Anda di halaman 1dari 21

REKAYASA PONDASI II

“Perencanaan Dinding Turap Kantilever”

ALBERT. B.R.
45 17 041 037

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA

2020
PERENCANAAN DINDING TURAP KANTILEVER

1. Pengertian Dinding Turap Kantilever

Dinding turap kantilever merupakan turap yang dalam menahan

beban lateral mengandalkan tahanan tanah didepan dinding. Defleksi

lateral yang terjadi relatif besar pada pemakaian turap kantilever.

Karena luas tampang bahan turap yang dibutuhkan bertambah besar

dengan ketinggian tanah yang ditahan (akibat momen lentur yang timbul).

Turap kantilever hanya cocok untuk menahan tanah denga

ketinggian/kedalaman yang sedang.

2. Gaya-gaya Yang Bekerja Pada Dinding Turap

Pada sebuah konstruksi turap, gaya-gaya yang bekerja dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu :

1. Tekanan tanah aktif (Pa)

Menurut Hardiyatmo (2003), yang dimaksud dengan tekanan

tanah aktif adalah tekanan tanah lateral minimum yang mengakibatkan

keruntuhan geser tanah akibat gerakan dinding menjauhi tanah

dibelakangnya.

2. Tekanan tanah pasif (Pp)

Menurut Hardiyatmo (1996), yang dimaksud dengan tekanan

tanah pasif adalah tekanan tanah lateral maksimum yang mengakibatkan

keruntuhan geser tanah akibat gerakan dinding menekan tanah urug.


Sepeti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa turap mengalami gaya-

gaya, yaitu tekanan aktif dan tekanan pasif. Gaya-gaya ini yang selalu

bekerja pada sebuah konstruksi turap.

Gaya lateral akibat tekanan tanah, Analisis perhitungan dinding

penahan tanah didasarkan pada anggapan bahwa dinding bergerak secara

lateral dengan caramenggeser atau berotasi terhadap kaki dinding,

sedemikian hingga kuat geser tanah di belakang dinding sepenuhnya

termobilisasi. Dalam kondisi ini, tekanan tanah lateral memenuhi teori

Rankine dan Coulomb.

Gambar 1. Gaya-gaya Yang Bekerja Pada Dinding Turap

Akibat beban tanah (back fill), dinding turap akan berotasi pada

titik pusat O’, dengan gaya-gaya yang bekerja adalah:

Pa1 = total tekanan aktif di atas titik O’

Pa2 = total tekanan aktif di bawah O’


Pp1 = total tekanan pasif di atas titik O’

Pp2 = total tekanan pasif di bawah titik O’

3. Perancangan Dinding Turap

a. Prinsip umum perancangan turap kantilever

Perilaku dinding turap kaku sempurna akibat tekanan tanah

lateral dibelakangnya dijelaskan dalam Gambar 3. Tekanan aktif tanah

dibelakang turap mengakibatkan turap bergerak ke kiri dan berputar

pada titik pusat. Kondisi ini tekanan tanah yang terjadi pada bagian

bawah garis galian akan berupa tekanan tanah pasif dan tekanan tanah

aktif. Titik pusat yaitu titik rotasi tanah tidak bergerak, maka titik

ini akan mendapatkan tekanan tanah yang sama dari depan dan

belakang (yaitu tekanan tanah lateral saat diam). Tekanan tanah

lateral pada titik pusat tersebut akan sama dengan nol. Distribusi

tekanan tanah lateral pada dinding turap tidak sama, bergantung pada

jenis tanah, yaitu tanah kohesif atau granuler.

Gambar 2. Tekanan pada Turap Kantilever


Keterangan:

Gambar 2. (a) akibat tekanan tanah aktif di belakang turap- turap

bergerak ke kiri dan berputar pada titik B.Pada kondisi ini, tekanan

tanah yang terjadi pada bagian bawah garis galian, yaitu di sebelah kiri

BD dan kanan BC akan berupa tekanan tanah pasif, sedangkan di kiri BC

dan kanan BA bekerja tekanan tanah aktif. Pada titik rotasi B, karena

tanah tidak bergerak maka titik ini akan mendapatkan tekanan tanah

yang sama dari depan dan belakang (tekanan tanah lateral saat diam).

Jadi tekanan tanah lateral pada titik B = 0.

Gambar 2.(b) menunjukkan distribusi tekanan tanah neto (tekanan

tanah aktif dikurangi tekanan tanah pasif) pada turap

Gambar 2.(c) Merupakan penyederhanaan dari gambar 2.(b) untuk

dimaksud hitungan stabilitasnya.

4. Turap kantilever pada tanah granuler

Distribusi tekanan tanah pada turap yang terletak pada tanah

granuler homogen, karena turap terletak dalam tanah granuler

(permeabilitas tinggi atau lolos air) maka dapat diasumsikan muka air

akan mempunyai ketinggian yang sama dibagian depan dan belakang

turap. Distribusi tekanan tanah aktif dan pasif (termasuk pengaruh

beban terbagi rata dan lain-lainnya) dapat ditentukan dengan

memperhatikan nilai Kɑ dan Kp. Faktor aman diperhitungkan dengan

memilih salah satu dari kedua kemungkinan:


a). mereduksi Kp (sampai 30% hingga 50%)

b). menambah kedalaman penetrasi antara 20% hingga 40%.

Penambahan kedalaman penetrasi ini, bila dihitung ulang akan

memberikan faktor aman (F) sebesar ± 1,5 hingga 2,0.

Cara menghitung kedalaman penetrasi turap dapat dilakukan dengan

beberapa cara salah satunya ditunjukkan dalam Gambar 3. bagian diarsir

adalah tekanan tanah neto dari penjumlahan tekanan aktif dan pasif

yang bekerja pada turap. Distribusi tekanan dalam Gambar 3. lokasi

dimana tekanan sama dengan nol akan terdapat pada jarak ɑ dari

permukaan galian.

Gambar 3. Diagram Tekanan Tanah Pada Dinding Katilever

Dengan melihat bentuk lendutan (defleksi) yang terjadi pada

dinding turap didapat 4 zone tekanan aktif dan pasif.


Di atas titik O’:

 Terdapat tekanan pasif yang besarnya pada kedalaman D, sebagai

berikut:

σD = 𝛾D.Kp

 Terdapat tekanan aktif yang besarnya pada kedalaman D, sebagai

berikut:

σD = 𝛾(H-D).Ka

Apabila tekanan aktif diperkurangkan dengan tekanan pasif pada

sepanjang dinding penahan, maka didapat:

 Zone tekanan aktif = Δ OF

 Zone tekanan pasif = Δ OHB

Di bawah titik O’:

 Terdapat tekanan aktif yang besarnya pada kedalaman D, sebagai

berikut:

σ D = 𝛾D.Ka

 Terdapat tekanan pasif yang besarnya pada kedalaman D, sebagai

berikut:

σ D = 𝛾(H+D).Kp

Apabila tekanan aktif disuperposisikan dengan tekanan pasif pada

sepanjang dinding penahan, maka didapat:

 Zone tekan pasif = Δ O’IB

Superposisi ini diperoleh dengan menghubungkan titik I dengan titik

o’, sehingga memotong garis FH di G.


Dengan gambaran seperti diatas, dapat diketahui gaya-gaya yang

bekerja pada dinding turap kantilever hasil superposisi, adalah:

AFO = diagram tegangan aktif dengan resultante tekanan aktif Pa.

OGO’= diagram tegangan pasif dengan resultante tekanan pasif Pp1.

O’IB = diagram tegangan pasif dengan resultante tekanan pasif Pp2.

Mencari Besaran Yo:

Titik O adalah titik dimana tegangan aktif = tegangan pasif.

Sehingga besarnya Yo diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:

σaktif = σpasif

𝛾(H+Yo)Ka = 𝛾.Yo.Kp

H.Ka + Yo.Ka = Yo.Kp

Yo.Kp – Yo.Ka = H.Ka

(Kp-Ka).Yo = H.Ka

Yo = [Ka/Kp-Ka].H

Mencari Besaran h:

Dengan persamaan keseimbangan gaya-gaya lateral di dapat:

ΣH=0

Pa + Pp2 – Pp1 = 0

Yang mana:
Pp1 = luas Δ OHB – O’GHB

Pp2 = luas Δ O’IB

Jadi:

Pp1 – Pp2 = luas Δ OHB – luas Δ GHI

= Pp x ½(D-Yo) – (Pp+Pp’) x ½ h

Sehingga persamaan keseimbangan dapat dituliskan sebagai berikut:

Pa – ½ Pp.Do + ½ h.(Pp+Pp’) = 0

½ h.(Pp+Pp’) = ½ Pp.Do – Pa

h.(Pp-Pp’) = Pp.Do – 2 Pa

Didapat:

h = [Pp.Do – 2.Pa] / [Pp+Pp’]

Jika diambil momen diujung dinding sama dengan nol, maka dapat

diturunkan persamaan sebagai berikut:

Σ MB = 0

Pa.(Do+Y) – (½.Pp.Do).Do/3 = [½.h.(Pp+Pp’)].h/3 = 0

6.Pa.(Do+Y) – Pp.Do2 + (Pp+Pp’).h2 = 0

Yang mana:

Pp = 𝛾.k.Do  (perhatikan Δ OHB)


Pp’ = Pp’’ + 𝛾.k.Do  (perhatikan Δ GHI)

Sehingga dapat dituliskan:

Pp + Pp’ = Pp’’ + 2.γ.k.Do

Substitusi nilai h ke dalam persamaan ∑ MB = 0 di atas, didapat:

6.Pa.(Do+Y) – Pp.Do2 + (Pp+Pp’).[(Pp.Do-.Pa)/(Pp+Pp’)]2 = 0

Atau:

6.Pa.(Do+Y) – Pp.Do2 + (Pp.Do-2Pa)2 / (Pp+Pp’) = 0

6.Pa.(Do+Y).(Pp+Pp’) – Pp.Do2.(Pp+Pp’) – (Pp.Do-2.Pa)2 = 0

Substitusi nilai Pp+Pp’, didapat:

6.Pa.(Do+Y).(Pp’’ + 2.𝜸.k.Do) – 𝜸.k.Do.Do2.(Pp’’ + 2.𝜸.k.Do)

+ (γ.k.Do.Do-2.Pa)2 = 0

Jika persamaan tersebut diselesaikan dengn memperkalikan

semua komponen yang ada, kemudian dibagi dengan faktor pembagi

sebesar (𝛾.k)2, maka diperoleh persamaan pangkat 4 dalam variable Do,

sebagai berikut:

Do4 + C1.Do3 + C2.Do2 + C3.Do + /C4 = 0


Yang mana:

C1 = - Pp’’ / 𝛾.k

C2 = + 8.Pa / 𝛾.k

C3 = + [(6.Pa/ 𝛾 2.k2) x (Pp’’+2Y. 𝛾.k)]

C4 = + [(6.Pa.Pp’’.Y)+(4.Pa)2] / 𝛾 2.k2

Nilai Pp’’ didapat dari persamaan Pp’, yaitu:

Pp’’ = 𝛾.k.Do – Pp’

Selanjutnya dari persamaan pangkat 4 diatas, dengan cara coba-coba

(trial and error) akan didapat nilai Do.

Sedangkan panjang total kaki turap (D) adalah sebesar Do+Yo. Faktor

keamanan dalam perancangan dinding turap dapat diambil SF > 1,0.

5. Metode Simplified

Persamaan pangkat 4 dalam Do seperti yang dijelaskan di atas, cukup

susah dalam penerapannya sehingga sering digunakan metode sederhana

(simplified method). Metode ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut:

1. Titik rotasi (inflection point) O’, dianggap terletak pada dasar

dinding turap.

2. Terdapat gaya pasif R pada ujung dasar turap sebagai resultante

dari tekanan aktif dan pasif yang bekerja pada bagian bawah dinding
Kondisi yang diasumsikan tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut:

Diambil jumlah momen di kaki turap sama dengan nol.

