Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN III

KARBOHIDRAT

NAMA : Alfiana

STAMBUK : A251 18 005

KELAS :C

KELOMPOK : I

ASISTEN : Dewi Masyitha

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2020
PERCOBAAN III

KARBOHIDRAT

I. Tujuan

Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk :

1. Membedakan antara gula pereduksi dan non pereduksi


2. Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal) atau keton
(Hemiketal) beda dan tidak beda

II. Dasar Teori

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak
karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan
keton atau turunan mereka. Salah satu perbedaan utama antara pelbagai tipe tipe karbohidrat ialah
ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis
enjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk dimer,
trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer.. Sedangkan monosakarida yang mengandung gugus aldehid
disebut aldosa.Glukosa, galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida
seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua atau delapan satuan
monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida (Fessenden, 1985).

Karbohidrat yang tidak bisa dihrolisis ke susunan yang lebih simpel dinamakan monosakarida,
karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi dua molekul monosakarida dinamakan disakarida. Sedangkan
karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi banyak molekul monosakarida dinamakan polisakarida.
Monosakarida bisa diklasifikasikan lebih jauh, jika mengandung grup aldehid maka disebut aldosa, jika
mengandung grup keton maka disebut ketosa. Glukosa punya struktur molekul C6H12 O6, tersusun atas
enam karbon, rantai lurus, dan pentahidroksil aldehid maka glukosa adalah aldosa. Contoh ketosa yang
penting adalah fruktosa, yang banyak ditemui pada buah dan berkombinasi dengan glukosa pada sukrosa
disakarida (Morrison, 1983).

Karbohidrat sangat beranekaragam sifatnya. Misalkan sukrosa dan kapas. Keduanya adalah
karbohidrat. Salah satu perbedaannya adalah berbagai tipe dari karbohidrat adalah ukuran
molekulya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang paling sederhana karena molekulnya
hanya hanya terdiri dari beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis menjadi
karbohidrat lainnya. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama membentuk dimer, trimer,
dan sebagainya dan akhirnya polimer. Dimer-dimer disebut disakarida. Disakarida merupakan
karbohidrat yang terbentuk dari dua molekul monosakarida yang dapat berikatan dengan gugus –
OH. Sukrosa adalah suatu disakarida yang dapat dihidrolisis menjadi satuan glukosa dan satuan
fruktosa. Karbohidrat yang tersusun dari dua sampai sepuluh satuan disebut oligosakarida.
Oligosakarida adalah polimer derajat polimerisasi 2 sampai 10 yang biasanya dapat larut dalam
air. Jika lebih dari sepuluh satuan monosakarida disebut polisakarida. Polisakarida merupakan
polimer molekul-molekul monosakarida yang dapat berantai lurus atau dapat bercabang dan dapat
terhidrolisis dengan enzim-enzim yang spesifik (Winarnno, 1997).
Sukrosa merupakan gula yang dikenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu maupun dari
bit. Pada molekul sukrosa terdapat ikatan antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom
karbon nomor 1 pada glukosa dengan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen.
Kedua atom karbon tersebut adalam atom karbon yang mempunyai gugus –OH glikosidik, atau
atom karbon yang merupakan gugus aldehid pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa.
Sehingga molekul sukrosa tidak mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, atau tidak
mempunyai gugus –OH glikosidik. Uji iodin bertujuan untuk membuktikan adanya polisakarida
pada setiap sampel (Poedjiadi, 2005).
Amilum merupakan polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu pada sebagian besar
tumbuhan. Amilum terdiri atas duamacam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari
glukosa, yaitu amilase (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilum dapat dihidrolisis
sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat
dilakukan dengan bantuan enzim amilase (Poedjiadi, 2005).
Uji iodin merupakan uji yang akan memberikan perubahan warna bila bereaksi dengan
beberapa polisakarida. Pati meberikan warna biru gelap, dextrin memberikan warna merah,
glikogen memebrikan warna coklat kemerahan. Selulosa, disakarida dan monosakarida tidak
memberikan warna dengan iodine. Dalam uji iodin ini, digunakan dua sampel karbohidrat, yaitu
sukrosa dan amilum (Ratna, 2014).
Uji benedict merupakan uji yang bertujuan untuk mengidentifikasi karbohidrat pereduksi
dan non pereduksi. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau
keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat
untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan
hijau, merah, orange,atau merah bata serta adanya endapan (Winarno, 1985).
Pereaksi benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan
natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian
mengendap sebagai Cu2O (endapan merah bata). Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat
membuat peraksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau,
kuning atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang
diperiksa (Winarno, 1985).
Gula pereduksi merupakan golongan gula (karbohidrat) yang dapat mereduksi senyawa-
senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula
pereduksi adalah ujung yang mengandung gugus aldehida atau keto bebas. Semua monosakarida
(glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida (laktosa,maltosa), kecuali sukrosa dan pati
(polisakarida), termasuk sebagai gula pereduksi. Umumnya gula pereduksi yang dihasilkan
berhubungan erat dengan aktivitas enzim, yaitu semakin tinggi aktivitas enzim maka semakin
tinggi pula gula pereduksi yang dihasilkan. Jumlah gula pereduksi yang dihasilkan selama reaksi
diukur dengan menggunakan pereaksi asam dinitro (Herman, 2013).
Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono
dan oligosakarida, Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida
yang terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang
menagdung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa
berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat
mereduksi. Berat molekut polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta.
Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. beberapa polisakarida
yang penting diantaranya adalah amilim, glikogen, dekstrin dan selulosa (Lehninger, 1985).
III. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

