Anda di halaman 1dari 12

V PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

DI

OLEH ;

FAKULTAS EKONOMI dan

BISNIS ISLAM

UIN AR-RANIRY

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena tuntunan, rahmat, dan karunia-Nyalah kita dapat melanjutkan kehidupan
kita terutama kita tetap dapat menjalani aktivitas kita sehari-hari sebagai seorang mahasiswa, dan oleh karena perkenalannya pula penulis
dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk tugas mata kuliah “PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” yang dibawakan oleh Dr. Bujang
Saifar, M.Pd .

Makalah ini berjudul “Permintaan dan Penawaran dalam Ekonomi Islam” Dalam menyusun makalah ini, penulis telah berupaya semaksimal
mungkin untuk menyajikan yang terbaik sesuai kemampuan penulis. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca khususnya mahasiswa terutama dalam menyusun makalah selanjutnya yang dapat digunakan sebagai referensi.
Akhir kata pengantar ini penulis mengucapakan terimakasih kepada Dr. Bujang Saifar, M.Pd . Yang telah membimbing kami dalam proses
belajar-mengajar dan jika ada kritik dan saran yang bersifat membangun penulis akan menerimanya sebagai bahan acuan mengoreksi diri dan
kedepannya dapat menyajikan yang lebih baik lagi dari makalah ini.

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia 3

2.2 Pancasila dijadikan sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia 4

2.3 Makna Ideologi Bangsa dan Negara 8

2.4 Pancasila sebagai Ideologi yang Reformatif, Dinamis dan Terbuka 8

2.5 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar Lainnya di Dunia 14

BAB III PENUTUP 15

3.1 Kesimpulan 15

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan
oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang cukup
panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Ideologi Pancasila yang diterapkan di Indonesia bila dibandingkan dengan ideologi besar lain di dunia
mempunyai suatu perbedaan. Di satu sisi terkadang perbedaan tersebut terasa dekat dan tipis, tetapi di sisi lainnya perbedaan tersebut sangat
jauh dan sangat berbeda.

Permasalahan tentang ideologi Pancasila bukan hanya sebuah permasalahan yang berkadar kefilsafatan karena bersifat cita-cita dan normatif
namun juga bersifat praktis karena menyangkut operasionalisasi dan strategi. Hal ini karena ideologi Pancasila juga menyangkut hal-hal yang
mendasarkan suatu ajaran yang menyeluruh tentang makna dan nilai-nilai hidup, ditentukan secara kongkrit bagaimana manusia harus
bertindak. Ideologi Pancasila tidak hanya menuntun misalnya agar setiap warga negara bertindak adil, saling tolong-menolong, saling
menghormati antar sesama manusia, lebih mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi atau kepentingan golongan dan
sebagainya, melainkan juga ideologi Pancasila akan menuntut ketaatan kongkrit, harus melaksanakan ini dan itu, dan bahkan seringkali
menuntut dengan mutlak orang harus bersikap dan bertindak tertentu.

1.2       Rumusan Masalah


1)   Apa pengertian dan hakikat Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia?

2)   Mengapa Pancasila dapat dijadikan sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia?

3)   Apakah makna ideologi bagi bangsa dan negara?

4)   Mengapa Pancasila dapat dikatakan ideologi yang reformatif, dinamis dan terbuka?

5)   Bagaimana perbandingan ideologi nasional Pancasila dikaitkan dengan ideologi-ideologi besar dunia seperti agama, liberalisme dan
komunisme?

1.3       Tujuan Penulisan

1)   Untuk mengetahui pengertian dan hakikat Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.

2)   Untuk mengetahui alasan Pancasila dijadikan sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia.

3)   Untuk mengetahui makna ideologi bagi bangsa dan negara.

4)   Untuk mengetahui alasan pancasila dapat dikatakan ideologi yang reformatif, dinamis dan terbuka.

5)   Untuk mengetahui perbandingan ideologi nasional pancasila dikaitkan dengan ideologi-ideologi
besar dunia seperti agama, liberalisme dan komunisme.

   

BAB II

PEMBAHASAN

2.1       Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah pancasila sebagai cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi
basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia. Berdasarkan
Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan MPR tentang P4. Ditegaskan bahwa
pancasila adalah dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Ideologi bangsa dan negara adalah pengertian-pengertian dasar / nilai-nilai dasar yang manjadi
keyakinan dan dijadikan dasar dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat (berbangsa) dan
bernegara. Sebagai ideologi bangsa dan negara maka mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup
kebangsaan dan kenegaraan merupakan suatu asas kerokhanian, pandangan terhadap dunia,
pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan
berkorban. Merupakan suatu asas kerohanian, pandangan terhadap dunia, pandangan hidup, pedoman
hidup, pegangan hidup artinya Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari (diamalkan
dalam hidup sehari-hari).

Dengan kata lain Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan
kehidupan didalam segala bidang. Berarti pula segala tingkah laku dan tindakan / perbuatan setiap
manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila Pancasila, karena Pancasila
sebagai satu kesatuan. Sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia, pada hakikatnya (sebenarnya) :

a)    Pancasila berakar dari pandangan hidup dan budaya bangsa sendiri (bukan mengambil dari ideologi
bangsa lain).

b)   Pancasila bukan merupakan hasil pemikiran / perenungan seseorang yang hanya memikirkan
kepentingan golongan atau kelompok tertentu, tetapi Pancasila pada hakekatnya untuk seluruh lapisan
serta unsur-unsur bangsa secara menyeluruh karena Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai
kebudayaan serta nilai religius yang dimiliki bangsa Indonesia atau diambil dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara.

2.2       Pancasila dijadikan sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia, maka Pancasila pada hakikatnya bukan hanya
merupakan suatu hasil perenungan dan pemikiran seseorang atau kelompok orang sebagaimana
ideologi-ideologi lain didunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara, dengan lain unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain
diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan  kausa
materialistis (asal bahan)  Pancasila.

Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara, sehingga
Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Dengan
demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan hidup dan
budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Selain itu
Pancasila juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja, yang hanya
memperjuangkan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai
yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur
bangsa secara komperhensif. Oleh karena ciri khas Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan
bangsa Indonesia.
A.      Pengertian Ideologi

Ideologi berasal dari kata “idea” yang artinya gagasan, pengertian kata “logi” yang artinya pengetahuan.
Jadi ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-
ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian pengertian dasar. Istilah ideologi pertama kali di
kemukakan oleh Destutt de Tracy seorang perancis pada tahun 1796. Karl Marx mengartikan Ideologi
sebagai pandangan hidup yang di kembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial
tertentu dalam bidang politik atau sosial atau sosial ekonomi. Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua
pengertian ideologi secara fungsional dan ideologi secara struktural. Ideologi secara fungsional di
golongkan menjadi dua tipe yaitu ideologi doktriner dan ideologi yang pragmatis.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut berbagai bidang kehidupan
manusia. Notonegoro sebagaimana dikutip oleh Kaelan mengemukakan, bahwa ideologi negara dalam
arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar atau yang menjadi suatu sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara
lain memiliki ciri:

a)         Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.

b)        Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup, yang
dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan, kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan
dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang sekaligus membentuk orang
atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang di hayati menjadi sesuatu
keyakinan. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang maka akan semakin tinggi pula komitmen
nya untuk melaksanakannya.

Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimilikinya dan
dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pedoman hidup mereka.
Pengertian yang demikian itu juga dapat di kembangkan untuk masyarakat yang lebih luas, yaitu
masyarakat bangsa.

B.            Ideologi terbuka dan ideologi tertutup

Ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan
sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya berada dalam sistem pemerintahan yang demokratis.
Ideologi terbuka merupakan ideologi yang hanya berisi suatu orientasi dasar, sedangkan
penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan
dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita
yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati secara demokratis.

Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan
norma-norma politik dan sosial, yang dinyatakan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi,
melainkan harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan
nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain.

Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan Apriori, dogmatis berarti mempercayai suatu keadaan tanpa


data yang valid, sedangkan apriori , yaitu berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan. Ideologi
tertutup tersebut dipaksakan berlaku dan dipatuhi oleh masyarakat yang di atur oleh masyarakat elit
tertentu atau kelompok masyarakat, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang
totaliter. Bersifat totaliter berarti menyangkut seluruh aspek kehidupan.

Dari arti kedua ideologi ini, perbedaannya adalah ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan
tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang, artinya bahwa sistem ini bersifat
demokratis dan terbuka, sedangkan ideologi tertutup bersifat otoriter (negara berlaku sebagai
penguasa) dan totaliter, arti dari totaliter itu sendiri adalah bahwa pemerintahan dengan kekuasaannya
mempunyai hak mutlak untuk mengatur di segala bidang aspek yang ada. Ciri-ciri ideologi terbuka:

1)        Merupakan kekayaan rohani, moral, dan kebudayaan masyarakat (falsafah). Jadi, bukan keyakinan
ideologis sekelompok orang, melainkan kesepakatan masyarakat.

