LAPORANPKM
LAPORANPKM
DI PUSKESMAS ….
Disusun Oleh :
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
1.3 Manfaat.......................................................................................................2
BAB V PEMBAHASAN...........................................................................................15
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan.................................................................................................16
6.2 Saran...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17
LAMPIRAN...............................................................................................................18
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam UUD No. 23 th 1993 tentang kesehatan menyebutkan bahwa sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis yang memiliki arti sehat bukan hanya sehat jasmani tetapi
juga rohani.
3
dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana
prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan
farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana
dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Oleh karena itu penting bagi seorang farmasis mengasah dan memperbarui
kemampuan atau Sumber Dayanya untuk menambah keilmuan tentang farmasi. Maka
bagi instalasi pendidikan yang mengajarkan tentang ilmu kefarmasian untuk memberikan
pelatihan Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Farmasi Puskesmas karena ilmu yang telah
di pelajari akan berguna dan akan berkembang pada saat melakukan Praktek Kerja
Lapangan.
1.2 Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
miligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat-alat, dan lain-lain.
4. Tersedia tempat dan alat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya
penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur, leaflet,
booklet dan majalah kesehatan.
5. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan
informasi obat. Antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi Spesialite
Obat Indonesia (ISO) dan Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI).
6. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.
7. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria, serum dan
vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
8. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar pemasukan
dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat dipantau dengan
baik.
9. Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk melakukan
pelayanan informasi obat.
2.2.3 Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan kesehatan. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan (Yanfar, 2004).
2.2.4 Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan dalam
rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan
dievaluasi. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua
tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu :
1. Perencanaan.
2. Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota.
3. Penerimaan.
4. Penyimpanan mengunakan kartu stok atau computer.
5. Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO.
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan pasien
(umum, miskin, asuransi), penyimpanan bendel resep harian secara teratur selama 3 tahun
6
dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita acara. Pengadministrasian termasuk
juga untuk:
a. Kesalahan pengobatan (medication error).
b. Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
c. Medication Record.
2.3 Prosedur Tetap Pelayanan Kefarmasian
2.3.1 Prosedur Tetap Penerimaan Resep
1. Menerima resep pasien.
2. Memeriksa kelengkapan resep, yaitu: nama, nomor surat ijin praktek, alamat dan
tanda tangan/ paraf dokter penulis resep, tanggal resep, nama obat, dosis, jumlah
yang diminta, cara pemakaian, nama pasien, umur pasien dan jenis kelamin.
3. Memeriksa kesesuaian farmasetik, yaitu: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
4. Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu
meminta persetujuan setelah pemberitahuan.
2.3.2 Prosedur Tetap Peracikan Obat
1. Membersihkan tempat dan peralatan kerja.
2. Mengambil wadah obat dari rak sesuai dengan nama dan jumlah obat yang diminta
dan memeriksa mutu dan tanggal kadaluarsa obat yang akan diserahkan pada
pasien.
3. Mengambil obat/ bahan obat dari wadahnya dengan menggunakan alat yang sesuai
misalnya sendok/ spatula.
4. Memberikan sediaan sirup kering harus dalam keadaan sudah dicampur air matang
sesuai dengan takarannya pada saat akan diserahkan kepada pasien.
5. Untuk sediaan obat racikan, langkah – langkah sebagai berikut :
a. Menghitung kesesuaian dosis.
b. Menyiapkan pembungkus dan wadah obat racikan sesuai dengan kebutuhan.
c. Menggerus obat yang jumlahnya sedikit terlebih dahulu, lalu digabungkan
dengan obat yang jumlahnya lebih besar, digerus sampai homogen.
d. Membagi dan membungkus obat dengan merata.
e. Tidak mencampur antibiotika di dalam sediaan puyer.
f. Sebaiknya puyer tidak disediakan dalam jumlah besar sekaligus.
6. Menuliskan nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket yang sesuai dengan
7
permintaan dalam resep dengan jelas dan dapat dibaca.
7. Memeriksa kembali jenis dan jumlah obat sesuai permintaan pada resep, lalu
memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai agar terjaga mutunya.
2.3.3 Prosedur Tetap Penyerahan Obat
1. Memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah dan cara penggunaan obat
dengan permintaan pada resep.
2. Memanggil dan memastikan nomor urut/ nama pasien.
3. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat.
4. Memastikan bahwa pasien telah memahami cara penggunaan obat.
5. Meminta pasien untuk menyimpan obat di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak-anak.
2.3.4 Prosedur Tetap Pelayanan Informasi Obat
1. Menyediakan dan memasang spanduk, poster, booklet, leaflet yang berisi informasi
obat pada tempat yang mudah dilihat oleh pasien.
2. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tertulis, langsung atau tidak langsung
dengan jelas dan mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana melalui
penelusuran literatur secara sistematis untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan.
3. Mendokumentasikan setiap kegiatan pelayanan informasi obat secara sistematis.
2.3.5 Prosedur Tetap Penanganan Obat Rusak atau Kadaluarsa
1. Identifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa.
2. Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dari penyimpanan obat lainnya.
3. Membuat catatan jenis dan jumlah obat yang rusak atau kadaluwarsa untuk dikirim
kembali ke instalasi farmasi kabupaten/kota.
2.3.6 Prosedur Tetap Pencatatan dan Penyimpanan Resep
1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (umum, gakin/gratis,
Asuransi).
2. Membendel resep yang mempunyai tanggal yang sama berdasarkan urutan nomor
resep dan kelompok pembiayaan pasien.
3. Membendel secara terpisah resep yang ada narkotiknya.
4. Menyimpan bendel resep pada tempat yang ditentukan secara berurutan
berdasarkan tanggal agar memudahkan dalam penelusuran resep.
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 (tiga) tahun dengan cara
dibakar.
8
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2.3.7 Prosedur Tetap Pemusnahan Resep
1. Memusnahkan resep yang telah disimpan tiga tahun atau lebih.
2. Tata cara pemusnahan:
a. Resep narkotika dihitung lembarannya.
b. Resep lain ditimbang.
c. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar.
9
BAB III
Puskesmas ….. berdiri sejak tahun ….., berdasarkan SK Bupati atau surat?….
yang terletak di Jl. …… Jember, sedangkan wilayah kerja puskesmas bareng meliputi …
kelurahan, yaitu kel. ….., Kel. ……, Kel. ……, Kel. …., Kel. ….. dan Kel. …….,
semuanya terletak di wilayah kecamatan ….. hingga sekarang. Dalam hal jumlah
penduduk yang berada di wilayah kerja Puskesmas…… pada tahun 2019 mengalami
penurunan/ Kenaikan dibanding pada tahun 2019, yaitu dari …. orang menjadi ,,,,,,
orang.
3.2 Data Umum
3.2.1 Tugas Puskesmas
Melaksanakan pelayanan penyembuhan, pencegahan, penyuluhan kesehatan
terhadap penderita yang datang di dalam gedung maupun diluar gedung.
3.2.2 Fungsi
Melayani masalah Kesehatan masyarakat melalui :
1. Memberikan pengertian tentang kesehatan melalui
penyuluhan-penyuluhan pada setiap kegiatan baik secara kelompok maupun
secara individual.
2. Memberikan contoh atau peragaan serta informasi cara
pencegahan terhadap penyakit, agar tidak terjangkit atau tertular suatu penyakit.
3. Memberikan pelayanan pertolongan pengobatan,
perawatan terhadap penderita perorangan / yang sakit yang datang ke Puskesmas
maupun posyandu tingkat pertama.
3.2.3 Susunan Organisasi
Sesuai dengan petunjuk dari dinas kesehatan Kabupaten Jember, tentang struktur
organisasi untuk puskesmas adalah (Data Terlampir).
12
BAB IV
3. Pengarsipan resep
13
Resep yang telah dilayani, dikumpulkan dan dibendel menurut tanggal penerimaan
resep, dan disimpan tersendiri.
4.2.2 Pelayanan K. I. E
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi ( KIE ) ini di apotek meliputi:
1. Cara pemakaian obat
Pasien diberi penjelasan tentang bagaimana cara penggunaan yang benar suatu
obat agar dapat memberikan efek terapi seperti yang diharapkan. Misalnya bagaimana
cara penggunaanya apakah dengan diminum, diteteskan, dioleskan maupun dengan cara
lain sesuai dengan etiket yang tertera.
Untuk resep yang mengandung antibiotik, maka disarankan pada pasien agar dia
menghabiskan obatnya walaupun keluhan yang dirasakan sudah hilang. Hal ini dilakukan
agar pada pasien tersebut tidak terjadi resistensi atau kekebalan pada suatu jenis bakteri
atau virus.
2. Waktu pemakaian obat
Pasien diberi tahu mengenai kapan obat tersebut harus diminum. Misalnya suatu
obat harus diminum pada pagi hari atau malam hari sebelum tidur, atau mungkin sebelum
maupun sesudah makan. Hal ini dilakukan agar obat dapat memberi efek terapi seperti
yang diharapkan, selain itu juga untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan.
3. Efek samping
Setiap obat pasti memiliki suatu efek samping ,Untuk itu setiap kali menyerahkan
obat kepada pasien, hendaklah seorang farmasis selalu memberi informasi yang benar dan
jelas tentang efek samping yang biasa ditimbulkan oleh obat tersebut, agar pasien tidak
merasa takut jika efek samping itu timbul setelah pasien meminum obat tersebut.
4.2.4 Pengelolaan obat
Pada proses pengelolaan obat sebelum dilakukan adanya pengadaan terlebih
dahulu dilakuakn adanya perencanaan,kemudian dilakukan pengadaan,
distribusi( Penerimaan, penyimpanan)
4.2.4.1 Perencanaan
Perencanaan obat merupakan suatu rangakain proses kegiatan menentukan jenis,
jumlah obat dalam rangka pengadaan. Tujuan dari perencanaan ini yaitu tersedianya jenis
dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan, menghindari terjadinya kekosongan obat,
dan meningkatkan efisiensi dan kerasionalan penggunaan obat.
14
Pada waktu pemilihan jenis obat perlu beberapa pertimbangan antara lain:
1. Pola penyakit.
2. Karakteristik pengunjung atau pasien.
3. DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional).
4. SK Menkes dan Mendagri No.394/Menkes/SK/VII/ 1981 dan No.196 tahun 1981
tentang pengadaan obat untuk berbagai tingkat pelayanan kesehatan.
5. Obat generik, Permenkes No.085/ Menkes/PER/I/1989 tentang kewajiban
menyediakan obat esensial dengan nama generik utuk kebutuhan Puskesmas dan
unit pelaksana tekinis.
Sumber data yang dipakai dalam perencanaan obat ini dari :
a. LPLPO
b. Kartu stok
4.2.4.2 Pengadaan/Permintaan Obat
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing puskesmas
diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II setempat
Kegiataan pengadaan /permintaan obat meliputi :
1. Permintaan rutin, dilakukan sesuai denagn jadwal yang disusun GFK (Gudang
Farmasi Kota) untuk masing-masing puskesmas.
2. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan Pemakaian
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
3. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan II dan selanjutnya
diselesaikan oleh GFK.
4.2.4.3 Distribusi
1. Penerimaan Obat
Penerimaan oabt merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola dibawahnya.
Tujuannya agar obat yang diterima sesuai denagn kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh puskesmas.
Petugas puskesmas melakukan pengecekkan terhadap obat-obat yang diserahkan,
mencakup jumlah kemasan, jenis, jumlah obat, bentuk obat sesuai dengan isi dokumen
(LPLPO) dan ditanda tangani oleh petugas penerima/ diketahui oleh pimpinan
Puskesmas. Jika terdapat kekurangan pada saat penerimaan obat, Penerima obat wajib
menuliskan jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap penemabahan
obat-obatan , dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.
15
2. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakn fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin. Disini yang lebih diutamakan persyaratan gudang dan pengaturan
penyimpanan obat . Pengaturan obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan
disusun berdasarkan alfabetis denagn nama generik.
Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk masing-
masing obat. Artinya obat yang masuk pertama dikeluarkan terlebih dahulu dari obat
yang datang kemudian.
4.2.5 Pembuatan laporan
Pembuatan laporan dimulai dari perencanaan sampai dengan distribusi, dengan
metode komputerisasi dengan sumber data LPLPO.
16
BAB V
PEMBAHASAN
17
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilakasanakan di
Puskesmas ……. selama kurun waktu 2 bulan yang terhitung mulai tanggal …..sampai
………… dapat disimpulkan bahwa, kamar obat Puskesmas …… sudah baik dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan yang berlaku, mulai dari
pengelolaan obat sampai dengan pelayanan obat kepada masyarakat. Hal ini bisa dilihat
dari laporan yang tersusun rapi dan terperinci dengan baik dan ditunjang juga dari hasil
penerimaan resep tiap harinya sekitar …… lembar resep.
6.2 Saran
Perlu ditambahnya tenaga dalam bidang obat atau kamar obat karena setiap pasien
pasti mengantri untuk mengambil obat dan jumlah pasien yang banyak dengan tenaga
yang kurang pasti membuat pasien mengantri lama dan kadang terkena marah oleh
pasien. Lain halnya dengan poli yang lain tidak semua pasien akan masuk kesatu terdapat
poli itu saja akan tetapi lain poli. Oleh karena itu diperlukanya tenaga tambahan pada
kamar obat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pengelolaan Obat Kabupaten /Kota. Jakarta
2001 : 7-36.
19