a. Alat
• Pipet tetes
• Tabung reaksi
• Rak tabung reaksi
• Gelas ukur 10 mL
• Gelas kimia 500 mL
• Penangas listrik
• Stopwacth
• Plat tetes
• Kertas lakmus
b. Bahan
• Sukrosa
• fruktosa
• glukosa
• larutan HCl
• larutan NaOH
• Larutan Molisch
• Larutan tollens
• Larutan Benedict
• Larutan ɑ naftol
• Etanol
• Asam sulfat pekat
• Aquades
IV. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

a. Uji Molisch
1. Menyiapkan alat bahan yang digunakan
2. Memasukkan 3 mL sukrosa dan menambahkan 1 ml larutan ɑ Naftol kedalam tabung reaksi
1
3. Memasukkan 3 ml glukosa dan menambahkan 1 ml larutan ɑ Naftol kedalam tabung reaksi
2
4. Memasukkan 3 ml fruktosa dan menambahkan 1 ml larutan ɑ Naftol kedalam tabung rekasi
3
5. Memasukkan 3 ml sukrosa dan menambahkan 1 ml larutan asam sulfat pekat kedalam tabung
rekasi 4
6. Memasukkan 3 ml glukosa dan menambahkan 1 ml larutan asam sulfat pekat kedalam
tabung reaksi 5
7. Memasukkan 3 ml fruktosa dan menambahkan 1 ml larutan asam sulfat pekat kedalam
tabung rekasi 6
8. Mengammati perubahan yang terjadi
9. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan
b. Uji Tollens
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memasukkan 3 ml glukosa dan 3 tetes pereaksi Tollens kedalam tabung reaksi 1
3. Memasukkan 3 ml sukrosa dan 3 tetes pereaksi Tollens kedalam tabung reaksi 2
4. Memanaskan tabung reaksi 1 dan 2
5. Mengamati perubahan yang terjadi
6. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan
c. Uji Benedict
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Memasukkan 1 mL larutan Benedict dan 5 ml larutan sukrosa kedalam tabung reaksi 1
3. Memasukkan 1 mL larutan Benedict dan 5 ml larutan fruktosa kedalam tabung reaksi 2
4. Memasukkan 1 mL larutan Benedict dan 5 ml larutan glukosa kedalam tabung reaksi 3
5. Memanaskan ketiga tabung reaksi pada air mendidih diatas penangas listrik
6. Mengamati perubahan warna yang terjadi
7. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan
d. Hidrolisa Sukrosa oleh asam
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memasukkan 4 ml sukrosa dan 4 ml larutan HCl 10% kedalam tabung reaksi
3. Memanaskan tabung reaksi dengan air mendidih diatas penangas listrik selama 15 menit
4. Mendinginkan pada suhu ruang
5. Menambahkan 4 mL NaOH 10% kedalam tabung reaksi
6. Menambahkan 2 mL larutan Benedict kedalam tabung reaksi
7. Mengamati perubahan warna yang terjadi
8. Mencatat hasil pengamatan pada tabel hasil pengamatan
V. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

No Perlakuan Hasil Pengamatan


1. Uji Molisch
1. Tabung 1, 3 mL sukrosa + 1 mL ɑ Naftol Larutan keruh
1,5 M
2. Tabung 2, 3 mL glukosa + 1 mL ɑ Naftol Larutan keruh
1,5 M
3. Tabung 3, 3 mL fruktosa + 1 mL ɑ Naftol Larutan keruh
1,5 M
4. Tabung 1, 3 mL sukrosa + 1 mL asam sulfat Larutan terpisah, terbentuk
pekat cincin bening
5. Tabung 2, 3 mL glukosa + 1 mL asam sulfat Larutan terpisah, terbentuk
pekat cincin berwarna kuning
6. Tabung 3, 3 mL fruktosa + 1 mL asam sulfat Larutan terpisah, terbentuk
pekat cincin bening

2. Uji Tollens
1. Tabung 1, 3 ml glukosa dan 3 tetes pereaksi Larutan berwarna hitam dan
Tollens + dipanaskan terdapat cermin perak
2. Tabung 2, 3 ml sukrosa dan 3 tetes pereaksi Larutan bening dan tidak
Tollens + dipanaskan terjadi perubahan

3. Uji Benedict
1.Tabung 1, 1 mL larutan Benedict + 5 ml larutan Larutan berwarna kuning dan
sukrosa + dipanaskan terdapat endapan berwarna
hijau
2.Tabung 2, 1 mL larutan Benedict + 5 ml larutan
fruktosa + dipanaskan
Larutan berwarna biru, tidak
3.Tabung 3, 1 mL larutan Benedict + 5 ml larutan
terjadi perubahan
glukosa + dipanaskan
Larutan berwarna orange
-
4. Hidrolisa sukrosa oleh asam
- 4 ml sukrosa + 4 ml larutan HCl 10 % + Larutan bening
dipanaskan selama 15 menit
- Didingankan pada suhu ruang + 4 mL Naoh Larutan menjadi kekuningan
10 %
- + 2 ml larutan Benedict Larutan menjadi kuning pekat
VI. Reaksi – Reaksi

1) Uji Molisch

2) Uji Tollens
3) Uji Benedict

4) Hidrolisa sukrosa dengan asa


VII. Pembahasan

Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam.
Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida
aldehida dan keton atau turunan mereka. Salah satu perbedaan utama antara pelbagai tipe tipe
karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tidak
dapat dihidrolisis enjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat bersama-sama
membentuk dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer.. Sedangkan monosakarida yang
mengandung gugus aldehid disebut aldosa.Glukosa, galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya
adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun
dari dua atau delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida (Fessenden, 1985).

Tujuan dilakukannya percobaan ini, yaitu untuk Membedakan antara gula pereduksi dan
non pereduksi dan Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) atau keton (Hemiketal) beda dan tidak beda. (staf pengajar kimia organik lanjut,
2020).

Prinsip dasar dari percobaan ini adalah untuk membedakan antara gula pereduksi dan non
pereduksi dan membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid (hemiasetal)
dan keton (hemiketal) beda dan tidak beda dengan menggunakan beberapa uji. (staf pengajar
kimia organik lanjut, 2020)

Prinsip kerja pada percobaan ini adalah untuk membedakan antara gula pereduksi dan
non pereduksi dan membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) dan keton (hemiketal) beda dan tidak beda melalui beberapa uji yaitu uji Molisch,
uji Tollens, uji Benedict dan hidrolisa sukrosa dengan asam pada sukrosa glukosa dan fruktosa.
(staf pengajar kimia organik lanjut, 2020).

Perlakuan-perlakuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

a. Uji Molisch
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, selanjutnya
memasukkan 3 mL sukrosa kedalam tabung reaksi 1, fungsi sukrosa adalah sebagai gula atau
disakarida yang akan diuji atau diamati. Kemudian menambahkan 1 ml larutan ɑ Naftol.
Fungsi dari penambahan α-naftol adalah agar alfa naftol digunakan sebagai pereaksi untuk
mendeteksi keberadaan karbohidrat dan akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Hasil yang diperoleh adalah larutan keruh.(staf pengajar kimia organik,
2020).
Tabung reaksi 2, Memasukkan 3 ml glukosa. fungsi glukosa adalah sebagai gula atau
disakarida yang akan diuji atau diamati. Kemudian menambahkan 1 ml larutan ɑ Naftol.
Fungsi dari penambahan α-naftol adalah agar alfa naftol digunakan sebagai pereaksi untuk
mendeteksi keberadaan karbohidrat dan akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Hasil yang diperoleh adalah larutan keruh.(staf pengajar kimia organik,
2020).
Tabung reaksi 3, Memasukkan 3 ml fruktosa. fungsi fruktosa adalah sebagai gula atau
disakarida yang akan diuji atau diamati. Kemudian menambahkan 1 ml larutan ɑ Naftol.
Fungsi dari penambahan α-naftol adalah agar alfa naftol digunakan sebagai pereaksi untuk
mendeteksi keberadaan karbohidrat dan akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks
berwarna ungu. Hasil yang diperoleh adalah larutan keruh.(staf pengajar kimia organik,
2020).
Tabung reaksi 4, Memasukkan 3 ml sukrosa. fungsi sukrosa adalah sebagai gula atau
disakarida yang akan diuji atau diamati. Kemudian menambahkan 1 ml larutan asam sulfat
pekat. Penggunaan asam sulfat pekat berfungsi untuk mendehidrasi karbohidrat menjadi
senyawa furfural. Hasil yang diperoleh adalah Larutan terpisah, terbentuk cincin bening
.(staf pengajar kimia organik, 2020).
Tabung reaksi 5, Memasukkan 3 ml glukosa. fungsi glukosa adalah sebagai gula atau
disakarida yang akan diuji atau diamati. Kemudian menambahkan 1 ml larutan asam sulfat
pekat. Penggunaan asam sulfat pekat berfungsi untuk mendehidrasi karbohidrat menjadi
senyawa furfural. Hasil yang diperoleh adalah Larutan terpisah, terbentuk cincin berwarna
kuning.(staf pengajar kimia organik, 2020).
Tabung reaksi 5, Memasukkan 3 ml fruktosa. fungsi fruktosa adalah sebagai gula atau
disakarida yang akan diuji atau diamati. Kemudian menambahkan 1 ml larutan asam sulfat
pekat. Penggunaan asam sulfat pekat berfungsi untuk mendehidrasi karbohidrat menjadi
senyawa furfural. Hasil yang diperoleh adalah Larutan terpisah, terbentuk cincin bening.(staf
pengajar kimia organik, 2020).
Berdasarkan hasil yang diperoleh bila dibandingkan dengan literatur tidak sesuai
dengan literatur, dimana hasil yang diperoleh tidak terbentuk cincin berwarna ungu
sedangkan pada uji Molisch uji positifnya adalah terbentuk cincin berwarna ungu. Hal ini
disebabkan karena tidak hati-hati dalam menambahkan pereaksi sehingga cincin ungunya
menjadi rusak.(Winarno, 2008)
b. Uji Tollens
Pertama- tama adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan kemudian
pada Tabung 1 masukkan 3 ml glukosa. Fungsi dari glukosa adalah sebagai gula yang akan
diuji atau diamati. Kemudian menambahkan 3 tetes pereaksi Tollens. Fungsi dari pereaksi
Tollen adalah suatu oksidator / pengoksidasi lemah yang dapat digunakan untuk mengoksidasi
