Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN KERJA PRAKTEK

DI PT. TRASFELLO BANGUN TEKNIKA

PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK DAN CONTROL

PADA MESIN PENDINGIN JENIS ROOFTOP

DISUSUN OLEH :

WAHYU.PRAMONO
NIM. 19224601

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2020
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lembar Pengesahan Program Studi

PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK DAN CONTROL

PADA MESIN PENDINGIN ( ROOFTOP )

Laporan Kerja Praktek

Di PT. TRASFELLO BANGUN TEKNIKA

Diajukan sebagai persyaratan akademik

Program Studi Strata Satu (S-1) Fakultas Teknologi Industri

Jurusan Teknik Elektro, Institut Sains dan Teknologi Nasional

Oleh :

WAHYU.PRAMONO
NIM. 19224601

Disetujui dan disahkan oleh :

Jakarta, September 2019

Dosen Pembimbing, Koordinator Kerja Praktek,

Poedji Oetomo,ST, MT. Ir. Fivit Marwita. MT.

Ketua Program Studi,

Ir. Fivit Marwita. MT.

II
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lembar Pengesahan Perusahaan

PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK DAN CONTROL

PADA MESIN PENDINGIN ( ROOFTOP )

Laporan Kerja Praktek

Di PT. TRASFELLO BANGUN TEKNIKA

Diajukan sebagai persyaratan akademik

Program Studi Strata Satu (S-1) Fakultas Teknologi Industri

Jurusan Teknik Elektro, Institut Sains dan Teknologi Nasional

Oleh :

WAHYU. PRAMONO
NIM. 19224601

Disetujui dan disahkan oleh :

Jakarta, September 2019

Pembimbing Lapangan,

JOKO WAHYUDIANTO . ST

III
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lembar Penilaian Dosen Pembimbing

Mahasiswa dengan data-data dibawah ini:

Nama : Wahyu.Pramono

NIM : 19224601

Tabel Penilaian Yang Diberikan Oleh Dosen Pembimbing Sebagai Berikut:

PENGUASAAN NILAI RATA-RATA


PENULISAN
MATERI ANGKA HURUF

Keterangan: Jakarta, Januari 2020


1 Kolom Nilai Diisi Dosen Pembimbing,
Dengan Angka
2 Komposisi Penilaian
0 - 29 : Sangat Kurang
30 - 55 : Kurang
56 - 65 : Cukup
66 - 79 : Baik
80 -100 : Sangat Baik

Poedji Oetomo,ST, MT.

IV
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lembar Penilaian Perusahaan

PT. TRASFELLO BANGUN TEKNIKA

KONSULTAN , ENGINER , KONTRAKTOR


HVAC
Plaza 3 Pondok Indah Blok F No 06 Lt.5
Jl.TB . Simatupang, pondok pinang kebayoran
lama, Jakarta selatan 12310.

Mahasiswa dengan data-data dibawah ini:


Nama : Wahyu. Pramono
NIM : 19224601

No. Unsur Penilaian Nilai


1 Jumlah Kehadiran
2 Kemampuan dan Semangat Pengabdian
3 Prestasi
4 Tanggung Jawab
5 Kesanggupan Mengatasi Masalah Dalam Upaya Penyelesaian Tugas
6 Prakarsa
7 Kemampuan Berkomunikasi Secara Efektif dengan Orang Lain
8 Kelakuan/Kepribadian
Nilai Rata Rata

Keterangan: Jakarta, Desember 2019


1 Kolom Nilai Diisi Pembimbing Lapangan,
Dengan Angka
2 Komposisi Penilaian
0 - 29 : Sangat Kurang
30 - 55 : Kurang
56 - 65 : Cukup
66 - 79 : Baik
80 -100 : Sangat Baik
3 Penilaian Dianggap Sah,
Bila Disertai Dengan
Cap/Stempel Perusahaan
Perusahaan Joko wahyudianto. ST

V
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lembar Rekapitulasi Penilaian

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

REKAPITULASI PENILAIAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

Nama Perusahaan : PT. TRASFELLO BANGUN TEKNIKA


Plaza 3 Pondok Indah Blok F No 06 Lt.5
Alamat : Jl.TB . Simatupang, pondok pinang kebayoran
lama, Jakarta selatan 12310.
PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK DAN
Judul Laporan : KONTROL PADA MESIN PENDINGIN
ROOFTOP

UNSUR PENILAIAN
PESERTA KERJA
No NILAI NILAI DOSEN NILAI RATA-
PRAKTEK
PERUSAHAAN PEMBIMBING RATA
Wahyu.Pramono
1 19224601
Teknik Elektro

Keterangan: Jakarta, Januari 2020


1 Kolom Nilai Diisi Koordinator Kerja Praktek,
Dengan Angka
2 Komposisi Penilaian
0 - 29 : Sangat Kurang
30 - 55 : Kurang
56 - 65 : Cukup
66 - 79 : Baik
80 -100 : Sangat Baik Ir. Fivit Marwita. MT.

VI
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Kata Pengantar

Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga laporan Kerja
Praktek yang berjudul “PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK DAN
CONTROL PADA MESIN PENDINGIN (ROOFTOP)” dapat diselesaikan.

Kerja Praktek adalah salah satu program kuliah yang harus diambil sebagai salah
satu prasyarat kelulusan mahasiswa Program Studi Teknik Elektro ISTN. Laporan
ini disusun berdasarkan aktifitas yang penulis lakukan selama melaksanakan
magang di PT. TRASFELLO BANGUN TEKNIKA.

Penulis banyak sekali mendapatkan pengalaman berharga di lingkungan kerja


khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan yang menjadi bahan pembahasan
pada laporan ini.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih yang sebesar besarnya, kepada :

1. Dr. Dra. Lili Musnelina,MSi.,Apt, sebagai Rektor ISTN.


2. Dr. Ir. Abdul Multi, MT., sebagai Dekan FTI ISTN.
3. Ir. Fivit Marwita, MT., sebagai Ketua Program Studi Teknik Elektro S1
ISTN.
4. Ir. Fivit Marwita, MT., sebagai Koordinator Kerja Praktek Perkuliahan
P2K.
5. Poedji Oetomo,ST, MT, sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan pengarahan dan motivasi yang sangat berharga kepada penulis.
6. Seluruh Engineer dan rekan kerja PT.Trasfello Bangun Teknika.

Dengan keterbatasan pengalaman, pengetahuan maupun pustaka yang ditinjau,


penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih banyak kekurangan dan
perlu pengembangan lebih lanjut agar benar benar bermanfaat. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar laporan ini lebih sempurna.

1
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Akhir kata, penulis berharap laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua
terutama untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Desember 2019

Penulis,

Wahyu.Pramono

2
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Daftar Isi

Cover....................................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Program Studi ………………………………………………ii
Lembar Pengesahan Perusahaan………………………………………………….iii
Lembar Penilaian Dosen Pembimbing……………………………………………iv
Lembar Penilaian Perusahaan……………………………………………………..v
Lembar Rekapitulasi Penilaian…………………………………………………...vi
Kata Pengantar…………………………………………………………………. ...1
Daftar Isi ………………………………………………………………………….3
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………..5
I.1 Latar Belakang………………………………………………………………5
I.2 Pokok Bahasan………………………………………………………………6
I.3 Sistematika Penulisan……………………………………………………….6
I.4 Metode Penulisan……………………………………………………………7
Bab II Tinjauan Perusahaan…………………………………………………… 8
II.1 Gambaran Perusahaan……………………………………………………. 8
II.2 Visi dan Misi……………………………………………………………….9
II.3 Struktur Organisasi………………………………………………………. 10
II.4 Logo Perusahaan………………………………………………………… 10
Bab III Dasar Teori………………………………………………………………11
III.1 Mesin Pendingin……………………………………………….…………13
III.2 Siklus Refrigrasi………………………………………………….………12

III.3 Sifat Beban Listrik………………………………………….……………19

III.4 Daya Listrik……………………………………………………..………..21

III.5 Rangkaian Tiga Fasa…………………………………………….……….25

III.6 Motor Induksi………………………………………………….…………29

III.7 Arus Hubungan Singkat………………………………………………….30

III.8 Peralatan Kelistrikan……………………………………………..………31

3
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Bab IV Pembahasan……………………………………………………………..40
4.1 Obyek Rancangan………………………………………………………...40
4.2 Tahap - Tahap Perancangan………………………………………………41
4.3 Perancangan Kontrol……………………………………………………...53

4.4 Prinsip Kerja …………………………………………………………… 53

4.5 Prancangan System Keseluruhan…………………………………………58

4.6 Pengujian………………………………………………………………….61

Bab V Penutup………………………………………………………………… 63
V.1 Simpulan………………………………………………………………… 63
Lampiran…………………………………………………………………………64

Daftar Pustaka……………………………………………………………………72

4
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

BAB 1

Pendahuluan

Latar Belakang

Pentingnya pengkondisian udara seperti temperature dan humidity pada


suatu ruangan panel listrik, khususnya ruangan panel yang berisikan peratan
system control PLC, panel VSD ,panel MCC,serta peralatan elektronik lainnya,
yang dimana temperature dan humidity berpengaruh terhadap keandalan dari
komponen tersebut. Jika ruangan tersebut terlalu panas akan mengakibatkan error
pada perangkat elektronik sehingga peralatan tersebut tidak dapat berfungsi
sebagai mestinya. Dan jika humidity di ruangan tersebut terlalu tinggi maka akan
menyebabkan timbulnya jamur terutama pada papan PCB yang jelas dapat
mempengaruhi fungsi kinerja dari PCB tersebut.Oleh sebab itu dibutuhkan
pengkondisian udara seperti temperature dan humidity pada ruangan tersebut.

Untuk mengkondisikan suhu pada suatu ruangan maka di butuhkan suatu


mesin pendingin AC ( Air Conditioning ), mesin pendingin ini memiliki beberapa
type , dari kapasitas kecil sampai kapasitas besar. Pada kerja praktek ini type yang
akan dibahas adalah type ac ROOFTOP. Ac rooftop adalah jenis ac package
dimana komponen indoor dan outdoor di install menjadi satu package. Sedangkan
untuk mengkondisikan humidity pada suatu ruangan maka di butuhkan HEATER,
untuk mengurangi kadar uap air yang terkandung di udara.

Standar yang berlaku untuk temperature ruangan panel listrik adalah 23℃
- 25 ℃. Sedangkan humidity ruangan 45% - 55%.

Agar mesin pendingin tersebut dapat bekerja dengan baik, maka


dibutuhkan suatu perencanan instalasi listrik dan control untuk mesin pendingin
tersebut. Oleh sebab itu penulis mengangkat judul kerja praktek yaitu
“ PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK DAN CONTROL PADA MESIN
PENDINGIN (ROOFTOP)”.

