Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RAFI' ANDYAH ARUM KEDATON

PRODI : S1 TERAPAN KEBIDANAN SEMARANG DAN PROFESI BIDAN


KELAS : REGULER/SEMESTER 2
NIM : P1337424419006 (37)
DOSEN : SRI WAHYUNI M, SKP.NS, M.KES

Buatlah patofiologis /pathways penyakit malaria, dibuat berdasarkan minimal 2 referensi,


(Absen ganjil)
Jawaban: Patogenesis dan patofisiologis malaria:

 Patogenesis: Malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan lingkungan.
Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh
darah daripada koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan
parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain yang mengandung parasit. Hal
ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit.
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah
pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi
fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria
kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag.

Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan invasi


merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung
parasit mengalami perubahan struktur danbiomolekular sel untuk
mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan tersebut meliputi mekanisme,
diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting.
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi
P. falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit
juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset.
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang
mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non
parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B
yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi.

 Patofisiologi: Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit.
Demam mulai timbul bersamaan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-
macam antigen. Antigen ini akan merangsang makrofag, monosit atau limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis Factor (TNF). TNF
akan dibawa aliran darah ke hipothalamus, yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh
manusia. Sebagai akibat demam terjadi vasodilasi perifer yang mungkin disebabkan oleh
bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Limpa merupakan organ retikuloendotelial.
Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi
parasit, teraktifasinya sistem retikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit yang
terinfeksi parasit dan sisa eritrsit akibat hemolisis. Anemia terutama disebabkan oleh
pecahnya eritrosit dan fagositosis oleh sistem retikuloendotetial. Hebatnya hemolisis
tergantung pada jenis plasmodium dan status imunitas penjamu. Anemia juga
disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi
maupun yang normal dan gangguan eritropoisis. Hiperglikemi dan hiperbilirubinemia
sering terjadi. Hemoglobinuria dan Hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis berat.
Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan kartena sel
darah merah terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu
sehingga melekat pada endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit.
Setelah terjadi penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler
terhambat dan timbul hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan
dapat terjadi perembesan cairan bukan perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat
menimbulkan malaria cerebral, edema paru, gagal ginjal dan malobsorsi usus.

 Manifestasi klinis:
1) Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
2) Splenomegali (pembesaran limfa)
3) Anemia yang disertai malaise
4) Ikterus
5) Suhu tubuh axilla >37,5˚C
6) Konjungtiva/telapak tangan pucat
7) Hepatomegali (pembesaran hati)
8) Uji laboratorium
9) Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
10) Kejang-kejang
11) Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang)
12) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
13) Nafas cepat atau sesak nafas
14) Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
15) Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Ri. 2017. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria. Ditjen
Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. Jakarta Selatan.
Fitriany, Julia. 2018. Malaria. Jurnal Averrous 4 (2). Fakultas Kedokteran Universitas
Malikussaleh. Lhokseumawe.
Romi, Teuku. 2011. Malaria Dan Permasalahannya. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala 11
(2). Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai