Anda di halaman 1dari 14

Ujian Akhir Semester

TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI


HUBUNGAN ISTIMEWA

Oleh:
Rizki Kurniasari

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
PENDAHULUAN

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7, laporan keuangan harus


mengungkapan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
Yang termasuk dalam pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah transaksi
yang dilakukan dengan:
- perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan,
- perorangan sebagai pemilik atau karyawan yang mempunyai pengaruh signifikan,
- anggota keluarga terdekat dari perorangan tersebut, dan
- perusahaan yang dimiliki secara subtansial oleh perorangan tersebut.
Yang wajib dilaporkan meliputi hakikat hubungan istimewa, jenis transaksi serta
nilainya. PSAK ini mengacu pada standar akuntansi internasional (International
Accounting Standard) No. 24.
Transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa (RPT) memiliki dua
hipotesis yang bertolak belakang yaitu sebagai transaksi opportunis atau sebagai
transaksi yang efisien. Sebagai transaksi yang opportunis dalam hal transaksi RPT
menyebabkan conflict of interest yang konsisten dengan agency theory, seperti yang
dikemukakan oleh Berle dan Means (1932) dan Jensen dan Meckling (1976). Transaksi
RPT dapat digunakan sebagai alat untuk expropriation of the firm’s resources.
Hipotesis yang lain bahwa transaksi RPT merupakan transaksi yang dilakukan dalam
pertimbangan efisiensi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
Jian dan Wong (2003) menemukan bahwa transaksi dengan pihak yang
memiliki hubungan istimewa (RPT) menunjukkan kecenderung opportunis. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya tingginya tingkat penjualan dengan RPT, terutama
kepada pemegang saham kendali dan anggota lain perusahaan dalam grup, ketika
perusahaan memiliki insentif untuk memanipulasi laba (menjelang di delisted atau
menjelang penerbitan saham baru). Sebagai tambahan informasi, transaksi dengan RPT
lebih banyak dilakukan oleh perusahaan – perusahaan yang berada dalam grup
dibandingkan dengan perusahaan yang beroperasi independent. Selain itu, transaksi
penjualan dengan RPT dipandang oleh pasar sebagai transaksi yang kredibilitasnya
lebih diragukan dibandingkan transaksi dengan pihak-pihak independen. Hal ini tampak
dengan lebih rendahnya koefisien untuk transaksi penjualan dengan RPT dibandingkan
dengan koefisien untuk transaksi penjualan dengan pihak yang independen dalam
hubungannya dengan return saham kumulatif bersih. Dalam hal financing, rata-rata
perusahaan tersebut lebih banyak memberikan pinjaman (loan) ke pihak yang memiliki
hubungan istimewa dibandingkan dengan meminjam (borrowing) dari mereka dimana
sumber dana untuk dipinjamkan ke pihak yang memiliki hubungan istimewa tersebut
berasal dari free cash flow. Makin banyak pinjaman yang diberikan kepada RPT
menyebabkan makin rendahnya penilaian pasar, yang diukur dengan Tobin’s Q dan
market to book equity. Mereka menggunakan data 131 perusahaan Cina yang terdaftar
di bursa pada satu jenis industri (industri bahan baku dasar).
Penelitian Thomas dkk. (2004) menemukan transaksi dengan afiliasi (RPT)
dilakukan sebagai salah satu cara untuk melakukan earning management pada
perusahaan-perusahaan di Jepang. Mereka melakukan dengan mengidentifkasi adanya
penghindaran kerugian, penghindaran penurunan laba dan penghindaran negative
forecast error dalam laporan keuangan induk. Hal ini akan hilang saat disusun laporan
keuangan konsolidasi, sebab tiga hal tersebut dilakukan melalui transaksi dengan
perusahaan afiliasi mereka (RPT). Mereka tidak menggunakan langsung data RPT
sebab standar akuntansi di Jepang tidak mewajibkan penyajian dan pengungkapan
tersendiri untuk transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa.
Mereka menggunakan data perusahaan terbuka di Jepang dengan total sampel 10.804
firm year selama tahun 1985-2000.
Motif oportunis dalam melakukan transaksi dengan RPT ini tampaknya tidak
terjadi untuk semua jenis transaksi RPT. Gordon dan Henry (2005) mengkaitkan jenis
transaksi RPT dengan ukuran manajemen laba. Mereka menemukan bahwa motif
oportunis ini hanya terbukti untuk pada transaksi RPT dalam bentuk fixed rate
financing from related party. Kesimpulan Gordon dan Henry diperoleh dari sampel 331
perusahaan Amerika yang terdaftar dimana tahun fiskalnya 2000-2001. Hal yang sama
dibuktikan oleh Jian dan Wong (2003) bahwa transaksi penjualan dengan RPT
digunakan untuk melakukan manajemen laba.
PEMBAHASAN

PSAK NO 7
Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang
dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan
untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain
dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional.
Transaksi antara Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah
suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa merupakan gejala normal
dalam perniagaan dan usaha. Misalnya, perusahaan seringkali melaksanakan
kegiatannya secara terpisah-pisah melalui anak perusahaan dan atau perusahaan afiliasi,
memperoleh kepentingan dalam perusahaan lain - untuk tujuan investasi atau untuk
alasan perniagaan - dalam proporsi yang cukup untuk mengendalikan atau
melaksanakan pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan keuangan dan
operasi perusahaan penerima investasi (investee).
Posisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dapat terpengaruh oleh
hubungan istimewa dengan suatu pihak walaupun tidak terjadi sesuatu transaksi dengan
pihak tersebut. Suatu hubungan istimewa dapat mempengaruhi transaksi perusahaan
pelapor dengan pihak lain. Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat mengakhiri
hubungan dengan suatu mitra dagangnya karena induk perusahaan telah mengakuisisi
suatu perusahaan lain yang berusaha dalam bidang perdagangan yang sama dengan
mitra dagang terdahulu. Di samping itu, suatu tindakan dapat tertunda karena pengaruh
yang signifikan dari pihak lain. Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat
diinstruksikan oleh induknya untuk tidak ikut serta dalam riset dan pengembangan.
Pengakuan akuntansi suatu pengalihan sumber daya secara normal didasarkan
pada suatu harga yang disepakati pihak yang bersangkutan. Harga yang berlaku antara
pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa adalah harga pertukaran antara pihak
yang independen (arm's length price). Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
mungkin mempunyai suatu tingkat keluwesan dalam proses penentuan harga, yang
tidak terdapat dalam transaksi antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa .
Suatu cara untuk menentukan harga dalam suatu transaksi antara pihak yang
mempunyai hubungan istimewa adalah dengan metode harga pasar bebas yang dapat
diperbandingkan. Bila barang atau jasa dipasok dalam suatu transaksi antara pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, dan keadaan yang bersangkutan itu adalah serupa
dengan keadaan dalam transaksi perdagangan normal, metode ini sering digunakan.
Metode ini juga sering digunakan untuk menentukan biaya pembelanjaan
Bila barang dialihkan antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sebelum dijual kepada pihak yang independen, metode harga penjualan kembali (resale
price) sering digunakan. Metode ini mengurangi harga penjualan kembali dengan suatu
margin yang wajar. Metode ini juga digunakan untuk pengalihan/transfer sumber daya
lain, seperti hak dan jasa.
Pendekatan lain adalah metode biaya-plus (cost-plus method), yang
menambahkan suatu kenaikan (mark-up) tertentu pada biaya pemasok. Kesulitan-
kesulitan mungkin dialami baik dalam menentukan unsur biaya yang dapat
diatribusikan maupun kenaikan (mark-up) tersebut. Di antara ukuran-ukuran yang dapat
membantu menentukan harga transfer adalah hasil (return) yang dapat dibandingkan
dalam industri sejenis atas volume penjualan atau modal yang digunakan.
Berikut ini adalah contoh situasi transaksi antara pihak yang mempunyai
hubungan istimewa mungkin memerlukan pengungkapan oleh suatu perusahaan
pelapor:
a) pembelian atau penjualan barang,
b) pembelian atau penjualan properti dan aktiva lain,
c) pemberian atau penerimaan jasa,
d) pengalihan riset dan pengembangan,
e) pendanaan (termasuk pemberian pinjaman dan penyetoran modal baik secara tunai
maupun dalam bentuk natura),
f) garansi dan penjaminan (collateral), dan
g) kontrak manajemen.
Jika terdapat transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa, perlu
diungkapkan hakekat transaksi dan unsur-unsur transaksi yang diperlukan agar laporan
keuangan tersebut dapat dimengerti. Unsur-unsur ini biasanya mencakup:
a. suatu petunjuk mengenai volume transaksi, baik jumlahnya maupun proporsinya,
b. jumlah atau proporsi pos-pos terbuka (outstanding items),dan
c. kebijakan harga
PSAK NO 38
Sejumlah entitas usaha di Indonesia memiliki karakteristik pemilikian mayoritas
dan atau pengendalian oleh pihak yang sama, baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Entitas usaha yang memiliki karakteristik seperti ini disebut entitas
spengendali. Dalam transaksi restrukturisasi entitas sepengendali tidak terjadi
perubahan substansi ekonomi pemilikan, walaupun bentuk hukum (legal form)
pemilikan saham atau aktiva atau kewajiban atau instrumen kepemilikan lainnya
berubah.
Pengendalian (control) adalah kekuasaan (power) untuk menentukan kebijakan
keuangan dan operasi suatu badan usaha agar dapat menikmati manfaat dari kegiatan
perusahaan tersebut. Induk perusahaan (Parent Company) adalah perusahaan yang
memiliki satu atau lebih anak perusahaan.
Anak perusahaan (Subsidiaries) adalah perusahaan yang dikendalikan oleh
perusahaan lain (yang dikenal sebagai induk perusahaan), baik melalaui pemilikan
mayoritas atau cara lain.
Kelompok minoritas (Minority interest) adalah bagian hasil usaha dan bagian
aktiva bersih anak perusahaan, yang tidak dimiliki, baik secara langsung maupun tidak
langsung (melalaui anak perusahaan), oleh induk perusahaan.
Tanggal Restrukturisasi adalah tanggal pada saat kendali atas aktiva bersih dan
operasi perusahaan yang diakuisisi secara efektif beralih ke perusahaan pengakuisisi.
Entitas sepengendali (Under common control) adalah pihak (perorangan, perusahaan,
atau bentuk entitas lainnya) yang secara langsung atau tidak langsung (melalaui satu
atau lebih perantara), mengendalaikan atau dikendalaikan oleh atau berada di bawah
pengendalian yang sama.
Transaksi Restrukturisasi entitas sepengendali (restructuring transactions among
under common control companies) merupakan transaski pengalihan aktiva, kewajiban,
saham atau bentuk instrumen kepemilikan lainnya anatara pihak – pihak (perorangan,
perusahaan atau bentuk entitas lainnya) yang, secara langsung atau tidak langsung
(melalui satu atau lebih perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada
di bawah pengendalian yang sama.
Pengendalian dianggap ada apabila pihak pengendali (induk perusahaan)
memiliki lebih dari 50% hak suara pada suatu perusahaan terkendali (anak perusahaan),
baik secara langsung atau tidak langsung (melalui anak perusahaan lain).
Walaupun suatu perusahaan memiliki hak suara 50% atau kurang, pengendalian
tetap dianggap ada apabila dapat dibuktikan adanya salah satu kondisi berikut:
a. mempunyai hak suara lebih dari 50% berdasarkan perjanjian dengan investor lain;
b. mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan lain
tersebut berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;
c. kekuasaaan untuk mengangkat dan memberhentikan sebagian besar anggota
pengurus perusahaan yang lain tersebut;
d. mampu menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus.
Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aktiva,
kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka
reorganisasi entitas-entitas yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama, bukan
merupakan perubahan pemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga transaki
demikian tidak dapat menimbulkann laba atau rugi bagi seluruh kelompok perusahaan
ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut.
Contoh-contoh transaksi antara entitas sepengendali adalah sebagai berikut:
a. Suatu induk perusahaan memindahkan sebagai aktiva bersih dari anak
perusahaan yang dimiliki induk perusahaan tersebut menjadi aktiva induk
perusahaan yang bersangkutan. Transaksi ini menyebabkan perubahan dalam
bentuk hukum (legal form) pemilikan atas aktiva bersih tersebut, tetapi tidak
menyebabkan perubahan substansi ekonomi (economic substance) pemilikan
aktiva bersih tersebut.
b. Induk perusahaan mengalihkan sebagaian hak pemilikannya dalam suatu anak
perusahaan ke anak perusahaan lainnya yang dimiliki oleh induk perusahaan.
Transaksi ini juga merupakan perubahan bentuk hukum pemilikan anak
perusahaan, tetapi tidak merupakan perubahan substansi ekonomi pemilikan
anak perusahaan tersebut.
c. Suatu induk perusahaan menukar pemilikannya atas sebagian aktiva bersih
dalam anak perusahaan yang dimiliki induk perusahaan tersebut dengan saham
tambahan yang diterbitkan oleh anak perusahaan lainnya (yang tidak dimiliki
100%), sehingga pemilikan induk perusahaan dalam anak perusahaan lainnya
tersebut bertambah, sedangkan presentase kepemilikan pemegang saham
minoritas dalam anak perusahaan tersebut berkurang. Dalam hal ini, walaupun
bentuk hukum pemilikan akiva bersih dalam anak perusahaan berubah (dari
milik langsung induk perusahaan menjadi milik anak perusahaan lainnya), tetapi
tidak terjadi perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas aktiva bersih
tersebut.
Transaksi pembelian saham atau akativa bersih milik pemegang saham
minoritas (yang tidak berada dalam pengendalian yang sama dengan pemegang saham
mayoritas) merupakan transaksi yang mencakup perubahan substansi ekonomi
pemilikan dari pemegang saham minoritas ke pemegang saham mayoritas, oleh karena
itu transaksi ini bukan merupakan transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.
Karena transaksi restrukturisasi anatara entitas sepengendali tidak
mengakibatkan perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aktiva, saham, kewajiban
atau instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aktiva maupun
kewajiban yang pemilikannya dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai
dengan nilai buku seperti penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan
kepemilikan (pooling of interest).
Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan
keuangan dari perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi
tersebut dan untuk periode perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian
rupa seolah-olah perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang
disajikan tersebut. Laporan keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan
adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu pihak
yang bergabung, apabila penyatuan kepemilikan terjadi pada suatu tanggal setelah
tanggal neraca terakhir disajikan.

SELISIH ANTARA HARGA PENGALIHAN DAN NILAI BUKU


Selisih antara harga pengalihan dengan nilai buku setiap transaksi restrukturisasi
antara entitas sepengendali dibukukan dalam akun Selisih Nilai Transaksi
Restrukturisasi Entitas Sepengendali. Saldo akun tersebut selanjutnya disajikan sebagai
unsur Ekuitas. Selisih harga pengalihan dengan nilai sehubungan dengan transaksi
restrukturisasi antara entitas sepengendali bukan merupakan goodwill. Saldo akun
Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Antara Entitas Sepengendali tidak berubah
akibat pengalihan lebih lanjut aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan
lainnya tersebut kepada entitas lain yang tidak sepengendali.
Untuk semua transaksi restrukturisasi entitas sepengendali, pengungkapan berikut
harus dibuat dalam laporan keuangan pada periode terjadinya restrukturisasi:
a. jenis, nilai buku dan harga pengalihan aktiva, kewajiban, saham atau instrumen
kepemilikan lainnya yang dialihkan
b. tanggal transaksi restrukturisasi anatara entitas sepengendali
c. nama entitas terkait
d. metode akutansi yang digunakan

SIFAT TRANSAKSI RESTRUKTURISASI ENTITAS SEPENGENDALI


1. Transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali, berupa pengalihan aktiva,
kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dilakukan dalam rangka
reorganisasi entitas-entitas yang berada dalam suatu kelompok usaha yang sama,
bukan merupakan perubahan pemilikan dalam arti substansi ekonomi, sehingga
transaksi demikian tidak dapat menimbulkan laba atau rugi bagi seluruh kelompok
perusahaan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok perusahaan tersebut.
2. Pihak tidak sepengendali diperlukan sebagai entitas sepengendali apabila dalam
jangka waktu dua puluh empat bulan atau kurang:
a. Pihak tidak sepengendali tersebut pernah berada di bawah pengendalian yang sama,
atau
b. Aktiva, kewajiban, saham atau instrumen kepemilikan lainnya yang dialihkan
pernah dimiliki entitas sepengendali.
3. Transaksi pembelian saham atau aktiva bersih milik pemegang saham minorias
(yang tidak berada dalam pengendalian yang sama dengan pemegang saham
mayoritas) merupakan transaksi yang mencakup perubahan substansi ekonomi
pemilikan dari pemegang saham minoritas ke pemegang saham mayoritas, oleh
karena itu transaksi ini bukan merupakan transaksi restrukturisasi entitas
sepengendali.
4. Karena transaksi restrukturisasi antara entitas sepengendali tidak mengakibatkan
perubahan substansi ekonomi pemilikan atas aktiva, saham, kewajiban atau
instrumen kepemilikan lainnya yang dipertukarkan, maka aktiva maupun kewajiban
yang pemilikannya dialihkan (dalam bentuk hukumnya) harus dicatat sesuai dengan
nilai buku seperti penggabungan usaha berdasarkan metode penyatuan kepemilikan
(pooling of interest).
5. Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan
dari perusahaan yang direstrukturisasi untuk periode terjadinya restrukturisasi
tersebut dan untuk periode perbandingan yang disajikan, harus disajikan sedemikian
rupa seolah-olah perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang
disajikan tersebut. Laporan Keuangan suatu perusahaan tidak boleh memasukkan
adanya penyatuan kepemilikan walaupun perusahaan tersebut adalah salah satu
pihak yang bergabung, apabila penyatuann kepemilikan terjadi pada suatu tanggal
setelah tanggal neraca terakhir disajikan.

PSAK NO 40
Akuntansi Perubahan Ekuitas Anak Perusahaan/Perusahaan Asosiasi
Transaksi yang mengubah ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi antara
lain:
a) Transaksi yang mengubah persentase kepemilikan investor pada anak
perusahaan/perusahaan asosiasi antara lain:
1) Transaksi antara anak perusahaan/perusahaan asosiasi dengan investor:
i. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi menjual saham tambahan kepada
investor,
ii. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi asosiasi memperoleh kembali
saham beredar yang dimiliki oleh investor.
2) Transaksi antara anak perusahaan/perusahaan asosiasi dengan pihak ketiga
(selain investor):
i. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi menjual saham tambahan kepada
pihak ketiga,
ii. Anak perusahaan/perusahaan asosiasi memperoleh kembali saham
beredar yang dimiliki oleh pihak ketiga.
b) Transaksi yang tidak mengubah persentase kepemilikan investor pada anak
perusahaan/perusahaan asosiasi: anak perusahaan/perusahaan asosiasi melakukan
revaluasi aktiva tetap sehingga muncul akun “Selisih Penilaian Kembali Aktiva
Tetap”.

Pengakuan
Apabila nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi bagian
perusahaan investor sesudah transaksi perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan
asosiasi lebih besar dari nilai ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang menjadi
bagian perusahaan investor sebelum transaksi perubahan ekuitas anak
perusahaan/perusahaan asosiasi, maka perbedaan tersebut, oleh investor diakui sebagai
bagian dari ekuitas dengan akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak
Perusahaan/Perusahaan Asosiasi”.
Pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan, jumlah selisih transaksi
perubahan ekuitas anak perusahaan/perusahaan asosiasi yang terkait diakui sebagai
pendapatan atau beban dalam periode yang sama pada waktu keuntungan atau kerugian
pelepasan diakui.
Pengungkapan
Unsur-unsur utama akun “Selisih Transaksi Perubahan Ekuitas Anak
Perusahaan/Perusahaan Asosiasi/Anak Perusahaan” harus diungkapkan secara terpisah
pada catatan atas laporan keuangan.

ENTITAS BERTUJUAN KHUSUS ISAK 7


Latar Belakang dari diterbitkannya ISAK 7 adalah suatu entitas dapat didirikan
untuk mencapai suatu tujuan khusus yang terbatas (misalnya untuk melakukan sewa,
kegiatan riset dan pengembangan atau sekuritisasi aset keuangan). Suatu entitas
bertujuan khusus (EBK) atau special purpose entities (SPE) dapat berbentuk
perusahaan, perserikatan, firma atau entitas yang tidak berbentuk badan hukum. EBK
umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual yang mengatur secara ketat atau
memberikan batasan tetap atas kewenangan pimpinan, wali amanat, atau manajemen
untuk membuat keputusan mengenai pengoperasian EBK. Ketentuan ini sering kali
menjelaskan bahwa kebijakan dalam mengoperasikan EBK tidak dapat dimodifikasi
atau diubah (beroperasi dengan autopilot), kecuali mungkin oleh pendiri atau
sponsornya.
Paragarf 2 ISAK 7 menyebutkan, sponsor (entitas yang diwakili EBK) sering
kali mengalihkan atau menjual asetnya ke EBK, memperoleh hak pemakaian aset yang
dikuasai oleh EBK, atau memberikan jasa untuk EBK, sementara pihak lain ("penyedia
modal") mungkin menyerahkan dana kepada EBK. Entitas yang bertransaksi dengan
EBK (sering kali adalah pendiri atau sponsor) mungkin secara substansi mengendalikan
EBK.
Hak (beneficial interest) dalam suatu EBK, misalnya, dapat berupa instrumen
utang, instrumen ekuitas, hak partisipasi, hak residual, atau sewa. Beberapa hak,
mungkin memberikan tingkat pengembalian yang tetap atau pasti kepada pemegangnya,
sementara yang lain memberikan akses terhadap keuntungan ekonomi di masa depan
dari kegiatan EBK. Dalam banyak hal, pendiri atau sponsor (atau entitas yang menjadi
alasan pembentukan EBK atau yang diwakili) memperoleh manfaat utama dari kegiatan
EBK, walaupun ia hanya memiliki sebagian kecil ekuitas EBK atau bahkan tidak
memiliki sama sekali.
Pengalihan aset dari suatu entitas ke suatu EBK mungkin dapat dikategorikan
sebagai penjualan oleh entitas tersebut. Meskipun pengalihan tersebut memang benar
merupakan penjualan, ketentuan dalam PSAK 4 (revisi 2009): Laporan Keuangan
Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri dan Interpretasi ini mensyaratkan
entitas untuk mengonsolidasikan EBK tersebut
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Yang termasuk dalam pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah
transaksi yang dilakukan dengan:
a. perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan,
b. perorangan sebagai pemilik atau karyawan yang mempunyai pengaruh
signifikan,
c. anggota keluarga terdekat dari perorangan tersebut, dan
d. perusahaan yang dimiliki secara subtansial oleh perorangan tersebut.
2. Transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa perlu untuk
diungkapkan guna menilai kewajaran transaksi tersebut.
3. Selisih nilai restrukturisasi entitas terjadi pada transaksi pada perusahaan yang
sepengendali.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Yusuf. 2004. Strategi Pengembangan Akuntan Dan Pasar Modal Indonesia.
Pidato Pembukaan Konvensi Nasional Akuntansi V 2004. Yogyakarta.

FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. Jakarta: FCGI.

Feliana, Yie Ke. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Perusahaan dan Transaksi dengan
Pihak-pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa terhadap Daya Informasi
Akuntansi. Simposium Nasional Akuntansi IX 2006. Padang. Hal. 1-28.

IAI (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta.

KNKG, 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta:


KNKG.

Rahmawati, Yacob Suparno dan Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi
Terhadap Praktik Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi IX 2006.
Padang. Hal. 1-28.
Toha, Akhmad. 2004. Efektivitas Peranan Komite Audit Dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance Studi Kasus Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Vol. 8. No. 3. September 2004. Hal. 17-
41.

Wallman, SMH (1996). The futura Accounting And Financial Reporting Part II; The
Colorized Approach. Accounting Horizon, Vol. 10 No. 2, June, pp. 138-148.

www.ortax.org

Anda mungkin juga menyukai