Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pembangunan ekonomi merupakan salah satu hal yang menarik karena di
dalamnya terdiri dari banyak dinamika baik itu secara mikro maupun secara makro.
Pembangunan selalu menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif, oleh
karena itu di perlukan indikator sebagai tolak ukur terjadinya pembangunan. Suatu
negara akan dikatakan sukses dalam pembangunan ekonomi jika telah menyelesaikan
tiga masalah dalam pembangunan. Ketiga masalah tersebut adalah jumlah kemiskinan
yang terus meningkat, distribusi pendapatan yang semakin memburuk dan lapangan
pekerjaan yang tidak variatif sehingga tidak mampu menyerap para pencari kerja.
(Kuncoro, 2010).
Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.Kemiskinan sendiri
merupakan masalah yang menyangkut banyak aspek karena berkaitan dengan
pendapatan yang rendah, buta huruf, derajat yang kesehatan yang rendah dan
ketidaksamaan derajat antar jenis kelamin serta buruknya lingkungan hidup (World
Bank). Menurut World Bank (2004) dalam Wijayanto (2015) menyatakan bahwa
salah satu penyebab kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan asset (lack
of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
perumahan dan kesehatan serta kesehatan yang diterima (acceptable).
Kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan. Standar
hidup yang rendah dimanifestasikan secara kualitatif dan kuantitatif dalam bentuk
tingkat pendapatan yang sangat rendah, perumahan yang kurang layak, kesehatan
yang buruk, bekal pendidikan yang minim, atau bahkan tidak ada sama sekali, angka
kematian bayi yang tinggi, usia harapan hidup yang relatif sangat singkat dan peluang

1
2

mendapatkan kerja yang rendah.


Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik kabupaten/kota
Daerah Istimewa Yogyakarta yang terlihat pada Tabel 1.1 pada periode 2012 hingga
2018 jumlah penduduk miskin Daerah Istimewa Yogyakarta mengalamipenurunan
bisa dilihat pada tahun 2012 kabupaten yang jumlah penduduk miskinnya terbesar
adalah kabupaten Bantul sebesar 158,800ribujiwasedangkan yang terkecil adalah
kabupaten kota Yogyakarta sebesar 37,600ribujiwa. Pada tahun 2018 mengalami
penurunan, kabupaten Bantul sebesar 134,840ribujiwasedangkan kabupaten kota
Yogyakarta sebesar 29,750 ribujiwa

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota DI Yogyakarta
2012-2018 (jiwa)

Kabupaten/Kota 2012 2018


Kulonprogo 92.400 77.720
Bantul 158.800 134.840
GunungKidul 148.400 125.760
Sleman 116.800 92.040
Yogyakarta 37.600 29.750

*Sumber : BPS Yogyakarta 2019

Menurut Teori Malthus dalam Skuosen (2009) mengemukakan bahwa sumber


daya bumi tidak bisa mengimbangi kebutuhan populasi yang terus bertambah,
akibatnya kebutuhan manusia yang bersifat tidak terbatas berbanding terbalik dengan
jumlah sumber daya alam yang digunakan sebagai alat pemuas kebutuhan manusia
yang bersifat terbatas, hal ini mendorong manusia mendekati garis kemiskinan
dikarenakan ada persaingan yang cukup ketat dalam memenuhi kebutuhan. Akar
permasalahan kemiskinan kaitannya dengan jumlah penduduk yang tinggi adalah
3

keberadaan lapangan pekerjaan yang tidak bisa menampung kebutuhan angkatan


kerja yang tercipta tersebut, sehingga terciptalah pengangguran yang berujung
terhadap pembentukan kemiskinan. Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja dalam
perekonomian yang aktif mencari pekerjaan tetapi belum memperolehnya
(Sukirno,2004). Indikator yang digunakan untuk mengukur pengangguran dalam
penelitian ini adalah jumlah pengangguran terbuka. Dimana jumlah pengangguran
terbuka memberikan indikasi besarnya penduduk usia kerja yang termasuk dalam
pengangguran.
Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi sebuah daerah merupakan
permasalahan mendasar. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yakni kesejahteraan
rakyat serta menekan angka kemiskinan. Dan berdasarkan Tabel 1.4 bahwa jumlah
penduduk kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2014 sampai
dengan tahun 2018 bergerak naik atau selalu meningkat di setiap tahunnya.

Tabel 1.2
Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota DI Yogyakarta
2012-2018 (jiwa)

Kabupaten/Kota 2012 2018


Kulonprogo 398.672 425.758
Bantul 934.674 1.006.692
GunungKidul 692.579 736.210
Sleman 1.128.943 1.206.714
Yogyakarta 397.594 427.498
*Sumber:BPS Yogyakarta 2019
Pada tahun 2012 hingga 2018 jumlah penduduk kabupaten/kota Daerah Istimewa
Yogyakarta mengalami kenaikan. Kabupaten yang jumlah penduduk terbesar pada
tahun 2012 adalah kabupaten Sleman sebesar 1,128,943 ribu jiwa sedangkan yang
terkecil adalah kabupaten kota Yogyakarta sebesar 397,594ribu jiwa. Pada tahun 2018
4

kabupaten Sleman mengalami kenaikan sebesar 1,206,714 ribu jiwa sedangkan


kabupaten kota Yogyakarta sebesar 427,498 ribu jiwa.

Tabel 1.3
Jumlah Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota DI Yogyakarta
Tahun 2012-2018 ( jiwa)
Kabupaten/Kota 2012 2018
Kulonprogo 8.871 3.780
Bantul 18.253 15.730
Gunungkidul 8.124 9.249
Sleman 31.212 29.690
Yogyakarta 10.690 14.901
*Sumber:BPS Yogyakarta 2012-2018

Tabel 1.3 merupakan tabel yang menggambarkan jumlah pengangguran terbuka


di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode 2012 hingga 2018. Pada
tabel 1.3 dapat dilihat bahwa jumlah pengangguran terbuka di tahun 2014 hingga
2018. Pada tahun 2012 jumlah penganguran terbuka yang tertinggi berada pada
kabupaten Sleman sebesar 31,212 ribu jiwa dan pada tahun 2018 sebesar 14,902 ribu
jiwa. Sedangkan kabupaten yang jumlah pengangguran terbuka terendah pada tahun
2012 adalah kabupaten Gunungkidul sebesar 8,124 ribu jiwa dan pada tahun 2018
kabupaten yang terendah adalah Kulonprogo sebesar 3,780 ribu jiwa.
Penumpukan jumlah angkatan kerja tentu akan memberikan beban tambahan
bagi perekonomian suatu negara apabila tidak disertai dengan perluasan dan
penciptaan lapangan kerjanya. Pembangunan daerah pada hakikatnya di anjurkan
tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi saja namun juga
harus mempertimbangkan bagaimana kemiskinan yang dihasilkan dari suatu proses
pembangunan daerah tersebut. Sampai akhir tahun 1960 para ahli ekonomi percaya
bahwa cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi merupakan permasalahan mendasar,
5

karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak


tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan
angka kemiskinan(Agustina, Syechalad, & Hamzah, 2019).
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, penulis merasa
tertarik untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, jumlah pengangguran
terbuka terhadap jumlah penduduk miskin kabupaten/kota Daerah Istimewa Tahun
2012-2018.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang ditemukan,
penelitian terkait kemiskinan ini dibatasi agar tidak melebar dan tujuan penelitian bisa
tercapai,maka peneliti akan hanya melihat pada pengaruh jumlah penduduk dan
jumlah pengangguran terbuka yang berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin
di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2104-2018. Maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah penduduk miskin
di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Bagaimana pengaruh pengangguran terbuka terhadap jumlah penduduk
miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta.

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap jumlah penduduk
miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 - 2018;

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pengangguran terbuka terhadap


jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012 -
6

2018;

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini meliputi :
1. Bagi peneliti, khususnya untuk peneliti selanjutnya penelitian ini akan
memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang studi ekonomi
terkait kemiskinan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat memberi gambaran dan
informasi yang relevan bagi pemerintah provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dan instansi terkait , guna dapat menjadi bahan masukan
untuk menyusun kebijakan yang lebih berpengaruh untuk daerah
Yogyakarta. Terutama dalam hal menangani kemiskinan.

1.5. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi
objek penelitian yang masih perlu diuji dan dibuktikan secara empiris tingkat
kebenarannya dengan menggunakan data-data yang berhubungan. Berdasarkan
landasan serta penelitian yang relevan dan penjelasan di atas, diduga jumlah
penduduk dan jumlah pengangguran terbuka berpengaruhterhadap jumlah penduduk
miskin di kabupaten / kota Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012-2018.

1.6. SistematikaPenulisan
Rencana penulisan skripsi ini disajikan dalam sistematika penulisan, sebagai berikut:
7

BAB I : PENDAHULUAN
Padababinimenjelaskanmengenailatarbelakangmasalah, rumusanmasalah,
tujuanpenelitian, manfaatpenelitian, dansistematikapenulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Padababiniakanmenjelaskanlandasanteoridanstuditerkait. Landasanteori yang
berkaitandenganpermasalahandalampenelitian yang
meliputipengaruhjumlahpenduduk, jumlahpengangguranterbukaterhadapjumlah
penduduk miskindalampembangunanperekonomiandanstuditerkait yang
berisitentangpenelitiansebelumnya.

BAB III : METODE PENELITIAN


Pada bab ini menjelaskan mengenai lokasi penelitian, jenis dan sumber data,
metode analisis datayang akan digunakan dalam penelitian serta batasan operasional.

BAB IV : HASIL DAN ANALISIS


Pada bab ini akan diuraikan hasil analisis data dan pembahasan
berdasarkanrumusan masalah yang ada.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


Pada bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
yangdilakukan yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai