Anda di halaman 1dari 7

Kepemimpinan itu esensinya adalah pertanggungjawaban.

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang kompleks


dimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan
dan mencapai visi, misi, dan tugas, atau objektif-objektif yang dengan itu
membawa organisasi menjadi lebih maju dan bersatu. Seorang pemimpin itu
melakukan proses ini dengan mengaplikasikan sifat-sifat kepemimpinan dirinya
yaitu kepercayaan, nilai, etika, perwatakan, pengetahuan, dan kemahirankemahiran
yang dimilikinya.

Secara etimologi pemimpin berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) berarti
bimbing atau tuntun, dengan begitu didalamnya terdapat dua pihak yaitu yang
dipimpin (rakyat) dan yang memimpin (imam). Setelah ditambah awalan “pe”
menjadi “pemimpin” (leader) berarti orang yang mempengaruhi pihak lain melalui
proses kewibawaan komunikasi sehingga orang lain tersebut bertindak sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu. Pemimpin adalah seorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi individu dan kelompok untuk dapat
bekerjasama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia
mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Jadi,
pemimpin itu ialah seorang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai
bakat yang dibawa sejak lahir dan merupakan kebutuhan dari satu situasi zaman,
sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan
membimbing bawahan.

Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi


pokok kepemimpinan :
1) Fungsi instruktif, pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang
menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah),
bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan
dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan
secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah
melaksanakan perintah.
2) Fungsi konsultatif, pemimpin dapat menggunakan fungsi ini sebagai
komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam
usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3) Fungsi partisipasi, dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin
berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota
kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai
posisi masing-masing.
4) Fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat
atau menetapkan keputusan.
5) Fungsi pengendalian, kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur
aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.

Menurut pendapat Stodgil (Sugiyono, 2006:58) ada beberapa peranan


yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin, yaitu :
1. Integration, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada peningkatan
koordinasi.
2. Communication, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada
meningkatnya saling pengertian dan penyebaran informasi.
3. Product emphasis, yaitu tindakan-tindakan yang berorientasi pada volume
pekerjaan yang dilakukan.
4. Fronternization, yaitu tindakan-tindakan yang menjadikan pemimpin
menjadi bagian dari kelompok.
5. Organization, yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada perbedaan
dan penyesuaian daripada tugas-tugas.
6. Evaluation, yaitu tindakan-tindakan yang berkenaan dengan
pendistribusian ganjaran-ganjaran atau hukuman-hukuman.
7. Initation, yaitu tindakan yang menghasilkan perubahan-perubahan
pada kegiatan organisasi.
8. Domination, yaitu tindakan-tindakan yang menolak pemikiran-pemikiran
seseorang atau anggota kelompoknya.

Menurut Covey dalam (Kris Yuliani H 2002:6) ada tiga peranan pemimpin
dalam kelompok/organisasi antara lain :
1. Pathfinding (pencarian alur), mengandung sistem nilai dan visi dengan
kebutuhan pelanggan melalui suatu perencanaan strategis yang disebut
the strategic pathway (jalur strategi).
2. Aligning (penyelarasan), upaya memastikan bahwa struktur, sistem dan
operasional organisasi memberi dukungan pada pencapaian visi dan misi
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
3. Empowerment (pemberdayaan), suatu semangat yang digerakkan dalam
diri orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas laten, untuk mampu
mencapai nilai, visi dan misi bersama dalam
melayani kebutuhan pelanggan.

Peranan pemimpin yang sangat perlu dilaksanakan seorang pemimpin


yaitu : (1) Membantu kelompok dalam mencapai tujuannya,
(2) Memungkinkan
para anggota memenuhi kebutuhan,
(3) Mewujudkan nilai kelompok,
(4)
Merupakan pilihan para anggota kelompok untuk mewakili pendapat mereka
dalam interaksi dengan pemimpin kelompok lain, (5) Merupakan fasilitator yang
dapat menyelesaikan konflik kelompok (Sulaksana 2002:7).
Menurut Sondang (1999;47-48), lima fungsi kepemimpinan yang dibahas
secara singkat adalah sebagai berikut : (1) pimpinan selaku penentu arah yang
akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan, (2) wakil dan juru bicara
organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak diluar organisasi, (3) pimpinan
selaku komunikator yang efektif, (4) mediator yang handal, khususnya dalam
hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik, (5) pimpinan
selaku integrator uang efektif, rasional, obkjektif dan netral.

. karakterisitik
Selanjutnya Blake dan Mounton dalam Salusu (2006:204-205),
menawarkan enam elemen yang dianggapnya dapat menggambarkan efektifnya
suatu kepemimpinan. Tiga elemen pertama berkaitan dengan bagaimana
seorang pemimpin menggerakkan pengaruhnya terhadap dunia luar, yaitu
Initiative, Inquiry dan Advocacy. Tiga elemen yang lainnya yaitu, Conflict Solving,
Decision making, dan Criticque. Berhubungan dengan bagaimana memanfaatkan
sumber daya yang tersedia dalam organisasi untuk dapat mencapai hasil yang
benar. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut :
1. Inisiatif. Seorang pemimpin akan mengambil inisiatif apabila ia melakukan
suatu aktivitas tertentu, memulai sesuatu yang baru atau menghentikan
sesuatu yang dikerjakan.
2. Inquiry (menyelidiki). Pemimpin membutuhkan yang komprehensif
mengenai bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia
perlu mempelajari latar belakang dari suatu masalah, prosedur-prosedur
yang harus ditempuh, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam
pekerjaan yang dibidanginya.
3. Advocacy (dukungan atau dorongan). Aspek memberi dorongan dan
dukungan sangat penting bagi kepemimpinan seseorang karena sering timbul keraguan atau
kesulitan mengambil keputusan di antara para
eksekutif dalam organisasi atau karena adanya ide yang baik tetapi yang
bersangkutan kurang mampu untuk mempertahankannya.
4. Cinflict Solving (memecahkan masalah). Apabila timbul masalah atau
konflik dalam organisasi, maka sudah menjadi kewajiban pemimpin untuk
menyelesaikannya. Ia perlu mencari sumber dari konflik tersebut, dan
menyelesaikannya dengan musyawarah untuk mufakat.
5. Decision Making (pengambilan keputusan). Keputusan yang dibuat
hendaknya keputusan yang baik, tidak mengecewakan, tidak membuat
frustasi, yaitu keputusan yang dapat memberi keuntungan bagi banyak
orang.
6. Critique (kritik). Kritik disini sebagai proses mengevaluasi, menilai dan jika
sesuatu yang telah diperbuat itu baik adanya maka tindakan serupa untuk
masa-masa mendatang mungkin sebaiknya tetap dijalankan.

. Ryaas Rasyid (2000:37) menjelaskan beberapa karakter kepemimpinan


yang berbeda satu sama lain, yaitu sebagai berikut :
1) Kepemimpinan yang Sensitif
Kepemimpinan ini ditandai dengan adanya kemampuan untuk secara
dini memahami dinamika perkembangan masyarakat, mengenai apa yang
mereka butuhkan, mengusahakan agar ia menjadi pihak pertama yang
memberi perhatian terhadap kebutuhan tersebut. Dalam karakter
kepemimpinan tersebut, kemampuan berkomunikasi daripada pemimpin
pemerintahan yang disertai pada penerapan transformasi di dalam proses
pengambilan keputusan merupakan prasyarat bagi pemerintah dalam
mengemban segala tugas-tugasnya.

