Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
dr. Salsabila Lukman Makarim
Pendamping :
dr. Hanif Furkon
Pendamping
A. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tejorejo 4/3 Ringinarum
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
No. RM : 00080xxx
Masuk Rumah Sakit : 10 Agustus 2019
B. SUBYEKTIF – ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan pasien dan aloanamnesis dengan keluarga pasien
tanggal 10 Agustus 2019 pukul 10.30 di IGD RSI Muhammadiyah Kendal
Keluhan Utama: Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak napas. Sesak napas terjadi sejak 1 tahun
terakhir, namun di rasa semakin memberat dalam dua hari ini. Batuk (+)
lendir (+), darah (-), Penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir (-),
demam (-), keringat dingin saat malam hari (-), nyeri dada (-), riwayat
pengobatan TB paru (-). Pasien merupakan perokok berat sejak usia 20 tahun,
berhenti merokok sekitar 5 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa sebelumnya (+) 1 tahun terakhir, riwayat pengobatan
TB paru (-). Perokok (+) sejak usia 20 tahun, berhenti merokok sejak
5 tahun yang lalu.
Riwayat Jantung (-)
Riwayat Asma (-)
Riwayat Alergi Obat dan Makanan (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat darah tinggi (-).
Riwayat sakit kencing manis (-).
Riwayat sakit jantung (-).
Riwayat Sosial Ekonomi:
Pembiayaan kesehatan dengan BPJS Non PBI. Kesan : sosial ekonomi cukup.
C. OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
a) Status Present
Keadaan Umum : Pasien Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis E4 M6 V5
b) Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 140/70 mmHg
- Laju nafas : 28 kali/menit
- Nadi : 88 kali/menit, regular, isi dan tegangan cukup
- Suhu tubuh : 36,7oC (axiler)
- SpO2 : 93 %
c) Keadaan Tubuh :
- Kepala : mesosefal
- Kulit : turgor kulit cukup
- Mata :conjungtiva palpebra pucat (-/-) ; sklera ikterik (-/-)
; pupil Isokor, reflek cahaya (+/+)
- Telinga : discharge (-/-)
- Hidung : discharge (-/-) ; nafas cuping (-/-)
- Mulut : bibir sianosis (-) ; mukosa kering (-)
- Tenggorok :uvula di tengah ; faring hiperemis (-) ; tonsil
hiperemis (-) ;T1-T1
- Leher : trachea di tengah ; pembesaran kelenjar (-) , JVP
meningkat (-)
- Dada : simetris, tidak ada retraksi
- Pulmo
Inspeksi : Hemithorax sinistra dan dextra simetris, retraksi (-)
Palpasi : Fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan: wh+/
+, ronkhi +/+ di kedua apeks pulmo
- Cor
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di sela iga V, linea midclavikula
sinistra, tidak kuat angkat, tidak didapat thrill
Perkusi : Redup
Batas atas : ICS II linea parasternal kiri
Pinggang : ICS III linea parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS VI line Axilaris anterior kiri
Batas kanan : ICS V linea parasternal kanan
Auskultasi : Suara jantung I dan II normal, murmur(-), gallop (-)
- Abdomen
Inspeksi : datar ; venektasi (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani ; pekak sisi (-) ; pekak alih (-)
Palpasi : supel ; NT (-) epigastrium; defans muskuler (-)
- Genitalia : Laki-laki
- Ekstremitas :
Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Oedema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capp.refill <2”/<2” <2”/<2”
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Laboratorium (10-08-2019)
Hematologi Paket:
Hemoglobin 14,4 g/dL 13,00 - 17,00
Hematokrit 40,77 % 40 - 54
Eritrosit 5,05 juta/uL 4,4 - 6,0
MCH 28,5 pg 26 – 34
MCV 81 fL 80 – 97
MCHC 35,3 g/dL 31 – 36
Leukosit 14.820 /mm3 4.000 – 11.000
Trombosit 290.000 /mm3 150,0 – 450,0
Glukosa sewaktu 111 mg/dl 74 – 150
Kesan : Leukositosis
b) Pemeriksaan x-foto Thorax PA
Kesan : Tampak bercak kesuraman pada perihiler kanan kiri. Curiga gambaran
PPOK disertai bronkhopneumonia
D. ASSESSMENT
Pasien datang dengan keluhan sesak napas. Sesak napas terjadi
sejak 1 tahun terakhir, namun di rasa semakin memberat dalam dua hari ini.