gugus aldehid, -CHO menjadi asam karboksilat, - COOH. Senyawa-senyawa yang
mengandung gugus aldehid dapat dikenali melalui uji tollens. Selanjutnya memanaskan
tabung reaksi tersebut. Fungsi dari pemanasan itu sendiri adalah untuk mempercepat reaksi
pembentukan cermin perak. Hasil yang diperoleh adalah Larutan berwarna hitam dan terdapat
cermin perak.(staf pengajar kimia organik lanjut, 2020).
Tabung reaksi 2, memasukkan 3 ml sukrosa. Fungsi dari sukrosa adalah sebagai gula
yang akan diuji atau diamati. Kemudian menambahkan 3 tetes pereaksi Tollens. Fungsi dari
pereaksi Tollen adalah suatu oksidator / pengoksidasi lemah yang dapat digunakan untuk
mengoksidasi gugus aldehid, -CHO menjadi asam karboksilat, - COOH. Senyawa-senyawa
yang mengandung gugus aldehid dapat dikenali melalui uji tollens. Selanjutnya memanaskan
tabung reaksi tersebut. Fungsi dari pemanasan itu sendiri adalah untuk mempercepat reaksi
pembentukan cermin perak. Hasilnya adalah larutan bening dan tidak terjadi perubahan.(staf
pengajar kimia organik lanjut, 2020).
Berdasarkan hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan literatur adalah pada
glukosa telah sesuai dengan literatur yakni terbentuk cermin perak. Namun pada sukrosa hasil
tidak sesuai dengan Literatur. Seharusnya Tollens yang mengandung perak nitrat akan
bereaksi positif dengan karbohidrat yang diujikan yaitu sukorosa dan setelah dipanaskan
karbohidrat yang diuji akan mereduksi Ag2+ menjadi Ag+ dan menghasilkan endapan yang
menempel pada dinding tabung, yaitu endapan cermin perak. Hal ini tidak terjadi karena
kurangnya ketelitian praktikan dalam menambahkan pereaksi. (Kusbandari A, 2015)
c. Uji Benedict
Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Selanjutnya pada tabung reaksi 1, memasukkan 1 ml pereaksi Benedict. Fungsi dari pereaksi
Benedict adalah digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu sampel.
Selanjutnya menambahkan sukrosa sebanyak 5 ml. Fungsi dari sukrosa adalah sebagai gula
atau disakarida yang akan diuji atau diamati. Kemudian memanaskan tabung reaksi tersebut.
Fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi. Hasil yang diperoleh adalah
Larutan berwarna kuning dan terdapat endapan berwarna hijau.(staf pengajar kimia organik,
2020).
Selanjutnya pada tabung reaksi 2, memasukkan 1 ml pereaksi Benedict. Fungsi dari
pereaksi Benedict adalah digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu
sampel. Selanjutnya menambahkan fruktosa sebanyak 5 ml. Fungsi dari fruktosa adalah
sebagai gula atau disakarida yang akan diuji atau diamati. Kemudian memanaskan tabung
reaksi tersebut. Fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi. Hasil yang
diperoleh adalah Larutan berwarnabiru tidak terjadi perubahan.(staf pengajar kimia organik,
2020).
Selanjutnya pada tabung reaksi 3, memasukkan 1 ml pereaksi Benedict. Fungsi dari
pereaksi Benedict adalah digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu
sampel. Selanjutnya menambahkan glukosa sebanyak 5 ml. Fungsi dari glukosa adalah
sebagai gula atau disakarida yang akan diuji atau diamati. Kemudian memanaskan tabung
reaksi tersebut. Fungsi dari pemanasan adalah untuk mempercepat reaksi. Hasil yang
diperoleh adalah Larutan berwarna orange.(staf pengajar kimia organik, 2020).

Berdasarkan hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan literatur dimana


Pengujian benedict bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gula pereduksi pada sampel.
Sampel positif ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata di bawah sampel. Sampel
yang menunjukkan hasil positif adalah glukosa dan fruktosa. Glukosa dan fruktosa memiliki
gugus yang dapat mereduksi (pereduksi) sehingga hasil mengujian menunjukkan hasil yang
positif. Pada sampel sukrosa, tidak terjadi perubahan warna atau pembentukan endapan.
Menandakan sukrosa bukan tergolong gula pereduksi. Akan tetapi pada glukosa dan fruktosa
tidak sesuai literatur karena tidak terbentuk endapan merah bata, hasil in tidak sesuai dengan
literatur hal ini disebabkan karena kurang telitinya praktikan dalam melakukan pengujian atau
dalam penambahan pereaksi. (Kusbandari A, 2015).
d. Hidrolisa sukrosa oleh asam
Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Selanjutnya memasukkan 4 ml sukrosa kedalam tabung reaksi. Fungsi dari sukrosa adalah
sebagai sampel yang akan diuji atau diamati. Kemudian menambahkan 4 ml larutan HCl 10%
kedalam tabung reaksi. Fungsi dari HCl adalah sebagai penghidrolisis. Memanaskan tabung
reaksi dengan air mendidih diatas penangas listrik selama 15 menit. Fungsi pemanasan adalah
menghidrolisis sukrosa oleh Hcl dalam keadaan panas. Mendinginkan pada suhu ruang . Lalu
menambahkan 4 mL NaOH 10%. Fungsi dari NaOH adalah untuk menetralkan. Kemudian
Menambahkan 2 mL larutan Benedict. Fungsinya adalah untuk menunjukan uji positif. Hasil
yang diperoleh adalah larutan berwarna kuning pekat.(staf pengajar kimia organik lanjut,
2020).
Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan NaOH 2% yang selanjutnya diuji dengan
benedict sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji benedict menunjukkan adanya
gelembung dan perubahan warna dari yang sebelumnya adalah dari kuning brubah menjadi
kuning pekat. Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini ternyata tidak sesuai dengan
literatur yang telah saya temukan dari yang mengatakan gula pereduksi adalah gula yang
mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau
keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-
logam indikator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk dalam gula pereduksi adalah
glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam
gula non reduksi adalah sukrosa. Perbedaan hasil uji kami dengan pernyataan pada literatur
dapat terjadi dikarenakan kemungkinan kesalahan pada saat melakukan percobaan tersebut.
(Kusbandari A, 2015).
IX. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini adalah :

1. untuk membedakan gula pereduksi dan nonpereduksi dapat dilakukan dengan beberapa uji,
seperti uji Tollens, uji Benedict, dan Uji Molisch. Golongan gula pereduksi adalah glukosa
dan fruktosa sedangkan gula non pereduksi adalah sukrosa.
2. Fruktosa dan glukosa merupakan gula pereduksi yang memiliki gugus aldehid (Hemiasetal)
atau keton (Hemiketal) bebas sedangkan sukrosa tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, Ralp J. (1982). Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Herman. (2013). Kadar Gula Pereduksi dan Non Pereduksi. (Online)


Tersedia; http://organiksmakma3a12.blogspot.com/2013/03/kadar-gula-pereduksi-dan-non-
pereduksi.html
(diakses, 25 Desember 2014)

Kusbandari A. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati Umbi Ganyong
(Canna edulis Ker.). Pharmaҫiana. 5(1): 38

Lehninger. (1982). Dasar-dasar Biokimia jilid 1. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Morrison, Robert Thornton. 1983. Organic Chemistry Fourth Edit. New York:
New York University.

Poedjiadi. (2005). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.

Ratna. (2014). Uji Identifikasi Karbohidrat. (Online).


Tersedia; http://missratnaw.wordpress.com/2014/01/28/bio-kimia-pembahasan-uji-
identifikasi-karbohidrat/
(diakses, 28 Desember 2014).

Staf pengajar kimia organik.2020. Penuntun Praktikum kimia organik lanjut. Palu : UNTAD.

Winarno.F.G. (1985). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.S

Anda mungkin juga menyukai