Secara etimologi pemimpin berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti
bimbing atau tuntun, dengan begitu didalamnya terdapat dua pihak yaitu yang
dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe”
menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui
proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu. Pemimpin adalah seorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi individu dan kelompok untuk dapat
bekerjasama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi,
pemimpin itu ialah seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai
bakat yang dibawa sejak lahir dan merupakan kebutuhan dari satu situasi zaman,
sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan
membimbing bawahan.
Menurut Covey dalam (Kris Yuliani H 2002:6) ada tiga peranan pemimpin
dalam kelompok/organisasi antara lain :
1. Pathfinding (pencarian alur), mengandung sistem nilai dan visi dengan
kebutuhan pelanggan melalui suatu perencanaan strategis yang disebut
the strategic pathway (jalur strategi).
2. Aligning (penyelarasan), upaya memastikan bahwa struktur, sistem dan
operasional organisasi memberi dukungan pada pencapaian visi dan misi
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
3. Empowerment (pemberdayaan), suatu semangat yang digerakkan dalam
diri orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas laten, untuk mampu
mencapai nilai, visi dan misi bersama dalam
melayani kebutuhan pelanggan.
. karakterisitik
Selanjutnya Blake dan Mounton dalam Salusu (2006:204-205),
menawarkan enam elemen yang dianggapnya dapat menggambarkan efektifnya
suatu kepemimpinan. Tiga elemen pertama berkaitan dengan bagaimana
seorang pemimpin menggerakkan pengaruhnya terhadap dunia luar, yaitu
Initiative, Inquiry dan Advocacy. Tiga elemen yang lainnya yaitu, Conflict Solving,
Decision making, dan Criticque. Berhubungan dengan bagaimana memanfaatkan
sumber daya yang tersedia dalam organisasi untuk dapat mencapai hasil yang
benar. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut :
1. Inisiatif. Seorang pemimpin akan mengambil inisiatif apabila ia melakukan
suatu aktivitas tertentu, memulai sesuatu yang baru atau menghentikan
sesuatu yang dikerjakan.
2. Inquiry (menyelidiki). Pemimpin membutuhkan yang komprehensif
mengenai bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia
perlu mempelajari latar belakang dari suatu masalah, prosedur-prosedur
yang harus ditempuh, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam
pekerjaan yang dibidanginya.
3. Advocacy (dukungan atau dorongan). Aspek memberi dorongan dan
dukungan sangat penting bagi kepemimpinan seseorang karena sering timbul keraguan atau
kesulitan mengambil keputusan di antara para
eksekutif dalam organisasi atau karena adanya ide yang baik tetapi yang
bersangkutan kurang mampu untuk mempertahankannya.
4. Cinflict Solving (memecahkan masalah). Apabila timbul masalah atau
konflik dalam organisasi, maka sudah menjadi kewajiban pemimpin untuk
menyelesaikannya. Ia perlu mencari sumber dari konflik tersebut, dan
menyelesaikannya dengan musyawarah untuk mufakat.
5. Decision Making (pengambilan keputusan). Keputusan yang dibuat
hendaknya keputusan yang baik, tidak mengecewakan, tidak membuat
frustasi, yaitu keputusan yang dapat memberi keuntungan bagi banyak
orang.
6. Critique (kritik). Kritik disini sebagai proses mengevaluasi, menilai dan jika
sesuatu yang telah diperbuat itu baik adanya maka tindakan serupa untuk
masa-masa mendatang mungkin sebaiknya tetap dijalankan.
2.3. Jenis Gaya Kepemimpinan 2.3.1. Gaya Kepemimpinan Otoriter Gaya kepemimpinan ini
menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin
sebagai satu-satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota perusahaan jasa konstruksi
dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan perusahaan jasa konstruksi. 2.3.2. Gaya
Kepemimpinan Demokratis Gaya kepemimpinan menempatkan manusia sebagai faktor
pendukung terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan
orientasi pada hubungan dengan anggota perusahaan jasa konstruksi. 2.3.3. Gaya
Kepemimpinan Bebas Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota
perusahaan jasa konstruksi mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus
dirinya masing-masing, dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam
merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok perusahaan jasa
konstruksi.
2.4. Pola Kepemimpinan Proyek Konstruksi
1. Proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh
untuk meraih tujuan kelompok menjadi hasil pembangunan konstruksi yang mantap sesuai
dengan tujuan dan harapan perusahaan jasa konstruksi tersebut.
2. Kemampuan untuk mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh
semangat untuk kemajuan perusahaan jasa konstruksi tersebut.
3. Mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau
mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan keadaan yang diperlukan di lapangan untuk tujuan
hasil yang ingin dicapai perusahaan jasa konstruksi tersebut.
4. Pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan
wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan perusahaan jasa konstruksi yang di pimpinnya.
5. Ciri – ciri utama dari kepemimpinan proyek konstruksi yaitu kemampuan untuk
mempengaruhi, mengarahkan atau memotivasi, dan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan.