Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)

DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)


TERHADAP ANGKA KEMISKINAN DI INDONESIA
Oleh:
Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto
Mahasiswa Magister Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya Malang
E-mail/No. Hp: al.ayudie@gmail.com/085697769266

Abstract

Poverty is classic issue faced by most developing countries and is one of


economic indicators to view public welfare level in any region. The research aimed to
analyze effect of Gross Domestic Product (GDP), and human development index on
poverty in Indonesia. Analysis used quantitative with Random Effect Model (REM)
method in Panel Data with time series year 2006 to 2008. Anaysis result concluded that
all independent variable simultaneously had significant effect on poverty variable in
Indonesia and partially Gross Domestic Product (GDP) variable had significant
negative influence on poverty with α 20%, and Human Development Index (HDI)
variable had significant negative influence on poverty with α 5%.

Keywords: gross domestic product, human development index, and poverty

PENDAHULUAN Namun, apabila dicermati ada


Produk Domestik Bruto (PDB) indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi
Indonesia nampak selalu memberikan tersebut adalah petumbuhan yang semu
prediksi optimistik yang meningkat dari (bubble economics). Hal ini ditandai
tahun ke tahun. Berdasarkan laporan dengan masih tingginya angka
Badan Pusat Statistik (BPS) secara kemiskinan di Indonesia meski
kumulatif PDB tumbuh 5,9% per tahun pertumbuhan PDB dikatakan bagus.
2010, lebih tinggi bila dibandingkan Kemiskinan sudah sejak lama menjadi
dengan capaian tahun 2009 pada periode masalah bangsa Indonesia, dan hingga
yang sama, yaitu hanya sebesar 5,8% sekarang masih belum menunjukkan
saja. Cadangan devisa mencapai 94,7 tanda-tanda menghilang. Angka statistik
milyar dollar AS dan nilai ekspor terus saja memberikan informasi masih
mencapai 150 milyar dollar AS. Angka banyaknya jumlah penduduk miskin,
pertumbuhan tersebut sepintas berdasarkan data BPS Jumlah penduduk
menunjukkan bahwa kinerja ekonomi miskin di Indonesia pada Maret 2010
Indonesia semakin baik. Pihak asing sebesar 31,02 juta orang (13,33 %).
semacam World Economic Forum Kemiskinan merupakan salah satu
(WEP) menggambarkan Perekonomian masalah yang selalu dihadapi oleh
Indonesia mulai digerakkan oleh manusia. Masalah kemiskinan itu sama
Efficiency Driven Economy dari semula tuanya dengan usia kemanusiaan itu
Factor Driven Economy. Bahkan The sendiri dan implikasi permasalahannya
Economist menyebutnya sebagai calon dapat melibatkan keseluruhan aspek
kekuatan ekonomi baru dunia (world kehidupan manusia, walaupun seringkali
leading economies). tidak disadari kehadirannya sebagai
Pengaruh Produk Domestik Bruto… (Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto)

masalah untuk oleh manusia yang fundamental sehingga menjadi sebuah


bersangkutan. Bagi mereka yang alat ukur untuk menilai efektivitas
tergolong miskin, kemiskinan berbagai jenis program pembangunan.
merupakan sesuatu yang nyata ada Pertumbuhan ekonomi dapat menjadi
dalam kehidupan mereka sehari-hari, instrumen yang sangat berpengaruh
karena mereka itu merasakan dan dalam penurunan kemiskinan
menjalani sendiri bagaimana mereka pendapatan (income poverty).
hidup dalam kemiskinan. Walaupun Pemerintah Indonesia menyadari
demikian belum tentu mereka itu sadar bahwa pembangunan nasional adalah
akan kemiskinan yang mereka jalani. salah satu upaya untuk menjadi tujuan
Kesadaran akan kemiskinan yang masyarakat adil dan makmur. Sejalan
mereka miliki itu, baru terasa pada dengan tujuan tersebut, berbagai
waktu mereka membandingkan kegiatan pembangunan telah diarahkan
kehidupan yang mereka jalani dengan kepada pembangunan daerah khususnya
kehidupan orang lain yang tergolong daerah yang relatif mempunyai
mempunyai tingkat kehidupan sosial kemiskinan yang terus naik dari tahun ke
yang lebih tinggi. tahun. Pembangunan daerah dilakukan
Secara singkat, kemiskinan dapat secara terpadu dan berkesinambungan
didefinisikan sebagai suatu standar sesuai prioritas dan kebutuhan masing-
tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya masing daerah dengan akar dan sasaran
suatu tingkat kekurangan materi pada pembangunan nasional yang telah
sejumlah atau segolongan orang ditetapkan melalui pembangunan jangka
dibandingkan dengan standar kehidupan panjang dan jangka pendek. Oleh karena
yang umum berlaku dalam masyarakat itu, salah satu indikator utama
yang bersangkutan. Standar kehidupan keberhasilan pembangunan nasional
yang rendah ini secara langsung tampak adalah laju penurunan jumlah penduduk
pengaruhnya terhadap tingkat keadaan miskin. Efektivitas dalam menurunkan
kesehatan, kehidupan moral, dan rasa jumlah penduduk miskin merupakan
harga diri dari mereka yang tergolong pertumbuhan utama dalam memilih
sebagai orang miskin. strategi atau instrumen pembangunan.
Berawal dari kemiskinan, maka Hal ini berarti salah satu kriteria utama
bermunculan berbagai masalah sosial pemilihan sektor titik berat atau sektor
lainnya. Merebaknya gepeng di jalanan andalan pembangunan nasional adalah
maupun yang berkeliaran di kampung- efektivitas dalam penurunan jumlah
kampung salah satu indikatornya. Begitu penduduk miskin (Pantjar Simatupang
pula PSK dan akan anak jalanan yang dan Saktyanu K, 2003).
terkena razia, bisa dipastikan 90 % Oleh karena itu, pemerintah
beralasan karena faktor ekonomi. Belum Indonesia dalam menyikapi jumlah
lagi anak putus sekolah yang selalu kemiskinan tersebut, Pemerintah perlu
meningkat jumlahnya dari tahun ke melakukan empat langkah untuk
tahun. Lansia terlantar, anak terlantar, mengurangi tingkat kemiskinan.
penyandang cacat terlantar, semakin Keempat langkah tersebut adalah
melengkapi data penyandang masalah peningkatan laju pertumbuhan ekonomi,
sosial yang berpangkal pada kemiskinan. penciptaan lapangan kerja, pemusatan
Seperti halnya anak-anak yang masih kebijakan sosial ekonomi, dan
dibawa umur sudah menjadi pengemis. penyesuaian kebijakan pengurangan
Pengentasan kemiskinan telah kemiskinan sesuai dengan kondisi
menjadi tujuan pembangunan yang

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010 358


Pengaruh Produk Domestik Bruto… (Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto)

daerah (http://www.gatra.com, 17 penduduk yang berada dilapisan bawah),


Oktober 2003). dan konsumsi nonmakanan (dari 45 jenis
Teori pertumbuhan baru komoditi makanan sesuai kesepakatan
menekankan pentingnya peranan nasional dan tidak dibedakan antara
pemerintah terutama dalam wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan
meningkatkan pembangunan modal kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk
manusia (human capital), pningkatan semua umur, jenis kelamin, dan perkiraan
kualitas sumberdaya manusia dapat tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta
diperlihatkan oleh meningkatnya perkiraan status fisiologis penduduk,
pengetahuan dan keterampilan seseorang. ukuran ini sering disebut dengan garis
Peningkatan pengetahuan dan keahlian kemiskinan. Penduduk yang memiliki
akan mampu mendorong peningkatan pendapatan dibawah garis kemiskinan
produktivitas kerja seseorang sehingga dikatakan dalam kondisi miskin.
akan mampu membantu dalam Adapun pertumbuhan ekonomi
mengurangi angka kemiskinan. adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti panjang dari negara yang bersangkutan
akan menganalisis seberapa besar untuk menyediakan berbagai barang
pengaruh produk domestik bruto (PDB), ekonomi kepada penduduknya yang
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ditentukan oleh adanya kemajuan atau
terhadap Kemiskinan di Indonesia. penyesuaian teknologi, institusional
(kelembagaan), dan ideologis terhadap
berbagai tuntutan keadaan yang ada
TINJAUAN PUSTAKA (Kuznetz dalam Todaro, 2004).
Pertumbuhan ekonomi berkaitan
Secara umum, kemiskinan adalah
ketidakmampuan seseorang untuk dengan kenaikan produksi suatu negara
memenuhi kebutuhan dasar standar atas atau kenaikan pendapatan per kapita suatu
negara. Oleh karena itu pertumbuhan
setiap aspek kehidupan. Menurut Sumitro
ekonomi erat kaitannya dengan produk
Djojohadikusumo (1995) pola
domestik bruto (PDB) atau produk
kemiskinan ada empat yaitu, Pertama domestik regional bruto (PDRB) jika
adalah persistent poverty, yaitu dalam lingkup daerah.
kemiskinan yang telah kronis atau turun Beberapa hasil kajian dan penelitian
temurun. Pola kedua adalah cyclical telah diperoleh bahwa pertumbuhan
poverty, yaitu kemiskinan yang ekonomi, IPM, dan kemiskinan memiliki
mengikuti pola siklus ekonomi secara keterkaitan yang erat. Asian Development
keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal Bank (2008) menyatakan bahwa
poverty, yaitu kemiskinan musiman pertumbuhan ekonomi yang dinamis
seperti dijumpai pada kasus nelayan dan telah banyak mengurangi kemiskinan.
petani tanaman pangan. Pola keempat Jumlah penduduk yang berjuang untuk
adalah accidental poverty, yaitu hidup dengan $ 1 atau kurang per hari
kemiskinan karena terjadinya bencana telah turun dari 900 juta tahun 1990
alam atau dampak dari suatu kebijakan menjadi 600 juta sekarang. Ini dapat
tertentu yang menyebabkan menurunnya diartikan sebagai peningkatan
tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. pendidikan, kesehatan yang lebih baik,
Sedangkan menurut BPS (Badan usia yang lebih panjang, dan kesempatan
Pusat Statistik), tingkat kemiskinan yang lebih besar.
didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi Siregar dan Wahyuniarti (2008)
berupa makanan yaitu 2100 kalori per meneliti mengenai dampak pertumbuhan
orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang ekonomi terhadap penurunan jumlah
dianggap mewakili pola konsumsi penduduk miskin diperoleh hasil bahwa

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010 359


Pengaruh Produk Domestik Bruto… (Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto)

pertumbuhan ekonomi berpengaruh dan Prosentase kemiskinan di masing-


signifikan terhadap penurunan jumlah masing propinsi yang ada di Indonesia.
penduduk miskin walaupun dengan Teknik analisis dalam penelitian
magnitude yang relatif kecil, seperti ini yaitu analisis regresi data panel,
inflasi, populasi penduduk, share sektor adapun model regresinya dalam bentuk
pertanian, dan sektor industri. log dapat ditulis sebagai berikut:
Selain itu Sjafi’i dan Hidayati
(2009) menyatakan bahwa Tersedianya ln Yit = β0 + β1 ln X1it + β2 ln X2it + eit
SDM yang berkualitas ini merupakan
syarat penting berlangsungnya dimana: Y = Kemiskinan; X1 =
pembangunan ekonomi secara PDRB; X2 = IPM; i = daerah; dan t =
berkesinambungan. Pengalaman waktu.
pembangunan ekonomi negara macan Ada dua pendekatan mendasar
Asia (Korea Selatan, Singapura, Taiwan, yang digunakan dalam menganalisis data
Hongkong) membuktikan investasi panel. Pertama, pendekatan Fixed Effect
modal manusia (lewatproses pendidikan) yaitu teknik mengestimasi data panel
lebih “mujarab” dibanding investasi fisik dengan menggunakan variabel dummy
(gedung, infrastruktur lainnya). untuk menangkap adanya perbedaan
Sitepu dan Sinaga (2003) mengkaji intersep. Kedua, pendekatan Random
mengenai dampak investasi sumber daya Effect yaitu estimasi data panel dimana
manusia terhadap kemiskinan diperoleh residual mungkin saling berhubungan
hasil bahwa Investasi sumberdaya antar waktu dan antar individu. Sebelum
manusia untuk pendidikan dapat model diestimasi dengan model yang
menurunkan poverty incidence, poverty tepat, terlebih dahulu dilakukan uji
depth dan poverty severity kecuali untuk spesifikasi apakah Fixed Effect atau
rumahtangga bukan pertanian golongan Random Effect atau keduanya
atas di desa, bukan angkatan kerja di kota memberikan hasil yang sama. Pilihan
dan bukan pertanian golongan atas di kota, antara Fixed Effect dan Random Effect
sedangkan investasi kesehatan hanya di ditentukan dengan menggunakan
rumahtangga bukan pertanian golongan Hausman’s Test.
atas di kota yang mengalami peningkatan Adapun ketentuan Hausman’s Test
sementara rumahtangga lainnya yaitu apabila nilai statistik Hausman
mengalami penurunan indeks kemiskinan.
lebih besar dari nilai kritisnya maka
model yang lebih tepat adalah model
METODE PENELITIAN Fixed Effect sedangkan sebaliknya bila
Penelitian ini mengenai pengaruh
nilai statistik Hausman lebih kecil dari
produk domestik bruto (PDB), indeks
nilai kritisnya maka model yang tepat
pembangunan manusia (IPM) terhadap
adalah Random Effect.
kemiskinan di Indonesia, peneliti
Uji signifikansi dalam penelitian
melakukan studi empiris dengan obyek
ini dilakukan secara parsial dan
penelitian seluruh propinsi di Indonesia
simultan. Secara parsial dilakukan uji t
pada tahun 2006 – 2008, untuk variabel
test, sedangkan secara simultan
PDB akan digunakan nilai PDRB
dilakukan uji F test.
masing-masing propinsi. Adapun data
Uji t test digunakan untuk
yang digunakan dalam penelitian ini
mengetahui apakah masing-masing
merupakan data sekunder yang diperoleh
variabel bebas secara parsial mempunyai
dari Badan Pusat Statistik (BPS).
pengaruh yang signifikan terhadap
Variabel-variabel yang diteliti dalam
variabel terikat. Dapat juga dikatakan
penelitian ini yaitu variabel PDRB, IPM,

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010 360


Pengaruh Produk Domestik Bruto… (Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto)

jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t > F tabel; H0 diterima jika F hitung < F
tabel maka hasilnya signifikan dan tabel.
berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
Sedangkan jika t hitung < t tabel atau -t PEMBAHASAN
hitung > -t tabel maka hasilnya tidak Kendati pertumbuhan ekonomi
signifikan dan berarti H0 diterima dan Indonesia relatif tinggi yaitu bekisar
H1. 5,9% dan bahkan pada tahun 2011
Pengujian F atau pengujian model pemerintah memprediksikan mencapai
digunakan untuk mengetahui apakah 7%, namun angka kemiskinan di
hasil dari analisis signifikan atau tidak, Indonesia masih tinggi. Adapun
dengan kata lain model yang diduga perkembangan pertumbuhan ekonomi
tepat/sesuai atau tidak. Jika hasilnya pada tahun 2004 – 2010 dapat dilihat
signifikan, maka H0 ditolak dan H1 pada gambar 1.
diterima. Sedangkan jika hasilnya tidak Sedangkan perkembangan tingkat
signifikan, maka H0 diterima dan H1 kemiskinan pada tahun 2004-2010 dapat
ditolak. Hal ini dapat juga dikatakan dilihat pada tabel 1.
sebagai berikut: H0 ditolak jika F hitung

7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2004 – 2010


Sumber: World bank dan BPS (diolah)

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Menurut Daerah,


2004-2010

Sumber: BPS

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010 361


Pengaruh Produk Domestik Bruto… (Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto)

