Anda di halaman 1dari 13

VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

KAJIAN IMPLEMENTASI PERDA INISIATIF DAN EKSEKUTIF


KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2018

Vita Novianti1)
1
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Abdurachman Saleh

ABSTRACT
The purpose of this study is to find out the Implementation of Regional Initiative and
Executive Regulations and describe the factors that become supporters and inhibitors of
the Implementation of Initiative and Executive Local Regulations in Situbondo Regency.
This research approach uses qualitative research conducted through observation and
interviews. Determination of informants in this study using purposive sampling and
snowball sampling techniques, so that there are key informants and supporting
informants. There is a distinction in the process of drafting until the implementation
between the Regulatory Initiative and the Regional Regulations proposed by the Regent.
Several factors were the causes of the different process of drafting the Regional
Regulation in Situbondo District

Keywords: Regional Pertutan, Regional Regulation Initiatives, Executive Regional


Regulations

PENDAHULUAN wajar karena intervensi pemerintah


Arus reformasi telah berhasil pusat yang terlalu besar di masa lalu
menumbangkan pemerintahan Orde menyebabkan inisiatif dan prakarsa
Baru yang otoriter. Faktor daerah cenderung mati sehingga
keruntuhan Orde Baru selain karena menimbulkan berbagai masalah
kekuasaan yang otoriter juga dipicu dalam mendorong proses
oleh masalah ekonomi dan adanya pembangunan dan kehidupan
perubahan sosial dalam masyarakat. demokrasi di daerah. Dalam rangka
Terutama perubahan sosial yang otonomi daerah di mana kewenangan
didorong oleh kemajuan teknologi cenderung dimiliki oleh
informasi komunikasi yang kabupaten/kota, harapan dan tuntutan
menghasilkan suatu tuntutan masyarakat tentang keadilan dalam
demokratisasi, transparansi, penyelenggaraan kehidupan
keterbukaan dan hak asasi manusia. ekonomi, politik, sosial, budaya,
Berbagai dampak dari krisis tersebut penegakan hukum, dan penghargaan
muncul sebagai jalan terbukanya atas hak asasi manusia tidak bisa
reformasi di seluruh aspek kehidupan ditawar-tawar. Dalam rangka
bangsa. Salah satunya adalah menampung aspirasi masyarakat,
tuntutan pemberian otonomi yang maka otonomi daerah merupakan
luas kepada daerah kabupaten/kota salah satu upaya strategis yang
agar terwujud suatu Indonesia baru, memerlukan pemikiran yang matang,
Indonesia yang lebih demokratis, mendasar, berdimensi jauh ke depan.
lebih adil, dan lebih sejahtera. Hal ini Pemikiran itu kemudian dirumuskan

34
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

dalam kebijakan otonomi daerah terutama dalam setiap rangkaian


yang sifatnya menyeluruh dan pesta demokrasi dan dalam proses
dilandasi prinsip-prinsip dasar pembuatan kebijakan publik. Sukirno
demokrasi, kesetaraan, dan keadilan (2011) mengatakan otonomi dan
disertai oleh kesadaran akan demokrasi merupakan satu kesatuan
keanekaragaman/kemajemukan, (H. semangat sebagai bentuk
A. W Widjaja, 2004:99). Untuk pemerintahan yang menempatkan
dapat melaksanakan otonomi daerah rakyat sebagai penentu yang utama
diperlukan perubahan dalam dalam negara. M Syawaluddin
penyelenggaraan pemerintahan di mengatakan pemerintah harus
Indonesia, dari sentralisasi memberikan ruang dan peran yang
pemerintahan bergeser kearah besar bagi keterlibatan politik
desentralisasi dengan pemberian masyarakat secara aktif dalam
otonomi daerah yang luas, nyata, dan penyelenggaraan negara. Sedangkan
bertanggung jawab. Hal ini telah dampak negatifnya adalah, banyak
terwujud dengan ditetapkannya UU peraturan perundangan yang baru
Nomor 23 Tahun 2014 tentang disahkan bahkan belum berlaku
Pemerintahan Daerah yang secara efektif sudah diganti dengan
merupakan dasar dari pelaksanaan peraturan perundang undangan yang
otonomi daerah. Berdasarkan UU baru, karena tidak berlaku efektif
No.23 Tahun 2014 tentang dalam kehidupan bermasyarakat,
Pemerintahan Daerah, urusan wajib kedua banyak undang - undang yang
yang menjadi kewenangan kurang relevan dengan kebutuhan
pemerintah daerah juga semakin atau permasalahan dalam
luas, termasuk di dalamnya masyarakat, ketiga banyaknya
perencanaan dan pengendalian peraturan daerah yang diterbitkan
pembangunan dan juga oleh pemerintah daerah yang dicabut
penyelenggaraan ketertiban dan oleh pemerintah pusat karena
ketentraman masyarakat. Dengan bertentangan dengan peraturan yang
pengembangan pembangunan lebih tinggi.
daerah, diharapkan dapat Pemerintah Daerah adalah
menciptakan masyarakat yang adil, kepala daerah sebagai unsur
makmur dan sejahtera. Akan tetapi penyelenggara Pemerintahan Daerah
dalam pelaksanaan pembangunan, yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintah daerah juga harus pemerintahan yang menjadi
memperhatikan keteraturan dan kewenangan daerah otonom. Dewan
ketertiban daerahnya agar tercipta Perwakilan Rakyat Daerah yang
kondisi yang nyaman bagi seluruh selanjutnya disingkat DPRD adalah
masyarakat. lembaga perwakilan rakyat daerah
Penerapan sistem desentralisasi yang berkedudukan sebagai unsur
dalam era otonomi memberikan penyelenggara pemerintahan daerah.
dampak yang positif dan negatif bagi Sebagai penyelenggaraan
masyakarat. Salah satu dampak pemerintahan daerah sebagaimana
positifnya adalah meningkatnya diatur dalam Undang-undang Nomor
kesadaran politik masyarakat 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan

35
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

Daerah sebagaimana telah diubah Kabupaten/Kota yang disusun secara


dengan peraturan pengganti Undang terencana, terpadu, dan sistematis
- Undang Nomor 2 Tahun 2014 dan dimaksudkan untuk menjaga
tentang Pemerintahan Daerah, agar produk Peraturan Perundang-
diselenggarakan oleh Pemerintah undangan daerah tetap berada dalam
Daerah dan Dewan Perwakilan kesatuan sistem hukum nasional.
Rakyat Daerah. Unsur penyelenggara Pembuatan Perda dilakukan atau
pemerintahan daerah tersebut disusun oleh leading sektor yang
mempunyai fungsi masing-masing. berkeinginan atau dalam hal ini OPD
Walaupun fungsi kedua unsur bersama dengan pihak terkait.
penyelenggara pemerintahan daerah Setelah itu draft Perda tersebut
tersebut berbeda namun terdapat dilaporkan kepada Sekretaris Daerah
kesamaan tugas dan wewenang, dan Bagian Hukum untuk kemudian
yakni dalam hal pembentukan dilakukan sinkronisasi dengan
peraturan daerah. peraturan yang ada untuk kemudian
Hubungan kemitraan bermakna melakukan rapat koordinasi sehingga
bahwa antara Pemerintah Daerah dan menghasilkan raperda usul bupati
DPRD adalah sama-sama mitra dan selanjutnya disidangkan di
bekerja dalam membuat kebijakan DPRD. Dalam keadaan tertentu,
daerah untuk melaksanakan otonomi DPRD atau kepala daerah dapat
daerah sesuai dengan fungsi masing- mengajukan Rancangan Perda di luar
masing sehingga di antara kedua Properda dengan memperhatikan hal-
lembaga itu membangun suatu hal sebagai berikut: untuk mengatasi
hubungan kerja yang sifatnya saling keadaan luar biasa, keadaan konflik,
mendukung bukan merupakan lawan atau bencana alam; akibat kerjasama
ataupun pesaing satu sama lain dengan pihak lain; dan keadaan
dalam melaksanakan fungsinya. tertentu lainnya yang memastikan
Segala aktivitas yang dilaksanakan adanya urgensi atas suatu Rancangan
oleh eksekutif berdasarkan pada Peraturan Daerah yang dapat
desain pembangunan dan alokasi disetujui bersama oleh Badan
pembiayaan yang memerlukan Legislasi Daerah dan Biro Hukum
persetujuan DPRD. Dalam Provinsi atau Bagian Hukum
pelaksanaannya, DPRD yang Kabupaten/Kota.
melakukan pengawasan agar tidak DPRD Kabupaten Situbondo
terjadi penyimpangan. Sesuai dengan setiap tahun menargetkan ada 5
ketentuan perundangan bahwa untuk produk Ranperda yang dihasilkan
perencanaan pembentukan peraturan oleh 4 komisi dan 1 badan legislasi.
perundang-undangan daerah Beberapa tahun target ini telah
dilakukan berdasarkan Program terlampaui dalam periode tersebut.
Pembentukan Peraturan Daerah Terdapat 11 (sebelas) Perda inisiatif
(Propemperda). Program yang sudah disahkan, dibatalkan dan
Pembentukan Peraturan Daerah masih proses evaluasi Gubernur.
adalah instrumen perencanaan Fenomena permasalahan yang terjadi
program pembentukan Peraturan terletak pada implementasi perda
Daerah Provinsi dan Perda tersebut baik Perda Inisiatif maupun

