Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH KEGAWATDARURATAN DASAR

“ PENGELUARAN MUNTAHAN PADA DEWASA”

Pembimbing :

Drs. Hendro Prasetyo, S.Kep, Ns., M.Kes

Oleh :

Kelompok 2

1. Tanti Krusita Dewi (P17331195007)


2. Ismi Ramadani .A.A. (P17331195008)
3. Septi Permatasari (P17331195009)
4. Ghora Vira .K.W.T (P17331195010)
5. Silva Maulina Putri (P17331195012)
6. Leli Ratna Karin .W. (P17331195063)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN JEMBER

TAHUN AJARAN 2019/2020


CHECKLIST AIRWAY MANAGEMENT
Nama : …………………………………………
NIM : …………………………………………

NILAI
ASPEK YANG
DINILAI 0 1 2
DEFINISI :
Pengelolaan jalan nafas atau airway management adalah prosedur
medis yang dilakukan untuk mencegah obstruksi jalan napas untuk
memastikan jalur nafas
terbuka antara paru-paru pasien dan udara luar.
TUJUAN :
1. Membuka jalan nafas sehingga aliran udara dapat masuk ke paru-
paru.
2. Menghilangkan sumbatan jalan nafas.
3. Mengatasi hipoksia dan mencegah perburukan hipoksia.
INDIKASI :
1. Pasien trauma kepala/leher
2. Pasien tidak sadar
3. Pasien yang mengalami gangguan jalan nafas
Tahap Pra Interaksi :
1. Siapkan alat-alat : sarung tangan
2. Cuci tangan
3. Evaluasi kebutuhan klien
Tahap Orientasi :
1. Memberi salam kepada keluarga
2. Memperkenalkan nama perawat pada keluarga
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga

PROSEDUR PELAKSANAAN
A. Pengkajian Jalan Nafas / Airway Assessment
Pengkajian airway dilakukan bersama-sama dengan breathing
menggunakan teknik L (look), L (listen) dan F (feel) yang
dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo waktu yang singkat.
LOOK:
Lihat apakah pasien agitasi/gelisah, mengalami penurunan
kesadaran, atau sianosis. Lihat juga apakah ada penggunaan
otot bantu pernafasan dan retraksi. Kaji adanya deformitas
maksilofasial, trauma leher trakea, dan debris jalan nafas
seperti darah, muntahan, dan gigi yang tanggal.

LISTEN:
Dengarkan suara nafas abnormal, seperti:
 Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan napas
setinggi faring
 Gurgling, (suara berkumur) menunjukkan adanya
cairan/ benda asing
 Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan
napas jalan napas setinggi larings (Stridor inspirasi)
atau setinggi trakea (stridor ekspirasi)
 Hoarseness, akibat sumbatan sebagian jalan napas
setinggi faring
 Afoni, pada pasien sadar merupakan petanda buruk,
pasien yang membutuhkan napas pendek untuk
bicara menandakan telah terjadi gagal napas
FEEL:
Gunakan sarung tangan bersih, atau steril jika terdapat luka.
 Rasakan aliran udara dari mulut/ hidung
 Palpasi posisi trakea terutama pada pasien trauma.
Palpasi trakea untuk menentukan apakah terjadi
deviasi dari midline.
 Palpasi apakah ada krepitasi

Pertimbangkan kemungkinan mengalami difficult airway


atau jalan nafas sulit saat intubasi, seperti dagu yang kecil,
pertumbuhan gigi yang menonjol, kegemukan, facial hair,
kehamilan.

B. Pengelolaan Jalan Nafas / Airway Management


Basic airway maintenance techniques:
1. Posisikan pasien dalam posisi terlentang, berada pada
permukaan yang rata/keras, datar dan kering. Perhatikan
cervical spine stabilisation
(stabilisasi/proteksi servikal-spine) dan in-line
immobilisation

(imobilisasi satu garis/sejajar dengan sumbu tubuh)


2. Buka jalan napas pasien dengan manuver head tilt-chin
lift atau jaw thrust.
3. Obstruksi hipofaring oleh lidah dan jaringan lunak pada
pasien tidak sadar dapat ditangani dengan manuver chin
lift atau jaw thrust.
Cara Membuka Jalan Nafas
Cara melakukan tehnik Head Tilt, Chin Lift
 Letakkan tangan pada dahi pasien
 Tekan dahi sedikit mengarah ke depan dengan
telapak tangan penolong
 Letakkan ujung jari tangan lainnya dibawah
bagian ujung tulang rahang pasien
 Tengadahkan kepala dan tahan/tekan dahi
pasien secara bersamaan sampai kepala pasien
pada posisi ekstensi.
Cara melakukan tehnik Jaw Thrust Manuver
 Letakkan kedua siku penolong sejajar dengan
posisi pasien
 Kedua tangan memegang sisi kepala pasien
 Penolong memegang kedua sisi rahang
 Kedua tangan penolong menggerakkan rahang
ke posisi depan secara perlahan
 Pertahankan posisi mulut pasien terbuka
Cara melakukan tehnik cross finger:
1) Silangkan ibu jari dan telunjuk penolong
2) Letakkan ibu jari pada gigi seri bawah pasien dan
jari telunjuk pada gigi seri atas
3) Lakukan gerakan seperti menggunting untuk
membuka mulut pasien.
4) Periksa mulut setelah terbuka apakah ada cairan,
benda asing yang menyumbat jalan nafas.

5. Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing


dalam rongga mulut dilakukan pembersihan manual
dengan sapuan jari (finger sweep).
6. Lakukan suction pada jalan nafas untuk menghilangkan
darah, muntahan, atau debris.
7. Ikuti teknik dasar menjaga jalan nafas di atas, kaji
kembali jalan nafas.
8. Jika dalam pengkajian ulang jalan nafas, obstruksi masih
ditemukan dan/atau pasien tetap tidak sadar, gunakan
oropharyngeal atau nasopharyngeal airway untuk
memperoleh dan/atau mempertahankan kepatenan jalan
nafas. Insersi nasopharyngeal airway merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan suspek fraktur basis
cranii.

Lepas sarung tangan dan cuci tangan.


Tahap Terminasi
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Mengevaluasi kesadaran dan kondisi pasien.
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan tapi tidak
lengkap/tidak sempurna 2 =
Dikerjakan dengan sempurna

CHECKLIST MEMASANG CERVICAL COLLAR

Nama : ………………………………………….
NIM:…………………………………...............
NILAI
ASPEK
YANG 0 1 2
DINILAI
DEFINISI :
Pemasangan cervical collar adalah memasang alat cervical
collar untuk immobilisasi leher (mempertahankan tulang
servikal). Pasien-pasien trauma seringkali mengalami trauma di
daerah servikal. Trauma di daerah servikal akan berakibat
buruk bila juga mengenai sumsum tulang belakang. Sehingga,
sangatlah penting untuk segera melakukan immobilisasi secara
efektif pada
kasus trauma servikal yang tidak stabil.
TUJUAN :
1. Immobilisasi dengan jalan menjaga kepala dalam posisi
netral dan agar tidak terjadi gerakan kepala dan leher ke
segala arah.
2. Mencegah pergerakan tulang servikal yang patah
3. Mencegah bertambahnya kerusakan tulang servikal dan
corda spinalis
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Melindungi jalan nafas dengan cara membatasi gerakan
fleksi pada pasien-pasien yang patensi jalan nafasnya dapat
terganggu bila posisi rahang dan lehernya tidak
dipertahankan
6. Mengurangi gerakan tulang servikal, terutama gerakan
fleksi, juga gerak rotasi, lateral, dan ekstensi
7. Menyangga berat kepala saat pasien dalam posisi duduk dan
membantu mempertahankan agar tulang servikal tetap pada
satu garis pada saat
pasien diposisikan berbaring.
INDIKASI :
Cervical collar digunakan pada kasus-kasus trauma kepala dan
leher. Apabila mekanisme trauma tidak diketahui, pasien harus
dilakukan imobilisasi untuk
mencegah terjadinya injuri potensial pada tulang servikal.
KONTRAINDIKASI :
1. Adanya pembedahan pada jalan nafas (misalnya
krikotiroidotomi dan trakeostomi) membutuhkan
modifikasi teknik imobilisasi servikal.
2. Dislokasi servikal yang ditandai dengan angulasi
atau abnormalitas anatomi.
3. Edema servikal yang hebat (misalnya akibat dari trauma
atau perdarahan trakea).
4. Adanya benda asing yang menempel pada daerah leher
seperti pisau, pecahan kaca, atau logam juga
menimbulkan kesulitan untuk melakukan imobilisasi
dengan menggunakancervical collar.
PERSIAPAN ALAT :
Cervical collar
Tahap Pra Interaksi :
1. Siapkan alat-alat
2. Cuci tangan
3. Evaluasi kebutuhan klien
Tahap Orientasi :
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan
PROSEDUR PELAKSANAAN
Pemasangan dilakukan oleh 2 penolong:
1. Penolong pertama melakukan immobilisasi secara manual
pada kepala dan leher
2. Penolong kedua mengukur leher dengan cara membuat garis
khayal dari dagu ke arah sudut rahang (angulus mandibula)
lalu tempatkan jari sampai pangkal leher (clavicula)
3. Tempatkan jari di tempat untuk mengukur pada neck collar,
lalu ganti ukuran pada neck collar
4. Masukkan neck collar di bawah leher dengan perlahan
jangan sampai posisi leher berubah
5. Lakukan sapuan dada lalu posisikan pada dagu sehingga
neck collar