Batuk (+) lendir (+), darah (-), Penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir
(-), demam (-), keringat dingin saat malam hari (-), nyeri dada (-), riwayat
pengobatan TB paru(-). Pasien merupakan perokok berat sejak usia 20 tahun,
berhenti merokok sekitar 5 tahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, TD:
140/70 mmHg, N: 88x/menit, RR: 28x/menit, T: 36,7 oC, SpO2: 93%,
Pemeriksaan thorax pulmo ditemukan suara dasar vesikuler dengan suara
tambahan rhonki di kedua apeks pulmo serta terdengar wheezing.
Pemeriksaan lain dalam batas normal. Leukosit 14.820/mm3 (leukositosis),
Hasil rontgent thorax tampak bercak kesuraman pada perihiler kanan kiri,
curiga gambaran PPOK disertai bronkhopneumonia. Sehingga pasien di
diagnosis dengan PPOK.
DAFTAR MASALAH
1. PPOK
E. INISIAL PLAN
1. Assesement : PPOK
Pengobatan :
− O2 3 lpm nasal canul
− Infus RL 20 tpm drip aminophilin 1 ampul
− Inj. Ranitidine 2x1 ampul
− Inj. Methyl Prednisolon 2x1/2 ampul
− Nebul Combiven 1 ampul 3x sehari
− Tab Salbutamol 3 x 2 mg
− Tab Ambroxol 3 x 30 mg
TINJAUAN PUSTAKA
1. PPOK
a. Definisi PPOK
Global initiative for chronic obstructive lung disease
(GOLD) mengartikan PPOK adalah suatu penyakit yang bisa dilakukan
pencegahan dan pengobatan. PPOK merupakan penyakit kronis ditandai
dengan terhambatnya aliran udara karena obstruksi saluran pernafasan
yang disebabkan oleh paparan yang lama terhadap polusi dan asap
rokok. PPOK merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama.
b. Penyebab PPOK
Beberapa penyebab PPOK :
Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas
kimiawi.
Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga menyebabkan semakin
menurunnya fungsi paru-paru.
Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma
orang dengan kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
Keadaan menurunnya alfa anti tripsin. Enzim ini dapat
melindungi paru-paru dari proses peradangan. Menurunnya enzim
ini menyebabkan seseorang menderita empisema pada saat masih
muda meskipun tidak ada riwayat merokok.
c. Patofisiologi PPOK
Adanya proses penuaan menyebabkan penurunan fungsi
paruparu. Keadaan ini juga menyebabkan berkurangnya elastisitas jaringan
paru dan dinding dada sehingga terjadi penurunan kekuatan kontraksi
otot pernafasan dan menyebabkan sulit bernafas. Kandungan asap rokok dapat
merangsang terjadinya peradangan kronik paru paru. Mediator peradangan
dapat merusak struktur penunjang di paru-paru. Akibat hilangnya
elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang.
Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi
akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasi. Apabila
tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan
saluran udara kolaps.
Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang,
yaitu jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan
tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan aliran darah ke
paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh
berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Faktor
risiko merokok dan polusi udara menyebabkan proses inflamasi bronkus dan
juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis.
Akibat dari kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis
akan terjadi obstruksi pada bronkiolus terminalis yang mengalami
obstruksi pada awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada
saat inspirasi akan banyak terjebak dalam alveolus pada saat ekspirasi
sehingga terjadi penumpukan udara (air trapping). Kondisi inilah yang
menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segala akibatnya.
Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan
ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala akan mengarah pada 2 tipe perokok :
Mempunyai gambaran klinik dominan kearah bronchitis kronis
(blue bloather)
Bronkhitis Kronis merupakan batuk produktif dan menetap
minimal 3 bulan secara berturut-turut dalam kurun waktu
sekurang-kurangnya selama 2 tahun. Bronkhitis Kronis
adalah batuk yang hampir terjadi setiap hari dengan disertai
dahak selama tiga bulan dalam setahun dan terjadi minimal
selama dua tahun berturut-turut.
Mempunyai gambaran klinik ke arah emfisema (pink puffers)
Emfisema adalah perubahan struktur anatomi parenkim
paru yang ditandai oleh pembesaran alveolus, tidak
normalnya duktus alveolar dan destruksi pada dinding
alveolar.
Tanda dan gejala PPOK pada umumnya :
Batuk kronik
Produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari
Nafas pendek
Sesak nafas
Frekuensi nafas yang cepat
Penggunaan otot bantu pernafasan
Ekspirasi lebih lama dari pada inspirasi
Suara nafas tambahan : Mengi dan ronkhi
Penurunan aktivitas
Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut
e. Derajat PPOK
f. Komplikasi PPOK
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal
nafas kronik, gagal nafas akut, infeksi berulang, dan kor pulmonal. Gagal
nafas kronis ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO2<60
mmHg dan PaCO2 > 50 mmHg, serta Ph dapat normal. Gagal nafas akut
pada gagal nafas kronis ditandai oleh sesak nafas dengan atau tanpa
sianosis, volume sputum bertambah dan purulen, demam, dan kesadaran
menurun.
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan
menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi
infeksi berulang. Selain itu, pada kondisi kronis ini imunitas tubuh
menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.
Adanya kor pulmonal ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematocrit >
50 %, dan dapat disertai gagal jantung kanan.
g. Pemeriksaan Fisik PPOK
Temuan pemeriksaan fisik mulai dari inspeksi dapat berupa
bentuk dada seperti tong (barrel chest), terdapat cara bernapas purse
lips breathing (seperti orang meniup), terlihat penggunaan dan
hipertrofi otot-otot bantu napas, pelebaran sela iga, dan bila telah
terjadi gagal jantung kanan terlihat distensi vena jugularis dan edema
tungkai. Pada perkusi biasanya ditemukan adanya hipersonor.
Pemeriksaan auskultasi dapat ditemukan fremitus melemah, suara
napas vesikuler melemah atau normal, ekspirasi memanjang, ronki,
dan mengi.
Secara umum pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal
sebagai berikut :
Inspeksi
- Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong )
- Terdapat cara bernapas purse lips breathing (seperti orang meniup )
- Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis leher
dan edema tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
Palpasi
- Fremitus melemah
- Sela iga melebar
Perkusi
- Hipersonor
Auskultasi
- Fremitus melemah,
- Suara nafas vesikuler melemah atau normal
- Ekspirasi memanjang
- Mengi (biasanya timbul pada eksaserbasi)
- Ronki
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed – lips breathing.
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis,
terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan
perifer.
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan
ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan retensi CO yang terjadi sebagai mekanisme tubuh
untuk mengeluarkan retensi CO yang terjadi pada gagal napas kronik.
h. Pemeriksaan Penunjang PPOK
i. Tes Faal Paru
Spirometri (FEV1, FEV1 prediksi, FVC, FEV1/FVC)
Obstruksi ditentukan oleh nilai FEV1 prediksi (%) dan atau
FEV1/FVC (%). FEV1merupakan parameter yang paling umum
dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan
penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin
dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai
alternatif dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore, tidak lebih
dari 20%.
Peak Flow Meter
ii. Radiologi (foto toraks)
Hasil pemeriksaan radiologis dapat ditemukan kelainan paru berupa
hiperinflasi atau hiperlusen, diafragma mendatar, corakan
bronkovaskuler meningkat, jantung pendulum, dan ruang retrosternal
melebar. Meskipun kadang-kadang hasil pemeriksaan radiologis masih
normal pada PPOK ringan tetapi pemeriksaan radiologis ini berfungsi
juga untuk menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya atau
menyingkirkan diagnosis banding dari keluhan pasien.
iii. Analisa gas darah
harus dilakukan bila ada kecurigaan gagal nafas.
iv. Mikrobiologi sputum
v. Computed temography
Dapat memastikan adanya bula emfimatosa.
i. Penatalaksanaan PPOK
PPOK adalah penyakit paru-paru kronis yang bersifat
progresif dan irreversible. Penatalaksanaan PPOK dibedakan
berdasarkan pada keadaan stabil dan eksaserbasi akut. Tujuan
penatalaksanaan PPOK :
1) Meminimalkan gejala
2) Pencegahan terjadinya eksaserbasi
3) Pencegahan terjadinya penurunan fungsi paru
4) Peningkatan kualitas hidup