Anda di halaman 1dari 19

Analisis Model Studi

Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi untuk


menentukan diagnosisi ortodontik. Diagnosis yang menyeluruh akan menentukan
kelengkapan rencana perawatan. Rencana perawatan yang lengkap dan akurat
akan menentukan keberhasilan perawatan.
Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi pada
rahang atas maupun rahang bawah, serta penilaian terhadap hubungan oklusalnya.
Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannya dengan geligi pada rahang
lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.
Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam
arah:
 Sagital, meliputi: hubungan molar pertama, kaninus, dan insisif tetap, yaitu
maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III Angle; ukuran overjet, prognati
atau retrognati maksila maupun mandibula, dan crossbite anterior.
 Transversal, meliputi: pergeseran garis median, asimetri wajah, asimetri
lengkung gigi, dan crossbite posterior
 Vertikal, meliputi: ukuran overbite, deepbite, openbite anterior maupun
posterior, dan ketinggian palatum

Macam-Macam Analisis Model


1. Analisis Kesimetrisan Lengkung Gigi dalam Arah Sagital dan Transversal
Tujuan:
1. membandingkan kedudukan geligi sebelah kiri dengan geligi sebelah kanan
garis median
2. dalam rencan perawatan, diusahakan agar kedudukan gigi kiri dan kanan
menjadi simetris
3. memperkirakan perbedaan posisi gigi kiri dan kanan dalam arah sagital dan
transversal.

1
2

Prosedur:
 Beri tanda berupa titik pada permukaan incisal/oklusal setiap gigi rahang
atas dan rahang bawah:
- I1, I2 : pertengahan incisal
- C : puncak incisal
- P1, P2 : puncak bonjol bukal
- M1: central fossa
 Pengukuran dengan menggunakan symmetograph atau orthocross dengan
bidang orientasi pada mid palatal raphe dan bidang tuberositas
 Bandingkan posisi geligi kiri dan kanan menggunakan orthocross/
symmetograph tersebut dengan cara :
- Menentukan lengkung gigi yang paling mendekati normal (misalnya
regio1/ kanan lebih normal dibandingkan regio kiri 2/ kiri) sebagai
acuan.
- Meletakkan jarum symmetograph pada garis median model studi,
atau garis median orthocross berhimpit dengan garis median model
studi.
- Membandingkan titik-titik pada setiap gigi yang sama pada
lengkung regio sebelahnya terhadap lengkung yang dianggap
normal tersebut.
- Melakukan penilaian dalam arah transversal dan sagital.
 .Contoh hasil pemeriksaan
- Dalam bidang transversal: 16 menjauhi median line 1 mm
dibandingkan 26
- Dalam bidang sagital: 16 lebih ke anterior 1 mm dibandingkan 26
- Pengukuran pada setiap gigi yang dianggap malposisi, lalu
membuat kesimpulan akhir mengenai kesimetrisan kedua lengkung
gigi, misalnya:
o kedudukan gigi-gigi di regio 1, mejauhi median line
dibandingkan regio 2
3

o kedudukan gigi-gigi di regio 1, lebih ke anterior


dibandingkan regio 2.

A B

Gambar 1. Penilaian kesimetrisan lengkung gigi. A. Symmetograph, B. Untuk


menilai lengkung gigi, kedua jarum penunjuk pada symmetograph
diletakkan pada bidang median raphe.

2. Analisis Geligi Tetap


A. Perbedaan Ukuran Lengkung (Arch Length Discrepancy (ALD))
Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan panjang lengkung rahang dengan
panjang lengkung gigi sehingga diketahui berapa selisihnya agar dapat
ditentukan indikasi perawatannya.
Analisis ini dapat menggunakan 2 metode:
1) Metode Nance
Prosedur:
 Mengukur lebar mesiodistal masing-masing gigi dari mesial hingga
molar pertama permanen menggunakan jangka berujung runcing atau
jangka sorong. Jumlah lebar total menunjukkan ruangan yang
dibutuhkan untuk lengkung gigi yang ideal.
 Mengukur panjang lengkung rahang menggunakan kawat lunak
seperti brass wire atau kawat kuningan. Kawat ini dibentuk melalui
4

setiap gigi dan ditempatkan pada permukaan oklusal pada geligi


posterior sampai incisal edge pada gigi anterior.
 Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan ukuran panjang
lengkung gigi ideal dengan panjang lengkung rahang. Jika hasilnya
negatif berarti kekurangan ruangan, jika hasilnya positif berarti
terdapat kelebihan ruangan.

A B

Gambar 2. Pengukuruan panjang lengkung menurut Nance


menggunakan brass wire melibatkan gigi geligi di
mesial molar pertama. A. rahang atas, B.rahang bawah

2) Metode Lundstrom
Prosedur:
 Membagi lengkung gigi menjadi enam segmen, dengan dua gigi per
segmen, termasuk gigi molar permanen pertama
 Mengukur panjang lengkung gigi dengan menjumlahkan ukuran mesio
distal gigi untuk rahang atas: 16-26, rahang bawah: 36-46
o Diukur satu persatu menggunakan jangka yang kedua ujungnya
runcing ke arah lebar gigi yang paling besar
(aproksimal/mesiodistal). Posisi jangka dari arah atas tegak
lurus kepada daerah tersebut.
o Pada garis lurus yang telah disediakan pada status atau dapat
dibuat sendiri, masing-masing pengukuran gigi dipindahkan
dan dijumlahkan.
 Mengjumlahkan lebar masing-masing gigi pada setiap segmen
5

 Mengukur ruangan mesiodistal yang tersedia pada studi model setiap


segmen
o Pengukuran dengan jangka yang kedua ujungnya runcing, dari
mesial molar kedua kanan pada puncak papil gusi pada tiap
segmen
o Pada garis lurus yang telah disediakan pada status atau dapat
dibuat sendiri, masing-masing pengukuran rahang dipindahkan
dan dijumlahkan
 Selisih antara keduanya menunjukkan keadaan ruangan yang tersisa.

Gambar 3. Teknik pengukuran panjang lengkung rahang secara


segmental menurut Lundstrom

B. Analisis Bolton (Tooth Size Discrepancy (TSD))


Definisi:
Analisa Bolton adalah analisa rasio interdigitasi yang dirancang untuk
melokalisasi perbedaan ukuran gigi dengan membandingkannya dengan
standar yang normal sehingga kekurangan ruang rahang dapat ditentukan.
Hubungan ukuran mesiodistal gigi pada maksila dan mandibula yang benar
penting untuk menentukan ideal interdigitasi antara gigi maksila dan
mandibula.
Tujuan:
 mengetahui perbedaan ukuran gigi antara mandibula terhadap maksila
6

 membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet


yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai
 menentukan efek pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan
insisif
 Mengidentifikasi oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak
sesuai.
Analisa Bolton terbagi dua yaitu rasio anterior (6 gigi anterior) dan rasio
total (12 gigi dari M1 kanan-M1 kiri).
Prosedur:
 Mengukur dan mencatat ukuran mesiodistal gigi dalam mm
- 6 gigi anterior RA (13-23)
- 6 gigi anterior RB (33-43)
- 12 gigi RA (16-26)
- 12 gigi RB (36-46)
Pengukuran gigi sesuai dengan cara pengukuran pada analisis ALD.
 Menentukan rasio anterior
Jumlah 6 gigi anterior mandibula x 100 %
Jumlah 6 gigi anterior maksila
Rata-rata= 77,2 ± 1,65
 Menentukan rasio total
Jumlah 12 gigi anterior mandibula x 100 %
Jumlah 12 gigi anterior maksila
Rata-rata= 91,3 ± 1,91
 Jika rasio anterior > 77,2% ± 1,65, rasio total > 91,3% ± 1,91: maka
ukuran gigi maksila yang benar, mandibula terlalu besar dibanding
seharusnya
 Berdasarkan ukuran gigi maksila yang benar dilihat ukuran gigi
mandibula yang seharusnya pada tabel Bolton
7

 Jika rasio anterior < 77,2% ± 1,65, rasio total < 91,3% ± 1,91: maka
ukuran gigi mandibula yang benar, maksila terlalu besar dibanding
seharusnya
 Berdasarkan ukuran gigi mandibula yang benar dilihat ukuran gigi
maksila yang seharusnya pada tabel Bolton
 Ukuran gigi maksila pasien dikurangi dengan ukuran gigi maksila
pada tabel
 Hasil pengurangan merupakan selisih kelebihan ukuran gigi maksila

Gambar 5: Rasio Anterior dan Rasio Total Analisis Bolton


8

Tabel 1. Tabel Bolton digunakan untuk mengetahui ukuran ideal enam gigi
anterior dan kedua belas gigi, baik pada rahang atas maupun rahang
bawah.
C. Analisis Howes
Tujuan:
Untuk menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah
kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan apakah akan dilakukan
pencabutan gigi, memperluas lengkung gigi atau ekspansi.
Prosedur:
 Melakukan pengukuran:
- Panjang lengkung gigi: jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar
pertama kiri sampai dengan molar pertama kanan
- Lebar lengkung rahang: diameter basis apikal (jarak antara titik
terdalam fosa kanina kanan dan kiri (ujung apeks gigi 14-24) diukur
dari arah depan dari model gigi
- Lebar lengkung gigi: jarak antara puncak bonjol bukal gigi 14-24
diukur dari arah oklusal.
9

 Menghitung dengan rumus:


a). Basis apikal x 100 = .............. %
Jumlah mesio distal 16-26
b). Lebar lengkung gigi (puncak bonjol 14-24) = .............mm
Lebar lengkung rahang (basis apikal) = .............mm -
Selisih = .............mm
 Hasil Perhitungan
o Perhitungan a
- 44 % : basis apikal cukup lebar untuk semua gigi 16-26
- < 37% : lengkung basal sempit sehingga perlu ekstraksi
- 37-44% : dikategorikan dalam kasus yang meragukan. Mungkin
dilakukan pencabutan gigi atau ekspansi. Jika lebar lengkung gigi
lebih sempit dari lengkung rahang maka masih bisa ekspansi
- > 44% : lebar lengkung basal lebih besar dari lebar lengkung gigi
sehingga ekspansi dapat dilakukan dengan aman.
o Perhitungan b
- LLG > LLR (selisih +) : tidak bisa diekspansi
- LLG = LLR (selisih 0) : normal
- LLG < LLR (selisih -) : dapat diekspansi

D. Analisis Pont
Dalam lengkung gigi dengan susunan gigi teratur terdapat hubungan
antara jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisivus atas dengan lebar
lengkung inter premolar pertama dan inter molar pertama.
Tujuan:
 Untuk mengetahui apakah suatu lengkung gigi dalam keadaan kontraksi
atau distraksi atau normal.
o Kontraksi = kompresi = intraversion : sebagian atau seluruh lengkung
gigi lebih mendekati bidang midsagital.
o Distraksi = ekstraversion : sebagian atau seluruh lengkung gigi lebih
menjauhi bidang midsagital.
10

 Menentukan apakah dibutuhkan ekspansi ke lateral


 Menentukan sejauh mana ekspansi dapat dilakukan pada daerah premolar
dan molar
Prosedur:
 Mengukur lebar mesio distal 4 gigi anterior rahang atas (12, 11, 21, 22)
 Mengukur lebar lengkung gigi:
- regio premolar: jarak dari distal pit pada permukaan oklusal premolar
pertama kanan atas ke distal pit premolar pertama kiri atas
- regio molar: jarak dari mesial pit pada permukaan oklusal kanan atas
ke mesial molar pertama pit molar pertama kiri atas dan molar
 Menghitung dengan menggunakan rumus pont lebar lengkung gigi pada
regio premolar dan molar yang ideal
a). Premolar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100
80
b). Molar indeks: jumlah mesiodistal gigi 12-22 x 100
64
Pont menyarankan bahwa rasio gabungan insisif terhadap lebar
lengkung gigi melintang yang diukur dari pusat permukaan oklusal gigi,
idealnya adalah 0,8 pada fosa sentral premolar pertama dan 0,64 pada
fosa sentral molar pertama.
 Menentukan selisih antara kedua hasil yang didapat
o LLG pasien = LLG Pont, maka LLG pasien normal (selisih 0)
o LLG pasien < LLG Pont, maka LLG mengalami konstriksi (selisih -)
o LLG pasien > LLG Pont, maka LLG mengalami distraksi (selisih +)
 Pont juga menyarankan bahwa lengkung rahang atas dapat diekspansi
sebanyak 1-2 mm lebih besar dari idealnya untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya relaps.
11

Gambar 6. Pengukuran lebar lengkung gigi pada analisis Pont. Patokan


yang digunakan adalah sentral fosa premolar pertama
permanen dan molar pertama permanen

E. Analisis Kesling (Diagnostic Setup)


Analisis kesling merupakan cara untuk menggambarkan bagaimana
mengatasi masalah ruang dalam tiga dimensi, yaitu dengan melepaskan gigi
dari tulang basal model dan menempatkannya kembali ke dalam kedudukan
yang lebih baik.
Fungsi:
Sebagai suatu pertolongan praktis yang dapat dipakai untuk menentukan
diagnosis, rencana perawatan maupun prognosis perawatan suatu kasus secara
individual. Karena cara ini mampu untuk mendiagnosis, maka disebut
diagnostic setup model. Model yang telah disusun kembali dalam lengkung
gigi tersebut juga merupakan gambaran suatu hasil perawatan maka disebut
juga prognosis setup model.
Prosedur:
 model kasus RA-RB disiapkan
 memfiksasi model pada okludator yang sesuai, dengan membuat kedudukan
basis dari model sejajar dengan bidang oklusal (model RB). Bidang oklusal
dengan bidang mandibula sebaiknya membentuk sudut rata-rata 15°
 kemudian dimulai memotong/memisahkan gigi-gigi dari model tersebut
pada aproksimal kontaknya dengan suatu pisau/gergaji, caranya:
- membuat lubang dengan gergaji ± 3 mm di atas gingival margin (fornix)
antara gigi 11 dan 21
12

- dari lubang ini dibuat irisan arah horisontal kanan-kiri sampai M1


- dibuat irisan vertikal pada aproksimal M2-M1
- diberi tanda masing-masing gigi agar tidak keliru
- dibuat irisan vertikal pada setiap aproksimal
- masing-masing gigi dipisahkan
- menyusun kembali gigi-gigi tersebut dalam lengkung yang dikehendaki
dengan perantaraan wax
 Pada saat penyusunan kembali, analisis sefalometri digunakan untuk
memperkirakan letak dan angulasi gigi insisif.
 Untuk menjaga agar gigitan tidak berubah, dibuat gigitan lilin dalam
keadaan oklusi sentrik dan pemotongan tidak dilakukan pada seluruh gigi.
 Diagnostic setup akan memperlihatkan jumlah ruang yang tersedia dan yang
tersisa sehingga dapat membantu dalam memilih gigi mana yang akan
diekstraksi serta bagaimana pergerakan gigi untuk menutup ruang tersebut.

Modifikasi Cara Kesling


Prosedur:
 Hasil cetakan yang belum diisi gips disiapkan
 Mengisi cetakan dengan gips ± 3 mm dari gingival margin
 Wax ditunggu hingga keras kemudian diisi lagi dengan gips, tunggu,
cetakan dilepaskan
 Masing-masing gigi dipisahkan dengan terlebih dulu model difiksasi pada
okludator dan diberi tanda serta dipisahkan arah vertikal pada aproksimal
kontaknya
 Menyusun kembali gigi sesuai lengkung yang dikehendaki dengan cara
yang sama, untuk kasus:
o RB normal : RA mengikuti RB
o RA normal: RB mengikuti RA
o RA & RB tidak normal: tentukan RB lebih dulu
13

F. Metode Thompson and Brodie


Tujuan:
 untuk menentukan lokasi (daerah) sebab-sebab terjadinya deep overbite
 Deep overbite: suatu kelainan gigi dimana tutup menutup (over
lapping) gigi-gigi depan atas bawah sangat dalam menurut arah bidang
vertikal
 Normal overbite: rata-rata insisif sentral RA menutupi = 1/3 panjang
mahkota insisif sentral RB, normalnya adalah = 2 - 4 mm
 Dapat terjadi pada ketiga klas maloklusi Angle: kelas I, II, III
 Keadaan ini sangat tidak menguntungkan untuk kesehatan gigi geligi
tersebut dan perlu diketahui bagaimana pengaruhnya pada gigi anak-
anak.
 Beberapa hubungan yang mungkin terjadi :
o Deep overbite
o Palatal bite / Closed bite
o Shallow bite
o Edge to edge bite
o Cross bite = reversed bite
o Open bite
 Deep overbite dapat disebabkan:
a). Dental:
- Supra oklusi gigi-gigi anterior
- Infra oklusi gigi-gigi posterior
- Kombinasi supraoklusi dan infraoklusi
- Inklinasi lingual gigi-gigi P dan M
b). Skeletal:
- Ramus mandibula yang panjang
- Sudut gonion yang tajam
- Pertumbuhan procesus alveolaris yang berlebihan
c). Kombinasi
14

 Analisis deep overbite dapat dipelajari dari:


1). Cetakan model gigi-gigi penderita
2). Foto profil penderita
3). Langsung dari penderita
4). Dengan sefalometri radiografik
Prognosa:
1. Dental: baik
2. Skeletal: tidak menguntungkan
3. Deep overbite karena kalsifikasi yang buruk dari alveolaris dan basal bone
biasanya buruk

3. Analisis Geligi Campuran


Tujuan:
untuk mengevaluasi jumlah ruangan yang tersedia pada lengkung rahang
untuk digantikan oleh gigi permanen dan untuk penyesuaian oklusi yang
diperlukan.
Terdapat banyak metoda analisis geligi campuran. Secara umum, analisis
geligi campuran terbagi dalam tiga kelompok, yaitu:
a. analisis yang mengatakan bahwa ukuran geligi tetap yang belum erupsi
dapat diperkirakan berdasarkan gambaran radiografis
b. ukuran gigi kaninus dan premolar dapat diperkirakan berdasarkan ukuran
gigi-gigi permanen yang telah erupsi ke dalam rongga mulut
c. kombinasi kedua metoda tersebut.

A. Analisis Moyers
Diperkenalkan oleh Moyers, Jenkins dan staf ortodonsia Universitas
Michigan.
Dasar Pemikiran:
 Adanya korelasi antara satu kelompok gigi dengan kelompok lain.
Dengan mengukur jumlah lebar gigi dalam satu kelompok pada satu
15

segmen dimungkinkan dapat membuat suatu perkiraan yang tepat jumlah


lebar gigi-gigi dari kelompok lain dalam mulut yang sama.
 Berdasarkan penelitian, ukuran gigi insisif permanen rahang bawah
memiliki hubungan dengan ukuran kaninus dan premolar yang belum
tumbuh baik pada rahang atas maupun rahang bawah
 Kelompok gigi yang dipakai sebagai pedoman adalah 4 gigi insisif
permanen rahang bawah. Alasannya:
o Merupakan gigi permanen yang tumbuh paling awal
o Mudah diukur dengan tepat baik intraoral/ekstraoral (model)
o Ukurannya tidak bervariasi banyak dibanding RA
Tujuan:
untuk memprediksi kebutuhan ruang erupsi gigi C, P1 dan P2 yang belum
erupsi.
Keuntungannya:
 kesalahan sistematik yang minimal
 dapat dilakukan dengan cepat
 tidak memerlukan alat-alat khusus ataupun radiografi
 dapat dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian
khusus
 walaupun pengukuran dan penghitungan dilakukan pada model, tetapi
mempunyai tingkat ketepatan yang baik di dalam mulut
 metoda ini juga dapat dilakukan untuk menganalisis keadaan pada kedua
lengkung rahang.
Prosedur:
 mengukur lebar mesiodistal ke empat gigi insisivus permanen bawah,
dijumlahkan dan dicatat pada formulir pemeriksaan
 mencatat lebar ruang yang dibutuhkan untuk erupsi gigi C, P 1 dan P2, sisi
kanan dan kiri baik untuk rahang atas maupun rahang bawah sesuai
dengan tabel Moyers, dengan menggunakan prosentase 75%
16

 Ukuran tersebut dibandingkan dengan sisa ruangan yang tersedia setelah


keempat gigi insisif atas dan bawah disusun pada kedudukannya yang
benar pada rahang
 Ruangan yang tersedia bagi gigi 3, 4, 5 diukur dari distal insisif lateral,
hingga mesial molar pertama tetap
 Jumlah ruang yang harus tersedia pada rahang juga harus diperhitungkan
untuk penyesuaian hubungan gigi molar.
 Catatan : Jika posisi distal gigi molar dua desidui atau sisi mesial gigi
molar pertama atas dan bawah masih end to end bite ( sejajar ) pada
masing-masing sisi tambahkan kebutuhan ruang untuk penyesuaian
oklusi menjadi klas I Angle (Lee way space) rata-rata sebesar 0.9 mm
untuk rahang atas dan 1,7 mm untuk rahang bawah.
 Kemungkinan yang bisa terjadi:
- tidak ada sisa ruang
- kurang ruang
- kelebihan ruang.

Gambar 7. Pengukuran ruangan yang tersedia untuk gigi 3, 4, 5 dilakukan


setelah keempat geligi anterior menempati kedudukan yang
benar pada lengkung rahang
17

Tabel 2. Tabel probabilitas Moyers digunakan untuk memperkirakan


ukuran 3, 4, 5 yang akan erupsi, baik pada rahang atas maupun
rahang bawah. Droschl membedakan ukuran 3, 4, 5 berdasarkan
jenis kelamin

B. Tanaka-Johnston
Dasar:
Tanaka dan Johnston mengembangkan cara lain penggunaan keempat
insisif rahang bawah untuk memperkirakan ukuran kaninus dan premolar yang
belum erupsi.
Keuntungan:
 mempunyai keakuratan yang cukup baik dengan tingkat kesalahan yang
kecil
 sangat sederhana dan tidak memerlukan tabel atau gambaran radiografi apa
pun
Prinsip Perhitungannya:
Ukuran lebar kaninus dan premolar pada satu kuadran mandibula sama
dengan setengah ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 10,5 mm.
Sedangkan perkiraan lebar ukuran kaninus dan premolar pada satu kuadran
maksila sama dengan ukuran keempat insisif rahang bawah ditambah 11,0 mm.

C. Metode Nance
Dikemukakan pada tahun 1934, di Pasadena, Kalifornia, Amerika.
Dasar:
Adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi-gigi desidui dengan gigi
pengganti.
Tujuan:
18

Untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh cukup


tersedia/lebih/kurang ruang. Gigi-gigi yang dipakai sebagai dasar : c m1 m2

dan gigi pengganti 3 4 5.


Fungsi:
Untuk mengetahui besarnya Lee way space pada kasus-kasus mixed dentition.
Lee way space: selisih ruang antara ruang yang tersedia dan ruang yang
digunakan. Masing-masing sisi : RA : 0,9 mm RB : 1,7 mm.
Prosedur:
 Mempersiapkan: model RA dan RB, rontgen foto regio III, IV, V, dan
jangka sorong.
Metoda ini memerlukan gambaran radiografi yang jelas dan tidak
mengalami distorsi. Distorsi gambaran radiografi pada umumnya lebih
sedikit terjadi pada foto periapikal dibandingkan dengan foto panoramik.
Namun, meskipun menggunakan film tunggal, seringkali sulit untuk
menghindari distorsi terutama pada gigi yang panjang seperti kaninus,
sehingga pada akhirnya akan mengurangi tingkat akurasi.
 Membuat foto ronsen periapikal untuk gigi C, P 1 , P2 yang belum erupsi
pada ke empat sisi rahang
 Pada foto ronsen, diukur lebar mesiodistal masing-masing dan dilakukan
koreksi terhadap efek pembesaran dengan metode Huckaba yaitu lebar
mesiodistal P1 sesungguhnya dapat dihitung dengan rumus :
P1 : P1 Ro = M1 : M1 Ro
 Mengukur lebar mesiodistal M1 yang sudah erupsi langsung pada model
 Mhasil pengukuran yang sudah dikoreksi dan mencatatnya pada formulir
pemeriksaan.
 Menjumlahkan mesiodistal gigi-gigi desidui: c, m1, m2, lalu dibandingkan
dengan hasil pengukuran dari ronsen untuk gigi C, P1 dan P2
 Hasil perhitungan ini digunakan sebagai pertimbangan dalam pembuatan
lengkung ideal
 Kemungkinan :
19

o hasil 1=2 : cukup


o hasil 1<2 : kurang
o hasil 1>2 : kelebihan

A B
Gambar 8. Untuk menghitung perbesaran yang terjadi dilakukan
pembandingan antara ukuran pada A. Model studi
B. Gambaran radiografi periapikal

Referensi:

1. Rakosi, T., dkk. Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis.


Edisi I. Germany: Thieme Medical Publishers. 1993. hal. 3-4, 207-235.

2. Moyers, R.E. Handbook of Orthodontics. Edisi IV. Chicago : Year Book


Medical Publisher. 1988. hal 221-246.

3. Proffit, W.R., dkk. Contemporary Orthodontic. Edisi III. St. Louis :


Mosby, Inc. 2000. hal. 163-170.

4. https://www.scribd.com/doc/74967425/Analisis-Model-Studi-Ortodonti

Anda mungkin juga menyukai