36
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

Perda Eksekutif yang sudah produk legislasi di Kabupaten


disahkan. Berikut data Peraturan Situbondo:
Daerah Inisiatif dan Eksekutif Tahun
2014 – 2017 sebagai gambaran
Tabel 1. Rancangan Peraturan Daerah Inisiatif Tahun 2014 – 2017
Kabupaten Situbondo
No. Uraian 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah usulan 12 9 11 14
Jumlah
2 5 0 6 6
pengesahan
3 Prosentase 41.67 0 54.55 42.86
Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan tabel di atas dapat pada tahun 2016 DPRD


diketahui bahwa pada Tahun 2014 mengusulkan sebanyak 11 ranperda
terdapat 12 usulan ranperda inisatif dan 6 diantaranya yang disahkan, hal
dan terdapat 5 ranperda yang ini serupa pada Tahun 2017 terdapat
disahkan, pada tahun 2015 terdapat 9 14 usulan ranperda inisiatif dan
usulan dan tidak ada satupun hanya 6 ranperda yang disahkan.
ranperda yang disahkan. Sedangkan

Tabel 2. Rancangan Peraturan Daerah Eksekutif Tahun 2014 – 2017


Kabupaten Situbondo
No
Uraian 2014 2015 2016 2017
.
1 Jumlah usulan 13 22 8 11
2 Jumlah pengesahan 7 9 5 6
3 Prosentase 53.85 40.91 62.50 54.55
Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan tabel Rancangan 11 usulan ranperda eksekutif dan


Peraturan Daerah Eksekutif di atas hanya 6 ranperda yang disahkan.
dapat diketahui bahwa pada Tahun Perbandingan kedua tabel di
2014 terdapat 13 usulan dan 7 atas dapat menjelaskan penyusunan
ranperda yang disahkan, pada tahun Ranperdadi Kabupaten Situbondo
2015 terdapat 22 usulan dan 9 mulai dari proses pengusulan sampai
ranperda yang disahkan. Pada tahun disahkannya Ranperda baik Inisiatif
2016 pihak eksekutif mengusulkan maupun Eksekutif. Kajian ini akan
sebanyak 8 ranperda dan 5 membahas mengenai perbedaan pada
diantaranya yang disahkan, tatanan implementasi perda di
sedangkan pada Tahun 2017 terdapat Kabupaten Situbondo. Terdapat

37
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

beberapa peraturan daerah yang Pendekatan penelitian ini


sudah diimplementasikan oleh menggunakan penelitian kualitatif
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang dilakukan melalui observasi
teknis dan terdapat juga perda yang dan wawancara yang mendalam
belum ditindaklanjuti. Sehingga dengan responden dan narasumber
perlu menganalisa faktor – faktor yang berkompeten dan terkait
yang pendukung dan penghambat dengan masalah yang diteliti (obyek
implementasi perda di Kabupaten yang diteliti) untuk mendapatkan
Situbondo. data-data yang dibutuhkan. Menurut
Berdasarkan latar belakang di Kiler dan Miller dalam Lexy J.
atas, maka dapat dirumuskan Moleong mendefinisikan mengenai
rumusan masalah sebagai berikut: penelitian kualitatif yaitu tradisi
1. Mengapa implementasi tertentu dalam ilmu pengetahuan
Peraturan Daerah Inisiatif dan sosial yang secara fundamental
Eksekutif belum sesuai dengan bergabung dari pengamatan pada
yang diharapkan? manusia baik dalam kawasannya
2. Faktor apa saja yang menjadi maupun dalam peristilahannya
pendukung dan penghambat (Moleong, 2005:4). Sedangkan
implementasi Peraturan Daerah Bogdan dan Taylor mendefinisikan
Inisiatif dan Eksekutif? metodologi kualitatif itu sebagai
prosedur penelitian yang hasilnya
Tujuan dari Kajian berupa data deskriptif dalam bentuk
Implementasi Peraturan Daerah tulisan maupun lisan dari orang atau
Inisiatif dan Eksekutif di Kabupaten perilaku yang dapat diamati
Situbondo adalah : (Moleong, 2005:4). Sesuai dengan
1. Mengetahui Implementasi pengertian yang ada maka dalam
Peraturan Daerah Inisiatif dan proses pengumpulan data deskriptif
Eksekutif di Kabupaten yang berbentuk tulisan maupun lisan
Situbondo; dari lembaga atau individu yang
2. Mendiskripsikan faktor – faktor menjadi subjek penelitian dalam
yang menjadi pendukung dan penelitian ini.
penghambat Implementasi Data pendukung dalam kajian
Perda Inisiatif dan Eksekutif di ini terdiri atas 2 (dua) jenis data,
Kabupaten Situbondo yakni:
1. Data Primer
METODE PENELITIAN Data Primer adalah data pokok yang
Lokasi penelitian terletak di diperoleh langsung dari lapangan
wilayah Kabupaten Situbondo, atau dari masyarakat (Soemitro, 2000
Provinsi Jawa Timur. Pengolahan : 10). Untuk mendapatkan data
data dilakukan di kantor konsultan primer tersebut penulis
dan dilakukan Fokus Group menggunakan cara, yaitu dengan :
Discution (FGD) di Kantor Badan a. Wawancara adalah cara untuk
Perencanaan Pembangunan Daerah memperoleh informasi dengan
Kabupaten Situbondo. bertanya langsung dengan yang

