukan cross-
Untuk tujuan posting dan pengikhtisaran, prosedur audit yang dapat dilakukan
adalah trasir atau telusuri faktur penjualan dan dokumen pengiriman ke jurnal
33
penjualan. Setelah itu, trasir atau telusuri angka pada jurnal penjualan ke buku besar
piutang usaha. Selain itu, auditor dapat pula melakukan cross-footing pada jurnal
tetapi, auditor tetap harus fokus pada tujuan ini. Prosedur audit yang digunakan untuk
menguji tujuan klasifikasi adalah vouching jurnal penjualan ke bukti transaksi dan
berkaitan dengan asersi pisah batas (cut off). Prosedur audit yang dapat dilakukan
adalah vouching. Auditor akan memilih sampel transaksi yang terjadi pada akhir
bulan Desember tahun buku yang diaudit dan awal bulan Januari tahun buku
depannya. Salah saji yang mungkin terjadi berkaitang dengan syarat dan ketentuan
Tahap terakhir dalam audit siklus penjualan dan penagihan piutang usaha
adalah prosedur analitis (analytical procedure) dan uji terinci atas saldo (test of detail
balance). Baik prosedur analitis maupun uji terinci atas saldo digunakan untuk
menguji asersi dan tujuan audit saldo piutang usaha pada laporan keuangan tepatnya
Hal ini berbeda dengan uji pengendalian dan uji substantif atas transaksi. Uji
pengendalian dan uji substantif atas transaksi fokus menguji asersi dan tujuan audit
akun penjualan pada siklus penjualan. Kedua uji tersebut digunakan untuk
memastikan agar angka pada akun penjualan tidak terdapat salah saji.
salah satu bukti audit. Prosedur analitis terdiri atas pengevaluasian atas informasi
keuangan yang dilakukan dengan menelaah hubungan yang dapat diterima antara data
keuangan dan data non-keuangan. Prosedur analitis juga mencakup investigasi atas
fluktuasi yang sudah diidentifikasi, hubungan yang tidak konsisten antara satu
informasi dengan informasi lainnya, atau data keuangan yang menyimpang secara
tiga kali selama mengaudit. Pertama, prosedur analitis dilakukan selama perencanaan
audit atau dengan kata lain dilakukan sebelum melakukan audit. Kedua, prosedur
analitis dilakukan ketika pelaksanaan uji terinci atas saldo atau dengan kata lain ketika
hanya pada akun piutang usaha saja, tetapi juga pada akun penjualan. Prosedur
analitis pada umumnya dilakukan setelah tanggal pelaporan keuangan, tetapi sebelum
uji terinci atas saldo dilakukan. Hal ini dilakukan auditor dalam rangka
pada akun baik pada laporan laba rugi maupun pada laporan posisi keuangan.
35
Prosedur analitis sejatinya bukanlah bukti audit yang dapat menyimpulkan apakah
asersi telah lolos uji atau tidak, melainkan bukti audit yang mengarahkan auditor
Leung (2015, 582) menjelaskan ada lima rasio yang dapat digunakan dalam
audit siklus penjualan dan penagihan piutang usaha. Pertama, hitunglah rasio
perputaran aset, yakni penjualan dibagi dengan jumlah aset. Kedua, bandingkan
penjualan tahun yang diaudit dengan tahun sebelumnya. Ketiga, hitunglah rasio
margin laba kotor dan bandingkan dengan tahun sebelumnya. Keempat, hitunglah
periode penagihan piutang usaha, yakni piutang usaha dibagi dengan penjualan dikali
dengan 365 hari. Kelima, bandingkan beban piutang tak tertagih dengan penjualan
Selanjutnya, auditor akan melakukan uji terinci atas saldo (test of detail
balance). Pengujian ini dilakukan untuk menguji asersi dan tujuan audit berkaitan
dengan saldo piutang usaha. Arens (2014, 546) menjelaskan lima belas prosedur audit
prosedur auditnya adalah sebagai berikut. Pertama, periksa saldo piutang usaha klien
khususnya yang nilainya relatif besar dan tidak biasa. Kedua, lakukan konfirmasi
positif eksternal kepada pelanggan klien. Standar audit 500 (2012) menyatakan bahwa
konfirmasi eksternal adalah bukti audit yang diperoleh auditor sebagai respons tertulis
secara langsung dari pihak ketiga, yakni pihak yang mengonfirmasi, dalam bentuk
positif. Jika auditor menggunakan konfirmasi negatif, ada risiko jika pelanggan tidak
menyatakan bahwa saldo piutang usahanya sudah sesuai atau malah pelanggan tidak
dapat menguji asersi alokasi dan penilaian serta hak dan kewajiban (Arens 2014, 546).