5
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Pokok Bahasan

Pokok bahasan dari laporan kerja praktek ini adalah “ PERENCANAAN


INSTALASI LISTRIK DAN CONTROL PADA MESIN PENDINGIN
(ROOFTOP)” dengan referensi data dari suatu project yang sedang dikerjakan
oleh PT. Trasfello Bangun Teknika.

Pokok bahasan ini dipilih untuk mengetahui kebutuhan material dan


spesifikasi material yang dibutuhkan untuk instalasi listrik dan controlnya.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Laporan Kerja Praktek ini dibagi dalam beberapa bab, antara
lain adalah sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Merupakan pendahuluan, topik pokok bahasan dan


sistematika penulisan serta metode penulisan.

Bab II : Gambaran Umum Perusahaan

Profil perusahaan Trasfello Bangun Teknika.

Bab III : Dasar Teori

Bab ini berisi tentang teori-teori dasar mesin pendingin dan


peralatan listrik serta teori yang bersangkutan dengan judul.

Bab IV : Pembahasan

Bahasan tentang perhitungan kebutuhan

Kabel, MCB, Bus Bar, Overload, Kontaktor, Beserta


perancangan control lainnya.

Bab V : Penutup

Berupa kesimpulan dari pembahasan.

6
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan ini adalah :

Studi Literatur

Melalui berbagai bacaan literatur, baik dari perusahaan maupun dari buku serta
media lain yang berhubungan dengan pokok bahasan.

Pengalaman Kerja

Dengan bekerja sambil mempelajari (learning by doing) dalam mengoperasikan


komputer untuk mengerjakan gambar yang berhubungan dengan pokok bahasan.

Diskusi

Dengan melakukan diskusi dengan Engineer yang memiliki pengetahuan dan


pengalaman serta keahlian yang terkait dengan pokok bahasan.

7
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

BAB II

TINJAUAN PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Perusahaan

Didirikan pada 6 Februari 2008, Trasfello (PT. Trasfello Bangun Teknika)


mulai dari para ahli sistem HVAC yang memiliki komitmen untuk memberikan
layanan terbaik kepada pelanggan dari kedua sisi kualitas material yang dipilih dan
layanan setelah instalasi.

Pada pertengahan 2013 Trasfello mulai melakukan pekerjaan Sipil, Struktur dan
arsitek.

Pada Mei 2015, kami mendapatkan sertifikat resmi dari TUV SUD untuk ISO 9001
2008 dan OHSAS 18001 2007,

Hari ini, Trasfello siap memberikan yang terbaik dan tetap mempertahankan
prinsip: tujuan kami adalah kepuasan pelanggan selamat datang di bisnis
profesional.

Kontraktor

Kami memiliki sumber daya yang baik dan kuat di HVAC, Mekanikal dan
Elektrikal, Sipil dan Arsitek untuk sistem komersial dan industri.

Pengalaman, keterampilan, dan kemampuan kami telah diterapkan di banyak


gedung bertingkat dan proyek industri di Indonesia. Sistem Pendingin Udara dan
Ventilasi adalah bagian dari spesialisasi kami.

Engineer

Tingkat Pendinginan ruangan dan Pendinginan Listrik yang Nyaman, Spesifik di


gedung industri dan konstruksi tergantung pada desain pada perencanaan langkah
pertama.

Kondisi ini menjadi hal yang sangat penting karena, 60% dari konsumsi daya
listrik adalah penggunaan Air Conditioning dan Ventilasi. Perhitungan beban
Ventilasi dan Pendingin Udara adalah bagian dari keterampilan kami.

Sales service

Dalam melaksanakan pekerjaan kami, kami selalu mengikuti Prosedur Operasi


Standar dari prinsipal. Untuk pekerjaan pemeliharaan, kita lakukan dalam harian,
mingguan, bulanan, kuartalan, semi tahunan dan tahunan seperti dalam Manual
Operasi dan Perawatan.

8
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Bagi kami kepuasan pelanggan adalah suatu keharusan. Kami akan menyimpan
semua peralatan yang merupakan tanggung jawab kami selalu dalam kondisi yang
baik dan pengoperasian yang optimal.

Daftar Proyek

- PT. Holcim Indonesia


- PT. Wartsila Indonesia
- PT. Wijaya Karya (persero) Tbk
- Thyssenkrupp Industrial Solution
- PT. Meindo Elang Indah
- PT. Fontera Brand Manufacturing Indonesia
- Black And Veatch Indonesia
- PT. Cheil Jedang
- PT. Tereos FKS Indonesia
- PT. Timah Industri
- York Aditama Teknik
- Trane Indonesia
- Cimcorp OY
- Hankook Tire
- RS. Jantung Harapan Kita
- RS. Kanker Dharmais
- Plaza Indonesia Group
- Toshiba Indonesia
- Toyota Auto 2000
- Axalta Powder Coating

2.2 Visi dan Misi

Visi

Menjadi perusahaan yang kompetitif dan terpercaya pada kualitas


produk,terbaik pada kualitas, dan unggul dalam kepastian solusi.

Misi

1. Menyediakan produk dan layanan resmi kepada pelanggan


2. Menjadi partner kedua hubungan dengan local maupun luar negri
3. Membangun pegawai sejahtera melalui produktifitas kerja

9
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

2.3 Struktur Organisasi

2.4 Logo Perusahaan

TRASFELLO BANGUN TEKNIKA

10
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Mesin Pendingin ( AC Air Conditioner ).

Temperatur.

Menurut para ahli temperature memiliki beberapa definisi diantaranya :

Temperatur adalah ukuran dingin atau panasnya keadaan atau sesuatu yang lain.
Satuan ukur dari temperature yang di gunakan di Indonesia adalah ℃
(Derajat Celcius). Sementara satuan ukur yang banyak di gunakan diluar negeri
adalah derajat Fahrenheit ( Ir. Sarsita ; 2008).

Menurut ( Nurdin Riyanto : 2009) temperature adalah ukuran energy kinetic rata
– rata dari suatu molekul. Jika temperature tinggi maka energy kinetic rata – rata
pun akan besar.

Gambar 3.1 Tabel Konversi Temperature

11
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Gambar 3.2 Perbandingan Skala Pada Satuan Temperatur.

Humidity ( Kelembaban ).

Kelembapan udara adalah jumlah uap air di udara ( atmosfer ). Kelembapan


adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini dapat diekspresikan
dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif.
Kelembapan udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air
selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat
lebih banyak dari pada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara
banyak mengandung uap air lalu di dinginkan maka suhunya akan turun dan udara
tidak dapat menampung lagi uap air, uap air berubah menjadi titik – titik air.
Keadaan seperti ini terjadi ketika udara mencapai titik jenuh.

Mesin Pendingin AC ( Air Conditioner ).

Air conditioner adalah system atau mesin yang di rancang untuk menstabilkan
suhu udara dan kelembapan suatu area ( yang digunakan untuk pendinginan
maupun pemanasan tergantung pada sifat udara pada waktu tertentu ). Umumnya
mengunakan siklus refrigerasi.
Satuan dari kapasitas mesin pendingin adalah BTU/H ( British Thermal Unit
per Hour ), satuan daya pendinginan AC yang berasal dari inggris.

Berikut adalah konversi dari system daya AC tersebut :

½ PK = 5000 BTU/hr
¾ PK = 7000 BTU/hr
1 PK = 9000 BTU/hr

12
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

1 ½ PK = 12000 BTU/hr
2 PK = 18000 BTU/hr
2 ½ PK = 24000 BTU/hr
3 PK = 28000 BTU/hr

Prinsip kerja AC adalah bekerja menyerap panas dari udara di dalam ruangan ,
kemudian melepaskan panas tersebut di luar ruangan. Dengan demikian,
temperature udara di dalam ruangan akan berangsur – angsur turun sehingga dapat
menghasilkan temperature udara yang diinginkan.
Untuk lebih jelasnya , prinsip kerja AC secara keseluhan akan di bagi menjadi
dua, yaitu sirkulasi udara dan refrigerant.

Sirkulasi udara.

Sirkulasi udara di dalam ruangan yang di hasilkan oleh perangkat AC adalah


aliran udara yang terdapat di dalam dan di luar ruangan yang di kendalikan oleh
blower ( Indoor ) yang terdapat di dalam ruangan dan fan yang terdapat di luar
ruangan ( Outdoor ).

INDOOR

Pada bagian indoor unit terdapat beberapa komponen utama yaitu evaporator,
blower, filter udara, dan sensor suhu.
Evaporator terbuat dari pipa tembaga dengan panjang dan diameter tertentu
yang dibentuk berlekuk – lekuk agar efektif menyerap panas dari udara. Karena
dilewati refrigerant yang memiliki suhu yang sangat rendah, suhu evaporator
menjadi rendah ( dingin ). Dengan begitu suhu udara ruangan akan menjadi rendah
( dingin ) ketika melewati evaporator.

Gambar 3.3 Evaporator.

13
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Blower yang terdapat pada bagian indoor berfungsi untuk mengatur sirkulasi
dengan cara menyedot udara di dalam ruangan agar melewati komponen
evaporator. Kemudian menghembuskan kembali udara kedalam ruangan.

Gambar 3.4 Fan Blower

Pada bagian indoor juga terdapat filter udara yang berfungsi menyaring debu
dan kotoran yang tersedot oleh blower agar udara yang keluar lebih bersih dan
segar.
Sensor suhu mengatur kerja AC secara keseluruhan. Control panel kelistrikan
dan sensor suhu berkerja saling terkoneksi secara otomatis untuk mengatur kerja
unit AC.

OUTDOOR.

Pada bagian outdoor unit AC terdapat beberapa komponen utama yaitu :


1. Kompressor.
2. Kondensor.
3. Fan Kondensor.
4. TXV.
5. Saringan Refrigerant ( Strainer ).

Kompressor.

Kompressor adalah suatu alat mekanis yang bertugas untuk menghisap uap
refrigerant dari evaporator, kemudian menekannya ( mengkompres ) dan dengan
demikian suhu dan tekanan uap tersebut menjadi lebih tinggi. Tugas compressor
adalah mempertahankan perbedaan tekanan dalam system.

Satuan daya pada compressor AC adalah PK ( Paard kracht/Daya kuda/ Horse


Power (HP).
Konversi satuan daya :

14
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

1 HP = 745,7 watt = 0,746 Kw.


1 HP (Inggris) = 1,014 PK (Belanda)

Dibawah ini merupakan gambar dari compressor scrool.

(A) (B)

Gambar 3.5 Bagian – bagian Kompressor ( A ), Kompressor Scroll.

Koil Kondensor

Salah satu komponen utama di system AC adalah koil kondensor. Fungsinya


adalah untuk mengkondensasikan, merubah suatu fasa gas menjadi cair karena
didinginkan suhunya oleh fan kondensor.

Dibawah ini merupakan gambar dari koil kondensor.

Gambar 3.6 Coil Kondensor. Gambar 3.7 Fan Kondensor.

15
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

TXV ( Thermal Expantion Valve )

Bagian utama katub expantion thermostatic.

Gambar 3.8 Termal Expantion Valve.

Cara kerja TXV adalah jika beban bertambah, maka cairan refrigerant di
evaporator akan lebih banyak menguap sehingga suhu panas lanjut di evaporator
akan meningkat. Pada akhir evaporator diletakkan tabung sensor suhu (sensing
bulb). Peningkatan suhu dari evaporator akan menyebabkan uap atau cairan yang
terdapat di tabung sensor suhu akan menguap ( terjadi pemuaian ) sehingga
tekanan meningkat. Peningkatan tekanan tersebut akan menekan diagfragma ke
bawah dan membuka katup lebih lebar. Hal ini menyebabkan cairan refrigran
yang berasal dari kondensor akan lebih banyak masuk ke evaporator. Akibatnya
suhu panas lanjut di evaporator kembali pada keadaan normal, dengan kata lain
suhu panas lanjut di evaporator di jaga tetap konstan pada segala keaadan beban.

16
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

FILTER DRYER

Filter dryer pada pemasangannya di letakkan setelah condenser. Adapun fungsi


nya adalah menyaring kotoran dan partikel – partikel lain yang menempel pada
dinding pipa tembaga yang ikut terbawa bersamaan bahan pendingin
( Refrigerant ).Filter dryer umumnya berbentuk silinder / tabung dengan ukuran
dan dimensi yang berbeda – beda sesuai dengan kapasitas yang di butuhkan.

Filter dryer terdiri dari :


1. Saringan Molekuler.
2. Silica Gel.
3. Alumunium Oksida Aktif.
4. Kasa Polyester.

Cara kerja komponen tersebut adalah sebagai berikut :

Saringan molekuler dan silica gel berfungsi untuk menahan (air) , alumunium
oksida aktif berfungsi untuk mengikat asam maupun juga air. Sedangkan kasa
polyester bertugas untuk menyaring dan menahan kotoran yang besarnya 15 – 21
ultra micron.

Gambar 3.9 Filter Dryer.

17
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

3.2 Siklus Refrigerasi.

Gambar 3.10 Siklus Refrigerasi

Penjelasan Siklus Refrigerasi:


A-B : Un-useful superheat (kenaikan temperatur yg menambah beban kompresor)
Sebisa mungkin dihindari kontak langsung antara pipa dan udara sekitarnya degan
cara menginsulasi pipa suction.
B-C : proses kompresi (gas refrigerant bertekanan dan temperatur rendah dinaikkan
tekanannya sehingga temperaturnya lebih tinggi dari media pendingin di kondenser.
Pada proses kompresi ini refrigerant mengalami superheat yang sangat tinggi.
C-D : Proses de-superheating (temperatur refrigerant mengalami pemurunan, tetapi
tidak mengalami perubahan wujud, refrigerant masih dalam bentuk gas)
D-E : Proses kondensasi (terjadi perubahan wujud refrigerant dari gas menjadi cair
tanpa merubah temperaturnya.
E-F : Proses sub-cooling di kondenser ( refrigerant yg sudah dalam bentuk cair
masih membuang kalor ke udara sekitar sehingga mengalami penurunan
temperatur). Sangat berguna untuk memastikan refrigerant dalam keadaan cair
sempurna.

18
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

F-G : Proses sub-cooling di pipa liquid (Refrigerant cair masih mengalami


penurunan temperatur karena temperaturnya masih diatas temperatur udara sekitar).
Pipa liquid line tidak diinsulasi, agar terjadi perpindahan kalor ke udara, tujuannya
untuk menambah kapasitas refrigerasi.
G-H : Proses ekspansi/penurunan tekanan (Refrigerant dalam bentuk cair diturunkan
tekanannya sehingga temperatur saturasinya berada dibawah temperatur ruangan
yang didinginkan, tujuannya agar refrigerant cair mudah menguap di evaporator
degan cara menyerap kalor dari udara yg dilewatkan ke evaporator)
Terjadi perubahan wujud refrigerant dari cair menjadi bubble gas sekitar 23% karena
penurunan tekanan ini. Jadi refrigerant yg keluar dari katup ekspansi / masuk ke
Evaporator dalam bentuk campuran sekitar 77% cairan dan 23% bubble gas.

H-I : Proses evaporasi (refrigerant yg bertemperatur rendah menyerap kalor dari


udara yg dilewatkan ke evaporator. Terjadi perubahan wujud refrigerant dari cair
menjadi gas. Terjadi juga penurunan temperatur udara keluar dari evaporator karena
kalor dari udara diserap oleh refrigerant)
I-A : Proses superheat di evaporator: Gas refrigerant bertemperatur rendah masih
menyerap kalor dari udara karena temperaturnya yang masih dibawah temperatur
udara. (Temperatur refrigerant mengalami kenaikan). Superheat ini bergua untuk
memastikan refrigerant dalam bentuk gas sempurna sebelum masuk ke Kompresor.

3.3 Sifat Beban Listrik.

Jaringan pada listrik AC memiliki tiga jenis beban listrik yaitu :

1. Beban Resistif.
2. Beban Induktif.
3. Beban Kapasitif.

Ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Beban Resistif.

Beban resistif adalah beban yang memiliki sifat resistif murni, sehingga beban
tersebut tidak mengakibatkan pergeseran fasa arus maupun tegangan listrik jaringan.
Beban resistif dihasilkan oleh alat – alat listrik yang bersifat murni tahanan (resistor)
seperti pada elemen pemanas. Beban resistif ini memiliki sifay yang pasif, dimana ia
tidak mampu memproduksi energy listrik, dan justru menjadi konsumen energy
listrik. Resistor bersifat menghalangi aliran electron yang melewatinya, sehingga
mengakibatkan terkonversinya energy listrik menjadi panas.

19
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Gambar 3.11 Gelombang Sinusoidal Beban Resistif.

Pada grafik diatas, karena gelombang tegangan dan arus listrik berada pada fase yang
sama maka nilai dari daya listrik akan selalu positif. Inilah mengapa beban resistif
murni selalu di topang oleh 100% daya nyata.

Beban Induktif.

Beban induktif diciptakan oleh lilitan kawat ( kumparan ) yang terdapat di berbagai
alat – alat listrik seperti motor , trafo, dan relay. Kumparan di butuhkan oleh alat
listrik tersebut untuk menciptakan medan magnet sebagai komponen
kerjanya.Pembangkitan medan magnet pada kumparan inilah yang menjadi beban
induktif.

Gambar 3.12 Gelombang Sinusoidal Beban Induktif.


Dari grafik diatas, bahwa jika sebuah sumber listrik AC diberikan beban induktif
murni, maka gelombang arus listrik akan tertinggal sejauh 900 oleh gelombang
tegangan. Atas dasar inilah beban induktif dikenal dengan istilah beban lagging (arus
tertingal tegangan). Dikarenakan pergeseran gelombang arus listrik diatas, maka
nilai daya listrik menjadi begelombang sinusoidal. Pada seperempat gelombang
pertama daya diserap oleh beban induktif, namun pada seperempat gelombang kedua

20
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

daya dikembalikan lagi ke sumber. Hal ini menunjukan bahwa beban induktif murni
tidak mengkonsumsi daya nyata sedikitpun, beban induktif murni hanya memakai
daya reaktif saja.

Beban Kapasitif.

Beban kapasitif merupakan kebalikan dari beban induktif. Jika beban induktif
menghalangi terjadinya perubahan nilai arus listrik, maka beban kapasitif bersifat
menghalangi terjadinya perubahan nilai tegagan listrik. Sifat ini menunjukan bahwa
kapasitor bersifat seakan – akan menyimpan tegagan listrik sesaat. Kapasitor akan
menyimpan dan melepaskan tegangan listrik sesuai dengan perubahan tegangan
masukannya. Fenomena ini yang mengaibatkan gelombang arus akan mendahului
(Leading) tegangan sejauh 900 .

Gambar 3.13 Gelombang Sinusoidal Beban Kapasitif.

Gambar diatas adalah gelombang sinusoidal tegangan dan arus listrik pada beban
kapasitor murni. Nampak jika kita plot daya listrik yang di butuhkan untuk
menanggung beban kapasitor juga berbentuk sinusoidal. Daya listrik bernilai positif (
daya diserap kapasitor ) pada setengah pertama gelombang sinusoidal daya, serta
negatif ( daya dikeluarkan kapasitor ) pada setengah gelombang kedua.

3.4 Daya Listrik.

Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energy listrik dalam rangkaian listrik.
Satuan daya listrik adalah watt yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang
mengalir persatuan waktu ( Joul/detik ).

𝑾
𝑷=
𝒕
Keterangan :
P = Daya ( Watt )

21
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

W = Usaha ( Joule )
T = Waktu ( Second )

Macam – Macam Daya Pada Listrik Arus Bolak – Balik

Dalam listrik bolak – balik terdapat tiga jenis daya yaitu :

Daya Aktif ( P )
Daya aktif adalah daya yang sesunguhnya di butuhkan oleh beban. Satuannya daya
aktif adalah W (watt ) dan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur listrik
wattmeter.

Daya aktif pada beban yang bersifat resistansi ( R ), dimana tidak mengandung
inductor grafik gelombang tegangan ( V ) dan arus sefasa, sehingga besar daya
sebagai perkalian tegangan dan arus menghasilkan dua gelombang yang keduanya
bernilai positif, besarnya daya aktif adalah P, sisa puncak dibagi menjadi dua untuk
mengisi celah – celah yang kosong sehingga kedua rongga terisi oleh dua puncak
yang mengisinya.

Gambar 3.14 Gelombang daya aktif pada beban yang bersifat resistif.
Persamaan Daya aktif ( P ) pada beban yang bersifat resistansi :

𝑷=𝑽 × 𝑰

Keterangan :

V = Tegangan Listrik ( V )
I = Arus Listrik ( A )

Daya aktif pada beban impedansi ( Z ), beban impedansi pada suatu rangkaian
disebabkan oleh beban yang bersifat resistansi ( R ) dan induktansi ( L ). Maka
gelombang mendahului arus sebesar φ, perkalian gelombang tegangan dan gelombang

22
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

arus menghasilkan puncak positif yang besar dan dua puncak negative yang kecil,
pergeseran sudut fasa bergantung seberapa besar nilai dari komponen induktornya.

Gambar 3.15 Gelombang daya aktif dengan beban impedansi.