38
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

diwawancarai (Soemitro, 2000 : 2. Data Sekunder


57). Data Sekunder adalah data yang
b. Observasi atau yang disebut diambil sebagai penunjang atau
pula pengamatan. bahan banding guna memahami data
c. Informan penelitian adalah primer yang berasal dari peraturan
subjek atau pihak yang perundang-undangan, tulisan,
mengetahui atau memberikan makalah, buku-buku, dan dokumen
informasi maupun kelengkapan atau arsip atau bahan lain serta
mengenai objek penelitian. informasi dari pejabat instansi
Penentuan informan dalam berwenang yang berhubungan dan
penelitian ini menggunakan menunjang dalam masalah kajian ini.
teknik purposive sampling dan Teknik pengumpulan data yang
snowball sampling, sehingga digunakan adalah sebagai berikut :
terdapat informan kunci dan 1. Studi Kepustakaan (Library
informan pendukung. Research)
Purposive sampling adalah 2. Studi Lapangan (Field
teknik penentuan informan Reasearce)
dengan pertimbangan pada
kemampuan informan untuk Peneliti menggunakan metode
memberikan informasi kualitatif deskriptif dalam
selengkap mungkin kepada menganalisis data. Adapun langkah-
penulis. Sedangkan snowball langkah dalam menganalisis data
sampling adalah teknik sebagai berikut:
penentuan infoman dengan a. Reduksi Data
mula-mula menentukan b. Unitasi dan Kategorisasi
informan dalam jumlah kecil, c. Display Data
kemudian membesar, jika d. Kesimpulan
informan yang telah dipilih
belum memberikan informasi HASIL PENELITIAN DAN
atau data yang dibutuhkan oleh PEMBAHASAN
peneliti. Adapun yang
dijadikan informan dalam 1. Implementasi Peraturan
penelitian ini : Daerah di Kabupaten
 Sekretaris DPRD Situbondo
Kabupaten Situbondo Penelitian ini merupakan
 Ketua Bapemperda penelitian kualitatif yang bersifat
Kabupaten Situbondo deskriptif tentang Implementasi
 Anggota Bapemperda Peraturan Daerah Inisiatif dan
Kabupaten Situbondo Eksekutif Kabupaten Situbondo. Di
 Bagian Hukum Pemkab dalam penelitian ini peneliti berusaha
Kabupaten Situbondo untuk menggali, mengungkap
 Dinas Pendidikan dan informasi tentang permasalahan
Kebudayaan Kabupaten kemudian berusaha untuk
Situbondo menggambarkannya. Hasil penelitian
berupa data-data yang diperoleh

39
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

melalui wawancara dengan teknis dalam mengimplementasikan


Bapemperda, Sekertaris DPRD, perda. Terdapat beberapa perda yang
Kabag Hukum dan Kabid Dinas sudah disahkan tapi kurang optimal
Pendidikan serta didukung data-data dalam implementasi. Sebagai contoh;
dokumentasi. Perda Kabupaten Situbondo Nomor.
Implementasi sebuah kebjakan 03 Tahun 2018 Tentang
akan didukung oleh berbagai faktor, Perlindungan dan Pemberdayaan
begitupun dengan Implementasi Penyandang Disabilitas. Ranperda
Peraturan Daerah Inisiatif dan inisiatif tentang Disabilitas sudah
Eksekutif Kabupaten Situbondo. diusulkan sejak tahun 2016 sampai
Sesuai dengan tujuan awal penelitian akhirnya perda tersebut disahkan di
ini, yaitu mengetahui bagaimana tahun 2018. Berbagai pihak sangat
faktor pendukung dan faktor menyayangkan bahwa di Lingkungan
penghambat terhadap pelaksanaan Situbondo ranperda ini belum
implmentasi peraturan daerah menjadi prioritas sejak berlakunya
tersebut. Perda Provinsi Jawa Timur Nomor 3
Tahun 2013 Tentang Pemenuhan
2. Implementasi Peraturan Hak – Hak Disabilitas di Jawa
Daerah Inisiatif di Kabupaten Timur. Implementasi terhadap perda
Situbondo ini sudah bertahap dilakukan
Undang-undang menyebutkan diberbagai bidang, baik aksesibilitas
bahwa Kepala Daerah menetapkan ataupun kebijakan lokal OPD terkait.
Perda dengan persetujuan DPRD, Hanya saja implementasi terhadap
tapi tidak berarti bahwa semua bidang ketenagakerjaan dan
kewenangan membentuk Perda ada pendidikan kurang mengakomodasi
pada Kepala Daerah, dan DPRD kepentingan difabel dan anak
hanya memberikan persetujuan saja. berkebutuhan khusus (ABK).
DPRD juga dilengkapi dengan hak Pendidikan belum bisa
mengajukan rancangan Perda dan mengakomodir kebutuhan anak –
hak mengadakan perubahan terhadap anak inklusi. Sebagai contoh
rancangan Perda. Bahkan minimnya sarana prasarana untuk
persetujuan itu sendiri mengandung ABK dan belum adanya Guru
kewenangan menentukan. Hak Pendamping Khusus (GBK) di
mengajukan rancangan Perda, lazim masing – masing sekolah yang sudah
disebut hak inisiatif, adalah hak yang menjadi sekolah rujukan inklusi. Hal
dimiliki oleh DPRD untuk ini didukung pernyataan Kabid
mengajukan rancangan undang- Dikdas Dinas Pendidikan dan
undang dan hak DPRD mengajukan Kebudayaan Kabupaten Situbondo
rancangan Perda. Dalam hal ini, bahwa Dinas Pendidikan belum
DPRD atas inisiatif sendiri dapat menindaklanjuti dengan Peraturan
menyusun dan mengajukan Bupati sebagai dasar implementasi
rancangan Perda. dari Perda Tentang Perlindungan dan
DPRD sebagai pihak pengusul Pemberdayaan Penyandang
dalam Ranperda inisiatif seringkali Disabilitas. Hal ini karena
menilai kurang optimalnya OPD keterbatasan sumber daya manusia

40
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

yang ahli dalam bidang membuat kalau perda usul bupati adalah usulan
rancangan peraturan. Selain itu dari OPD teknis sehingga pada
masih rendahnya komitmen tataran implementasi dinas terkait
stakeholder pendidikan. Dinas sudah mempunyai langkah – langkah
pendidikan sudah berupaya strategis setalah peraturan daerah
melakukan beberapa tahapan sejak tersebut disahkan.
Tahun 2016 dengan mengumpulkan
17 Ka UPTD se-kabupaten untuk 3. Implementasi Peraturan
membahas masalah pendidikan Daerah Eksekutif
inklusi. Minimal anak berkebutuhan Selama ini yang terjadi adalah
khusus di masing – masing di masalah komunikasi, DPRD
lembaga pendidikan dasar bisa terkadang kurang komunikatif.
terdata. Sampai sekarang belum ada Sehingga terkesan proses
tindaklanjut, jadi dinas pendidikan penyusunan Ranperda bertele-tele.
belum memiliki data akurat tentang Seharusnya ada komunikasi awal
keberadaan Anak Berkebutuhan dengan eksekutif ‘bagaimana jika
Khusus (ABK) di lembaga. Sejauh DPRD mengusulkan ranperda
ini dukungan dari dinas pendidikan tentang..’. Karena Ranperda inisiatif
untuk pendidikan inklusi terbatas DPRD ini kan mengatur apa yang
melatih salah satu guru di masing – akan dilakukan eksekutif sedangkan
masing sekolah inti (sekitar 83 Ranperda usul Bupati mengatur apa
lembaga) dengan tujuan mereka akan yang dilakukan masyarakat. Contoh;
mengimbaskan pengetahuan Perda Retribusi Pelayanan
bagaimana tehnik mengajar untuk Persampahan, seharusnya ada
anak berkebutuhan khusus di gugus komunikasi awal karena masalah
masing-masing. Sementara untuk retribusi yang mengatur adalah
dukungan yang lebih seperti sarana eksekutif, DPRD tidak langsung
prasarana Dinas Pendidikan dan membuat Perda Perubahan. Karena
Kebudayaan Kabupaten Situbondo hanya cukup membuat Peraturan
belum bisa menganggarkan karena Bupati melalui OPD teknis dan
belum ada dasar untuk Bagian Hukum untuk merubah
penganggaran, yaitu Peraturan besaran retribusi. Rancangan Perda
Bupati yang dimaksud. tentang Perubahan Perda Nomor 5
Tatanan Implementasi sering Tahun 2011 tentang Retribusi
terlihat ada perbedaan antara Perda Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Inisiatif dengan Perda eksekutif.
Seringkali perda inisiatif tidak segera 4. Faktor Pendukung dan
ditindaklanjuti oleh OPD teknis Penghambat Implementasi
karena beberapa hal diantaranya Perda Inisiatif dan Eksekutif
masalah anggaran, OPD harus Kabupaten Situbondo
melakukan sosialisasi dan membuat Keberhasilan kebijakan dikaji
program dari perda tersebut. Karena berdasarkan perspektif proses
perda tersebut adalah inisiatif DPRD implementasi dan perspektif hasil.
sehingga di luar dari rencana Pada perspektif hasil, kebijakan
strategis dinas terkait. Sementara dapat dinilai berhasil manakala

41
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

ketika implementasi akan membawa infrastruktur dan wewenang


dampak seperti yang diinginkan. para pelaksana
Tetapi pada tatanan implementasi,
masih banyak kendala yang dihadapi PENUTUP
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kesimpulan
teknis pelaksana; 1. Bahwa Produk Hukum
1. Komunikasi Daerah dalam bentuk
Komunikasi antar pelaksana Peraturan Daerah, dibentuk
kebijakan dalam hal ini DPRD untuk melaksanakan otonomi
dan pihak eksekutif. Secara daerah yang merupakan
konkrit karena Ranperda amanat dari peraturan
inisiatif DPRD ini kan perundang-undangan yang
mengatur apa yang akan lebih tinggi
dilakukan eksekutif sedangkan 2. Kerjasama antara Kepala
Ranperda usul Bupati mengatur Daerah baik itu Bupati atau
apa yang dilakukan Walikota dengan DPRD
masyarakat. Sebagai contoh; Kabupaten atau Kota dengan
Perda Retribusi Pelayanan DPRD Kabupaten Kota
Persampahan Kabupaten dalam proses penyusunan
Situbondo, seharusnya ada rancangan peraturan daerah
komunikasi awal karena itu terlihat mulai pada masa
masalah retribusi yang mengusulan, penyusunan,
mengatur adalah eksekutif sampai dengan disahkannya
sehingga DPRD tidak langsung peraturan yang dikehendaki
membuat peraturan daerah tersebut.
tentang perubahan. Karena 3. Hubungan yang dijalin antara
hanya cukup membuat Kepala Daerah baik itu
Peraturan Bupati melalui OPD Bupati atau Walikota dengan
teknis dan Bagian Hukum DPRD Kabupaten atau Kota
untuk merubah besaran dengan DPRD Kabupaten
retribusi. Kota dalam proses
2. Sumber Daya penyusunan rancangan
Sumber daya merupakan salah peraturan deerah itu
satu faktor penting dalam merupakan salah satu bentuk
implementasi kebijakan karena dari penciptaan suasana good
bagaimanapun baiknya governance pada tataran
kebijakan tanpa ada dukungan pemerintahan derah.
sumberdaya yang memadai 4. Dalam melaksanakan urusan
maka kebijakan akan pemerintahan yang menjadi
mengalami kebijakan kesulitan kewenangan daerah, kepala
dalam daerah dan DPRD selaku
mengimplementasikanya. penyelenggara pemerintahan
Sumber daya yang dimaksud daerah, membentuk
meliputi; staff/pelaksana, Peraturan Daerah sebagai
dukungan dana maupun dasar hukum bagi daerah

42
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

dalam menyelenggarakan di Kabupaten Situbondo,


otonomi daerah sesuai antara lain:
dengan kondisi dan aspirasi a. DPRD belum memiliki
masyarakat serta kekhasan aturan baku/ SOP sebagai
dari daerah tersebut. dasar penyusunan program
5. Dalam pengajuan Rancangan legislasi daerah. Sehingga
Peraturan Daerah, baik target prolegda atau
Rancangan Peraturan Daerah propemperda dapat
yang berasal dari inisiatif terlaksana sesuai waktu
DPRD dan Rancangan yang ditargetkan
Peraturan Daerah yang b. Kurangnya komunikasi di
berasal dari inisiatif setiap pengambil
Pemerintah Daerah, harus kebijakan, sehingga belum
menguasai substansi dari tercapainya sinkronisasi
Rancangan Peraturan Daerah antara Ranperda inisiatif
yang diatur dalam Undang- dan usul bupati.
Undang Nomor 23 Tahun c. Peningkatan kualitas dari
2014 Tentang Pemerintahan anggota dewan memiliki
Daerah dan Peraturan pengaruh signifikan
Pelaksanna lainnya sesuai terhadap pelaksanaan hak
dengan kewenangan masing- inisiatif dewan. Sehingga
masing SKPD/OPD fokus DPRD tidak terbatas
dilingkungan Pemerintah pada pengawasan dan
Daerah, dan menguasai penganggaran yang
aturan hukum yang terkait berdampak pada lemahnya
dalam pembentukan fungsi legislasi.
Rancangan Peraturan Daerah
berdasarkan Undang-Undang 7. Beberapa faktor yang
Nomor 11 Tahun 2012 menjadi penyebab lemahnya
tentang Pembentukan implementasi Perda yang
Peraturan Perundang telah disahkan di Kabupaten
Undangan dan Peraturan Situbondo, antara lain:
Menteri Dalam Negeri a. Kurangnya pemahaman
Nomor 80 Tahun 2015 substansi dan konteks
Tentang Produk Hukum Perda oleh pembuat
Daerah. kebijakan, baik pemerintah
6. Terdapat perdedaan dalam daerah maupun DPRD.
proses penyusunan sampai b. Perbedaan pemahaman
implementasi antara internal OPD terkait
Ranperda inisiatif dan terhadap substansi perda
Ranperda usul Bupati. sehingga pada tatanan
Beberapa faktor yang implementasi susah
menjadi penyebab perbedaan dilaksanakan
proses penyusunan Ranperda c. Ketidaksesuaian Perda
dengan kebutuhan

43
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

masyarakat dan daerah. menjadi pelaksanaan


Hal ini berdampak pada kebijakan.
timbulnya Perda yang a. Prosedur-prosedur
diskriminatif SARA. kerja ukuran-ukuran
8. Keberhasilan kebijakan dasar atau yang
sangat ditentukan oleh tahap sering disebut sebagai
implementasi dan Standart Operating
keberhasilan proses Procedures (SOP).
implementasi ditentukan oleh b. Adapun pengaruh
kemampuan implementor. Di struktur organisasi
Kabupaten Situbondo bagi implementasi
seringkali perda inisiatif SOP adalah
kurang berjalan optimal menyeragamkan
dalam implementasinya. Hal tindakan-tindakan
ini disebabkan OPD teknis dari para pejabat
sebagai implementator harus dalam organisasi.
melakukan rangkaian Fragmentasi berasal
program kegiatan sebagai dari tekanan-tekanan
tindaklanjut perda diluar unit organisasi,
9. Faktor kritis dalam seperti komite-komite
mengimplementasikan legislatif, kelompok-
kebijakan publik yaitu: kelompo kepentingan,
 Sumber Daya; Indikator pejabat-pejabat
yang digunakan untuk eksekutif, konstitusi
mengukur keberhasilan negara dan sifat
implementasi dari kebijakan yang
sumber daya adalah: mempengaruhi
a. Jumlah staff atau organisasi birokrasi
pelaksana dan pemerintahan.
kemampuanya baik
secara teknis maupun Saran
material 1. Tersusunnya SOP
b. Dukungan fasilitas penyusunan perda di internal
baik berupa dana DPRD dan disahkan dalam
maupun infrastruktur peraturan DPRD agar
lainya di lapangan mempunyai kekuatan hukum
c. Wewenang para mengikat.
pelaksana dalam 2. Sinergisitas pemahaman
melaksanakan internal OPD sebagai
kebijakan. implementator Peraturan
 Struktur Birokrasi Daerah mutlak diperlukan
Birokrasi merupakan untuk melaksanakan
salah satu bahan yang kebijakan tersebut.
paling sering bahkan 3. Diperlukannya sosialisasi
secara keseluruhan dalam bentuk informasi,

44
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

komunikasi dan edukasi Pertama. Penerbit Insan


dalam setiap peraturan Cendekia, Surabaya.
daerah yang sudah disahkan Berlo, 1960. Planning for Inovation
agar masyarakat mengetahui Throught dissemination at
dan memahami hak-haknya Utilizen of Knowledge. The
untuk berpartisipasi University of Michigan. Un
4. Peningkatan intensitas abrur Michigan.
pelatihan atau pembekalan Bridgman, Meter dan Glyn Davis,
untuk anggota DPRD untuk 2004. The Australian Policy
menjalankan hak inisiatif Handbook. Crows Nest:
dalam pelaksanaan fungsi Allen and Unwin.
legislasinya. Sehingga
anggota DPRD dapat Islamy, M. Irfan. 2000. Prinsip
meningkatkan pemahaman prinsip Perumusan Kebijakan
dan kreatifitas dalam Negara. Jakarta. Sinar
penyusunan rancangan Grafika
peraturan daerah Jensen, Michael C. dan William H.
Meckling. 1976. Theory of
the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and
Ownership Structure.
DAFTAR PUSTAKA Journal of Financial
Abdul Wahab, Solichin. 2004, Economics. Oktober, 1976,
Analisis Kebijaksanaan, Dari Volume3,No. 4.
Formulasi Ke Implementasi Kherallah, Mylene and Johann
Kebijaksanaan Negara. Kirsten. 2001. The New
Jakarta: Bumi Aksar Institutional Economics:
Aditia, Rabina, 2013. Hubungan Aplications for Agricultural
antara Eksekutif Daerah Policy Research in
(Pemerintah Daerah) dengan Developing Countries.
Legislatif Daerah (Dewan Merilee S. Grindle. 1980. Politics
Perwakilan Rakyat Daerah) and Policy Implementation
dalam pembuatan peraturan in the Third
daerah (perda) di Kota World,Princeton University
Palopo. Jurnal Imlu Press, New Jersey
Pemerintahan Volume 6 Muhammad Suharjono. 2014.
Nomor 1, 2013. Pembentukan Peraturan
Arkelof, G. (2001). The market of Daerah yang Responsif
Lemons, Quarterly Journal Dalam Mendukung Otonomi
of Economics. The First Daerah. Jurnal Ilmu Hukum
Modern Approach to the Vol 10, No 19 Februari 2014.
Adverse Selectioan Problem. Nanda Pratama. 2012. Peran Badan
Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Legislatif Dalam
Penelitian Kualitatif Pembentukan Peraturan
Perspektif Mikro. Cetakan Daerah Inisiatif Dewan

45
VOLUME 14 NO 1 TAHUN 2018 ACTON

Perwakilan Rakyat Daerah


Provinsi Jawa Timur. Jejaring
Administrasi Publik, Th II.
Nomor 8 Tahun 2012
Rogers, E.M. 1995. Diffusion of
Innovation. Four Edition.
New York. The Free Press.
Suharto, Edi. 2008. Analisis
Kebijakan Publik, panduan
Praktis Mengkaji Masalah
dan Kebijakan Sosial,
Dilengkapi Contoh-contoh
Naskah Kebijakan. Bandung.
ALFABETA
Sukirno, Sadono. 1999. Pengantar
Teori Makroekonomi. Edisi
Kedua. PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta
Paine. Frank T. dan William
Naumes, Strategy & policy
formation; An Integrative
Approach, (1974)
Peukert, Helge. 2001. Bridging Old
and New Institutional
Economics: Gustav
Schmoller and Douglass C.
North. Seen with
Oldinstitutionalists’ Eyes.
European Journal of Law
and Economics. March
2001.
Thomas R. Dye. 1981.
Understanding Public Policy,
Prentice-Hall International,
Inc., Englewood Cliffs, NY
Wahab, Solichin Abdul, 2008.
Pengantar Analisis Kebijakan
Publik. Malang. UMM.
Yudi Ayubchan. 2012. Pembentukan
Peraturan Daerah Inisiatif dan
Efektifitas Pelaksanaannya
Pada Pemerintah Kota Kediri.
Jurnal Ilmu Hukumm
MIZAN, Volume 1, Nomor
2, Desember 2012

46

Anda mungkin juga menyukai