Jika konfirmasi tidak diterima setelah dilakukan konfirmasi sebanyak dua kali,
lakukan prosedur alternatif (Arens 2014, 542). Tujuannya sama dengan prosedur
sebelumnya, yakni untuk menguji asersi eksistensi, alokasi dan penilaian, dan hak dan
kewajiban. Arens (2014, 542) menjelaskan bahwa prosedur alternatif yang dapat
dilakuan ada empat cara. Pertama, periksa penerimaan kas pascatanggal pelaporan.
Kedua, periksa faktur penjualan apakah benar piutang usaha tersebut memang ada dan
benar angkanya atau tidak. Ketiga, periksa dokumen pengiriman barang seperti bill of
lading untuk memastikan adanya penjualan secara kredit. Langkah terakhir yang
Untuk asersi alokasi dan penilaian, selain dengan cara konfirmasi eksternal,
auditor perlu menguji apakah piutang usaha telah disajikan pada cash realizable value
atau tidak. Prosedurnya adalah auditor mengambil sepuluh sampel saldo piutang
usaha dan lakukan perhitungan ulang atau rekalkulasi untuk menghitung besarnya
penyisihan atau cadangan kerugian piutang tak tertagih (Arens 2014, 546).
37
yang dapat digunakan adalah trasir atau telusuri lima sampel saldo piutang usaha dari
berkas master sampai dengan ke neraca percobaan. Akan tetapi, lebih disarankan jika
auditor mentrasir atau menelurusuri lima sampel saldo piutang usaha dari bukti
transaksi atau dokumen sumber, yakni faktur penjualan ke jurnal penjualan kemudian
Dalam menguji empat asersi dan delapan tujuan audit saldo, auditor harus
reabilitas bukti audit dapat mendukung sehingga hasil audit yang dilakukan dapat
B. Pembahasan
Berdasarkan data prosedur audit siklus penjualan dan penagihan piutang usaha
oleh Kantor Akuntan Publik ABC pada laporan keuangan PT X tahun buku 2017 pada
Bab II Data dan Fakta, prosedur pertama yang dilakukan Kantor Akuntan Publik ABC
ketika mengaudit siklus penjualan dan penagihan piutang usaha PT X adalah auditor
memahami bagaimana proses bisnis klien khususnya siklus penjualan dan penagihan
piutang usaha beserta sistem pengendalian internalnya. Bukti audit yang digunakan
ulang (reperformance).
38
Tahap atau prosedur pertama yang dilakukan Kantor Akuntan Publik ABC
internal perusahaan yang diaudit diperlukan agar auditor dapat menilai risiko inheren
perusahaan dan risiko pengendalian atas desain sistem pengendalian internal yang
Standar audit (SA) 315 menyatakan bahwa auditor harus memahami entitas
bisnis beserta sistem pengendalian internal dalam rangka melakukan penilaian risiko
yang terkait dengan perusahaan atau bisnis. Selain itu, pemahaman atas sistem
dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Setelah itu, auditor dapat menentukan
Kantor Akuntan Publik ABC melakukan dua prosedur audit untuk memahami
manajemen bagaimana proses atau siklus penjualan dan penagihan piutang usaha di
bagan alir (flow chart) dalam rangka memudahkan auditor dalam membaca dan
memahami proses bisnis klien. Dari bagan alir (flowchart) tersebut, auditor dapat
mengetahui apa saja dokumen sumber atau bukti transaksi yang terlibat dalam siklus
penjualan dan penagihan piutang usaha. Dokumen sumber atau bukti transaksi
tersebutlah yang nantinya akan diperiksa oleh auditor dalam pelaksanaan prosedur
audit selanjutnya.
39
Pertama, ada risiko bias ketika auditor melakukan wawancara atau permintaan
keterangan dengan klien. Pemahaman auditor akan jawaban klien dapat berbeda
dengan auditor lainnya. Selain itu, keandalan jawaban klien atas pertanyaan auditor
masih dapat dipertanyakan mengingat jawaban dari responden dapat berbeda dengan
responden lainnya.
siklus penjualan dan penagihan piutang usaha perusahaan. Setelah itu, auditor
membaca dan menganalisis apa saja risiko inheren dan risiko pengendalian atas siklus
penjualan dan penagihan piutang usaha. Akan tetapi, karena PT X selaku auditee
tidak memiliki bagan alir (flowchart), auditor memilih prosedur bertanya kepada
pihak manajemen tentang bagaimana siklus penjualan dan penagihan piutang usaha di
perusahaan tersebut.
sumber atau bukti transaksi sampai neraca percobaan pada siklus penjualan dan
penagihan piutang usaha. Pada prosedur ini, auditor akan melihat secara langsung
bagaimana proses bisnis klien lebih komprehensif serta sistem pengendalian internal
Prosedur kedua yang dilakukan juga sudah relevan dalam rangka memahami
kedua ini memiliki kelebihan dibandingkan prosedur pertama, prosedur kedua ini
dapat melengkapi kekurangan atau kelemahan prosedur yang pertama. Ketika auditor
penagihan piutang usaha perusahaan daripada auditor sekadar bertanya kepada pihak
apakah jawaban klien tentang bagaimana sistem telah sesuai dengan keadaan atau
teori agar auditor mendapatkan bukti audit yang tepat dan cukup. Berdasarkan
pembahasan di atas, dapat dituliskan bahwa prosedur Kantor Akuntan Publik ABC
2. Penilaian risiko
Bab II Data dan Fakta menunjukkan bahwa seusai melakukan prosedur untuk
memahami sistem pengendalian internal klien, auditor Kantor Akuntan Publik ABC
akan melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko (risk assessment) tidak dilakukan
oleh anggota tim (assistance), melainkan setidaknya ketua tim (auditor in charge).
Penilaian risko ini dilakukan dengan melihat bagan alir (flowchart) yang telah dibuat
oleh auditor berdasarkan hasil wawancara atau permintaan keterangan kepada pihak
manajemen.
41
Tahap kedua yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC sudah
sesuai dan benar. Standar audit (300) menyebutkan bahwa penilaian risiko merupakan
bagian dari perencanaan audit. Penilaian risiko nantinya akan menentukan bagaimana
prosedur audit yang harus dilakukan dalam rangka menguji asersi pada laporan
Selain itu, tanggung jawab penilaian risiko tidak dilakukan oleh anggota tim
(assistance), tetapi setidaknya ketua tim (auditor in charge) sudah benar juga.
lapangan. Standar audit (SA) 320 menyatakan bahwa dalam menentukan materialitas,
aspek pertimbangan profesional sangat diperlukan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam
risiko harus dilakukan dengan benar dan tepat. Dengan demikian, auditor yang
melakukan penilaian risiko seyogyanya memiliki pengalaman yang cukup. Hal ini
profesionalnya.
Risiko yang dinilai oleh auditor sudah benar dan tepat, yakni risiko inheren
atau melekat dan risiko pengendalian. Dari kedua risiko ini, auditor dapat menentukan
berapa selera risikonya (risk appetite). Setelah menentukan selera risiko, auditor baru
dapat menentukan angka risiko deteksinya untuk mendapatkan risiko audit yang
diharapkan.