( Gelombang tegangan mendahului arus sebesar φ = 𝟔𝟎𝟎 )

Persamaan daya aktif ( P ) pada beban yang bersifat impedansi :

𝑷 = 𝑽 × 𝑰 × 𝐜𝐨𝐬 𝝋

Keterangan :

P = Daya Aktif ( W )
V = Tegangan Listrik ( V )
I = Arus Listrik ( A )
Cos φ = Faktor Daya

Daya Reaktif ( Q )

Daya reaktif adalah daya yang di butuhkan untuk membentuk medan magnet atau
daya yang timbul oleh beban yang bersifat induktif. Satuan daya reaktif adalah VAR
(Volt Amper Reaktif ). Untuk menghemat daya reaktif dapat di lakukan dengan
memasang kapasitor pada rangkaian yang memiliki beban bersifat induktif. Hal
serupa sering di lakukan pada pabrik – pabrik yang mengunakan motor induksi dalam
jumlah yang banyak.

Persamaan daya reaktif :

𝑸 = 𝑽 × 𝑰 × 𝐬𝐢𝐧 𝝋

23
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Keterangan :

Q = Daya Reaktif ( VAR )


V = Tegangan ( V )
I = Arus Listrik ( A )
Sin φ = Faktor Reaktif.

Daya Semu ( S )

Daya semu adalah daya yang di hasilkan dari perkalian tegangan dan arus listrik.
Daya yata merupakan daya yang di supply oleh PLN kepada konsumen. Satuan daya
nyata adalah VA ( Volt Amper ).
Berikut Persamaan daya semu :

𝑺=𝑽 ×𝑰

Keterangan :

S = Daya Semu ( VA )
V = Tegangan ( V )
I = Arus Listrik ( A )

Segitiga Daya.

Gambar 3.16 Gambar Segi Tiga Daya.

Daya aktif ( P ) digambarkan dengan garis horizontal yang lurus. Daya reaktif ( Q )
berbeda sebesar 𝟗𝟎𝟎 dari daya aktif. Sedangkan daya semu ( S ) adalah hasil
penjumlahan secara vektor antara daya aktif dengan daya reaktif. Jika mengetahui dua
dari ketiga daya maka dapat menghitung salah satu daya yang belum di ketahui
dengan mengunakan persamaan berikut :

24
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Keterangan :

P = Daya Aktif.

Q = Daya Reaktif.

S = Daya Semu

3.5 Rangkaian Tiga Fasa.

Sifat sebuah system tiga fase paling baik dijelaskan dengan meninjau suatu metode
dengan mana tegangan tersebut di bangkitkan. Tiga kumparan tersebar secara sama di
sekitar lingkaran rotor, yakni kumparan tersebut terpisah satu sama lainnya sejauh
𝟏𝟐𝟎𝟎 mekanis.
hasil tegagan induksi sinusoida dari ketiga kumparan tersebut adalah seperti
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.17 Gambar Gelombang Sumber Tiga Phase.

Rangkaian Start ( Y ) dan Delta ( ∆ )

Ujung kumparan dapat di hubungkan dalam Y , dengan ujung A’,B’,C’ tersambung


pada sebuah titik Bersama di tandai dengan netral N, dan dengan ujung A,B,C
ditetapkan menjadi saluran A,B,C dari system tiga phase. Jika titik netral dimiliki
Bersama oleh saluran , dia adalah system tiga fase , empat kawat. Saluran yang
dinyatakan oleh huruf kecil a,b,c pada supplai yang biasa berupa salah satu dari
sebuah transformator atau sebuah alternator 3 phase, dan oleh huruf besar A,B,C pada
beban.

25
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Gambar 3.18 Gambar Sistem Start ( Y ).

Ujung – ujung kumparan dapat dihubungkan seperti yang di perlihatkan pada gambar
di bawah ini.

Gambar 3.19 Gambar Sistem Start ( ∆ ).

Membuat sisitem tiga fase tersambung delta dengan saluran a,b,c. Kumpulan –
kumpulan tersambung delta tidak memiliki titik netral untuk menghasilkan system
empat kawat.

Beban Setimbang Terhubung Delta.

Tiga impedansi Z1, Z2, Z3 di hubungkan seperti di tunjukan seperti gambar 1.20
membentuk sebuah beban setimbang terhubung delta, dimana pada beban setimbang
berlaku Z1 = Z2 = Z3, arus di dalam ketiga impedansi ini dikenal sebagai arus fase
atau arus beban Iab,Ibc, Ica dan ketiganya akan sama besar dan satu sama lain
terpisah fase sejauh 𝟏𝟐𝟎𝟎 arah arus di perlihatkan dari sumber ke beban.

26
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Gambar 3.20 Gambar Beban Terhubung Delta ( ∆ ).

Dimana pada hubungan delta berlaku bahwa :

𝑉𝐿 = 𝑉𝑃ℎ

𝐼𝐿 = √3 𝐼𝑃ℎ

Dimana :
𝑉𝐿 = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑛𝑒
𝑉𝑃ℎ = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃ℎ𝑎𝑠𝑒
𝐼𝐿 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐿𝑖𝑛𝑒
𝐼𝑃ℎ = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑃ℎ𝑎𝑠𝑒

Beban Setimbang Terhubung Start.

Tiga impedansi identik yang di hubungkan seperti pada gambar 1.21 membentuk
beban setimbang Y. arus di dalam impedansi - impedansi ini juga merupakan arus-
arus saluran dan arahnya dipilih dari sumber ke beban.

27
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Gambar 3.21 Gambar Beban Terhubung Start ( Y ).

seluruh ketiga arus saluran kembali melalui netral , dengan demikian arus netral
adalah penjumlahan negatif dari arus – arus saluran.

𝑰𝒏 = −( 𝑰𝒂 + 𝑰𝒃 + 𝑰𝒄 ) = 𝟎

Karena arus netral dari sebuah beban tiga fase setimbang terhubung Y selalu nol,
untuk tujuan penghitungan konduktor netral bisa dilepas dengan tidak ada perubahan
pada hasilnya.

Dimana pada hubungan star berlaku bahwa :

𝑉𝐿 = √3𝑉𝑃ℎ

𝐼𝐿 = 𝐼𝑃ℎ

Dimana :
𝑉𝐿 = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑛𝑒
𝑉𝑃ℎ = 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑃ℎ𝑎𝑠𝑒
𝐼𝐿 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐿𝑖𝑛𝑒
𝐼𝑃ℎ = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑃ℎ𝑎𝑠𝑒

28
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Daya Dalam Beban Setimbang Tiga Phase.

Karena impedansi – impedansi fase dari beban setimbang star atau delta mempunyai
arus yang sama, daya fase adalah sepertiga dari daya total. Tegangan melintas 𝑍∆
adalah tegangan saluran , dan arus adalah arus fase, jadi daya fase adalah :

𝑷𝒑𝒉 = 𝑽𝑳 𝒆𝒇𝒇 × 𝑰𝒑𝒉 × 𝐜𝐨𝐬 𝜽

Dimana 𝜃 adalah sudut -sudut pada impedansi. Tetapi untuk beban – beban setimbang
,
𝑰𝑳 𝒆𝒇𝒇 = √𝟑 𝑰𝒑𝒉 𝒆𝒇𝒇

𝑷𝑻 = 𝟑 𝑷𝒇𝒂𝒔𝒆 = √𝟑 × 𝑽𝑳 𝒆𝒇𝒇 × 𝑰𝑳 𝒆𝒇𝒇 × 𝐜𝐨𝐬 𝜽

yang mana rumus ini juga berlaku untuk beban setimbang dalam Y.
tegangan saluran efektif bagi sebuah beban industry atau komersial selalu diketahui,
jika system setimbang, daya total dapat di tentukan jika arus saluran dan factor daya
di ketahui. Rumus yang sesuai untuk daya kuadratur total dan daya nyata total adalah
:

𝑸𝑻 = √𝟑 × 𝑽𝑳 𝒆𝒇𝒇 × 𝑰𝑳 𝒆𝒇𝒇 × 𝐬𝐢𝐧 𝜽

𝑺𝑻 = √𝟑 × 𝑽𝑳 𝒆𝒇𝒇 × 𝑰𝑳 𝒆𝒇𝒇

3.6 Motor Induksi.

Motor induksi merupakan salah satu mesin asinkronous (asynchronous motor)


karena mesin ini beroperasi pada kecepatan di bawah kecepatan sinkron. Kecepatan
sinkron sendiri ialah kecepatan rotasi medan magnetik pada mesin. Kecepatan sinkron
ini dipengaruhi oleh frekuensi mesin dan banyaknya kutub pada mesin. Motor induksi
selalu berputar dibawah kecepatan sinkron karena medan magnet yang terbangkitkan
pada stator akan menghasilkan fluks pada rotor sehingga rotor tersebut dapat berputar.
Namun fluks yang terbangkitkan pada rotor mengalami lagging dibandingkan fluks
yang terbangkitkan pada stator sehingga kecepatan rotor tidak akan secepat kecepatan
putaran medan magnet.
Berdasarkan suplai input yang digunakan terdapat 2 jenis motor induksi, yaitu
motor induksi 1 fasa dan motor induksi 3 fasa.
Yang membedakan dari kedua motor induksi ini ialah motor induksi 1 fasa tidak
dapat berputar tanpa bantuan putaran dari luar pada awal motor digunakan,
sedangkan motor induksi 3 fasa dapat berputar sendiri tanpa bantuan gaya dari
luar.
Hal ini di sebabkan bahwa motor ini memiliki 3 fasa pada masing-masing
kumparan statornya. Karena besarnya arus yang dibangkitkan dari masing-

29
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

masing fasa berbeda tiap waktunya, maka fluks yang dihasilkan juga berbeda-
beda, seolah-olah medan magnet yang dihasilkan juga ikut “berputar” seiring
waktu. Sehingga jika ada rotor yang diam dipasang diantara medan magnet ini
maka rotor akan mengalami gaya karena terjadi perbedaan kecepatan antara
rotor dan medan magnet ini.

3.7 Arus Hubungan Singkat.

Besar arus hubung singkat (ISC) dalam Sirkit tegangan rendah

ISC untuk satu phasa

VFN
𝐼𝑆𝐶 =
Z

𝑉
𝐼𝑆𝐶 = √𝑅2𝐹𝑁
+𝑋 2

ISC untuk tiga phasa

𝑉𝐹𝐹
𝐼𝑆𝐶 =
√3.√𝑍

𝑉𝐹𝐹
𝐼𝑆𝐶 =
√3.√𝑅 2 +𝑋 2

Dengan,

ISC = Arus hubung singkat (ampere)

VFN = Tegangan fasa ke netral (volt)

R = Resistansi kabel untuk (Tabel terlampir)

X = Reaktansi kabel

X = 2.π.f.L

L = Induktansi kabel (nilai terlampir)

30
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

3.8 Peralatan Kelistrikan.

MCB ( Miniatur Circuit Breaker ).

MCB (Miniature Circuit Breaker) adalah komponen dalam instalasi listrik yang
mempunyai peran sangat penting. Komponen ini berfungsi sebagai sistem proteksi
dalam instalasi listrik bila terjadi beban lebih dan hubung singkat arus listrik (short
circuit atau korsleting).
Kegagalan fungsi dari MCB ini berpotensi menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan seperti timbulnya percikan api karena hubung singkat yang akhirnya bisa
menimbulkan kebakaran.

