Anda di halaman 1dari 18

Melakukan Amniotomi

Dan Episiotomi
1. AMNIOTOMI
Pengertian
Amniotomi adalah :
Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan
membuat robekan kecil yang kemudian akan melebar secara
spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam
rongga amnion  dilakukan pada saat pembukaan lengkap
atau hampir lengkap
Indikasi
 Persalinan kala II
 Akselerasi persalinan
 Persalinan pervaginam
dengan menggunakan
instrumen
Hati-hati pada:
 Polihidramnion
 Presentasi muka
 Tali pusat terkemuka
 Vasa previa
 Letak lintang
Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Terhadap Cairan Ketuban
 U (Utuh)  Selaput dan cairan ketuban masih utuh, masih
memberikan perlindungan kepada bayi dan uterus, tetapi tidak bias
memberikan informasi tentang keadaan janin
 J (Jernih)  Selaput ketuban sudah pecah, warna ketuban jernih dan
bias memberikan tanda bahwa kondisi janin dalam keadaan aman
 M (Mekonium)  Cairan ketuban bercampur mekonium,
menunjukan adanya anoksia kronis pada janin
 D (Darah)  Cairan ketuban bercampur dengan darah, bias
menunjukan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks
dan vagina
 K (Kering)  Cairan Ketuban sudah tidak tampak pada jalan lahir.
Hal ini menunjukan selaput ketuban yang sudah lama pecah atau pada
post maturitas janin
Komplikasi Yang Terjadi Akibat Amniotomi
 Kompresi akibat tali pusat
 Tali pusat menumbung (Prolaps Foeniculi)
 Molase yang meningkat serta kemungkinan kompresi
kepala yang tidak merata
 Tekanan yang meningkat pada kepala janin dapat
mengakibatkan oksigenasi janin berkurang
 Meningkatnya risiko infeksi
Langkah-langkah Amniotomi
 Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk amniotomi
 Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga terhadap tindakan
yang akan dilaksanakan
 Periksa denyut jantung janin
 Posisikan pasien dalam posisi lithotomic/dorsal recumbent
 Pakai celemek
 Cuci tangan dengan dengan menggunakan teknik 7 langkah,
kemudian keringkan
 Dekatkan alat-alat kedekat pasien
 Tutup sampiran/scherm, jaga privasi ibu
 Memakai hand schoen
 Sambil meminta ibu membuka kakinya, lakukan vulva hygiene
 Buka labia dengan menggunakan 2 jari tangan kiri
 Masukkan 2 jari tangan kanan satu persatu secara perlahan, cari selaput ketuban yang sedang
menggelembung. Pastikan kepala sudah masuk rongga panggul dan tidak teraba bagian-bagian
kecil janin atau tali pusat yang menumbung (tali pusat akan teraba berdenyut)
 Memasukkan ½ kocher kedalam vagina menggunakan tangan kiri dengan tuntunan jari
tangan kanan yang ada didalam lubang vagina, hingga menyentuh selaput ketuban
 Rasakan adanya kontraksi dan selaput ketuban menonjol, pada saat kontraksi mulai melemah,
torehkan ½ kocher 1 – 2 cm hingga selaput ketuban pecah
 Keluarkan ½ kocher dengan menggunakan tangan kiri. Pertahankan jari tangan kanan
didalam vagina untuk merasakan penurunan kepaladan untuk memastikan tidak ada tali pusat
yang teraba.
 Setelah yakin tidak ada tali pusat yang teraba, keluarkan jari tangan dari dalam vagina secara
perlahan
 Cuci tangan dalam larutan klorin, buka sarung tangan dalam keadaan terbalik
 Cuci tangan dibawah air mengalir
 Periksa kembali denyut jantung
 Catat pada partograf atau catatan medik lainnya
Mencuci tangan dan pasang Pemeriksaan
Vulva Hygiene
sarung tangan DTT Dalam
EPISIOTOMI
Prinsip episiotomi
 Pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan
lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi
atau elastisitas jaringan tersebut.
 Di masa lalu, dianjurkan untuk melakukan episiotomi
secara rutin yang tujuannya adalah untuk mencegah
robekan berlebihan pada perineum, membuat tepi luka
rata sehingga mudah dilakukan penjahitan (reparasi),
mencegah penyulit atau tahanan pada kepalan dan infeksi
tetapi hal tersebut ternyata tidak didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang cukup
Episiotomi rutin tidak dianjurkan
karena dapat menyebabkan:
 Meningkatnya jumlah darah yang
hilang dan risiko hematoma
 Kejadian laserasi derajat tiga atau
empat lebih banyak pada episiotomi
rutin dibandingkan dengan tanpa
episiotomi
 Meningkatnya nyeri pascapersalinan
di daerah perineum
 Meningkatnya risiko infeksi
(terutama jika prosedur PI
diabaikan)
Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk
mempercepat kelahiran bayi bila didapatkan:
 Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan
 Penyulit kelahiran per vaginam (sungsang, distosia bahu,
ekstraksi cunam (forsep) atau ekstraksi vakum)
 Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan
Jenis-jenis episiotomi :
 Episiotomi mediana  dikerjakan
pada garis tengah
 Episiotomi mediolateral  dikerjakan
pada garis tengah yang dekat muskulus
sfingter ani dan diperluas ke sisi
 Episiotomi lateral  dikerjakan
miring kesisi kanan atau kiri
Episiotomi secara rutin tidak boleh dilakukan karena
dapat menyebabkan :
 Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan resiko
hematom.
 Lebih sering meluas menjadi derajat tiga atau empat.
 Meningkatnya nyeri persalinan.
 Meningkatnya risiko infeksi
Persiapan episiotomi :
 Pertimbangakn indikasi-indikasi untuk melakukan
episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi tersebut penting
untuk keselamatan dan kenyamanan ibu dan atau bayi.
 Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan DTT atau
steril.
 Gunakan teknik aseptic setiap saat. Cuci tangan dan pakai
sarung tangan DTT atau steril.
 Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan episiotomi dan
diskusikan prosedurnya dengan ib. Beri alasan rasional pada
ibu.
Prosedur anastesi lokal :

 Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu ibu untuk merasa rileks.
 Hisap 10 ml larutan lidokain 1% ke dala tabung suntik steril ukuran 10 ml ( jika
yang tersedia larutan lidokain 2% maka larutkan 1 bagian lidokain 2% dengan 1
bagian aquades).
 Pasikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4 cm ( jarum
yang lebih panjang boleh digunakan )
 Letakkan 2 jari ke dalam vagina dan diantara kepala bayi dan perineum.
 Masukkan jarum di tengah fourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang
akan diepisiotomi.
 Lakukan aspirasi
 Tarik jarum perlahan-lahan sambil menyuntikkan maksimum 10 ml lidokain.
 Tarik jarum bila sudah kembali ke titik asal jarum suntik ditusukkan. Kulit
membentuk gelembung karena anastesi bisa telihat dan dipalpasi pada perineum
di sepanjang garis yang akan dilakukan episiotomi.
Prosedur episiotomi :
 Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala bayi
sudah telihat pada saat kontraksi.
 Masukkan dua jari ke dalam vagina diantara kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak
direganggkan dan berikan sedikit tekanan lembut ke arah luar pada perineum.
 Gunakan gunting tajam DTT atau steril, tempatkan gunting ditengah-tengah fourchette
posterior dan gunting mengarah ke sudut yang diinginkan. Pastikan arah gunting tidak
mengarah pada sfingter ani.
 Gunting perineum sekitar 3-4 cm. Hindari menggunting jaringan sedikit demi sedikit
akan menimbulakn tepi yang tidak rata.
 Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm ke dalam vagina.
 Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episiotomi dengan dilapisi
kain atau kasa DTT atau steril diantara kontraksi  untuk mengurangi perdarahan.
 Kendalikan kelahiran kepala bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan episiotomi.
 Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi, perineum
dan vagina mengalami perluasan atau laserasi. Lakukan penjahitan.
Terima Kasih
Be a good midwife...

Anda mungkin juga menyukai