Bab II Data dan Fakta menyatakan bahwa auditor Kantor Akuntan Publik
ABC menentukan risiko audit dalam rangka menentukan tingkat materialitas baik
untuk keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap akun. Setelah mengidentifikasi apa saja
42
risiko pada siklus penjualan dan penagihan piutang PT X tahun buku 2017, auditor
atau perangkat lunak Microsoft Excel. Angka materialitas yang ditentukan adalah
Alasan yang dinyatakan oleh auditor Kantor Akuntan Publik ABC sudah
benar dan sesuai standar audit. Standar audit (SA) 320 menyatakan bahwa dalam
menyusun strategi audit, auditor harus menentukan angka materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan. Nantinya, jika terdapat satu atau lebih golongan
transaksi, auditor baru menentukan angka materialitas untuk tiap-tiap akun secara
Bab II Data dan Fakta menunjukkan bahwa pada audit laporan keuangan PT X
tahun buku 2017, auditor menggunakan pendekatan aset untuk menentukan tingkat
persentase tertentu dengan jumlah aset. Pada audit laporan keuangan PT X tahun
2017, Kantor Akuntan Publik ABC menentukan bahwa tingkat materialitasnya adalah
5% dari jumlah aset PT X. Dari angka materialitas tersebut, auditor baru akan
Pada audit akun piutang usaha PT X tahun buku 2017, Kantor Akuntan Publik
ABC berani menetapkan sampel yang relatif rendah pada audit saldo piutang usaha.
Kantor Akuntan Publik ABC menetapkan sampel sebesar 75% dari populasi piutang
tergolong baik.
43
Langkah yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC sudah benar dan
aset, pendapatan, atau ekuitas. Hal ini didasarkan pada pertimbangan profesional
tergolong baik, auditor dapat menentukan angka materialitas yang cukup tinggi, yakni
sebesar 5%.
Bab II Data dan Fakta menjelaskan bahwa pada audit transaksi penjualan, ada
transaksi penjualan menurut bulan terjadinya, yakni sejak bulan Januari 2017 sampai
nilainya relatif besar dan ditujukan kepada pelanggan yang baru atau jarang
melakukan transaksi. Untuk audit saldo piutang usaha, auditor memilih saldo piutang
yang nominalnya relatif besar dan merupakan penjualan kepada pelanggan yang
jarang dilakukan.
Prosedur sampling yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC sudah
benar dan sesuai dengan teori sampling. Langkah pertama dalam sampling berupa
Pertama, adanya risiko salah saji pada transaksi penjualan dan saldo piutang
yang nilainya relatif kecil atau sedang. Ketika auditor memilih sampel yang nilainya
relatif besar, auditor dapat kecolongan terhadap transaksi penjualan yang nilainya
relatif kecil atau sedang. Kedua, adanya risiko salah saji pada transaksi penjualan dan
saldo piutang kepada pelanggan prioritasnya. Ketika auditor memilih sampel berupa
44
penjualan kredit kepada pelanggan yang jarang melakukan transaksi dengan klien,
auditor secara tidak langsung meyakini bahwa seluruh penjualan klien kepada
pelanggan yang sering bertransaksi atau dengan kata lain pelanggan prioritas sudah
teruji asersinya.
jumlah sampel yang sama untuk setiap bulannya. Selanjutnya, sampel transaksi yang
dipilih pada setiap bulannya adalah sampel secara acak tidak terikat oleh berapa
Nantinya, jika auditor merasa bukti audit masih tidak mencukupi, auditor
Maksudnya, sampel yang dipilih memiliki peluang yang tidak sama untuk terpilih.
yang dimaksud adalah transaksi yang nilainya relatif besar atau transaksi kepada
Bab II Data dan Fakta menjelaskan bahwa setelah melakukan penilaian risiko,
auditor melakukan uji pengendalian dan uji substantif atas transaksi. Pada audit
Berdasarkan wawancara, auditor Kantor Akuntan Publik ABC menjelaskan alasan uji
Tahapan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik ABC seusai melakukan
penilaian risiko sudah benar dan sesuai. Akan tetapi, alasan yang dikemukakan oleh
auditor Kantor Akuntan Publik ABC sedikit kurang tepat. Alasan jumlah transaksi
penjualan klien yang cukup banyak sehingga auditor tidak mungkin memeriksa
seluruh transaksi secara komprehensif satu per satu tidak berkaitan dengan perlunya
Alasan yang lebih tepat auditor melakukan uji pengendalian adalah auditor
dengan baik atau belum. Bab II Data dan Fakta menyatakan bahwa hasil pemahaman
demikian, uji pengendalian perlu dilakukan untuk menguji apakah desain sistem
Bukti audit yang digunakan pada uji pengendalian adalah obervasi, permintaan
digunakan antara lain adalah auditor menanyakan pegawai di bagian atau departemen
Pertanyaan yang diajukan antara lain apakah ada pemisahan tugas atau
penerimaan kas atau tidak. Selain itu, prosedur lain yang dilakukan adalah auditor
dokumen pengiriman sudah ditandatangani oleh manajer yang berwenang atau tidak.
46
Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada persetujuan (approval) dari yang
Prosedur yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC dalam menguji
pengendalian sudah benar dan sesuai dengan teori audit. Uji pengendalian biasa
auditor akan melakukan uji substantif atas transaksi. Bukti audit yang digunakan
adalah inspeksi dan perhitungan ulang (rekalkulasi). Inspeksi yang dilakukan berupa
vouching. Dokumen sumber atau bukti transaksi yang diperiksa adalah faktur
penjualan dan dokumen pengiriman. Prosedur audit yang dilakukan antara lain auditor
penjualan. Prosedur ini digunakan untuk menguji asersi keterjadian, akurasi, dan
klasifikasi.
Prosedur yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC sudah benar
dan sesuai dengan teori audit. Bukti audit inspeksi berupa vouching jurnal penjualan
ke bukti transaksi atau dokumen sumber, yakni faktur penjualan dan dokumen
pengiriman sudah relevan dan andal dalam menguji asersi keterjadian, akurasi, dan
klasifikasi.
Untuk menguji asersi akurasi, auditor juga menggunakan bukti audit berupa
perhitungan ulang atau rekalkulasi juga digunakan dalam menguji asersi akurasi.
Prosedurnya adalah ambil sampel faktur penjualan kemudian kalikan jumlah satuan
barang dengan harga satuannya. Hal ini dilakukan dalam rangka memeriksa apakah
47
jumlah penjualan sama dengan perkalian jumlah satuan barang dengan harga satuan
atau tidak.
perkalian jumlah satuan barang dengan harga satuan sudah relevan dalam menguji
asersi akurasi. Prosedur ini melengkapi prosedur vouching jurnal penjualan ke bukti
transaksi atau dokumen sumber berupa faktur penjualan dalam rangka menguji asersi
akurasi. Prosedur ini merupakan bagian dari sikap skeptisisme profesional auditor.
Auditor merasa skeptis dengan menanyakan dirinya sendiri apakah jumlah penjualan
pada faktur sudah sama dengan perkalian jumlah satuan barang dengan harga
Untuk asersi kelengkapan dan pisah batas, prosedur yang digunakan adalah
Desember 2017 dan beberapa sampel setelah tanggal pelaporan. Jumlah sampel yang
diperiksa pada PT X tahun buku 2017 adalah lima sampel sebelum tanggal pelaporan
yakni 31 Desember 2017 dan beberapa sampel setelah tanggal pelaporan, yakni
transaksi bulan Januari 2018 sudah relevan dalam menguji asersi pisah batas (cut off).
Prosedur ini lazim digunakan dalam menguji asersi pisah batas (cut off). Melalui
prosedur ini, auditor Kantor Akuntan Publik ABC dapat meyakini bahwa transaksi
Namun, prosedur ini tidak dapat digunakan untuk menguji asersi kelengkapan.
Dengan hanya melakukan vouching lima sampel transaksi penjualan sebelum tanggal
48
pelaporan dan lima sampel transaksi penjualan setelah tanggal pelaporan, auditor
tidak dapat meyakini bahwa seluruh transaksi penjualan PT X tahun buku 2017 sudah
dicatat pada jurnal penjualan. Ada risiko transaksi penjualan pada bulan selain bulan
Seyogyanya, prosedur audit yang dapat dilakukan dalam rangka menguji asersi
faktur penjualan yang loncat nomor fakturnya. Hal ini dilakukan mengingat PT X
terdapat faktur penjualan yang loncat, auditor dapat menanyakan di mana faktur
dibakar, atau dengan cara lainnya. Jika perusahaan bermaksud membatalkan transaksi
Faktur penjualan yang batal transaksinya tersebut tidak boleh dihilangkan atau
penjualan yang berurutan nomor fakturnya sudah dicatat, asersi kelengkapan sudah
teruji oleh auditor. Demikian sebaliknya, jika terdapat faktur penjualan yang belum
Bab II Data dan Fakta menyatakan bahwa auditor Kantor Akuntan Publik
ABC melakukan prosedur analitis sebanyak tiga kali pada laporan keuangan PT X
tahun buku 2017. Prosedur analitis dilakukan menggunakan aplikasi atau perangkat
Prosedur analitis yang dilakukan Kantor Akuntan Publik ABC sudah benar
dan sesuai dengan teori. Prosedur analitis yang kedua pada saat pelaksanaan dapat
membantu mengarahkan auditor ketika auditor melakukan uji terinci atas saldo pada
Bab II Data dan Fakta menjelaskan bahwa pada pelaksanaan audit, auditor
menggunakan rasio keuangan dalam prosedur analitisnya. Ada empat prosedur yang
dilakukan. Pertama, auditor menghitung rasio margin laba kotor, yakni perbandingan
perputaran aset, yakni penjualan dibagi dengan jumlah aset. Keempat, auditor
menghitung periode penagihan piutang usaha, yakni piutang usaha setelah dikurangi
Perbedaan antara prosedur analitis auditor Kantor Akuntan Publik ABC dan
teori terletak pada perhitungan rasio antara beban penurunan nilai piutang usaha
terhadap penjualan dan terhadap piutang usaha. Rasio ini dapat membantu auditor
melihat apakah nilai beban penurunan nilai piutang tahun buku 2017 terlalu rendah
Untuk akun piutang usaha, pengujian dilakukan dengan uji terinci atas saldo.
memiliki utang usaha kepada klien, kapan tanggalnya, dan berapa nominalnya.
Konfirmasi dilakukan dua kali, yakni konfirmasi interim dan yearend. Konfirmasi
interim dilakukan pada bulan November dan Desember 2017, sedangkan konfirmasi
yearend dilaksanakan pada bulan Januari 2018. Prosedur ini dapat menguji asersi
Konfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang relevan dan cukup untuk
menguji asersi eksistensi, alokasi dan penilaian, serta hak dan kewajiban pada saldo
piutang usaha. Hal ini disebabkan oleh pernyataan dari pihak ketiga, yakni pelanggan
klien memiliki keandalan yang lebih daripada pernyataan dari klien itu sendiri.
Pelaksanaan konfirmasi sebanyak dua kali juga sangat membantu auditor dalam
menguji asersi tersebut. Konfirmasi interim dilakukan untuk memeriksa apakah saldo
piutang usaha per tanggal 31 Oktober 2017 sudah benar atau tidak. Jika saldo 31
Oktober 2017 sudah benar, auditor akan menelusuri saldo tersebut sampai dengan
Selain itu, untuk asersi alokasi dan penilaian, prosedur audit lain yang
dilakukan adalah auditor menghitung ulang berapa cadangan kerugian penurunan nilai
piutang. Prosedur ini juga sudah relevan dan benar. Piutang usaha disajikan dalam
cash realizable value. Dengan demikian, piutang usaha harus disajikan sebesar nilai
penurunan piutang sudah benar atau tidak, auditor harus menghitung ulang berapa
sebelum tanggal pelaporan dan sesudah tanggal pelaporan, yakni 31 Desember 2017.
Prosedur ini dilakukan bersamaan dengan uji substantif atas transaksi untuk menguji
Prosedur vouching lima sampel berurutan sebelum tanggal pelaporan dan lima
sampel berurutan setelah tanggal pelaporan tidak dapat digunakan untuk menguji
penjualan sebelum tanggal pelaporan dan lima sampel transaksi penjualan setelah
tanggal pelaporan, auditor tidak dapat meyakini bahwa seluruh piutang usaha PT X
tahun buku 2017 sudah dicatat pada jurnal penjualan. Ada risiko piutang usaha pada
Seyogyanya, prosedur audit yang dapat dilakukan dalam rangka menguji asersi
seluruh pelanggan PT X baik yang memiliki utang usaha pada PT X maupun tidak
atau baik yang bertransaksi dengan PT X pada tahun buku 2017 maupun tidak. Alasan
ingin mengetahui apakah terdapat piutang usaha pada pelanggan PT X yang belum
dicatat. Auditor khawatir ada pelanggan PT X yang tidak punya utang usaha pada PT
52
X atau dengan kata lain saldo piutang usaha pada pelanggan tersebut Rp0,00, ternyata
konfirmasi eksternal yang kedua. Melalui cara ini, auditor dapat meyakini bahwa
Bab II Data dan Fakta menjelaskan lebih lanjut bahwa apabila konfirmasi
eksternal tidak didapatkan dari pelanggan klien, auditor akan melakukan prosedur
pelaporan, yakni daftar penerimaan kas bulan Januari dan Februari. Setelah itu,
auditor akan memeriksa berapa kas yang diterima berupa pelunasan piutang usaha
dari pelanggan klien. Jika terdapat penerimaan kas pascatanggal, auditor dapat
meyakini bahwa saldo piutang usaha memang eksis keberadaannya dan nominanya.
Dengan demikian, asersi eksistensi, alokasi dan penilaian, dan hak dan kewajiban
dapat teruji.
Tak hanya sampai di situ, Bab II Data dan Fakta menjelaskan lebih lanjut
bahwa jika masih tidak ditemukan adanya penerimaan kas pascatanggal pelaporan,
prosedur alternatif lainnya yang masih dapat digunakan adalah auditor menyakan
pada pihak manajemen apakah piutang usaha ini benar dan masih eksis. Selanjutnya,
auditor akan melakukan vouching atas piutang usaha tersebut menuju jurnal penjualan
dan berujung sampai dengan dokumen sumber atau bukti transaksi berupa faktur
Prosedur alternaltif yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC sudah
benar sesuai dengan teori audit. Prosedur alternatif harus dilakukan apabila prosedur
umumnya tidak memberikan hasil yang membuat auditor yakin bahwa asersi laporan
PENUTUP
A. Simpulan
penjualan dan penagihan piutang usaha KAP ABC pada laporan keuangan PT X tahun
buku 2017 yang penulis sajikan pada Bab II Data dan Fakta serta pembahasannya
pada Bab III Landasan Teori dan Pembahasan, penulis dapat menarik simpulan
sebagai berikut.
1. Prosedur yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC dalam rangka
sudah benar dan sesuai dengan teori. Auditor Kantor Akuntan Publik ABC
2. Prosedur yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC dalam rangka
54
55
penagihan piutang usaha PT X tahun buku 2017 dan bagaimana desain sistem
Publik ABC melakukan penilaian risiko baik risiko inheren maupun risiko
pengendalian PT X tahun buku 2017 beserta risiko apa saja yang telah
diidentifikasi. Data yang penulis dapatkan secara tidak langsung adalah salah
satu risiko inheren transaksi penjualan PT X tahun buku 2017 adalah jumlah
penjualan PT X tahun buku 2017 banyak. Alasan tersebut tidak sesuai dengan
teori. Alasan yang tepat auditor melakukan uji pengendalian adalah auditor
6. Prosedur yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC pada uji
pengendalian sudah benar dan sesuai dengan teori. Prosedur yang dilakukan
pekerjaan atau tugas pokok dan fungsinya. Selain itu, auditor juga memeriksa
7. Prosedur yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC pada uji
substantif atas transaksi sudah benar dan sesuai dengan teori untuk pengujian
8. Akan tetapi, prosedur yang dilakukan untuk menguji asersi kelengkapan pada
lima sampel transaksi sebelum dan lima sampel transaksi sesudah tanggal
pelaporan. Prosedur ini tidak dapat menguji asersi kelengkapan karena ada
9. Auditor Kantor Akuntan Publik ABC melakukan prosedur analitis pada saat
pelaksanaan audit siklus penjualan dan penagihan piutang usaha. Ada empat
10. Perbedaan antara rasio keuangan yang digunakan auditor Kantor Akuntan
Publik ABC dengan teori terletak pada perhitungan rasio beban penurunan
11. Prosedur yang dilakukan auditor Kantor Akuntan Publik ABC pada uji terinci
atas saldo sudah benar dan sesuai dengan teori untuk pengujian asersi
12. Akan tetapi, prosedur yang dilakukan untuk menguji asersi kelengkapan pada
saldo piutang usaha tidak relevan. Auditor KAP ABC melakukan vouching
lima sampel transaksi sebelum dan lima sampel transaksi sesudah tanggal
pelaporan. Prosedur ini tidak dapat menguji asersi kelengkapan karena ada
B. Saran
penulis dapat mengemukakan saran untuk Kantor Akuntan Publik ABC sebagai
berikut.
bukan karena jumlah transaksi penjualan klien banyak. Hal ini bertujuan untuk
penjualan klien banyak, auditor dapat melakukan audit pada sampel transaksi,
bukan populasi.
2. Dalam rangka menguji asersi kelengkapan pada uji substantif atas transaksi
sebagai berikut.
58
fakturnya. Hal ini dilakukan apabila klien telah menggunakan sistem faktur
gagal teruji
3. Dalam rangka menguji asersi kelengkapan pada uji terinci atas saldo piutang
usaha, auditor Kantor Akuntan Publik ABC dapat melakukan prosedur sebagai
baik yang memiliki utang usaha pada klien maupun tidak atau baik yang
bertransaksi dengan klien pada tahun buku yang diaudit maupun tidak.
59
DAFTAR PUSTAKA
DSP IAPI. 2012b. Standar Audit 200: Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan
Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit. Jakarta: IAPI.
DSP IAPI. 2012c. Standar Audit 300: Perencanaan Suatu Audit atas Laporan
Keuangan. Jakarta: IAPI.
DSP IAPI. 2012d. Standar Audit 315: Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko
Kesalahan Penyajian Material melalui Pemahaman atas Entitas dan
Lingkungannya. Jakarta: IAPI.
DSP IAPI. 2012d. Standar Audit 320: Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan
Pelaksanaan Audit. Jakarta: IAPI.
DSP IAPI. 2012e. Standar Audit 500: Bukti Audit. Jakarta: IAPI.
Gay, Grant dan Roger Simnett. 2010. Auditing and Assurance Services in Australia.
Edisi ke-4. Canberra: McGraw-Hill.
Hayes, Rick, Phillip Wallage, dan Hans Gortemaker. 2014. Principle of Auditing: An
Introduction to International Standards on Auditing. Edisi ke-3. New Jersey:
Pearson.
60
Philomena Leung et. al. 2015. Modern Auditing and Assurance Services. Edisi ke-6.
Quensland: John Wiley and Sons.
Pusat Pembinaan Profesi Keuangan. 2018. Daftar Kantor Akuntan Publik (KAP) yang
Telah Memperoleh Izin dari Menteri Keuangan per 28 Februari 2018. Jakarta:
Kementerian Keuangan RI.
Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart. 2012. Accounting Information System.
Edisi ke-12. London: Pearson.
Peraturan Perundang-Undangan