Berdasarkan data diatas, jumlah analisis masing-masing propinsi dapat


penduduk miskin menujukkan angka diinterpretasikan pada tabel 2.
yang cenderung menurun, Jumlah Berdasarkan tabel 2, dapat
penduduk miskin di Indonesia pada diketahui nilai constanta masing-masing
Maret 2010 turun menjadi 31,02 juta propinsi. Nilai constanta tertinggi adalah
orang (13,33 persen) jika dibandingkan Irian Jaya Barat yaitu sebesar 23,016
dengan penduduk miskin pada Maret berarti kemiskinan (Ln Y) di Irian Jaya
2009 yang berjumlah 32,53 juta (14,15 Barat sebesar 23,016% pada saat PDRB
persen). (Ln X1), dan IPM (Ln X2) sama dengan
Jumlah penduduk miskin di daerah atau dianggap nol (konstan). Sementara
perkotaan turun lebih besar daripada constanta terendah adalah Kalimantan
daerah perdesaan. Selama periode Maret Selatan yaitu sebesar 21,445 yang berarti
2009-Maret 2010, penduduk miskin di kemiskinan (Ln Y) di Kalimantan
daerah perkotaan berkurang 0,81 juta Selatan sebesar 21,445% pada saat
orang, sementara di daerah perdesaan PDRB (Ln X1), dan IPM (Ln X2) sama
berkurang 0,69 juta orang. Persentase dengan atau dianggap nol (konstan). Hal
penduduk miskin antara daerah ini mengindikasikan ketika PDRB dan
perkotaan dan perdesaan tidak banyak IPM dalam kondisi konstan, maka angka
berubah dari Maret 2009 ke Maret 2010. kemiskinan tertinggi akan terjadi di Irian
Pada Maret 2009, sebagian besar (63,38 Jaya Barat.
persen) penduduk miskin berada di Adapun nilai β1 merupakan
daerah perdesaan begitu juga pada Maret koefisien regresi variabel PDRB (Ln X1)
2010, yaitu sebesar 64,23 persen. untuk semua propinsi sebesar -0,011
Untuk menekan angka kemiskinan, berarti ada pengaruh negatif antara
seringkali pemerintah mengambil PDRB terhadap kemiskinan sebesar
langkah untuk meningkatkan 0,011%. Apabila PDRB (Ln X1) naik
pertumbuhan ekonomi dengan sebesar 1% maka Kemiskinan (Ln Y)
mengharapkan terjadinya efek menetes akan mengalami penurunan sebesar
ke bawah (trickle down effect), selain itu 0,011%. Sebaliknya apabila PDRB (Ln
untuk mengatasi kemiskinan juga perlu X1) turun sebesar 1% maka Kemiskinan
ditingkatkan indeks pembangunan (Ln Y) akan naik sebesar 0,011%.
manusia (IPM). Peningkatan Sedangkan nilai β2 merupakan
pertumbuhan ekonomi erat kaitannya koefisien regresi variabel IPM (Ln X2)
dengan peningkatan PDB atau PDRB untuk semua propinsi sebesar -4,582
jika dalam lingkup daerah. berarti ada pengaruh negatif antara IPM
Oleh karena itu untuk mengetahui terhadap kemiskinan sebesar 4,582%.
besarnya pengaruh PDRB, IPM terhadap Apabila IPM (Ln X2) naik sebesar 1%
kemiskinan dilakukan analisis data panel maka Kemiskinan (Ln Y) akan
dengan pendekatan Random effect. mengalami penurunan sebesar 4,582%.
Model ini dipilih dikarenakan Sebaliknya apabila IPM (Ln X2) turun
berdasarkan Hausman’s Test nilai sebesar 1% maka Kemiskinan (Ln Y)
statistik Hausman (2.539) lebih kecil dari akan naik sebesar 4,582%. Bagaimana
nilai kritis chi square (9,2103), maka variabel-variabel berpengaruh terhadap
model yang tepat untuk analisis adalah kemiskinan di propinsi yang ada di
model Random Effect daripada model Indonesia dapat terlihat pada tabel 3.
Fixed Effect. Adapun model hasil

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010 363


Pengaruh Produk Domestik Bruto… (Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto)

Tabel 2. Model Pengaruh PDRB dan IPM terhadap Kemiskinan di masing-masing


Propinsi
Propinsi Model
Naggroe Aceh Darussalam 22,863 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Sumatera Utara 22,403 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Sumatera Barat 22,188 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Riau 22,293 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Jambi 22,023 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Sumatera Selatan 22,653 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Bengkulu 22,758 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Lampung 22,669 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Bangka Belitung 21,955 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Kepulauan Riau 22,169 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
DKI Jakarta 21,542 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Jawa Barat 22,279 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Jawa Tengah 22,694 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
DI Yogyakarta 22,788 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Jawa Timur 22,589 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Banten 21,740 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Bali 21,520 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Nusa Tenggara Barat 22,494 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Nusa Tenggara Timur 22,637 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Kalimantan Barat 21,984 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Kalimantan Tengah 22,098 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Kalimantan Selatan 21,445 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Kalimantan Timur 22,175 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Sulawesi Utara 22,294 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Sulawesi Tengah 22,627 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Sulawesi Selatan 22,157 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Sulawesi Tenggara 22,519 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Gorontalo 22,794 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Sulawesi Barat 22,363 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Maluku 22,987 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Maluku Utara 21,894 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Irian Jaya Barat 23,016 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2
Papua 22,807 – 0,011 ln X1 – 4,582 ln X2

Tabel 3. Pengaruh Masing-Masing Variabel terhadap GDP di ASEAN-5


Variabel Koefisien Probabilitas
Produk Domestik Regional Bruto – 0,011 ** 0.1320
Indeks Pembangunan Manusia – 4,582 * 0,0000
Keterangan:
* = signifikan pada α 5%
** = signifikan pada α 20%
R2 = 0,9928 atau 99,28%
F-stat = 136,47

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010 363


Pengaruh Produk Domestik Bruto… (Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto)

Dari hasil regresi data panel pengaruh paling dominan terhadap


tersebut dapat disimpulkan bahwa secara variabel terikat.
parsial PDRB (X1) dan IPM (X2) Berdasarkan hasil perhitungan dan
berpengaruh negatif dan signifikan dapat dilihat pada tabel 3, maka dengan
terhadap variabel terkait (Kemiskinan), membandingkan nilai probabilitas dari
hanya saja berbeda tingkat masing-masing variabel dapat diambil
signifikansinya yaitu untuk PDRB kesimpulan bahwa variabel yang
signifikan pada α 20% dan untuk IPM mempunyai pengaruh paling dominan
signifikan pada α 5%. Sedangkan secara terhadap besarnya kemiskinan adalah
simultan, nilai F hitung sebesar 136,47 IPM.
Sedangkan F tabel (α = 0.05 ; db regresi Pada penelitian ini variabel PDRB
= 2 : db residual = 60) adalah sebesar memiliki signifikansi pengaruh terhadap
4,00. Karena F hitung > F tabel yaitu kemiskinan hanya pada α 20%, hal ini
136,47 > 4,00 maka analisis regresi sesuai temuan dari world bank (2006)
adalah signifikan. Sehingga secara bahwa pertumbuhan ekonomi belum
simultan pengaruh PDRB (X1) dan IPM dapat secara signifikan mengurangi
(X2) terhadap Kemiskinan (Y) adalah kemiskinan dikarenakan pola dari
besar. pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu
Langkah berikutnya yaitu melihat terjadinya ketimpangan. Sejak tahun
nilai koefisien determinasi yang 1998, pertumbuhan bukan saja berjalan
digunakan untuk mengetahui kontribusi dengan tingkat yang lebih rendah, tetapi
variabel bebas terhadap variabel terikat. juga menjadi semakin kurang merata.
Koefisien determinasi (R2) maupun Sehingga Jumlah penduduk miskin tidak
koefisien determinasi yang disesuaikan akan dapat dikurangi secara signifikan
menunjukkan variabel penjelas dalam tanpa adanya pertumbuhan ekonomi
menjelaskan variasi variabel terikat. Jika yang bermanfaat bagi orang miskin.
nilai R2 semakin mendekati 1 maka Menurut world bank (2006) pada periode
dapat dinyatakan model semakin baik setelah krisis, berkurangnya penduduk
dengan asumsi tidak terjadi regresi miskin lebih banyak disebabkan karena
lancung. membaiknya stabilitas ekonomi dan
Adapun nilai koefisien determinasi turunnya harga bahan makanan.
R2 sebesar 0,9928 Artinya bahwa
99,28% variabel kemiskinan akan PENUTUP
dijelaskan oleh variabel bebasnya, yaitu Perekonomian indonesia mengala-
PDRB dan IPM. Sedangkan sisanya mi pertumbuhan ekonomi yang relatif
sebesar 0,72% variabel kemiskinan akan bagus akhir-akhir ini. Namun hal ini
dijelaskan oleh variabel-variabel yang belum memberikan pengaruh yang
lain yang tidak dibahas dalam penelitian signifikan terhadap pengurangan angka
ini. Model ini juga telah lolos uji kemiskinan.
autokorelasi dan multikolinieritas. Hasil analisis diperoleh nilai
Untuk mengetahui variabel yang PDRB di masing-masing propinsi belum
mempunyai pengaruh paling dominan terlalu besar dalam mengurangi angka
terhadap besarnya kemiskinan selama kemiskinan. Namun lebih dominan
periode penelitian dapat dilihat dari nilai pengurangan angka kemiskinan dari
probabilitas. Variabel bebas memiliki variabel IPM. Hal ini mengindikasikan
nilai probabilitas yang terendah pertumbuhan ekonomi yang terjadi
menunjukkan bahwa variabel tersebut belum pro orang miskin atau dalam kata
merupakan variabel yang memiliki

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010 364


Pengaruh Produk Domestik Bruto… (Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto)

lain belum banyak memberikan manfaat Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi


bagi orang miskin. Pembangunan (Edisi Keempat).
Temuan di atas menunjukkan Yogyakarta: STIE-YKPN.
bahwa permasalahan kemiskinan tidak
cukup hanya dipecahkan melalui Asian Development Bank. 2008.
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Melawan Kemiskinan di Asia
semata dengan mengharapkan terjadinya Pasifik.
efek menetes ke bawah (trickle down
effect). Peningkatan kualitas SDM akan Badan Pusat Statistik. 2010. Berita
mampu memberikan pengaruh yang Resmi Statistik. No. 45/07/Th.
besar terhadap pengurangan angka XIII, 1 Juli 2010
kemiskinan yang terjadi.
Metode pertumbuhan ekonomi Departemen Komunikasi dan
belum mampu sebagai problem solving Informatika. 2008. Mengurai
disebabkan kesalahan konsep ini dalam Benang Kusut Masalah
memandang kemiskinan yang harus Kemiskinan di Indonesia. Jurnal
dipecahkan, yakni kemiskinan yang Dialog Kebijakan Publik. Edisi 3 /
menimpa negara bukan kemiskinan yang November/Tahun II/2008.
menimpa individu. Juga konsep ini
menitikberatkan perhatiannya pada Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti,
aspek produksi barang dan jasa bukan 2008, Dampak Pertumbuhan
pada aspek pemenuhan kebutuhan Ekonomi Terhadap Penurunan
masayarakat. Jumlah Penduduk Miskin. Online
Oleh karena itu, kemiskinan yang at
harus dipecahkan adalah kemiskinan http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/
yang menimpa individu sehingga yang pdffiles/PROS_2008_MAK3.pdf.
harus dilakukan adalah menjamin Diakses tanggal 15 Januari 2011.
pemenuhan kebutuhan pokoknya serta
mendorong mereka untuk memenuhi Mudrajad Kuncoro. 2003. Ekonomi
kebutuhan sekunder dan tersiernya, dan Pembangunan: Teori, Masalah
jalan untuk mencapainya adalah dengan dan Kebijakan. (2nd ed.).
menciptakan distribusi ekonomi yang Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
adil (pemerataan) di tengah-tengah
masyarakat atau dengan kata lain Nssah, B. Essama dan Lambert, Peter J.
merubah pola pertumbuhan ekonomi 2006. Measuring the Pro-Poorness
yang salama ini terjadi ke arah of Income Growth within an
pertumbuhan ekonomi yang lebih Elasticity Framework. World Bank
berpihak kepada orang miskin. Policy Research Working Paper
4035

DAFTAR PUSTAKA Pantjar Simatupang dan Saktyanu K.


Dermoredjo, 2003, Produksi
Ahmad Sjafi’i dan Nur Aini Hidayati. Domestik Bruto, Harga, dan
2009. Genjot Anggaran Kemiskinan, dalam Media
Pendidikan-Redam Kemiskinan, Ekonomi dan Keuangan Indonesia,
dalam Gemari Edisi 101/Tahun Vol. 51, No. 3, Hal. 191 – 324.
X/Juni 2009: 68-69

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010 365


Pengaruh Produk Domestik Bruto… (Muhammad Sri Wahyudi Suliswanto)

Rasidin K. Sitepu dan Bonar M. Sinaga.


2004. Dampak Investasi Sumber
Daya Manusia terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan
Kemiskinan Di Indonesia:
Pendekatan Model Computable
General Equilibrium. Online at
http://ejournal.unud.ac.id/?module
=detailpenelitian&idf=7&idj=48&i
dv=181&idi= 48&idr=191.
Diakses tanggal 15 Januari 2011.

Sadono Sukirno. 2006. Ekonomi


Pembangunan (Edisi Kedua).
Jakarta: Kencana.

Sudarno Sumarto, dkk. 2004. Tata


Kelola Pemerintah dan
Penanggulangan Kemiskinan:
Bukti-bukti Awal Desentralisasi di
Indonesia. Lembaga Penelitian
SMERU

Sumitro Djojohadikusumo. 1995.


Perkembangan Pemikiran
Ekonomi Dasar Teori
Pertumbuhan dan Ekonomi
Pembangunan. Jakarta: LP3ES.

Todaro, Michael P. dan Stephen C.


Smith. 2004. Pembangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
kedelapan. Erlangga: Jakarta.

World Bank. 2006. Making the New


Indonesia Work for the Poor.

www.bps.go.id

www.worldbank.org

Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 8 No. 2 Desember 2010 366

Anda mungkin juga menyukai