2)        Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri. Ia adalah milik seluruh
rakyat dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka.

3)        Isinya tidak langsung operasional. Sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu menggali
kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka.

4)        Tidak pernah memaksa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan menginspirasi
masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.

5)        Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai latar
belakang budaya dan agama.

C.           Pancasila sebagai ideologi terbuka


Pancasila merupakan ideologi terbuka hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila besifat aktual,
dinamis, antisifasif dan senentiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi
Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya, namun
mengeksplisitkan wawasannya lebih kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk
memecahkan masalah-masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat,
perkembangan iptek dan zaman.

D.           Ideologi Partikular dan ideologi Komprehensif

Dari segi sosiologis, Karl Mannhein membedakan dua macam kategori ideologi yaitu ideologi yang
bersifat partikular dan ideologi yang bersifat komprehensif.

a)         Ideologi Partikular

Didefinisikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis dan terkait erat
dengan kepentingan satu kelas sosial tertentu dalam masyarakat.

b)        Ideologi Komprehensif

Didefinisikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial.
Dalam ideologi ini terdapat suatu cita-cita yang bertujuan untuk melakukan transformasi sosial secara
besar-besaran menuju bentuk tertentu.

Dari kedua ideologi diatas, ideologi Pancasila berada ditengah-tengah kedua ideologi diatas, artinya
ideologi Pancasila memiliki ciri menyeluruh yaitu tidak berpihak pada golongan tertentu serta ideologi
Pancasila yang dikembangkan dari nilai-nilai yang ada pada realitas bangsa Indonesia mampu
mengakomodasikan berbagai idealisme yang berkembang dalam masyarakat yang bersifat majemuk.

2.3       Makna Ideologi bagi Bangsa dan Negara

Selain sebagai dasar negara, Pancasila juga berkedudukan sebagai ideologi negara. Ideologi negara
adalah pedoman hidup dalam penyelenggaraan negara. Hakikat ideologi negara adalah nilai-nilai dasar
yang disepakati oleh mayoritas warga negara dan yang ingin di wujud nyatakan dalam kehidupan
bernegara. Pancasila merupakan ideologi negara, karena didalamnya terdapat nilai-nilai dasar yang
disepakati oleh mayoritas warga negara Indonesia dan ingin diwujudkan dalam kehidupan bernegara.
Kesepakatan itu terjadi pada masa awal berdirinya negara Indonesia, yaitu dalam sidang PPKI pada
tanggal 18 Oktober 1945.

Makna Pancasila sebagai ideologi negara adalah Pancasila mampu memberika arah, wawasan, asas, dan
pedoman dalam seluruh bidang kehidupan negara. Setidaknya ada 4 fungsi Pancasila sebagai ideologi,
yaitu :

1)        Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan.

2)        Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuan.

3)        Memberikan tekad dalam memelihara dan mengembangkan identitas bangsa.

4)        Menyoroti kenyataan yang ada dan kritis terhadap upaya perwujudan cita-cita yang terkandung
dalam Pancasila.

Dengan kata lain, sebagai ideologi negara, Pancasila berfungsi sebagai pedoman kehidupan bangsa
Indonesia dalam menjaga keutuhan negara dan memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia.

2.4       Pancasila sebagai Ideologi yang Reformatif, Dinamis dan Terbuka

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat reformatif, dinamis,
dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis dan terbuka.
Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, aspiratif dan senantiasa
mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika
perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai
dasar yang terkandung di dalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih komplit,
sehingga memiliki kemampuan reformatif untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang seiring
dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek serta zaman. Menurut Kaelan berdasarkan pengertian
tentang ideologi terbuka, nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka
adalah sebagai berikut:

1)        Nilai dasar yaitu : hakikat kelima sila Pancasila. Masing-masing nilai dasar/nilai luhur pada kelima
Pancasila, jika dijabarkan yaitu:

Ø Ketuhanan (Religiusitas)

Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan  individu dan Tuhannya. Ketuhanan sebagai pandangan
hidup mewujudkan masyarakat yang berketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang
memiliki jiwa maupun semangat untuk mencapai ridho Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang
dilakukannya.

Ø Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang peteraturan,
sebagai azas kehidupan. Manusia yang maju peradabannya tentu lebih mudah menerima kebenaran
dengan tulus, lebih mungkin untuk mengikuti tata cara dan pola kehidupan masyarakat yang teratur.

