PERKAWINAN
HUKUM PERKAWINAN
.WAJIB,wajibnya seseorang untuk melaksanakan perkawinan,bila pria tersebut
dipandang dari segi fisik dan dorongan bilogisnya sudah mendesak untuk menikah.
.SUNNAH,jika seseorang dipandang segi fisik telah wajar,ada kemampuan untuk menikah
dan sanggup menahan diri dari perbuatan dosa(seksual/zina).
.MAKRUH,jika seseorang dilihat dari sudut fisik telah wajar untuk melaksanakan
perkawinan,namun dari segi dorongan bilogisnya belum mempunyai keinginan yang
begitu kuat.
3.Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna,
6.Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka atau budak yang mereka
memiliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
.pasal 70
3.seseorang menikahi bekas istrinya yang pernah dijatuhi 3 kali talak olehnya, kecuali
bekas istrinya tersebut pernah nikah dengan pria lain yang kemudian bercerai lagi ba’da
dukhul dari pria tersebut dan habis masa iddahnya.
4.perkawinan dilakukan antara dua orang yang mempunyai hubungan darah semenda dan
susunan sampai derajat tertentu yang menghalangi perkawinan menurut pasal 18 undang-
undang no.1 tahun 1974, yaitu:
b) berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu saudara, antara saudara,
antara seseorang dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya.
c) berhubungan semenda yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu atau ayah tiri.
d) berhubungan sesusuan yaitu orangtua sesusua, anak susuan, saudara sesusuan dan bibi
atau paman seseuan.
e) istri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau kemenak an dari istri atau istri-
istrinya.
.pasal72
1.Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkwinan apabila
perkawinan dilangsungkan dibawah ancaman yang melanggar hokum.
.pasal71