Bahan Ajar KWN Farmasi 2019
Bahan Ajar KWN Farmasi 2019
Pertemuan :I
Materi : Konsep Negara dan Warga Negara
Bahan Kajian : - Penjelasan RPS
- Pengertian Negara
- Teori terbentuknya Negara dan bentuk-bentuk Negara
- Pengertian Warga Negara Indonesia
2. BAHAN KAJIAN :
2.1 Pengertian Negara
Istilah Negara berasal dari kata : staat (Belanda dan Jerman), state (Inggris) dan etat
(Perancis) 1. Secara etimologi Negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di antara
satu kelompok masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam suatu
kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat 2.
Banyak ahli hukum yang mendefinisikan Negara, salah satunya adalah Kranenburg . Ia
mendefinisikan Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi
yang bertujuan untuk memelihara kepentingan dan terlebih dahulu yang harus ada
adalah kelompok manusia, sedangkan Negara adalah sekunder artinya itu menyusul
kemudian3.
1
Donatus Patty, Ilmu Negara, ________, Kupang, 1995, hlm. 17
2
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani – Edisi Revisi, Prenada Media Group, Jakarta, 2012, hlm. 120
3
Donatus Patty, Ilmu Negara, Op., Cit., hlm. 18
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |2
makhluk hidup. Penganut teori ini antara lain Plato, Cicero dan Nicholas dari
Cusal (1401-1464 Masehi)10.
10
Ibid., hlm 49-50
11
Ibid., hlm. 50-51
12
Ibid., hlm. 51
13
Ibid., hlm. 51-52
14
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education)….., Op., Cit., hlm. 126-127
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |4
Sedangkan tentang pilihan menjadi warga Negara bagi anak yang dimaksud pada
pasal-pasal sebelumnya dijelaskan dalam pasal 6 UU KRI yaitu :
(1) Dalam hal status Kewarganegaraan Republik Indonesia terhadap anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, huruf d, huruf h, huruf 1, dan
Pasal 5 berakibat anak berkewarganegaraan ganda, setelah berusia, 18
(delapan belas) tahun atau sudah kawin anak tersebut harus menyatakan
memilih salah satu kewarganegaraannya.
Pertemuan : II
Materi : Konsep Warga Negara dan Warga Negara (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Asas-asas kewarganegaraan
- Hak dan Kewajiban Warga Negara
- Hubungan Negara dengan Warga Negara
1. Bahan Kajian
1.1 Asas-asas kewaranegaraan
Asas-asas kewarganegaraan merupakan prinsip-prinsip umum dalam penentuan suatu
kewarganegaraan. Sebagai prisnip / landasan dalam penentuan kewarganegaraan
dapat ditentukan melalui 3 asas yakni 15:
Asas Ius Sanguinis adalah asas penentuan kewaganegaraan berdasarkan pertalian
darah atau keturunan. Kewarganegaraan orangtua menjadi pokok sorotannya tanpa
mengindahkan dimana tempat dan keberadaan orangtuanya.
Asas Ius Soli adalah asas penentuan kewarganegaraan berdasarkan tempat dimana
seseorang dilahirkan. Asas Ius Soli biasanya digunakan oleh negara-negara yang
sebagian besar penduduknya berasal dari kaum imigran misalnya Amerika Serikat,
Kanada dan Australia.
Asas Campuran adalah penganutan terhadap penggunaan asas ius sanguinis dan
asas Ius Soli secara bersamaan atas dasar pertimbangan keuntungan bagi
kepentingan negara yang bersangkutan. Contoh : India dan Pakistan.
Sehubungan dengan ketiga asas tersebut maka setiap negara bebas memilih asas
mana yang hendak dipakai tergantung kepentingannya masing-masing. Dalam
penerapan ketiga asas tersebut memunculkan stelsel sebagai instrumennya, yaitu
15
Mardenis, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2016, hlm. 20
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |8
stelsel aktif dan stelsel pasif. Stelsel aktif adalah stelsel yang mengharuskan
seseorang mengusahakan sendiri status kewarganegaraannya dengan cara
mengajukan permohonan kepada Presiden melalui menteri Hukum dan HAM.
Sedangkan stelsel pasif adalah stelsel yang tidak mengharuskan seseorang untuk
melakukan tindakan hukum tertentu untuk dapat menjadi warga negara Indonesia.
Contohnya jika orangtua kita adalah WNI maka pada saat lahir kita langsung
menjadi WNI 16.
Selanjutnya terkait dengan kedua stelsel tersebut telah pula menimbulkan instrument
hukum yang berupa hak opsi dan hak refudiasi. Hak opsi biasanya muncul dari
stelsel aktif yakni hak untuk memilih suatu kewarganegaraan. Sedangkan hak
refudiasi biasanya muncul dalam lapangan stelsel pasif yaitu hak untuk menolak
suatu kewarganegaraan17.
Akibat dari penggunaan tiga asas kewarganegaraan di atas muncullah problem
hukum antara lain 18:
Apatride, adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak memiliki
kewarganegaraan.
Bipatride, adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kewarganegaraan
rangkap atau dua kewarganegaraan. Contohnya adalah B. J. Habiebie yang
memiliki dua kewarganegaraan yakni Indonesia dan Jerman.
Multipatride adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki status
kewarganegaraan yang banyak. Misalnya Gus Hiddink, seorang pelatih
sepakbola berkewarganegaraan Belanda yang pada tahun 2002 karena berhasil
membawa tim sepakbola Korea Selatan ke semifinal Piala Dunia maka atas
prestasinya itu ia dianugerahi kewarganegaraan korea selatan. Selanjutnya pada
tahun 2006 ia berhasil lagi membawa tim nasional sepak bola Australia ke
perempat final Piala Dunia sehingga atas prestasinya itu ia dianugerahi
kewarganegaraan Australia.
16
Ibid., hlm. 21
17
Ibid.,
18
Ibid., hlm. 21 - 22
Bahan Ajar Kewarganegaraan 2019 |9
Pasal 27 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk diperlakukan sama
di depan hukum dan pemerintahan.
Pasal 27 ayat (2) memuat tentang hak warga negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 28 memuat tentang hak warga negara untuk bebas berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan.
Pasal 29 memuat tentang hak warga negara untuk memeluk agamanya masing-
masing ;
Pasal 30 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk ikut dalam usaha bela
negara;
Pasal 31 ayat (1) memuat tentang hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan
dan pengajaran.
Pasal 34 ayat (1) memuat tentang hak fakir miskin dan anak-anak terlantar
dipelihara oleh negara.
Sedangkan kewajiban warga negara adalah mematuhi semua peraturan perundang-
undangan yang berlaku di NKRI. Berdasarkan UU. No. 10 tahun 2004 tentang
pembentukan peraturan perundang-undangan maka tata urutan perundang-undangan
RI di Indonesia adalah :
UUD 1945
Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Peraturan Pemerintah ( PP )
Perpres (Peraturan Presiden)
Peraturan Daerah (Perda)
Selain itu sebagai warga negara kita juga wajib untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya (pasal 27 ayat 1), wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan Negara (pasal 30 ayat 1) dan wajib mematuhi semua peraturan baik
tertulis maupun tidak tertulis misalnya konvensi / living law, hukum adat, hukum agama
dan lain sebagainya 19.
19
Ibid., hlm. 21-22
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 10
akan digunakan negara untuk mengembangkan sistem jaminan sosial dan menyediakan
fasilitas publik bagi warga negaranya. Hubungan ini diharapkan berjalan seimbang
(balance).
2. Post Test
Pertemuan : III
Materi : Konsep Hak Asasi Manusia
Bahan Kajian : - Pengertian Dasar HAM
- Sejarah Perkembangan dan Penegakan HAM
- Jenis-Jenis HAM
- Pelanggaran dan Pengadilan HAM
- Kelompok-Kelompok Yang Rentan Terhadap Pelanggaran HAM
1. Bahan Kajian
1.1 Pengertian Dasar HAM
Terdapat berbagai istilah Hak Asasi Manusia (HAM) dalam berbagai kepustakaan yaitu
20
:
Bahasa Inggris : Fundamental rights, Human Rights ;
Bahasa Belanda : Grondrechten, Mensenrechten ;
Bahasa Indonesia : Hak Dasar Manusia, Hak Asasi Manusia .
Menurut Black’s Law Dictionary, HAM adalah suatu kebebasan/kemerdekaan,
kekebalan dan yang menguntungkan atau bermanfaat bagi manusia sesuai dengan
nilai-nilai hukum modern21. Menurut Rhoda E. Howard, HAM adalah hak yang dimiliki
manusia karena dirinya manusia. Setiap manusia mempunyai HAM dan tak seorang pun
boleh diingkari HAM-nya tanpa keputusan hukum yang adil22.
Menurut UU. No.39 Tahun 1999 tentang HAM pada pasal 1 angka (1) jo. UU. No. 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM pada pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa :
20
Yohanes Saryono, 2014, Buku Ajar Berbasis Modul “Politik Hukum”, Program Studi Magister Ilmu Hukum - Program Pasca
Sarjana UNDANA, hlm. 133
21
Ibid., hlm. 134
22
Yohanes Saryono, Loc.Cit., hlm. 134
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 11
“ Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk TYME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. ”
23
Ibid., hlm. 144
24
Ibid., hlm. 145-146
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 12
- Seseorang tidak boleh ditahan tanpa tuduhan yang sah dan tanpa alasan
;
- Tentara tidak diperbolehkan menggunakan Hukum Perang dalam
keadaan damai.
3. Pada tahun 1679 Raja Charles II dari kerajaan inggris menandatangai
Habeas Corups Act. Dalam Undang-Undang tersebut HAM dikembangkan
lebih lanjut.
4. Dalam tahun 1689 terjadi revolusi di Inggris yang akhirnya membawa
dampak positif yaitu ditetapkannya Bill of Rights pada 1689. Isi Bill of Rights
adalah :
Pemilihan anggota parlemen harus dilakukan dengan asas bebas dan
rahasia ;
Adanya pengakuan terhadap kebebasan berbicara dan kebebasan
mengeluarkan pendapat ;
Warganegara Inggris mempunyai hak untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadat menurut kepercayaannya itu.
5. Pada tahun 1776 wakil dari 13 daerah di Amerika Utara mengeluarkan
Declaration of Independence (pernyataan kemerdekaan). Dalam pernyataan
itu dikatakan :
“ kami percaya bahwa semua kebenaran itu adalah bukti nyata, bahwa
semua orang diciptakan sama, bahwa mereka dikaruniai oleh Pencipta hak-
hak tertentu yang tidak dapat diganggu gugat, bahwa diantaranya adalah
hidup,kebebasan dan pengejaran kebahagiaan. Bahwa untuk menjamin hak-
hak ini dibentuk Pemerintah diantara orang-orang yang memperoleh
kekuasaan mereka yang adil dengan ijin dari yang diperintah. “
6. Tahun 1789 di Perancis terjadi Revolusi yang menghasilkan Declaration des
Droits de l’ Home et du Cityen (Pernyataan hak-hak asasi manusia dan
warganegara). Deklarasi ini menghasilkan semboyan yang terkenal yakni
Liberte (Kebebasan), Egalite (Persamaan) dan Fraternite (Persaudaraan).
7. Tanggal 10 desember 1948 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) mengeluarkan The Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia / DUHAM) yang intinya adalah :
Setiap orang berhak akan hidup, kemerdekaan, keamanan bagi dirinya ;
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 13
25
Ibid., 153-154
26
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education), hlm. 154-161
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 14
Periode 1950-1959 :
Periode ini merupakan masa gemilang sejarah HAM di Indonesia yang
tercermin pada 5 indikator yaitu :
Munculnya partai-partai politik dengan beragam ideology ;
Adanya kebebasan Pers
Pelaksanaan Pemilu secara aman, bebas dan demokratis
Kontrol parlemen atas Eksekutif
Perdebatan HAM secara bebas dan demokratis
Di periode ini Indonesia meratifikasi dua konvensi internasional HAM
yaitu:
Konvensi Genewa (1949) yang mencakup perlindungan hak bagi
korban perang, tawanan perang dan perlindungan sipil di waktu
perang.
Konvensi tentang hak politik perempuan yang mencakup hak
perempuan untuk memilih dan dipilih tanpa perlakuan diskriminasi,
serta hak perempuan untuk menempati jabatan publik.
Periode 1959-1966 :
Periode ini ditandai dengan bergantinya sistem pemerintahan menjadi
Demokrasi Terpimpin dimana kekuasaan terpusat di tangan Presiden.
Hal ini mengakibatkan terpasungnya hak-hak asasi warga negara.
Periode 1966-1998 :
Periode ini adalah masa Orde Baru yang awalnya menjanjikan harapan
baru bagi penegakan HAM di Indonesia namun sama halnya dengan
periode sebelumnya (Orde Lama), Pemimpin dimasa ini juga
memandang HAM dan demokrasi sebagai produk barat yang
bertentangan dengan budaya bangsa Indonesia. Pelanggaran HAM
pemerintah Orde Baru dapat dilihat dari kebijakan politik yang sentralistis
dan cara-cara kekerasan yang berlawanan dengan prinsip-prinsip HAM.
Contohnya kasus Tanjung Priok, Kedung Ombo, Lampung dan Aceh.
Kemudian di awal tahun 1990 karena kuatnya tuntutan penegakan HAM
dari kalangan organisasi pemerintahan atau LSM maka pemerintah Orde
Baru membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
melalui Keputusan Presiden (Keppres). Sayangnya Komnas HAM juga
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 15
27
Mardenis, Op. Cit., hlm. 58-59
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 16
Property Rights (hak-hak asasi bidang ekonomi) yang meliputi hak untuk memiliki
sesuatu, membeli, menjual dan menikmati.
Rights of Legal Equality (hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan).
Political Rights (hak asasi bidang politik) yang meliputi hak untuk ikut serta dalam
pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam Pemilu), hak mendirikan partai
politik, dll.
Social and Culture Rights (hak asasi bidang sosial dan kebudayaan) yang meliputi
hak memilih pendidikan, mengembangkan kebudayaan, dll.
Procedural Rights (hak asasi bidang prosedur peradilan), yang meliputi hak untuk
mendapatkan surat perintah penangkapan/penggeledahan, hak didampingi
pembela, dll.
1.4 Pelanggaran dan Pengadilan HAM
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM khususnya pasal 1 angka 6 menegaskan bahwa
28
:
“Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang - Undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku. “
berat diberlakukan asas retroaktif yaitu pelanggaran HAM berat dapat diadili dengan
membentuk pengadilan HAM Ad Hoc yang dibentuk berdasar atas usul DPR dengan
Keppres dan berada di lingkungan Peradilan Umum 29.
Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
berat yang dilakukan oleh seseorang yang berumur di bawah 18 tahun pada saat
kejahatan dilakukan (pasal 6 UU. No. 26 / 2000) 30.
Upaya mengungkap pelanggaran HAM dapat melibatkan masyarakat umum melalui
pengembangan komunitas HAM atau penyelenggaraan tribunal (forum kesaksian untuk
mengungkapkan dan menginvestigasi sebuah kasus secara mendalam) tentang
pelanggaran HAM 31.
29
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op. Cit., hlm. 164
30
Lihat juga pasal 66 UU. No. 26 TAhun 2000 tentang Pengadilan HAM
31
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op. Cit., hlm. 165
32
Mardenis, Op. Cit., hlm. 67 – 80
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 18
Pertemuan : IV
Materi : Konsep Demokrasi
Bahan Kajian : - Konsep Dasar Demokrasi
- Norma-Norma Yang Mendasari Demokrasi
- Komponen-Komponen Penegak Demokrasi
1. Bahan Kajian
1.1 Konsep Dasar Demokrasi
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani yakni demos yang
artinya rakyat dan cratein atau cratos yang artinya kekuasaan dan kedaulatan.
Perpaduan kata demos dan cratein atau cratos membentuk kata demokrasi yang
memiliki pengertian umum sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat (government of
the people) dimana kekuasaan tertinggi terletak ditangan rakyat dan dilakukan secara
langsung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka melalui mekanisme pemilihan yang
berlangsung secara bebas. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu
pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat 33.
Definisi Demokrasi menurut para ahli 34:
Menurut Philip C. Schmitter, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakannya di wilayah publik
oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan
kerjasama dengan wakil-wakil mereka yang telah terpilih.
Menurut Henry B. Mayo, demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem
yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil rakyat yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
33
A. Ubaedillah, Abdul Rozak, Op., Cit., hlm. 66
34
Ibid., hlm. 67
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 20
35
Mardenis, Op., Cit., hlm. 32
36
Ibid., hlm. 32-33
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 21
37
Ibid., hlm. 34-36
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 22
2. SGD Kel. 2
Pertemuan :V
Materi : Konsep Demokrasi (Lanjutan)
Bahan Kajian : - Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi
- Demokrasi di Indonesia
- Demokrasi dan Korupsi
Bahan Kajian
1.1 Parameter Tatanan Kehidupan Demokrasi
Parameter tatanan kehidupan demokrasi dapat diketahui melalui unsur-unsur berikut 38:
a. Hak dan kewajiban politik dapat dinikmati dan dilaksanakan oleh warga negara
berdasarkan prinsip-prinsip dasar HAM yang menjamin adanya kebebasan,
kemerdekaan dan rasa merdeka ;
b. Penegakan hukum yang berasaskan pada prinsip supremasi hukum (supremacy of
law), kesamaan di depan hukum (equality before the law) dan jaminan terhadap
HAM;
c. Kesamaan hak dan kewajiban anggota masyarakat ;
d. Pers yang bebas dan bertanggung jawab ;
e. Pengakuan terhadap hak minoritas ;
f. Pembuatan kebijakan negara yang berlandaskan pada asas pelayanan,
pemberdayaan dan pencerdasan ;
g. Sistem kerja yang kooperatif dan kolaboratif ;
h. Keseimbangan dan keharmonisan ;
i. Tentara yang professional sebagai kekuatan pertahanan ;
j. Lembaga peradilan yang independen .
Selanjutnya dalam pandangan Robert A. Dahl, terdapat tujuh prinsip yang harus ada
dalam sistem demokrasi yaitu : kontrol atas keputusan pemerintah, pemilihan umum
38
Ibid., hlm. 36-37
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 23
yang jujur, hak memilih dan dipilih, kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman,
kebebasan mengakses informasi dan kebebasan berserikat 39.
cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut maka korupnya juga absolut). Dengan
demikian absolutisme berbanding lurus dengan korupsi sebaliknya demokrasi
berbanding terbalik dengan korupsi. Namun di Indonesia hal ini tidak berlaku. Inilah
yang disebut dengan anomali demokrasi atau dengan kata lain yang terjadi di Indonesia
adalah sesuatu yang abnormal.
Hal ini setidaknya disebabkan oleh 3 hal 42 :
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejauh ini cenderung menekankan pada
demokrasi formal ketimbang substantif. Demokrasi formal contohnya Pemilu secara
langsung, pembentukan lembaga-lembaga penunjang sistem demokrasi. Sedangkan
demokrasi substantif contohnya Kontrol sosial, akuntabilitas, kesejahteraan sosial,
transparansi, dll.
Pelaksanaan demokrasi membutuhkan ongkos yang sangat besar (high cost
democracy). Contoh money politic untuk mendongrak kapasitas dan integritas para
politisi sehingga saat menduduki jabatan publik maka mereka harus mengembalikan
modal tersebut (bisa jadi dengan cara korupsi).
Perjalanan demokrasi justru mengarah ke oligarkhi yakni sistem demokrasi yang
dikuasai oleh satu kelompok elit. Sistem ini sarat dengan KKN yang bertolak
belakang dari spirit demokrasi.
42
Ibid., hlm. 40-41
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 25
Pertemuan : VI
Materi : Konsep Masyarakat Madani (Civil society )
Bahan Kajian : - Pengertian Masyarakat Madani
- Sejarah Singkat Masyarakat Madani
- Karakteristik Masyarakat Madani
1. Bahan Kajian
1.1 Pengertian Masyarakat Madani
Masyarakat madani adalah kata dari terjemahan bahasa inggris “civil society”. Civil
membentuk kata “civilization” yang berarti peradaban dan “society” yang artinya
masyarakat. Kata civil society sendiri berasal dari bahasa latin yaitu civitas dei artinya kota
Ilahi. Oleh karena itu kata “civil society” dapat diartikan sebagai komunitas masyarakat kota
yakni masyarakat yang telah berperadapan maju43.
Istilah masyarakat madani dimunculkan pertama kali oleh Datuk Anwar Ibrahim yang berarti
sebuah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat. Ciri-ciri
masyarakat madani adalah kemajemukan budaya, hubungan timbal balik dan sikap saling
memahami dan menghargai 44.
komunitas politik tempat warga negara dapat terlibat langsung dalam berbagai
percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan. Istilah ini oleh Aristoteles
digunakan untuk menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis di mana warga
negara di dalamnya berkedudukan sama di depan hukum46.
Berbeda dengan itu, negarawan Romawi yakni Cicero (106-43 SM) mengistilahkan
masyarakat sipil dengan societies civilizes yaitu sebuah komunitas yang mendominasi
komunitas yang lain dengan tradisi politik kota sebagai komponen utamanya. Cicero
lebih menekankan pada konsep negara kota (city-state), kota bukan hanya konsentrasi
penduduk tetapi sebagai pusat kebudayaan dan pemerintahan47.
Selanjutnya, Thomas Hobbes (1588-1679 M) yang mengatakan bahwa sebagai entitas
negara, civil society mempunyai peran untuk meredam konflik dalam masyarakat
sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak yang mampu mengontrol dan mengawasi
secara ketat pola-pola interaksi (perilaku politik) setiap warga negara.
Kemudian Jhon Locke (1632-1704 M) yang mengatakan bahwa kehadiran civil society
adalah untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga negara.
Pada perkembangan selanjutnya, Adam Ferguson (1776) yang
mengkontekstualisasikan civil society dengan konteks sosial politik di Skotlandia.
Ferguson menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan sosial.
Thomas Paine (1737-1809) yaitu seorang aktivis politik asal Inggris-Amerika yang
memaknai civil society sebagai ruang dimana warga negara dapat mengembangkan
kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingannya secara bebas tanpa
paksaan.
G.W.F. Hegel (1770-1831) yang memandang civil society sebagai kelompok subordinatif
terhadap negara. Baginya, intervensi negara terhadap masyarakat sipil bukanlah
tindakan illegal karena hanya pada level negaralah politik bisa berlangsung secara
murni dan utuh.
Karl Marx (1818-1883) memandang civil society sebagai masyarakat borjuis. Civil
society harus dilenyapkan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas.
Antonio Gramsci (1837-1891) mengartikan cvil society sebagai tempat perebutan posisi
hegemoni di luar kekuatan negara, aparat mengembangkan hegemoni untuk
membentuk konsensus dalam masyarakat.
46
Ibid., hlm. 217
47
Ibid., hlm.218
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 27
48
Ibid., hlm. 225-226
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 28
4. Kemajemukan, adalah sesuatu yang alamiah dan merupakan rahmat Tuhan bagi
kehidupan masyarakat. Kemajemukan adalah pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan
keadaban (genuine engagement of diversities within the bonds of civility).
2. SGD
Pertemuan : VII
Materi : Konsep Masyarakat Madani (Civil society ) – Lanjutan
Bahan Kajian : - Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktek
- Gerakan Sosial Untuk Memperkuat Masyarakat Madani
- Organisasi Non-Pemerintah Dalam Ranah Masyarakat Madani
1. Bahan Kajian
1.1 Masyarakat Madani di Indonesia : Paradigma dan Praktek 49
Indonesia memiliki tradisi kuat masyarakat madani / civil society . Bahkan civil society
telah berkembang pesat yang diwakili oleh organisasi sosial keagamaan dan
pergerakan nasional dalam merebut kemerdekaan, misalnya organisasi berbasis islam
seperti Syarikat Islam (SI), Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.
Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana
seharusnya masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia yaitu :
1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Sistem demokrasi tanpa kesadaran
berbangsa dan bernegara yang kuat di kalangan warga negara justru akan
menimbulkan tindakan anarkis yang berpotensi kekacauan.
2. Pandangan reformasi sistem politik demokrasi yang menekankan bahwa
demokrasi tidak perlu bergantung pada pembangunan ekonomi.
3. Paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan
demokrasi. Pandangan ini menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik
warga negara sehingga melahirkan tatanan masyarakat yang secara ekonomi dan
politik mandiri.
Tiga paradigma di atas dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi melalui
cara :
49
Ibid., hlm. 237 - 230
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 29
50
Ibid., hlm. 231 - 232
51
Ibid., hlm. 232-234
B a h a n A j a r K e w a r g a n e g a r a a n 2 0 1 9 | 30
Organisasi non-pemerintah ini ada yang berbadan hukum dan ada yang tidak berbadan
hukum bahkan ada yang bersifat sementara seperti forum, koalisi, aliansi, konsorsium,
asosiasi, jaringan, solidaritas, dll.
2. SGD