Gambar 3.22 Gambar Simbol dan Tampilan MCB 1 Phase dan 3 Phase.

Untuk melindungi keselamatan maupun keamanan perangkat listrik , kita perlu


memilih dan menentukan MCB yang sesuai dengan kebutuhan yang tentunya kita
perlu mengenal MCB dan arti kodenya.

Gambar 3.23 Arti kode pada MCB.

31
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Batas Arus dan Nilai Kurva MCB.

Seperti gambar diatas , terdapat tulisan C16. C menandakan karakteristik


kurvanya yang terdiri dari 3 tipe umum yaitu B,C dan D.
Tipe B akan trip apabila terjadi kelebihan arus sebesar 3 hingga 5 kali lipat.
Tipe C akan trip apabila arus yang melewatinya lebih besar 5 hingga 10 kali.
Tipe D adalah 10 hingga 25 kali.
Pemilihan karakteristik kurva ini harus hati – hati, peralatan yang berbeda
memerlukan karakteristik yang berbeda pula.
Peralatan listrik yang memiliki beban resistif harus menggunakan MCB tipe B.
Peralatan listrik yang memiliki beban induktif harus menggunakan MCB tipe C.
Peralatan listrik yang memiki beban induktif dan kapasitif harus menggunakan MCB
tipe D.
Bagian angka di belakang karakteristik kurva adalah batas arus listrik dalam
satuan ampere.

Range Tegangan

Nilai Tegangan Operasional adalah dalam satuan Volt. Tulisan ini menyatakan nilai
Tegangan yang dapat digunakan. Listrik 3 fase biasanya menggunakan MCB 400V
atau 415V sedangkan fase tunggal adalah 230V atau 240V. Pilihlah nilai tegangan
operasional sesuai dengan aplikasinya. Ada MCB yang dapat diaplikasikan untuk
listrik fase tunggal dan listrik 3 fase. Ada juga yang hanya salah satunya.

Kapasitas Breaking MCB

Yang dimaksud dengan Kapasitas Breaking MCB (MCB Breaking Capacity) adalah
kemampuan kerja atau daya tahan MCB. Jika MCB-nya tertulis 6000, ini berarti MCB
yang bersangkutan masih baik hingga maksimal 6000A dan akan rusak jika arus yang
mengalirinya melebih 6000A.

Kelas Energi

Kelas Energi atau Energy Class adalah spesifikasi MCB yang menyatakan
karakteristik energi maksimum dari arus listrik yang dapat melalui MCB. Kelas
Energi pada MCB diklasifikasikan menjadi 3 kelas yaitu kelas 1, kelas 2 dan kelas 3.
Kelas 3 adalah yang terbaik karena memungkinkan energi yang melaluinya sebesar
1,5L joule/detik.

Indikator Status

Indikator Status terdiri dua yaitu ON dan OFF. Jangan beli MCB yang tidak memiliki
indikator status yang jelas karena akan menyebabkan kebingungan sehingga
mengakibatkan kerusakan yang serius atau berpotensi membahayakan.

32
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

MCCB ( Molded Case Circuit Breaker )

MCCB adalah singkatan dari Moulded Case Circuit Breaker, sebagai pengaman
terjadinya hubung singkat short circuit dan beban lebih overload agar tidak terjadinya
kerusakan pada motor listrik maupun kebakaran yang disebabkan oleh short
circuit yang selalu menimbulkan bunga api.
Pole MCCB yang tersedia di pasaran adalah 1,2,3,4 Pole.

Karakter MCCB
 Hanya menggunakan 3 phase.
 Nilai Ampere lebih dari 100A dan maksimum 1000A
 50 / 60 Hz
 Menggunakan Thermal Magnetic
 Fixed atau adjudment jadi, setinganya bisa diatur atau tidak jika memilih fixed

Gambar 3.24 Nameplate Spesifikasi MCCB.

Cara Membaca Nameplate Spesifikasi MCCB.

1. Type Device, tipe produk mccbnya.


2. Ui, rate insulated Voltage
3. Uimp, rate impulse withstand voltage
4. Ics, service breaking capacity, nilai ampere dari mccbnya.
5. Icu, ultimate breaking capacity, ini adalah kemampuan ampere yang bisa diterima
saat hubung singkat (kA)
6. Ue, operational operation, voltage yang dianjurkan.
7. Color lebel
8. symbol mccb
9. Standart referensi yang sudah didapatkan.
10. Sama juga standart referensi.

Dari name plate diatas yang penting adalah pada bagian Type Device, Ics, Icu, dan Ue
karena mencapku mulai dari ampere yang diijinkan dan voltage yang diperbolehkan.

33
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Pengaman Arus Lebih

Pada saat menghidupkan mesin listrik biasanya mesin listrik tersebut akan manarik

daya sebesar 150 % sampai 250 % dari daya dalam keadaan stabil (running), maka

untuk itu sesuai PUIL 2000, 5.5.5.2.3. pengamanan arus lebih beban instalasi dapat

dihitung dengan rumusan sebagai berikut:

𝑃
𝐼𝑅𝐴𝑇 = 250 % × ( 𝑉𝐹𝑎𝑠𝑎 ) (3.4)
𝐹𝑁

Dengan,

IRAT = Nilai rating pengaman arus lebih beban instalasi (ampere)

Pfasa = Daya disalah satu fasa yang dihitung (watt)

VFN = Tegangan salah satu fasa yang dihitung (volt)

Kontaktor

Didalam kontaktor terdapat istilah kontak bergerak (moving contact) dan kontak
tetap (fixed contact). Kontaktor bekerja memanfaatkan system kerja
elektromagnet yang dihasilkan pada coil. Dimana coil yang dibuat dari lilitan
konduktor, pada saat diberikan arus listrik maka akan menimbulkan medan
magnet.

Gambar 3.25 Simbol dan Tampilan Kontaktor.

34
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Medan magnet inilah yang akan menarik komponen moving contact sehingga
terhubung dengan fixed contact. Pada saat arus listrik yang mengalir ke coil
dimatikan, maka medan magnet akan hilang. Karena didalam coil dilengkapi
dengan spring, maka secara otomatis contact akan terbuka kembali.

Fungsi dari kontaktor umumnya dipergunakan untuk memutuskan dan


menyambungkan arus listrik secara elektrik. Biasanya di pergunakan untuk
aplikasi : motor, heater, penerangan ataupun distribusi daya listrik.

Overload Riley

Thermal Overload Relay adalah peralatan switching yang peka terhadap suhu.
Alat ini punya kemampuan membuka dan menutup kontaktor saat suhu melebihi
batas yang ditentukan. Alat yang juga kerap disebut TOR ini berguna
memutuskan jaringan listrik apabila terjadi beban yang berlebihan.

Gambar 3.26 Simbol dan Tampilan Overload.

Riley.

Pengertian Relay dan Fungsinya – Relay adalah Saklar (Switch) yang


dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical
(Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil)
dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip
Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik
yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi.
Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA
mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk
menghantarkan listrik 220V 2A.

35
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Gambar 3.27 Simbol dan Tampilan Relay.

Beberapa fungsi Relay yang telah umum diaplikasikan kedalam peralatan


Elektronika diantaranya adalah :

1. Relay digunakan untuk menjalankan Fungsi Logika (Logic Function)


2. Relay digunakan untuk memberikan Fungsi penundaan waktu (Time Delay
Function)
3. Relay digunakan untuk mengendalikan Sirkuit Tegangan tinggi dengan bantuan
dari Signal Tegangan rendah.
4. Ada juga Relay yang berfungsi untuk melindungi Motor ataupun komponen
lainnya dari kelebihan Tegangan ataupun hubung singkat (Short).

Kabel Listrik

Kabel listrik adalah sebuah media yang terdiri dari bahan konduktor yang
fungsinya adalah untuk menyalurkan arus liastrik ke peralatan listrik. Ada
beberapa type kabel listrik yang tersedia dan dibuat untuk berbagai fungsi
penggunaan dengan sepesifikasi yang berbeda pula untuk bisa menghantarkan
arus listrik.

Gambar 3.28 Bagian – Bagian Kabel Listrik.

Kontruksi dasar kabel yang umum digunakan

36
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Konduktor.
Adalah bagian inti tembaga sejenis bahan dari logam biasanya bahan tembaga dan
alumunium. Kemampuan kapasitas sebuah kabel untuk menghantarkan listrik
sangat ditentukan oleh ukuran dari konduktor yang di gunakan.

Isolator.
Adalah sejenis bahan yang tidak bisa menghantarkan arus listrik sehingga di
gunakan sebagai pembungkus dari bahan konduktor. Bahan yang sering
digunakan untuk isolasi adalah karet , plastik dan polymer.

Jenis- Jenis Kabel Listrik


Kabel Listrik NYA

Gambar 3.29 Bagian – Bagian Kabel jenis NYA.

Kabel NYA adalah termasuk jenis kabel yang sederhana karena hanya terdiri dari
1 kabel inti tembaga tunggal dan lapisan isolator terselubung yang biasanya
terbuat dari bahan PVC.

Kabel Listrik NYY

37
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Gambar 3.30 Bagian – Bagian Kabel jenis NYY.

Kabel NYY dapat di pasang pada lingkungan lembab maupun kering, sedangkan
untuk keperluan kabel yang di tanam tetap disarankan tambahan pipa. Kontruksi
isolator kabel ini lebih kuat karena terdapat selubung tambahan yang bahanya anti
gigitan tikus.

Kabel Grounding

Grounding merupakan sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang


mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll.
Tujuan utama dari adanya grounding atau sistem pentanahan ini adalah untuk
menciptakan sebuah jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap
permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus
listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari
adanya sentakan listrik atau transient voltage. Grounding atau sistem pentanahan
yang efektif akan meminimalkan efek tersebut.

Untuk pemilihan luas penampang kawat pentanahan atau grounding dapat


digunakan standar dari PUIL 2000 halaman 77 tabel 3.16-1 seperti terlihat pada
tabel 3.1, dimana Luas penampang proteksi tidak boleh kurang dari nilai yang
tercantum pada tabel. Jika penerapan sesuai tabel 3.1 menghasilkan ukuran yang
tidak standar, maka digunakan penghantar yang mempunyai luas penampang
standar terdekat

Tabel 3.1 Luas Penampang Minimum Penghantar Proteksi


Luas penampang Luas penampang

penghantar fase penghantar proteksi yang

instalasi (S) berkaitan (Sp)

mm2 mm2

S ≤ 16 S

16 < S ≤ 35 16

S > 35 S/2

38
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Bus Bar

Busbar yaitu susunan konduktor yang biasanya berupa plat tembaga atau
alumunium yang digunakan dalam sebuah panel kelistrikan untuk
mendistribusikan atau menghantarkan energi listrik sesuai keperluan.

Gambar 3.31 Bus bar.

Untuk menghitung besar luas penampang busbar panel, dapat menggunakan

rumusan seperti pada rumusan mencari besar luas penampang kabel tembaga

yaitu:

𝐼𝐵−𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = (𝐼𝑁 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 125 %) + 𝐼𝑁2 + 𝐼𝑁3 (3.5)

Dengan,

IB-akhir = Nilai kemampuan hantaran arus busbar pada sirkit akhir

(ampere)

IN tertinggi = Nilai nominal kemampuan hantar arus (KHA) yang

tertinggi diantara cabang distribusi (ampere)

39
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Obyek Rancangan.

Obyek rancangan yang di maksud di sini adalah 1 Buah unit mesin pendingin
berjenis Rooftop dengan kapasitas pendinginan 250.000 BTUH. Mesin
pendingin ini di fungsikan untuk mengontrol temperature dan humidity
ruangan MCC (Motor Control Center ) di PT AMAN MINERAL , Nusa
Tengara Barat.

Pada unit terdapat beban sebagai berikut :

1. Motor Fan Evaporator ( 1 unit ).


Motor Induksi 3 phase
Daya 4 kw
Tegangan Kerja 380/415 V
Frekuensi kerja 50 Hz
Faktor daya cos ∅ = 0,75

2. Motor Fan Kondensor ( 2 unit ).


Motor Induksi 3 phase
Daya 4 kw
Tegangan Kerja 380/415 V
Faktor daya cos ∅ = 0,75
Frekuensi kerja 50 Hz

3. Kompressor ( 1 unit ).
3PH
Daya 15 kw
Tegangan Kerja 380/415 V
Faktor daya cos ∅ = 0,75
Frekuensi kerja 50 Hz

4. Heater ( 1 Stage ).
1PH
Daya 8 kw
Tegangan Kerja 230 V

40
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

4.2 Tahap - Tahap Perancangan.


Analisa perancangan membahas mengenai perancangan instalasi tenaga dan
control. Dengan perancangan mengacu pada standar PUIL.
Dari data – data yang di dapat maka tahap perancangan ini adalah :
1. Mengumpulkan data-data beban yang terpasang.
2. Mengambar diagram 1 garis untuk rangkaian tenaga.
3. Menghitung kapasitas masing – masing peralatan.
4. Perancangan Kontrol
5. Prinsip Kerja.
6. Perancangan sistem keseluruhan.
7. Pengujian.

Flow chart tahap – tahap perancangan


Start

Mengumpulkan Data Beban yang Terpasang

Mengambar Diagram 1 Garis Rangkaian Tenaga

Menghitung Kapasitas Masing-masing Peralatan

Perancangan Kontrol

Prinsip Kerja

Prancangan Sistem Keseluruhan

Pengujian

Finish

41
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

1. Diagram 1 Garis Rangkaian Tenaga.

Gambar 4.1 Single Line Diagram Rangkaian Tenaga

Gambar diatas adalah gambar single line perancanaan rangkaian tenaga, dengan
arti kode masing masing peralatan sebagai berikut :

1. Q0 – Q6 adalah MCB
Berfungsi sebagai proteksi beban lebih dan proteksi arus hubungan singkat.
2. MC1 – MC5 adalah Kontaktor.
Sebagai Switch untuk rangkaian control.
3. OL2 – OL5 adalah Overload Relay.
Berfungsi sebagai proteksi beban lebih. Proteksi beban lebih (arus lebih)
dimaksudkan untuk melindungi motor, dan perlengkapan kendali motor,
terhadap pemanasan berlebihan sebagai akibat beban lebih atau sebagai akibat
motor tak dapat diasut.Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor
beroperasi, bila bertahan cukup lama, akan mengakibatkan kerusakan atau
pemanasan yang berbahaya pada motor tersebut.
4. F adalah Fuse
Berfungsi sebagai proteksi beban lebih dan proteksi arus hubungan singkat.
5. PRF adalah Phasa Reverse Protectioan.

42
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Berfungsi sebagai proteksi urutan phasa yang terbalik, yang akan menyebabkan
putaran motor terbalik pula.

2. Perhitungan Kapasitas Masing – Masing Peralatan.

Beban Heater

Heater 1 = 2,667 kW, 230V.


Heater 2 = 2,667 kW, 230V.
Heater 3 = 2,667 kW, 230V.
Total = 8 kW

Dikarenakan supplay tegangan 3 phase 380 V, maka beban heater ini di


hubungkan star (Y) seperti dibawah ini

Gambar 4.2 Heater di Hubungkan Y

Bahwa dalam hubungan (Y) berlaku 𝑉𝐿𝐿 = √3 𝑉𝐹

𝑉𝐿𝐿 380 𝑉
𝑉𝐹 = = = 219 𝑉
√3 √3

Mencari arus 𝑰𝑩 ( Arus Disain / Arus Nominal ).

𝑃 = √3 × 𝑉𝐿 𝑒𝑓𝑓 × 𝐼𝐵 × cos 𝜃

𝑃 8 ×1000
𝐼𝐵 = = = 12,169 𝐴
√3 ×cos 𝜃 × 𝑉𝐿 √3 × 1 ×380𝑉

Mencari arus KHA kabel ( 𝑰𝒁 ).


Menurut PUIL untuk mencari KHA kabel adalah :

𝑰𝒁 = 125% × 𝐼𝐵 = 1,25 × 12,169 𝐴 = 15,21 𝐴

Dari nilai KHA tersebut maka di pilih penghantar NYA ukuran 2,5 𝑚𝑚2 dengan
kapasitas current – carrying capacity at 30 ℃ in air ( 32 A ).

43
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

( Terlampir pada tabel lampiran kabel ).

Mencari Arus Nominal Gawai Proteksi ( 𝑰𝑵 ).


Menurut PUIL untuk mencari setelan maksimum gawai proteksi arus lebih adalah
:

𝐼𝑁 = 115% × 𝐼𝐵 = 1,15 × 12,169 𝐴 = 13,99 𝐴

Menurut PUIL pemilihan arus nominal gawai proteksi harus lebih besar sama
dengan arus desain dan kurang dari sama dengan dari hantar arus kabel.

𝐼𝐵 ≤ 𝐼𝑁 ≤ 𝐼𝑍

Maka dipilih MCB (Q1) dengan kapasitas arus nominal 16 A.

Mencari Arus Hubungan Singkat ( 𝑰𝑰𝑺𝑪 ).

ISC untuk tiga phasa

𝑉𝐹𝐹 𝑉𝐹𝐹
𝐼𝑆𝐶 = =
√3.√𝑍 √3.√𝑅 2 +𝑋 2

Dengan nilai resisitansi ( R) dan Inductance ( L) kabel NYA 2,5 𝑚𝑚2 yaitu :

R = 7,41 Ω/𝐾𝑚

L = 0,309 𝑚𝐻/𝐾𝑚 = 0,304 x 10-3 H/Km

(Terlampir pada tabel lampiran kabel)

𝑋𝐿 = 2𝜋𝐹𝐿 = 2 × 3,14 × 50 × ( 0,304 × 10−3 ) = 95,456 × 10−3

Ω/𝐾𝑚

Panjang kabel instalasi 20 meter, maka nilai resistansi dan rektansi kabel

menjadi :

R = 7,41 × 10−3 Ω/𝑚 x 20 m = 148,2 × 10−3 Ω

L = 0,309 𝑚𝐻/𝐾𝑚 = 0,304 x 10-3 H/Km = 0,304 x 10-6 H/m

44
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

𝑋𝐿 = 2𝜋𝐹𝐿 = 2 × 3,14 × 50 × ( 0,304 × 10−6 )

= 95,456 × 10−6 Ω/𝑚 × 20 m

= 1909,12 × 10−6 Ω

Dengan :

𝑉𝐹𝐹 = 380 𝑉

Maka :

𝑉𝐹𝐹 𝑉𝐹𝐹
𝐼𝑆𝐶 = =
√3. √𝑍 √3. √𝑅 2 + 𝑋 2

380 𝑉
=
√3 × √( 148,2 × 10−3 )2 + (1019,12 × 10−6 )2

380 380
= = = 1.484 A = 1,484 kA
√3 × 0,148 0,256

Maka kapasitas yang di pilih untuk MCB ( Q1 ) adalah 4,5 kA

Kapasitas kontaktor ( MC1 ) dipilih 18 A.

Beban Compressor.

3PH
Daya 15 kw
Tegangan Kerja 380V
Faktor daya cos ∅ = 0,75

Mencari arus 𝑰𝑩 ( Arus Disain ).

𝑃 = √3 × 𝑉𝐿 𝑒𝑓𝑓 × 𝐼𝐿 𝑒𝑓𝑓 × cos 𝜃


𝑃 15 ×1000
𝐼𝑏 = = = 30,42 𝐴
√3 ×cos 𝜃 × 𝑉𝐿 √3 × 0,75 ×380𝑉

Mencari arus KHA kabel.


Menurut PUIL untuk mencari KHA kabel adalah :

𝐾𝐻𝐴 = 125% × 𝐼𝐵 = 1,25 × 30,42 𝐴 = 38,025 𝐴

45
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Dari nilai KHA tersebut maka di pilih penghantar NYA ukuran 4 𝑚𝑚2 dengan
kapasitas current – carrying capacity at 30 ℃ in air ( 42 A ).
( Terlampir pada tabel lampiran kabel ).

Mencari Arus Nominal Gawai Proteksi ( 𝑰𝑵 ).


Menurut PUIL untuk mencari setelan maksimum gawai proteksi arus lebih adalah
:

𝐼𝑁 = 115% × 𝐼𝐵 = 1,15 × 30,42 𝐴 = 34,983 𝐴

Menurut PUIL pemilihan arus nominal gawai proteksi harus lebih besar sama
dengan arus desain dan kurang dari sama dengan dari hantar arus kabel.

𝐼𝐵 ≤ 𝐼𝑁 ≤ 𝐼𝑍

Maka dipilih MCB (Q2) dengan kapasitas arus nominal yang bisa di setting
antara 30 – 40 A. ( Terlampir pada tabel lampiran Motor Circuit Breaker ).

Mencari Arus Hubungan Singkat ( 𝑰𝑰𝑺𝑪 ).

ISC untuk tiga phasa

𝑉𝐹𝐹 𝑉𝐹𝐹
𝐼𝑆𝐶 = =
√3.√𝑍 √3.√𝑅 2 +𝑋 2

Dengan nilai resisitansi ( R) dan Inductance ( L) kabel NYA 4 𝑚𝑚2 yaitu :

R = 4,61 Ω/𝐾𝑚

L = 0,290 𝑚𝐻/𝐾𝑚 = 0,290 x 10-3 H/Km

(Terlampir pada tabel lampiran kabel)

𝑋𝐿 = 2𝜋𝐹𝐿 = 2 × 3,14 × 50 × ( 0,290 × 10−3 ) = 91,06 × 10−3

Ω/𝐾𝑚

Panjang kabel instalasi 10 meter, maka nilai resistansi dan rektansi kabel

menjadi :

R = 4,61 × 10−3 Ω/𝑚 x 10 m = 46,1 × 10−3 Ω

46
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

L = 0,290 𝑚𝐻/𝐾𝑚 = 0,290 x 10-3 H/Km = 0,290 x 10-6 H/m

𝑋𝐿 = 2𝜋𝐹𝐿 = 2 × 3,14 × 50 × ( 0,290 × 10−6 )

= 91,059 × 10−6 Ω/𝑚

= 91,059 × 10−6 Ω/𝑚 x 10 m

= 910,59 × 10−6 Ω

Dengan :

𝑉𝐹𝐹 = 380 𝑉

Maka :

𝑉𝐹𝐹 𝑉𝐹𝐹
𝐼𝑆𝐶 = =
√3. √𝑍 √3. √𝑅 2 + 𝑋 2

380 𝑉
=
√3 × √( 46,1 × 10−3 )2 + (910,59 × 10−6 )2

380 380
= = = 4.761 A = 4,761 kA
√3 × 0,0461 0,0798

Maka kapasitas yang di pilih untuk MCB ( Q2 ) adalah 𝐼𝐶𝑈 50 Ka

( Terlampir pada tabel lampiran MCB ).

Kapasitas kontaktor ( MC2 ) dipilih 40 A

Kapasitas Overload Relay ( OL 2) dengan kapasitas arus nominal yang bisa di


setting antara 30 – 40 A. ( Terlampir pada tabel lampiran Overload Riley).

Beban Fan Kondensor 1 & 2 , Fan Evaporator

Motor Induksi 3 phase


Daya 4 kw
Tegangan Kerja 380/415 V
Faktor daya cos ∅ = 0,75

Mencari arus 𝑰𝑩 ( Arus Disain ).

47
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

𝑃 = √3 × 𝑉𝐿 𝑒𝑓𝑓 × 𝐼𝐿 𝑒𝑓𝑓 × cos 𝜃


𝑃 4 ×1000
𝐼𝑏 = = = 8,11 𝐴
√3 ×cos 𝜃 × 𝑉𝐿 √3 × 0,75 ×380𝑉

Mencari arus KHA kabel.


Menurut PUIL untuk mencari KHA kabel adalah :

𝐾𝐻𝐴 = 125% × 𝐼𝐵 = 1,25 × 8,11 𝐴 = 10,13 𝐴

Dari nilai KHA tersebut maka di pilih penghantar NYA ukuran 2,5 𝑚𝑚2 dengan
kapasitas current – carrying capacity at 30 ℃ in air ( 32 A ).
( Terlampir pada tabel lampiran kabel ).

Mencari Arus Nominal Gawai Proteksi ( 𝑰𝑵 ).


Menurut PUIL untuk mencari setelan maksimum gawai proteksi arus lebih adalah
:

𝐼𝑁 = 115% × 𝐼𝐵 = 1,15 × 8,11 𝐴 = 9,326 𝐴

Menurut PUIL pemilihan arus nominal gawai proteksi harus lebih besar sama
dengan arus desain dan kurang dari sama dengan dari hantar arus kabel.

𝐼𝐵 ≤ 𝐼𝑁 ≤ 𝐼𝑍

Maka dipilih MCB (Q3,Q4,Q5) dengan kapasitas arus nominal yang bisa di
setting antara 6 - 10 A. ( Terlampir pada tabel lampiran Motor Circuit Breaker ).

Mencari Arus Hubungan Singkat ( 𝑰𝑰𝑺𝑪 ).

ISC untuk tiga phasa

𝑉𝐹𝐹 𝑉𝐹𝐹
𝐼𝑆𝐶 = =
√3.√𝑍 √3.√𝑅 2 +𝑋 2

Dengan nilai resisitansi ( R) dan Inductance ( L) kabel NYA 2,5 𝑚𝑚2 yaitu :

R = 7,41 Ω/𝐾𝑚

L = 0,309 𝑚𝐻/𝐾𝑚 = 0,304 x 10-3 H/Km

(Terlampir pada tabel lampiran kabel)

48
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

𝑋𝐿 = 2𝜋𝐹𝐿 = 2 × 3,14 × 50 × ( 0,304 × 10−3 ) = 95,456 × 10−3 Ω/𝐾𝑚

Panjang kabel instalasi 20 meter, maka nilai resistansi dan reaktansi kabel

menjadi :

R = 7,41 × 10−3 Ω/𝑚 x 10 m = 74,1 × 10−3 Ω

L = 0,309 𝑚𝐻/𝐾𝑚 = 0,304 x 10-3 H/Km = 0,304 x 10-6 H/m

𝑋𝐿 = 2𝜋𝐹𝐿 = 2 × 3,14 × 50 × ( 0,304 × 10−6 )

= 95,456 × 10−6 Ω/𝑚 × 10 m

= 954,56 × 10−6 Ω

Dengan :

𝑉𝐹𝐹 = 380 𝑉

Maka :

𝑉𝐹𝐹 𝑉𝐹𝐹
𝐼𝑆𝐶 = =
√3. √𝑍 √3. √𝑅 2 + 𝑋 2

380 𝑉
=
√3 × √( 74,1 × 10−3 )2 + (954,56 × 10−6 )2

380 380
= = = 2.968 A = 2,968 Ka
√3 × 0,074 0,128

Maka kapasitas yang di pilih untuk MCB ( Q2,Q3,Q4,Q5 ) adalah 𝐼𝐶𝑈 50 Ka

Kapasitas kontaktor ( MC2,MC3,MC4,MC5 ) dipilih 12 A

Kapasitas Overload Relay ( OL 2,OL3,OL4,OL5 ) dengan kapasitas arus nominal


yang bisa di setting antara 7 – 10 A. ( Terlampir pada tabel lampiran Overload
Riley).

Mencari Kapasitas Main Breaker Dan Penampang Bus bar.

49
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Mencari KHA Busbar dengan mengunakan persamaan di bawah ini.

𝐼𝐵−𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = (𝐼𝑁 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 125 %) + 𝐼𝑁2 + 𝐼𝑁3


= ( 38,025 x 125 %) + 15,21 + (10,13 x 4)
= 102,87 A

Dari tabel kapasitas busbar maka di pakai 3 batang busbar dengan ukuran
12 x 2 mm ( 228 A).

Mencari kapasitas main breaker.

𝐼𝑁 = 115% × 𝐼𝐵 = 1,15 × 75,029 𝐴 = 86,283 𝐴

Mencari Arus Hubungan Singkat ( 𝑰𝑰𝑺𝑪 ).

ISC untuk tiga phasa

𝑉𝐹𝐹 𝑉𝐹𝐹
𝐼𝑆𝐶 = =
√3.√𝑍 √3.√𝑅 2 +𝑋 2

Dengan nilai resisitansi ( R) dan Inductance ( L) Busbar yaitu :

R = 2,68 Ω/𝐾𝑚

L = 0,24 𝑚𝐻/𝐾𝑚 = 0,24 x 10-3 H/Km

(Terlampir pada tabel lampiran kabel)

𝑋𝐿 = 2𝜋𝐹𝐿 = 2 × 3,14 × 50 × ( 0,24 × 10−3 ) = 75,36 × 10−3 Ω/𝐾𝑚

Panjang busbar 1 meter, maka nilai resistansi dan reaktansi kabel menjadi :

R = 2,68 × 10−3 Ω/𝑚 x 1 m = 2,68 × 10−3 Ω

L = 0,24 𝑚𝐻/𝐾𝑚 = 0,24 x 10-3 H/Km = 0,24 x 10-6 H/m

𝑋𝐿 = 2𝜋𝐹𝐿 = 2 × 3,14 × 50 × ( 0,24 × 10−6 )

= 75,36 × 10−6 Ω/𝑚 × 1 m

50
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

= 75,36 × 10−6 Ω

Dengan :

𝑉𝐹𝐹 = 380 𝑉

Maka :

𝑉𝐹𝐹 𝑉𝐹𝐹
𝐼𝑆𝐶 = =
√3. √𝑍 √3. √𝑅 2 + 𝑋 2

380 𝑉
=
√3 × √( 2,68 × 10−3 )2 + (75,36 × 10−6 )2

380 380
= = = 70.896 A = 70,896 Ka
√3 × 0,00268 0,00464

Maka type breaker yang di pakai adalah MCCB dengan kapasitas 80 – 100A,
70 kA

Dari hasil perhitungan di atas maka dapat di lengkapi keterangan kapasitas


masing- masing peralatan pada single line diagram Gambar 4.3

Gambar 4.3 Singel Line Diagram Rangkaian Tenaga

51
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Dengan :
𝐼𝐵 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐷𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛
𝐼𝑧 = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐻𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝐾𝐻𝐴 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
𝐼𝑛 = 𝐴𝑟𝑢𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 𝑔𝑎𝑤𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑡𝑒𝑘𝑠𝑖

Dari hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan kebutuhan material yang
dibutuhkan untuk installasi tenaga. Yaitu :

MATERIAL SPESIFIKASI QTY

MCB Q0 70 – 100 A , 70 kA 1

MCB Q1 16 A , 4,5 kA 1

MCB Q2 30 – 40 A , 50 kA 1

MCB Q3 – Q5 6 – 10 A , 50 kA 3

MCB Q6 2 A , 4,5 kA 1

KONTACTOR MC1 18A 1

KONTACTOR MC2 40A 1

KONTACTOR MC3-MC5 12A 3

OVERLOAD OL2 30 – 40 A 1

OVERLOAD OL3-OL5 7 – 10 A 3

Kabel Fan Evaporator, Fan Condenser, NYY 3 x 2,5 𝑚𝑚2 + 30 m


Heater Ground 1x 2,5 𝑚𝑚2 .

Kabel kompressor NYY 3x 4 𝑚𝑚2 + Ground 10 m


1 x 4 𝑚𝑚2 .

52
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

4.3 Perancangan Kontrol.

Mesin pendingin ini berfungsi untuk mengkondisikan temperature dan humidity untuk
ruangan MCC ( Motor Control Center ). Ruangan ini dikondisikan dengan ketentuan

Temperature Ruangan : 23℃ – 25 ℃

Humidity Ruangan : 45 % - 55%

Berikut adalah diagram blok pengendali suhu ruangan.

Gambar 4.4 Diagram Blok Pengendalian Suhu Ruangan.

Pada gambar diatas digambarkan mengenai sistem kerja pengendali suhu ruangan
yang bertujuan untuk menkondisikan suhu ruangan agar sesuai dengan suhu yang
diinginkan.

Berikut adalah diagram blok pengendalian humidity ruangan.

Gambar 4.5 Diagram Blok Pengendalian Humidity Ruangan.

Pada gambar diatas digambarkan mengenai sistem kerja pengendali humidity ruangan
yang bertujuan untuk mengkondisikan humidity ruangan agar sesuai dengan humidity
yang diinginkan.

4.4 Prinsip Kerja.

Temperature Kontrol.

Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa sensor suhu PT 100 akan mengukur
kondisi suhu ruangan. Sensor tersebut dikoneksikan dengan temperature controller.

53
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Temperature controller ini bertindak sebagai master yang membaca dan mengontrol
nilai keluaran sensor. Ketika sensor PT 100 mengukur suhu kurang dari yang
diinginkan maka controller akan menghidupkan compressor, dan jika pengukuran
suhu samadengan yang diinginkan maka controller akan mematikan compressor.

Suhu yang diizinkan adalah 23℃ – 25 ℃.

Setting temperature 25℃ , apabila suhu yang terdeteksi pada sensor bernilai > 25 ℃
maka compressor akan menyala hingga didapatkan suhu sesuai settingan, apabila suhu
yang terdeteksi pada sensor bernilai ≤ 25℃ maka compressor akan mati.

Gambar 4.6 Diagram Fungsional dari Prinsip Temperatur Control.

Setting suhu yang terlalu rendah dapat menyebabkan operator yang berkerja di dalam
ruangan tidak nyaman, dan menyebabkan kadar air dalam udara bertambah tinggi,
yang akan membuat timbul jamur pada PCB.

Temperature Control
Temperature Controller yang dipakai adalah type ( ir 33 ) carel.

54
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Gambar 4.7 Temperature Controller carel ir 33.

Spesifikasi :
Input Type : Two temperature probe only (NTC,PT100).
Power Supply : 24Vac.
Output Type : Relay

Gambar 4.8 ConnectionTemperature Controller carel ir 33.

Temperature Sensor
Temperature sensor yang dipakai adalah PT 100. PT 100 merupakan satu jenis sensor
suhu yang terkenal dengan keakurasiannya. PT 100 termasuk golongan RTD
(Resistive Temperature Detector) dengan koefisien suhu positif, yang berarti nilai
resistansinya naik seiring dengan naiknya suhu. PT100 terbuat dari logam platinum.
Disebut PT100 karena sensor ini dikalibrasi pada suhu 0℃ pada nilai resistansi 100
Ohm.
Sensor PT 100 yang digunkan adalah 2 wire.

Gambar 4.9 ConnectionTemperature Sensor PT100.

Humidity Kontrol.

Berdasarkan Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa Humidity sensor THD akan mengukur
kondisi Humidity ruangan. Sensor tersebut dikoneksikan dengan Humidity controller.

55
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Humidity controller ini bertindak sebagai master yang membaca dan mengontrol nilai
keluaran sensor. Ketika sensor THD mengukur humidity kurang dari yang diinginkan
maka controller akan menghidupkan heater, dan jika pengukuran humidity
samadengan yang diinginkan maka controller akan mematikan heater.

Humidity yang diizinkan adalah 45 % - 55%.

Setting humidity 55%. , apabila humidity yang terdeteksi pada sensor bernilai > 55%.
maka heater akan menyala hingga didapatkan humidity sesuai settingan, apabila suhu
yang terdeteksi pada sensor bernilai ≤ 55%. maka heater akan mati.

Gambar 4.10 Diagram Fungsional dari Prinsip Humidity Control.

Humidity Control
Humidity control yang di pakai adalah type TK4M ( Autonic ).

Gambar 4.11 Humidity Controller.

Spesifikasi :
Input Type : Analog Current 4-20mA
Power Supply : 240Vac.
Output Type : Relay , Out1, Out 2 250 VAC , 3A

56
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Gambar 4.12 Terminal Connection Humidity Controller.

Humidity Sensor.
Humidity Sensor yang di pakai adalah type THD (Autonic).

Gambar 4.13 Humidity Transmitter.

Spesifikasi :
Power Supply : 24Vdc
Output Type : DC4-20mA
Measuring Range : 10 to 90 %

Gambar 4.14 Terminal Connection Humidity Transmitter.

57
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

4.5 Perancangan Sistem Keseluruhan.

Untuk membuat wiring control untuk mesin pendingin ini, maka dibuat
algoritma dari perancangan wiring adalah :
1. Sytem pendingin ini dapat on/off secara local ataupun auto, dimana
pengertian local adalah unit dapat on/off dari panel unit, dan
pengertian auto adalah unit dapat on/off dari PLC.
2. Fan evaporator akan running setelah mendapat perintah running dari
local/ccr.
3. Terdapat 2 mode system, Cooling Mode dan Fan Mode.
4. Setelah Fan evaporator running maka sensor temperature dan humidity
akan membaca actual temperature dan humidity ruangan.
5. Data setting temperature dan humidity di bandingkan dengan kondisi
yang telah diatur, yaitu suhu yang diizinkan berkisar 23℃ – 25 ℃, dan
humidity yang dizinkan berkisar 45 % - 55%.
6. Apabila suhu yang diukur sensor < 25 ℃, maka temperature controller
memberi perintah untuk mengaktifkan compressor dan fan condenser
hingga mencapai suhu yang di izinkan.
7. Apabila humidity yang diukur sensor >55%., maka humidity controller
memberi perintah untuk mengaktifkan heater hingga mencapai
humidity yang diizinkan.
8. Jika terjadi fault overload pada fan evaporator maka sytem akan
berhenti.
9. Jika terjadi fault overload pada fan kondensor maka compressor akan
berhenti berkerja,
10. Jika terjadi fault high pressure ataupun low pressure pada system
refrigerant maka compressor dan fan kondensor akan berhenti berkerja.

Atas dasar algoritma diatas maka dapat dibuat wiring diagram control untuk
implementasinya.

58
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Rangkaian Control.

59
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Gambar 4.4 Rangkaian Control Mesin Pendingin

60
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

4.6 Pengujian

Dalam membuat suatu sistem, pengujian dan Analisa sangat di perlukan.


Pengujian bertujuan untuk mengetahui sistem berkerja sesuai rencana atau belum.
Dari hasil pengujian dan Analisa dapat diketahui kelemahan – kelemahan dari sistem,
sehingga dilakukan perbaikan , pengembangan, dan penyempurnaan sistem.
Pengujian dilakukan secara parsial terlebih dahulu, tujuannya adalah untuk
mengetahui kinerja hardware setiap unit. Setelah mengetahui respon kinerja hardware
setiap unit , kemudian akan dilakukan pengujian integrasi sistem secara keseluruhan.
Adapun beberapa pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.

Function Test
Funtion tes dilakukan dengan supplay 3 phasa untuk beban dalam keadaan off , hanya
supply 1 phase untuk control saja yang aktif.
Dibawah ini terlampir function tes yang telah di lakukan :

Tabel 4.1 Function Test

No Function Test Status

1 Perintah on/off auto dari PLC. Berfungsi

2 Perintah on/off manual dari local control panel. Berfungsi

3 Nilai temperature sensor terbaca oleh controller. Berfungsi

4 Nilai Humidity sensor terbaca oleh controller. Berfungsi

5 Ketika overload fan evaporator aktif system off. Berfungsi

6 Ketika signal fire alarm aktif system off. Berfungsi

7 Ketika proteksi phase revers aktif system off. Berfungsi

8 Ketika fan evaporator running temperature,humidity control aktif. Berfungsi

9 Ketika overload compressor aktif, compressor dan fan kondensor off. Berfungsi

10 Ketika high pressure aktif , compressor dan fan kondensor off. Berfungsi

11 Ketika low pressure aktif , compressor dan fan kondensor off. Berfungsi

12 Ketika overload fan kondensor aktif , compressor dan fan kondensor Berfungsi
off.

13 Ketika thermistor fan kondensor aktif, compressor dan fan kondensor Berfungsi
off.

61
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

14 Ketika compressor off heater off. Berfungsi

Pengujian Secara Keseluruhan

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa sistem bekerja dengan baik atau
tidak. Pada tahap awal , semua wiring disambung dan pastikan terpasang dengan baik.
Pada pengujian sistem secara keseluruhan digunakan power 3 phasa, untuk power
fan dan compressor. Lalu system di running dengan mode cooling.
Temperature Setting 25 ℃, Humidity Setting 55%.

Hasil pengujian keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Pengujian Sistem.

Temperature Humidity Time Kompressor Heater


% Menit

35 55 1 On Off

32 56 2 On On

30 58 3 On On

27 60 4 On On

26 62 5 On On

25 60 6 Off On

25 58 7 Off On

25 55 8 Off Off

Berdasarkan data yang di peroleh, apabila temperature ruangan > 25 ℃


compressor running dan apabila temperature ruangan = 25 ℃ compressor off ,
sedangkan jika humidity ruangan di atas 55% maka heater akan running, sedangkan
jika humidity = 55% heater akan off. Waktu yang di butuhkan untuk system untuk
memenuhi standar temperature dan humidiy kurang lebih 8 menit.

62
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

BAB V
PENUTUP

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil yang sudah didapat pada bab IV , maka dapat diambil
kesimpulan mengenai perencanaan instalasi listrik pada mesin pendingin adalah,
Kebutuhan total daya pada mesin tersebut adalah 35,1kW, sesuai dengan
perhitungan perancangan, untuk kapasitas main breaker MCCB yang digunakan
adalah 80-100A, 70kA.Kebutuhan main busbar mengunakan ukuran 12x2 mm ,
dengan kapasitas 228 A. Kebutuhan kabel incomming NYY 4 X 16 𝑚𝑚2 .

Setelah melakukan perancangan dan pengujian pada system kontrol maka


dapat ditarik kesimpulan bahwa, Dengan kapasitas unit 250.000 BTUH, dapat
menurunkan temperature ruangan dari 35℃ sampai ketemperature yang diijinkan
25 ℃ dalam waktu 8 menit. Dan dengan kapasitas heater sebesar 8 kw dapat
mejaga humidity ruangan pada range yang diizinkan 45%-55%.

Temperature dan humidity di dalam ruangan dapat terjaga pada range 23℃ –
25 ℃, dan 45%-55%.

63
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

LAMPIRAN
Lampiran 1

Lampiran 1
Lampiran 1
Lampiran 1

64
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lampiran 2

65
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lampiran 3

66
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lampiran 4

67
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lampiran 5

68
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lampiran 6

69
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lampiran 7

70
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lampiran 8

71
ISTN FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Daftar Pustaka

1. Hasan Basri “Sistem Distribusi Daya Listrik”, Jakarta, ISTN, 1997.

2. "Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000” Badan Standardisasi Nasional 2000.

3. H. Wayne Beaty “ Handbook Of Electrical Power Calculations” ISBN 0-07-

1362983.

4. Stephen L. Herman “ Industrial Motor Control “ ISBN 1-4354-4239.

5. McGraw “ Handbook of air conditioning system design” ISBN 07-010090-X.

72

Anda mungkin juga menyukai