Ø Persatuan

Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia dan bangsanya di
muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir untuk mewujudkan kasih sayang
kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai Marauke. Persatuan Indonesia .

Ø Permusyawaratan dan Perwakilan

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang lain, dalam interaksi
itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu sama lain atas dasar tujuan dan
kepentingan bersama. Prinsip-prinsip kerakyatan yang menjadi cita-cita utama untuk membangkitkan
bangsa Indonesia.

Ø Keadilan

Nilai keadilan adalah nilai yang menjunjung norma berdasarkan ketidak-berpihakkan, keseimbangan, 
serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. Itu semua bermakna mewujudkan keadaan masyarakat
yang bersatu secara organik.

2)        Nilai instrumental yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta
lembaga pelaksanaannya.

3)        Nilai praksis yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi perkembangan
yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi yaitu:

1)        Dimensi idealis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam Pancasila yang bersifat sistematis,
rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila yaitu
Ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

2)        Dimensi normatif yaitu nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu
sistem norma, sebagaimna terkandung dalam norma-norma kenegaraan.

3)        Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup
dan berkembang di dalam masyarakat.

2.5       Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar lainnya di Dunia

Ideologi-ideologi besar yang terdapat di beberapa negara :


1)        Ideologi Agama

Dalam Ideologi Agama, konsepsi negara dan agama adalah satu, artinya bahwa pemerintahan dijalankan
berdasarkan firman-firman Tuhan, dan segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa, dan negara
didasarkan atas firman-firman Tuhan. Dengan demikian agama menguasai masyarakat politis. Dalam
praktek kenegaraan terdapat dua macam pengertian negara berideologi agama, yaitu:

Ø  Negara Berideologi Agama Langsung

Dalam sistem negara berideologi agama langsung, kekuasaan adalah langsung merupakan otoritas
Tuhan. Adanya negara di dunia ini adalah atas kehendak Tuhan, dan yang memerintah adalah Tuhan.
Contohnya, dalam perang dunia II, rakyat Jepang rela mati berperang untuk kaisarnya, karena menurut
kepercayaannya, kaisar adalah sebagai anak Tuhan. Doktrin-doktrin dan ajaran-ajaran berkembang
dalam negara berideologi agama langsung, sebagai upaya untuk memperkuat dan meyakinkan rakyat
terhadap kekuasaan Tuhan dalam negara.

Dalam sistem negara yang demikian, maka agama menyatu dengan negara, dalam arti seluruh sistem
negara, norma-norma negara adalah merupakan otoritas langsung dari Tuhan melalui Wahyu.

Ø  Negara Berideologi Agama Tidak Langsung

Berbeda dengan sistem negara berideologi agama langsung, negara berideologi agama tidak langsung
berpegangan bahwa bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan Kepala Negara
atau Raja, yang memiliki otoritas atas nama Tuhan. Kepala Negara atau Raja memerintah negara atas
kehendak Tuhan, sehingga kekuasaan dalam negara merupakan suatu karunia dari Tuhan. Dalam sejarah
kenegaraan kerajaan Balanda, raja mengemban tugas suci yaitu kekuasaan yang merupakan amanat dari
Tuhan. Raja mengemban tugas suci dari Tuhan untuk memakmurkan rakyatnya.

Negara merupakan penjelmaan dari kekuasaan Tuhan, dan oleh karena kekuasaan raja dalam negara
adalah merupakan kekuasaan yang berasal dari Tuhan, maka sistem dan norma-orma dalam negara
dirumuskan berdasarkan firman-firman Tuhan. Demikianlah kedudukan agama dalam negara
berideologi agama dimana firman Tuhan, norma agama serta otoritas Tuhan menyatu dengan negara.

2)        Ideologi Liberal

Paham liberalisme berkembang dari akar-akar rasionalisme yaitu paham yang meletakkan rasio sebagai
sumber kebenaran tertinggi, materialisme yang meletakkan materi sebagai nilai tertinggi, empirisme
yang mendasarkan atas kebenaran fakta empiris (yang ditangkap dengan indera manusia) serta
individualisme yang meletakkan nilai dan kebebasan individu sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan
masyarakat dan negara. Menurut paham liberalisme memandang bahwa manusia sebagai manusia
pribadi yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki
potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Menurut Hobbes istilah ”homo homini lupus”
berarti bahwa dalam hidup masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan
menjadi ancaman bagi manusia lainnya. Liberalisme yaitu bahwa rakyat merupakan ikatan dari individu-
individu yang bebas, dan ikatan hukumlah yang mendasari kehidupan bersama dalam negara.
Kebebasan manusia dalam realisasi demokrasi senantiasa mendasarkan atas kebebasan individu di atas
segala-galanya. Rasio merupakan hakikat tingkatan tertinggi dalam negara, sehingga dimungkinkan akan
berkedudukan lebih tinggi daripada nilai religius. Hal ini harus dipahami karena demokrasi akan
mencakup seluruh sendi-sendi kehidupan dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, antara lain
bidan politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, ilmu pengetahuan bahkan kehidupan agama ataupun
religius. Atas dasar inilah perbedaan sifat serta karakter bangsa sering menimbulkan gejolak dalam
menerapkan demokrasi yang hanya mendasarkan pada paham liberalisme.

3)        Ideologi Komunis

Berbagai macam konsep dan paham sosialisme sebenarnya hanya paham komunislah sebagai paham
yang paling jelas dan lengkap. Paham ini adalah sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat
kapitalis sebagai hasil dari ideologi liberal. Menurut paham ini, munculnya masyarakat kapitalis
menyebabkan penderitaan rakyat, sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan rakyat
kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung pemerintah. Ideologi komunisme mendasarkan pada suatu
keyakinan bahwa manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial saja dan sekumpulan relasi sehingga
yang mutlak adalah komunitas dan bukan individualisme. Karena tidak adanya hak individu, maka dapat
dipastikan bahwa menurut paham komunisme bahwa demokrasi individualisme itu tidak ada, yang ada
adalah hak komunal.

Dalam masyarakat terdapat kelas-kelas yang saling berinteraksi secara dialektis yaitu kelas kapitalis dan
kelas proletar (buruh). Kelas Kapitalis senantiasa melakukan penindasan atas kelas buruh proletar.
Semua ini harus dilenyapkan. Untuk merubah hal tersebut, maka harus dilakukan dengan mengubah
secara revolusioner infrastruktur masyarakat. Etika ideologi komunisme adalah mendasarkan suatu
kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan kelas masyarakat secara totalitas.

Kaitannya dengan negara, bahwa negara adalah sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk
komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir dengan kemenangan pada pihak
kelas protelar. Pemerintah negara harus dipegang oleh orang-orang yang meletakkan kepentingan pada
kelas proletar. Hak individual dianggap tidak ada dan hak asasi dalam negara hanya berpusat pada hak
kolektif. Sehingga komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia. )    

4)    Perbandingan Ideologi Pancasila, Agama, Liberalisme, dan Komunisme

BAB III

PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan negara Indonesia itu sangat penting.Karena Ideologi    merupakan
alat yang paling ampuh untuk menciptakan negara Indonesia yang kokoh, bermartabat dan berbudaya
tinggi.

 Tanpa Ideologi bangsa akan rapuh dan hilang jati dirinya. Pancasila sebagai sumber nilai menunjukkan
identitas bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, hal ini menandakan bahwa
denganPancasila bangsa Indonesia menolak segala bentuk penindasan, penjajahan darisatu bangsa
terhadap bangsa yang lain. Ideologi bangsa Indonesia itu adalah Pancasila.

 Indonesia mempunyai Ideologi Pancasila diharapkan  mampu untuk membawa bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang lebih bagus dari sekarang.  Ideologi juga diharapkan mampu untuk membangkitkan
kesadaran bangsa. Setiap pengambilan keputusan harus berdasarkan ideologi negara Indonesia yaitu
Pancasila. Supaya dalam pengambilan keputusan keputusan tidak keluar dari aturan dan kaidah negara
Indonesia.

Tidak hanya negara yang menganut ideologi Pancasila, tetapi juga masyarakat Indonesia, masyarakat
Indonesia dalam bertingkah laku juga harus berpedoman teguh pada ideologi Pancasila supaya cita-cita
yang diharapkan oleh masyarakat tersebut dapat terwujud dengan benar

3.2 Saran

Dalam makalah ini penulis berkeinginan supaya makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai ideology bangsa dan Negara.   

DAFTAR PUSTAKA

Jesita. 2009. Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara. http://pancasila-sebagai

dasar-negara-dan.html. diakses pada hari Selasa, 20 September 2013 pukul 14.00 WIB.

Kaelan. 2002. Filasafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Winarno, Dwi. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksar.

Anda mungkin juga menyukai