∑ MB = 0

Pp.D/3 – Pa.(H+D)/3 = 0

Yang mana:

Pp = ½..D2.Kp

Pa = ½.γ.(H+D)2.Ka

Substitusi nilai Pp dan Pa, didapat:

½. 𝛾.D2,Kp x D/3 – ½. 𝛾.(H+D)3.Ka = 0

1/6.𝛾.D3KP – 1/6.𝛾.(H+D)3.Ka = 0

Kedua elemen dibagi dengan faktor pembagi sebesar 1/6. 𝛾, maka

didapat:
Kp.D3 – Ka.(H+D)3 = 0

Dengan persamaan tersebut di atas, dapat dihitung nilai D (panjang

kaki turap), dengan cara coba-coba (trial and error).

Bila digunakan metode simplified, disyaratkan menggunakan faktor

keamana lebih besar 1,2 (SF > 1,2).

Menurut Henry dapat dilakukan nilai pendekatan terhadap panjang

kaki turap kantilever, yang didasarkan pada nilai sudut geser tanah

dasarnya.

Nilai ϕ Kaki Turap (D)

20° 2,0 H

25° 1,5 H

30° 1,2 H

35° 0,9 H

40° 0,7 H

Tabel: Hubungan ϕ dengan D (menurut Henry)

6. Dinding Turap Kantilever pada Tanah Kohesif (C-soil)

Pada jenis tanah berbutir halus yang memiliki mobilisasi kohesi,

maka baik tekanan aktif maupun tekanan pasif keuda-duanya

diperngaruhi oleh parameter kohesi. Faktor kohesi ini akan memberikan

perlawanan terhadap pergerakan yang dimobilisasi oleh tekanan aktif

tanah akibat perbedaan elevasi muka tanah.


Kondisi tekanan tanah yang bekerja pada turap dengan lapisan

tanah kohesi dapat digambarkan dalam diagram tekanan tanah seperti

yang terlihat di bawah ini:

Untuk jenis tanah berbutir halus, berlaku ketentuan:

Ka = Kp = 1,0

Tegangan aktif tanah di titik A, dapat dirumuskan sebagai berikut:

Pa = 𝛾HKa – 2c√Ka

Pa = 𝛾H – 2c, atau;

Pa = 𝛾H – qu
Yang mana:

qu = unconfirmed compression strength

C = kohesi undrained

𝛾 = berat volume tanah

Ka = koefisien tekanan tanah aktif

Sedangkan tekanan pasif tanah di titik A, dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Pp = 𝛾.y.Kp + 2c√Kp  di muka tanah y = 0, maka:

Pp = 2c.√Kp  Kp = 1,0

Pp = 2c = qu

Yang mana:

Kp = koefisien tekanan pasif tanah

Jika tekanan tanah aktif (Pa) dan tekanan pasif (Pp) digabungkan

dihasilkan resultante tekanan sebagai berikut:

Pp – Pa = qu – (𝛾H – qu)

Pp – Pa = 2qu – 𝛾H

Resultante tekanan aktif dan pasif tanah untuk setiap kedalaman-y

dari titik A, dapat dirumuskan sebagai berikut:


Tekanan aktif = Pa = γy + qu

Tekanan pasif = Pp = 𝛾.(H+y) – qu

Resultantenya = - 𝛾.H + 2.qu

Jika diperhatikan terlihat bahwa resultante tegangan aktif dan pasif

pada sepanjang kedalaman-y dari titik A kearah bawah adalah sama

besar. Namun yang perlu diperhatikan bahawa hal ini hanya berlaku bila

titik rotasi (O’) berada di kaki turap (titik B). Sedangkan pada

kenyataannya sangat jarang terjadi pada turap kantilever titik rotasi

berada pada kaki turap. Sehingga untuk mendapatkan nilai resultante

yang sebenarnya pada kondisi dengan titik rotasi berada di atas kaki

turap dapat dianalisis sebagai berikut:

Pada gambar diatas, dapat dihitung resultante tekanan tanah di

daerah di bawah titik rotasi turap (O’), sebagai berikut:


Pada titik B, berlaku hubungan sebagai berikut:

Pp(B) = 𝛾.H + qu

Pa(B) = 𝛾.(H+D) – qu

Pp(B) – Pa(B) = 𝛾.H + 2qu

Resultante tekanan tanah di titik rotasi besarnya sama dengan nol,

sehingga jika ditarik hubungan linear akan didapat garis lurus E-O’-D

yang menggambarkan resultante tekanan tanah pada kedalaman-h.