2) Kepemimpinan yang Responsif


Dalam konteks ini, pemimpin lebih aktif mengamati dinamika
masyarakat dan secara kreatif berupaya memahami kebutuhan mereka,
maka kepemimpinan yang responsif lahir lebih banyak berperan menjawab
aspirasi dan tuntutan masyarakat yang disalurkan melalui berbagai media
komunikasi, menghayati suatu sikap dasar untuk mendengar suara rakyat,
mau mengeluarkan energi dan menggunakan waktunya secara cepat untuk
menjawab pertanyaan, menampung setiap keluhan, memperhatikan setiap
tuntutan dan memanfaatkan setiap dukungan masyarakat tentang suatu
kepentingan umum.
3) Kepemimpinan yang Defensif
Karakter kepemimpinan ini ditandai dengan sikap yang egoistik,
merasa paling benar, walaupun pada saat yang sama memiliki kemampuan
argumentasi yang tinggi dalam berhadapan dengan masyarakat.
Komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat cukup terpelihara,
tetapi pada umumnya pemerintah selalu mengambil posisi sebagai pihak
yang lebih benar, lebih mengerti. Oleh karena itu, keputusan dan
penilaiannya atas sesuatu isu lebih patut diikuti oleh masyarakat. Posisi
masyarakat lemah, sekalipun tetap tersedia ruang bagi mereka untuk
bertanya , menyampaikan keluhan, aspirasi dan lain sebagainya. Karakter
kepemimpinan samacam ini bisa berhasil dalam jangka waktu tertentu.
Tetapi ketika berhadapan dengan masyarakat yang semakin berkembang,
baik secara sosial-ekonomi maupun secara intelektualitas, karakter
defensif ini akan sulit untuk melakukan manufer.

4) Kepemimpinan yang Represif


Karakter kepemimpinan ini cenderung sama egois dan arogannya
dengan karakter kepemimpinan defensif, tetapi lebih buruk lagi karena
tidak memiliki kemampuan argumentasi atau justifikasi dalam
mempertahankan keputusan atau penilaiannya terhadap suatu isu ketika
berhadapan dengan masyarakat. Karakter kepemimpinan yang represif ini
secara total selalu merupakan beban yang berat bagi masyarakat. Ia bukan
saja tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan berbagai masalah
fundamental dalam masyarakat, tetapi bahkan cenderung merusak
moralitas masyarakat. Singkatnya kepemimpinan yang represif ini lebih
mewakili sifat diktatorial.

. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh


seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain
seperti yang ia inginkan. Gaya kepemimpinan dalam organisasi sangat
diperlukan untuk mengembangkan lingkungan kerja yang kondusif dan
membangun iklim motivasi bagi karyawan sehingga diharapkan akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Gatto dalam Salusu (1996:194-195) mengemukakan 4 gaya


kepemimpinan yaitu :
1. Gaya Direktif
Pemimpin yang direktif pada umumnya membuat keputusankeputusan
penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya. Semua
kegiatan berpusat pada pemimpin dan sedikit saja kebebasan orang lain
untuk berkreasi dan bertindak yang diizinkan. Pada dasarnya gaya ini
adalah gaya otoriter.
2. Gaya Konsultatif
Gaya ini dibangun atas gaya direktif. Kurang otoriter dan lebih
banyak melakukan interaksi dengan para staf atau anggota dalam

organisasi. Fungsi pemimpin dalam hal ini lebih bayak berkonsultasi,


memberikan bimbingan, motivasi, memberi nasehat dalam rangka
pencapaian tujuan.
3. Gaya Partisipatif
Gaya pertisipasi bertolak dari gaya konsultatif, yang bisa
berkembang ke arah saling percaya antara pimpinan dan bawahan.
Pimpinan cenderung memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk
menyelesaikan pekerjaan sebagai tanggung jawab mereka. Sementara
itu kontak konsultatif tetap berjalan terus. Dalam gaya ini pemimpin lebih
banyak mendengar, menerima, bekerja sama, dan memberi dorongan
dalam proses pengambilan keputusan dan perhatian diberikan kepada
kelompok.
4. Gaya Delegasi
Gaya delegasi ini mendorong staf untuk menngambil inisiatif
sendiri. Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan pemimpin, sehingga
upaya ini hanya bisa berjalan apabila staf memperhatikan tingkat
kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan sasaran organisasi.
White dan Lippit (Harbani, 2008:46), mengemukakan tiga (3) gaya
kepemimpinan, yaitu :
1. Kepemimpinan Otokratis
Dalam tipe kepemimpinan ini, pemimpin menentukan sendiri
"policy" dan dalam rencana untuk kelompoknya, membuat keputusankeputusan
sendiri, namun mendapatkan tanggung jawab penuh.
Bawahan harus patuh dan mengikuti perintahnya, jadi pemimpin tersebut
menentukan atau mendiktekan aktivitas dari anggotanya.Pemimpin
otokratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa yang mereka
26
inginkan dan cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut
dalam bentuk perintah-perintah langsung kepada bawahan.Dalam
kepemimpinan otokrasi terjadi adanya keketatan dalam pengawasan,
sehingga sukar bagi bawahan dalam memuaskan kebutuhan egoistisnya.
 Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini adalah :
a. Keputusan dapat diambil secara tepat.
b. Tipe ini baik digunakan pada bawahan yang kurang disiplin,
kurang inisiatif, bergantung pada atasan kerja, dan kurang
kecakapan.
c. Pemusatan kekuasaan, tanggung jawab serta membuat
keputusan terletak pada satu orang yaitu pemimpin.
 Kelemahannya adalah :
a. Dengan tidak diikutsertakannya bawahan dalam mengambil
keputusan atau tindakan maka bawahan tersebut tidak dapat
belajar mengenai hal tersebut.
b. Kurang mendorong inisiatif bawahan dan dapat mematikan inisiatif
bawahannya tersebut.
c. Dapat menimbulkan rasa tidak puas dan tertekan.
d. Bawahan kurang mampu menerima tanggung jawab dan
tergantung pada atasan saja.
2. Kepemimpinan Demokrasi (Demokratis)
Dalam gaya ini pemimpin sering mengadakan konsultasi dengan
mengikuti bawahannya dan aktif dalam menentukan rencana kerja yang
berhubungan dengan kelompok. Disini pemimpin seperti moderator atau
koordinator dan tidak memegang peranan seperti pada kepemimpinan
27
otoriter. Partisipan digunakan dan kondisi yang tepat, akan menjadikan
hal yang efektif. Maksudnya supaya dapat memberikan kesempatan pada
bawahannya untuk mengisi atau memperoleh kebutuhan egoistisnya dan
memotivasi bawahan dalam menyelesaikan tugasnya untuk
meningkatkan produktivitasnya pada pemimpin demokratis, sering
mendorong bawahan untuk ikut ambil bagian dalam hal tujuan-tujuan dan
metode-metode serta menyokong ide-ide dan saran-saran. Disini
pemimpin mencoba mengutamakan "human relation" (hubungan antar
manusia) yang baik dan mengerjakan secara lancar.
 Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini adalah :
a. Memberikan kebebasan lebih besar kepada kelompok untuk
mengadakan kontrol terhadap supervisor.
b. Merasa lebih bertanggungjawab dalam menjalankan pekerjaan.
c. Produktivitas lebih tinggi dari apa yang diinginkan manajemen
dengan catatan bila situasi memungkinkan.
d. Ada kesempatan untuk mengisi kebutuhan egoistisnya.
e. Lebih matang dan bertanggungjawab terhadap status dan pangkat
yang lebih tinggi.
 Kelemahannya adalah :
a. Harus banyak membutuhkan koordinasi dan komunikasi.
b. Membutuhkan waktu yang relatif lama dalam mengambil keputusan.
c. Memberikan persyaratan tingkat "skilled" (kepandaian) yang relative
tinggi bagi pimpinan.
d. Diperlukan adanya toleransi yang besar pada kedua belah pihak
karena jika tidak dapat menimbulkan perselisihpahaman.
28
3. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas. Pendekatan ini bukan
berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya ini berasumsi bahwa
suatu tugas disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan
teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan tersebut dalam rangka
mencapai sasaran-sasaran dan kebijakan organisasi. Kepemimpinan
pada tipe ini melaksanakan perannya atas dasar aktivitas kelompok dan
pimpinan kurang mengadakan pengontrolan terhadap bawahannya. Pada
tipe ini pemimpin akan meletakkan tanggung jawab keputusan
sepenuhnya kepada para bawahannya, pemimpin akan sedikit saja atau
hampir tidak sama sekali memberikan pengarahan. Pemimpin pada gaya
ini sifatnya pasif dan seolah-olah tidak mampu memberikan pengaruhnya
kepada bawahannya.
 Kebaikan dari gaya kepemimpinan ini:
a. Ada kemungkinan bawahan dapat mengembangkan
kemampuannya, daya kreativitasnya untuk memikirkan dan
memecahkan persoalan serta mengembangkan rasa tanggung
jawab.
b. Bawahan lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang ia
anggap penting dan tidak bergantung pada atasan sehingga proses
yang lebih cepat.
 Kelemahannya adalah :
a. Bila bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, ada kemungkinan
terjadi penyimpangan dari peraturan yang berlaku dari bawahan
serta dapat mengakibatkan salah tindak dan memakan banyak
waktu bila bawahan kurang pengalaman.
b. Pemimpin sering sibuk sendiri dengan tugas-tugas dan tepisah dari
bawahan.
c. Kelompok dapat mengkambinghitamkan sesuatu, kurang
stabil, frustasi, dan merasa kurang aman.

Motto Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan “5 Sipa + 1


Sipo” memiliki nuansa muatan lokal kedaerahan yang relevan dengan
kondisi dan budaya, yaitu:
a. Sipatuo (saling Mendukung)
Senantiasa mengamalkan perilaku yang saling mendukung antara
sesama pegawai dalam melaksanakan tugas sehari-hari, karena
seluruh pegawai memiliki komitmen yang sama untuk mencapai
tujuan organisasi.
b. Sipatokkong (saling Menopang/Membantu)
Senantiasa mengamalkan perilaku yang saling
menopang/membantu di antara sesama pegawai, jika terdapat
pegawai yang mengalami kesulitan dalam bekerja diharapkan
pegawai yang lain turun tangan untuk membantu.
c. Sipakatau (saling Menghargai),
Senantiasa mengamalkan perilaku saling menghormati diantara
sesama pegawai dan menghargai para pemangku kepentingan
(stakeholders) BPKP.
46
d. Sipakainge’ (saling mengingatkan),
Senantiasa mengamalkan perilaku yang saling mengingatkan
antara sesama pegawai, sehingga seluruh pegawai yang lalai atau
melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya akan diingatkan oleh pegawai yang lain.
e. Sipakalebbi (Saling mengapresiasi),
Senantiasa mengamalkan perilaku yang saling mengapresiasi
antara sesama pegawai, sehingga seluruh pegawai merasa
mempunyai andil dalam mencapai tujuan organisasi.
f. Siporennu (Saling Merindukan),
Senantiasa mengamalkan perilaku yang saling merindukan dengan
menjalin/menjaga hubungan diantara sesama pegawai sehingga
tercipta suasana kekeluargaan di lingkungan kantor.

2.3. Jenis Gaya Kepemimpinan 2.3.1. Gaya Kepemimpinan Otoriter Gaya kepemimpinan ini
menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin
sebagai satu-satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota perusahaan jasa konstruksi
dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan perusahaan jasa konstruksi. 2.3.2. Gaya
Kepemimpinan Demokratis Gaya kepemimpinan menempatkan manusia sebagai faktor
pendukung terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan mengutamakan
orientasi pada hubungan dengan anggota perusahaan jasa konstruksi. 2.3.3. Gaya
Kepemimpinan Bebas Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota
perusahaan jasa konstruksi mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus
dirinya masing-masing, dengan sedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam
merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok perusahaan jasa
konstruksi.
2.4. Pola Kepemimpinan Proyek Konstruksi
1. Proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh
untuk meraih tujuan kelompok menjadi hasil pembangunan konstruksi yang mantap sesuai
dengan tujuan dan harapan perusahaan jasa konstruksi tersebut.
2. Kemampuan untuk mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh
semangat untuk kemajuan perusahaan jasa konstruksi tersebut.

3. Mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau
mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan keadaan yang diperlukan di lapangan untuk tujuan
hasil yang ingin dicapai perusahaan jasa konstruksi tersebut.
4. Pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan
wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan perusahaan jasa konstruksi yang di pimpinnya.
5. Ciri – ciri utama dari kepemimpinan proyek konstruksi yaitu kemampuan untuk
mempengaruhi, mengarahkan atau memotivasi, dan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan.

Anda mungkin juga menyukai