mengelilingi leher
6. Setelah itu amankan neck collar dengan velcro
7. Pastikan collar pada posisi nyaman
8. Jaga posisi leher dan kepala selama proses pemasangan
9. Evaluasi kesadaran pasien/korban
Tahap Terminasi :
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi :
Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
Tahap Dokumentasi :
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1= Dikerjakan tapi tidak
lengkap/tidak sempurna 2=
Dikerjakan dengan sempurna

Dosen Pembimbing
CHECKLIST SUCTION

Nama : …………………………………… NIM : …………………………………

NILAI
ASPEK
YANG 0 1 2
DINILAI
Definisi :

Tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga


memungkinkkan terjadinya proses pertukaran gas yang
adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang
tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Tujuan :

1. Membebaskan jalan nafas


2. Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator).
Indikasi :
1. Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup
Persiapan Alat :

1. Kateter steril
2. Mesin Suction
3. Kom yang berisi larutan Nacl
4. Bengkok
5. Kasa atau handuk
6. Sarung tangan steril
7. Perlak pengalas
8. Masker
9. Pelumas
10. Tong spatel
11. Kom yang berisi Air desinfektan
12. Tissue
13. Baskom
Tahap Pra Interaksi :

4. Siapkan alat-alat
5. Cuci tangan
6. Evaluasi kebutuhan klien
Tahap Orientasi :

5. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang


disenangi
6. Memperkenalkan nama perawat
7. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
8. Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap Kerja :

1. Cuci tangan
2. Kenakan sarung tangan
3. Hubungkan satu ujung selang penghubung dengan mesin
penghisap dan ujung lain dengan kateter penghisap
yankauer. Isi mangkung dengan air
4. Periksa apakah berfungsi dengan baik dengan menghisap
sejumlah air
5. Pindahkan masker oksigen jika terpasang.
6. Masukkan kateter kedalam mulut sepanjang garis gusi ke
faring.
7. Gerakan kateter mengelilingi lubang mulut sampai sekresi
terangkat.
8. Dorong klien untuk batuk. Angkat makser oksigen
9. Bersihkan kateter dengan air didalam mangkuk atau
waskom, sampai selang terhubung bersih dengan sekresi.
Matikan penghisap
10. Kaji kembali status pernapasan klien
11. Angkat handuk, letakkan dikantung kotor untuk dicuci.
Lepaskan sarung tangan dan buang diwadah.
12. Reposisikan klien; posisi sim mendorong drainase dan
harus digunakan jika klien mengalami penurunan tingkat
kesadaran.
13. Buang air yang tersisa kedalam wadah yang tersedia.
14. Tempatkan selang penghubung didaerah kering dan bersih.
15. Cuci tangan.
Tahap Terminasi :

1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan


2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
3. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap Evaluasi :

Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan


kegiatan
Tahap Dokumentasi :

Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan


Keterangan :
0 = tidak dikerjakan
1= di kerjakan tapi tidak
lengkap/ tidak sempurna 2=
dikerjakan dengan sempurna

Dosen Pembimbing

( )

CHECKLIST PEMASANGAN OROPHARYNGEAL


TUBE/MAYO DAN
NASOPHARYNGEAL TUBE
Nama : ……………………………………………
NIM:…………………………………...............
NILAI
ASPEK
YANG 0 1 2
DINILAI
DEFINISI :
Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang
antara mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang
berfungsi untuk membebaskan
jalan nafas
TUJUAN :
Tujuannya untuk menjaga kepatenan jalan nafas pasien
INDIKASI :
1. Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran
2. Melindungi endotracheal tube dari gigitan pasien
3. Memfasilitasi suction pada jalan nafas
KONTRAINDIKASI :
1. Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar
ataupun semi sadar karena dapat merangsang muntah,
spasme laring.
2. Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.
3. Nasopharyngeal airway kontraindikasi dilakukan pada
pasien suspek fraktur basis cranii.
PERSIAPAN:
1. Persiapan Pasien
a. Informasikan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan
b. Posisikan klien terlentang, upayakan sedekat mungkin
dengan bagian atas tempat tidur
c. Pastikan pasien dalam keadaan aman untuk dilakukan
tindakan
d. Pastikan tidak terdapat reflek faring
2. Persiapan Alat
a. Oropharyngeal Tube/Mayo/Guedel
berbagai ukuran: Besar ukuran :
5
Tahap Orientasi :
1. Memberi salam kepada keluarga
2. Memperkenalkan nama perawat pada keluarga
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada keluarga
4. Menjelaskan tentang kerahasiaan

PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Cuci tangan, gunakan sarung tangan.
2. Pilihlah ukuran OPA dan NPA yang sesuai dengan pasien:
 Mayo diukur dari ujung bawah telinga ke sudut bibir
pasien (bagian datar di bibir).
 Sedangkan panjang nasal airway dapat diperkirakan
sebagai jarak antara lubang hidung ke lubang telinga, dan
kira-kira 2-4 cm lebih panjang dari oral airway.
3. Cara memasukkan OPA dan NPA:
 Masukkan OPA/mayo mengikuti salah satu cara dibawah
ini.
 Masukkan mayo secara terbalik sehingga bagian
atasnya menghadap kemuka. Sebagaimana mayo
mendekati dinding posterior Faring dekat lidah
belakang, putar mayo pada posisi yang seharusnya
(180º).
o Gunakan penekan lidah (tongue spatel), gerakkan
lidah keluar untuk menghindari terdorong ke
belakang masuk faring posterior. Masukkan jalan
napas oral ke dalam posisi yang seharusnya dengan
bagian atas masuk kebawah dan tidak perlu diputar.

 Masukkan nasal airway seperti Setiap pipa nasogastrik


yang dimasukkan melalui hidung, NPA harus dilubrikasi
sebelum dimasukkan.
4. Rapikan semua peralatan, lepaskan sarung tangan dan buang
di tempat yang disediakan.
5. Evaluasi status pernafasan klien, kenyamanan klien
6. Perawat mencuci tangan
Tahap Terminasi :
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan

2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

DOKUMENTASI
1. Catat ukuran dari jalan napas yang digunakan
2. Catat waktu prosedur dilakukan dan toleransi pasien
3. Catat setiap perubahan dalam status pasien dan atau setiap
komplikasi
4. Catat kecepatan dan sifat dari pernapasan

Keterangan :
0 = Tidak dikerjakan
1= Dikerjakan tapi tidak
lengkap/tidak sempurna 2=
Dikerjakan dengan sempurna

Dosen Pembimbing

( )

Anda mungkin juga menyukai