Mencari besaran h:

Untuk mendapat besaran h, dapat dicari dari persamaan

keseimbangan gaya-gaya horizontal yang bekerja pada dinding turap.

∑H = 0

Pa – (2qu – 𝛾H).D + ½[(2qu – 𝛾H) + (𝛾H + 2qu)].h = 0

Pa – (2qu – 𝛾H).D + ½[4.qu].h = 0

(2qu – 𝛾H).D – Pa = 2.qu.h = 0

Sehingga didapat:

H = [(2qu – γH).D – Pa] / 2.qu

Mencari besaran D:

Untuk mendapatkan besaran D, dapat dicari dari persamaan

keseimbangan momen-momen yang bekerja pada dinding turap.


∑M = 0

Pa (Y+D) – (2qu – 𝛾H).D.½D + 4.qu.½h.(1/3h) = 0

Pa (Y+D) – ½.(2qu – 𝛾H).D2 + 4/6.qu.h2 = 0

Jika persamaan di atas diselesaikan, dengan faktor pembagi sebesar:

(2𝑞𝑢− γH)
6.qu

Maka akan didapat persamaan kuadrat sebagai berikut:

C12.D + C2.D + C3 = 0

Yang mana:

C1 = (2qu – 𝛾H) C2 = - 2Pa

C3 = - {[Pa(6qu.Y + Pa)] / (qu + 𝛾H)}

Dari persamaan di atas akan dihasilkan besaran D, dan panjang total

kaki turap didapat:

L = h + D

Selanjutnya bila diperhatikan persamaan resultante tekanan tanah

(Pa – Pp = 2qu – γH) dapat dilihat kemungkinan kasus pada dinding sebagai

berikut:

Jika: 2.qu = 𝛾H
Berarti resultante tekanan aktif dan pasif di bawah titik A selalu

sama dengan nol.

Akibatnya dinding turap menjadi “tidak stabil”.

Agar supaya dinding selalu stabil, maka harus diperoleh hasil:

SF = 2.qu / 𝜸H ≥ 1,2

7. Turap Cantilever Dengan Keadaan Khusus

Berikut ini dua macam kasus khusus yang berkenaan dengan tidak

adanya muka air tanah dan kantilever bebas akan memperlihatkan

adanya perubahan formulasi matematis atas besaranbesaran untuk

menentukan panjang penanaman turap pada tanah lempung. 1. Turap

Tanpa Muka air Tanah Jika tidak terdapat muka air tanah, maka

diagram tekanan tanah bersih akan menjadi seperti yang ditunjukkan

gambar ini dapat diperoleh,


(Turap cantilever tertanam pada lempung tanpa muka air) 2. Turap

Ujung Bebas Pada gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah turap

kantilever yang ujungnya bebas tertanam pada lempung yang menderita

beban garis P per satuan panjang dinding. Dalam hal ini,

(Turap cantilever ujung bebas tertanam pada lempung) Momen

Lentur Maksimum Dengan merujuk pada Gambar 2.5, momen maksimum

(yaitu momen di titik dimana gaya geser sama dengan nol) akan terjadi

di antara

L1 + L2 < z < L1 + L2 + L3.

Dengan menggunakan sistem koordinat z’ (z’ = 0 pada garis galian)

gaya geser menjadi,

𝑃_1−𝑝_6 𝑧^′=0 Atau 𝑧^′=𝑃_1/𝑝_6


Besarnya momen maksimum kemudian dapat dihitung dengan rumus,

𝑀_𝑚𝑎𝑥=𝑃_1(𝑧^′+(𝑧_1) ̅)−(𝑝_6〖𝑧^2)/2

Dengan diketahuinya momen lentur maksimum, maka modulus

penampang dapat dihitung dari pers. (23), untuk selanjutnya menentukan

profil tiang turap yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai