Bab 18 Kebijakan SDM Dan Praktiknya
Bab 18 Kebijakan SDM Dan Praktiknya
Song berharap dapat memosisikan dirinya didalam peta persaingan melalui efisiensi
dan hiburan yang tersaji selama penerbangan.perusahaan ini mengharapkan awaknya
memiliki rasa humor dan sedikit kegilaan.karena itu,di dalam seleksi karyawan
barunya,perusahaan menekankan proses pencarian orang dengan karakteristik seperti
ini.untuk mendapatkan pekerjaan di Song,pelamar harus melalui “audisi” dimana mereka
harus menyanyi,menari,membacakan puis,atau bahkan mempermalukan diri mereka
sendiri.salah seorang calon pramugari di song dinyatakan diterima sebagai karyawati baru
setelah selama 15 menit mencoba memerankan tokoh dalam “Mustang Sally”.
Praktik Seleksi
Tujuan dari seleksi yang efektif adalah untuk mensesuaikan karakteristik individual
(kemampuan,pengalaman,dan semacamnya) dengan persyaratan dalam suatu
pekejaan.apabila manajemen gagal untuk mendapatkan memasangkannya secara bena,baik
kinerja maupun kepuasan karyawan akan berkurang.
Seleksi Awal
Alat seleksi awal adalah informasi pertama yang pelamar dan digunakan sebagai
alat “penyaringan kasar” awal untuk memutuskan apakah pelamar memenuhi kualifikas
dasar dari pekerjaan yang ditawarkan.formulir aplikasi (termasuk surat rekomendasi)
merupakan alat seleksi awal.kita melakukan cek terhadap latar belakang pelamar sebagai
alat seleksi awal.kita melakukan cek terhadap latar belakang pelamar sebagai alat seleksi
awal atau sebagai alat seleksi lanjutan,tergantung bagaimana suatu organisasi
melakukannya.beberapa organisasi lebih suka untukmenunggu pelamar siap untuk
dipekerjakan,dan menunggu semua hal lain selesai diperiksa.
Formulir Aplikasi. Anda tentunya akan mengumpulkan surat lamaran yang isinya
baik-baik.dari dirinya sendiri,informasi yang dituliskan dalam formulir aplikasi tidak begitu
berguna untuk memprediksi kinerja pelamar.akan tetapi,formulir aplikasi bisa menjadi alat
saring awal yang baik.sebagaicontoh,tidak ada gunanya menghabiskan waktu
mewawancarai para pelamar untuk posisi perawat jika mereka tidak mempunyai kualifikasi
yang memadai (pendidikan,sertifikat,pengalaman).semakin banyak organisasi mendorong
pelamar untuk menyerahkan aplikasi secara online.cara ini hanya membutuhkan waktu
beberapa menit,dan formulir bisa disampaikan kepada orang-orang yang bertanggung
jawab langsung untuk membuat keputusan memperkerjakan seseorang.sebagai
cotoh,starbucks (www.starbucks.com) memiliki halaman pusat karier,dimana anda bisa
melihat posisi yang tersedia berdasarkan lokasi atau jenis pekerjaan kemudian melamar
untuk posisi tersebut secara online.
Surat rekomendasi merupakan bentuk lain dari pengecekan latar belakang.hal ini
juga tidak sebermanfaat seperti kelihatan nya.pelamar menentukan sendiri siapa yang akan
menulis surat rekomendasi yang baik baginya,sehingga hampir semua surat rekomendasi
berisi hal-hal yang positif dari si pelamar.pada akhirnya,para pembaca surat rekomendasi
Seleksi Substansif
Tes Tertulis. Sejak dulu terkenal sebagai alat seleksi,tes tertulis (“tes dengan pensil
dan kertas”walaupun sebagian besarnya kini mulai digantikan secara online) mulai
ditinggalkan antara akhir tahun 1960-an dan pertengahan tahun 1980-an,terutama di
amerika serikat.tes tertulis sering dianggap sebagai tes diskriminatif,dan banyak organisasi
menganggapnya tidak terkait dengan pekerjaan.akan tetapi,setelah 20 tahun
berlalu,pemakaiannya kembali mengalami peningkatan.sekarang,diperkirakan lebih dari 60
persen dari seluruh organisasi di AS dan sebagian besar organisasi yang termasuk dalam
fortune 1000 menggunakan beberapa jeis tes seleksi.para manajer menyadari bahwa tes
yang valid itu ada dan hal itu bisa membantu memprediksi siapa yang akan berhasil dalam
suatu pekerjaan.akan tetapi,pelamar cenderung melihat tes tertulis kurang valid jika
dibandingkan wawancara atau tes kinerja.
Tes tertulis biasanya mencakup : (1) tes kemampuan kognitif atau inteligensi; (2) tes
kepribadian; (3) tes integritas; dan (4) kumpulan minat.
Anda mungkin bertanya-tanya mengapa pelamar mau mejawab secara jujur dalam
tes kepribadia dan integritas.lagi pula,siapa yang akan menjawab “sangat tidak setuju”
untuk pertanyaan “saya selalu datang tepat waktu” bahkan jika mereka selalu terlambat?
Riset menunjukan bahwa walaupun pelamar bisa “berpura-pura baik “,jika mereka memang
mau melakukannya,tidak tampak banwa sikap pura-pura ini mengurangi validalitas tes
kepribadian dan integritas.mengapa? salah satu kemungkinannya adalah bahwa jika kepura-
puraan muncul,mereka yang “pura-pura baik” pada waktu tes seleksi mungkin akan
membuat diri mereka sendiri bersikap seperti yang diinginkan pada saat mereka menerima
pekerjaannya.jadi,manajemen kesan seperti ini tidak hanya membantu orang mendapatkan
pekerjaan tetapi juga membantu mereka punya kinerja yang lebih baik,asalkan kepura-
puraan mereka itu tidak termasuk dalam tingkat patologis.
Tes Simulasi Kinerja. Cara apa yang lebih baik untuk mengetahui apakah pelamar
mampu melakukan suatupekerjaan dengan baik selain dengan “memperkerjakannya”?
inilah yang menjadi logika yang mendasari tes simulasi kinerja.
Walau lebih sukar untuk dikembangkan dan lebih sulit untuk dilakukan daripada tes
tertulis,tes simulasi kinerja semakin popular selama beberapa dasawarsa terakhir.ini
dikarenakan fakta bahwa tes semacam ini mempunyai “validitas muka” yang lebih tinggi
dibandingkan kebanyakan tes tertulis.
Tes Percobaan Kerja (work sample tests) merupakan simulasi turunan dari
sebagian atau semua pekerjaan yang harus dilakukan oleh pelamar jika ia diterima
bekerja.dengan memikirkan secara teliti percobaan pekerjaan berdasarkan tugas kerja yang
spesifik,manajemen menentukan pengetahuan,kecakapan,dan kemampuan yang dibutuhkan
untuk setiap pekerjaan.kemudian,setiap percobaan kerja disesuaikan dengan elemen kinerja
kerja yang sesuai.percobaan kerja secara luas dipakai untuk mencari pekerjaan yang
terampil seperti tukang las,masinis,tukang kayu,dan tukang listrik.sebagai contoh,kandidat
karyawan bagian produksi dipabrik BMW di Carolina selatan memiliki waktu 90menit
untuk mengerjakan beberapa tugas kerja khas pada simulasi lini pemasangan yang
dibangun khusus.percobaan kerja lebih valid daripada tes kepribadian dan bakat yang
dilakukan secara tertulis.
Tes simulasi kinerja yang lebih rumit,yang secara khusus dirancang untuk
mengevaluasi potensi manajerial dari kandidat adalah pusat penilaian (assessment
centers).dalam tes ini,eksekutif lini,supervisor,dan/atau psikologi terlatih mengevaluasi
kandidat saat mereka melalui satu dari beberapa hari latihan yang menyimulasikan masalah
nyata yang akan dihadapi dalam pekerjaan.berdasarkan daftar dimensi deskriptif yang harus
dipenuhi oleh pemegang jabatan,aktivitasnya bisa termasuk wawancara latihan pemecahan
masalah dalam keranjang (in-basket),diskusi kelompok tak terpimpin,dan permainan
keputusan bisnis.sebagai contoh,kandidat mungkin diminta untuk memainkan peran sebagai
manajer yang harus memutuskan cara merespons 10 memo dalam waktu 24 jam.pusat
penilaian telah secara konsisten memperlihatkan hasil yang memprediksikan kinerja yang
akan datang dalam posisi manajerial.
Wawancara tidak hanya digunakan secara luas,tetapi juga memiliki bobot besar
sebagai alat pertimbangan.itu artinya,hasil dari wawancara cenderung memiliki pengaruh
besar terhadap keputusan seleksi.kandidat yang menunjukan hal yang buruk selama proses
wawancara kemungkinan besar akan tersingkir tanpa memedulikan pengalaman skor
tes,atau surat rekomendasi yang dipunyai nya,sebaliknya “sangat sering,orang yang paling
mahir dalam tekhnik mencari kerja,terutama dalam proses wawancara,adalah orang yang
diterima bekerja,walaupun ia mungkin bukan kandidat yang terbaik untuk posisi tersebut.”
Temuan ini penting karena wawancara seleksi yang tidak terstruktur sering
dilakukan.wawancara yang tidak terstruktur dalam durasi waktu yang singkat,suasana yang
Kebijakan Sumber Daya Manusia dan Praktiknya 6
santai,berisi pertanyaan acak bukan merupakan alat seleksi yang efektif.data yang
dikumpulkan dari wawancara seperti ini biasanya bias dan hanya sedikit berhubungan
dengan kinerja si calon karyawan di masa depan.walaupun demikian,para manajer masih
ragu untuk menggunakan wawancara yang terstruktur sebagai ganti dari pertanyaan
kesukaan mereka (seperti ”jika anda bisa menjadi binatang anda memilih jadi apa dan
kenapa?”).
Seleksi Lanjutan
Jenis Pelatihan
Pelatihan bisa termasuk semua hal mulai dari mengajarkan keterampilan dasar
membaca pada karyawan hingga mengadakan kursus lanjutan dalam kepemimpinan
eksekutif.disini,kita akan mendiskusikan 4 kategori keterampilan umum kemampuan
membaca dasar,keterampilan teknis,antarpersonal,dan pemecahan masalah.selain itu,secara
singkat kita akan membahas pelatihan etika.
Kalangan kritikus berargumen bahwa etika itu didasarkan pada nilai,dan system
nilai sudah ditetapkan sejak awal kehidupan kita.pada saat pengusaha memperkerjakan
orang,nilai-nilai etis mereka sudah mapan.para kritikus tersebut juga mengatakan bahwa
masalah etis tidak bisa secara formal “diajarkan” tetapi harus dipelajari berdasarkan contoh.
Metode Pelatihan
Metode pelatihan diklasifikasikan menjadi formal atau informal,dan on-the job atau
off-the job.
Dalam beberapa tahun ini sarana pelatihan yang berkembang dengan sangat pesat
adalah yang berbasis computer atau biasa disebut e-training. Kinko sebagai contohnya telah
menciptakan jaringan internal yang memungkinkan 20.000 karyawannya memperoleh
kursus online yang mencakup segala hal mulai dari produksi hingga kebijakan.cisco system
menyediakan kurikulum untuk kursus pelatihan melalui intranet perusahaan,diatur
berdasarkan judul pekerjaan,teknologi spesifik dan produk.walaupun lebih dari 5000
cara anda memproses,memperdalam dan mengingat materi yang baru dan sulit tidak
selalu sama dengan orang lain.fakta ini berarti bahwa pelatihan formal yang efektif harus
disesuaikan agar mencerminkan gaya belajar dary karyawan.
Anda bisa menerjemahkan berbagai gaya belajar ini menjadi metode-metode yang
berbeda.untuk memaksimalkan proses belajar,orang yang belajar dengan cara membaca
harus diberi buku atau materi bacaan yang lain untuk dipelajari.orang yang belajar dengan
cara memerhatikan sesuatu harus diberi kesempatan untuk melihat orang lain
menunjukankeahlian baru tersebut entah secara langsung atau melalui video.orang yang
belajar dengan cara mendengarkan akan lebih diuntungkan dengan mendengarkan kuliah
atau rekaman audio,dan orang yang belajar dengan cara partisipasi akan menarik keuntugan
yang paling besar dengan berkesampatan mengalami simulasi atau praktik terkait
keterampilan baru tersebut.
Gaya belajar yang berbeda beda ini tentu saja tidk tertutup satu dari yang lain.guru
yang baik mengenali bahwa siswa siswanya belajar dengan cara yang berbeda dan untuk itu
menyediakan metode belajar yang berbeda pula. Mereka memberi tugas untukmembaca
sebelum kelas dimulai,memberikan kuliah,menggunakan bantuan visual untuk
mengilustrasikan konsep,dan membuat siswanya berpartisipasi dalam proyek
kelompok,analisis kasus,bermain peran,dan latihan belajar eksperiensial.jika tau tipe yang
lebih disukai oleh para karyawan anda,anda bisa merancang program pelatihan formal
berdasarkan preferensi ini. Jika anda tidak mempunyai informasi tersebut,mungkin yang
Mengevaluasi Efektivitas
Keberhasilan pelatihan juga bergantung pada individu. Jika individu tidak termotivasi untuk
belajar pelatihan akan sedikit saja membantu mereka. Factor apa yang menentukan
motivasi pelatihan ? kepribadian merupakan hal penting . mereka yang mempunyai focus
pengendalian internal,ketelitian,kemampuan kognitif,dan keinginan berhasil yang tinggi
akan belajar lebih baik dalam program pelatihan. Iklim pelatihan juga penting . ketika orang
yang dilatih mempercayai bahwa ada kesempatan untuk mengapikasikan keterampilan
mereka yang baru dalam pekerjaan dan ada sumber daya yang cukup untuk diaplikasikan
ketika mereka selesai belajar mereka akan lebih termotivasi untuk belajar dan bekerja lebih
keras dalam program pelatihan.
Evaluasi Kerja
Apakah anda akan belajar dengan cara yang berbeda atau mengarahkan usaha yang
berbeda ketika belajar di sebuah perguruan tinggi yang mata kuliahnya dinilai
denganstandar lulus dan gagal atau tingkat-tingkat huruf mulai dari A hingga F ?
mahasiswa biasanya mengatakan bahwa mereka akan belajar lebih keras jika nilai huruf
yang dipakai. Selain itu,bila mata kuliah hanya dinilai berdasarkan kelulusan atau
kegagalan.mereka cenderung belajar ala kadarnya asalkan cukup untuk memenuhi nilai
lulus saja.
Evaluasi kinerja memiliki beberapa tujuan. Salah satunya adalah untuk membantu
manajemen membuat keputusan sumber daya manusia secara umum. Evaluasi
menyediakan masukan untuk berbagai keputusan penting seperti promosi,perpindahan
bagian,dan pemutusan hubungan kerja. Evaluasi juga berguna utuk mengidentifikasi
kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Evaluasi kinerja menunjukan kecakapan dan
kompetensi dari kariawan yang saat ini mungkin dirasa kurang memadai tetapi bisa
dikembangkan melalui program pelatihan. Evaluasi kinerja juga bisa menjadi kriteria yang
dengannya manajemen memvalidasi seleksi dan program pengembangan. Manajemen bisa
mengidentifikasi karyawan baru yang kinerja nya buruk. Serupa dengannya,organisasi
menentukan efektivitas program pengembangan dan pelatihan dengan menilai seberapa
baik partisipan melakukan evaluasi kinerja mereka.evaluasi juga bertujuan untuk
menyediakan umpan balik bagi karyawan tentang bagaimana organisasi melihat kinerja
mereka. Lebih jauh,evaluasi kinerja merupakan dasar bagi alokasi imbalan. Keputusan
seperti siapa yang sebaiknya mendapatkan kenaikan gaji dan imbalan lain sering kali
ditentukan berdasarkan evaluasi kineja.
Setiap fungsi evaluasi kineja ini penting. Walaupun begitu,tingkat seberapa penting
fungsi tersebut bagi kita tergantung dari sudut pandang yang kita ambil. Beberapa jelas
relevan dengan keputusan manajemen sumber daya manusia. Akan tetapi,focus kita dalam
halini adalah perilaku organisasi. Oleh karenanya, kita akan menekankan fungsi evaluasi
kinerja sebagai mekanisme dalam menyediakan umpan balik dan sebagai penentu untuk
alokasi imbalan.
Kriteria yang dipilih oleh manajemen untuk mengevaluasi ketika menilai kinerja
karyawan akan sangat memengaruhi apa yang dilakukan karyawan. Tiga kriteria yang
paling popular adalah hasil pekerjaan individual,perilaku,dan sikap.
Perilaku. Dalam banyak kasus adalah sulit untuk mengidentifikasi hasil spesifik
yang bisa langsung dihubungkan dengan aktifitas karyawan. Hal ini terutama berlaku untuk
karyawan dibagian konsultan dan posisi pendukung dan individu yang tugas kerjanya
merupakan bagian dari usaha kelompok.kita mungkin telah mengevaluasi kinerja
kelompok,tetapi mengalai kesulitan untuk menentukan kontribusi yang jelas dari setiap
anggota kelompok.dalam kasus semacam ini,bukan hal yang bagi manajemen untuk
Perlu dicatat bahwa perilaku seperti ini tiak hanya terbatas pada yang langsung
berhubungan dengan produktivitas individual.seperti yang kita garis bawahi pada diskusi
yang kita lalu tentang perilaku organisasi (lihat bab1 dan 4 untuk spesifikasinya),membantu
orang lain,membuat saran-saran untuk perbaikan,dengan sukarela mengambil tugas
tambahanmembuat kelompok kerja dan organisasi lebih efektif. Maka,dengan memasukan
factor subjektif dan kontekstual pada evaluasikinerja selama ada kontribusi bagi efektifitas
organisasi tidak hanya masuk akal,tetapi bisa juga memperbaiki koordinasi,kerja tim,kerja
sama,dan kinerja kelompok secara keseluruhan.
Sikap. Kriteria yang paling lemah namun masih digunakan secara luas oleh
organisasi adalah sikap individual. Kita menyebutnya lebih lemah dari hasil kerja atau
perilaku karenasikap paling tidak terkait dengan kinerja actual dari pekerjaan itu
sendiri.sikap seperti bertindak tanduk yang baik,menujukan kepercayaan diri,bisa di
andalkan,terlihat sibuk,atau kaya akan pengalaman bisa ya dan juga bisa tidak secara erat
berhubungan dengan hasil kerja yang positif tetapi hanya orang yang naïf yang
mengacuhkan kenyataan bahwa kepribadian sperti ini yang sangat serig diunakan sebagai
kriteria untuk menilai tingkat kinerja karyawan.
Tujuan utama dari evaluasi kinerja 360 derajat adalah mengumpulkan umpan balik dari semua
pihak yang berhubungan dengan karyawan
Di bagian sebelumnya,telah dijelaskan tentang apa yang kita evaluasi dan siapa
yang mestinya melakukan nya.sekarang,kita bertanya : bagaimana cara kita untuk
mengevaluasi kinerja karyawan ? dengan kata lain,teknik spesifik apa untuk melakukan
evaluasi ?
Esai Tertulis. Mungkin,metode evaluasi yang paling mudah adalah dengan menulis
naskah yang menggambarkan kekuatan,kekurangan,kinerja pada masa lampau,potensi,dan
saran untuk perbaikan bagi karyawan. Esai tertulis tidak membutuhkan formulir yang
kompleks atau pelatihan yang rumit. Akan tetapi dalam metode ini penilaian yang baik atau
buruk sebagian ditentukan oleh kemampuan menulis orang yang mengevaluasi daripada
tingkat kinerja karyawan yang sebenarnya.
Pekerjaan secara efektif dan tidak efektif. Disini, penilai membuat anekdot yang
menggabarkan apa yang dilakukan karyawan yang secar khusus efektif atau tidak efektif.
Kuncinya adalah dengan menyebut perilaku saja, dan tidak secara jelas menunjuk suatu
daftar insien kritis menyediakan sejumlah contoh dengannya karyawan ditunjukkan
perilaku yang diinginkan dan perilaku yang membutuhkan perbaikan.
Skala Penilain Grafis. Salah satu metode yang paling tua dan paling popular
adalah penggunaan skala penilaian grafis (graphinic rating scales). Dalam metode ini,
faktor-faktor kinerja, seperti kuantitas pekerjaan, kedalaman pengetahuan, kerja sama,
tingkat kehadiran, dan inisiatif di daftar. Penilai lalu mempelajari daftar tersebut dan
memberikan penilain pada masing-masing dengan skala. Skala ini bisa dinilai 1(“ sangat
tidak memahami tugas pekerjaan ) hingga nilai 5 (‘’mempunyai pengetahuan yang lengkap
tentang semua fase dalam pekerjaan”). Walaupun tidak memberikan kedalaman informasi
yang disediakan esai atau insiden kritis, skala penilaian grafis ini lebih menghemat waktu
untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Skala ini juga bisa digunakan untuk perbandingan
dan analisis kuantitatif.
Salah satu contoh yang juga menggunakan sistem pemeringkatan yang dipaksakan
adalah distribusi wajib dalam penilaian mahasiswa di perguruan tinggi. Mengapa
universitas melakukan ini ?
Jika seorang karyawan memiliki 10 supervisor, 9 memberinya nilai sangat baik dan
1 orang memberi nilai buruk, kita bisa secara aman menafikan nilai evaluasi yang buruk ini,
untuk memindah-mindahkan karyawan di dalam lingkup organisasi untuk mendapatkan
sejumlah evaluasi atau dengan menggunakan beberapa penilaian sekaligus (seperti dalam
penilaian 360 derajat), kita meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan evaluasi yang
lebih valid dan bisa dipercaya.
Penilaian Terlatih. Jika anda tidak dapat menemukan penilaian yang baik
alternative adalah menciptakan penilaian yang baik. Terdapat cukup banyak bukti bahwa
pelatihan penilaian dapat membuat mereka menjadi penilaian yang lebih akurat.
Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa sistem evaluasi sering kali
bertentangan dengan proses bertenggat waktu ini dengan cara memberikan umpan balik
kinerja yang tidak regular dan relative umum kepada karyawan, memberi mereka input
yang kecil ke dalam proses penilaian, dan secara sadar membiarkan adanya bias dalam
penilaian kinerja. Namun demikian, ketika proses bertenggat waktu ini telah menjadi
bagian dari sistem evaluasi, karyawan memberikan reaksi yang positif terhadap proses
penilaian, memandang hasil evaluasi dengan lebih akurat dan mengekspresikan keinginan
untuk tetap bergabung didalam organisasi.
Bagi banyak manajer, tidak banyak aktivitas yang lebih tidak menyenangkan
dibandingkan dengan memberika umpan balik kepada karyawan. Pada kenyataannya, bila
tidak dipaksa oleh control dan kebijakan organisasi, manajer cenderung mengacuhkan
tanggung jawab ini.
Mengapa mereka enggan untuk memberikan umpan balik kinerja ? paling tidak ada
tiga alasan. Pertama, para manajer sering kali merasa tidak nyaman ketika harus secara
langsung mendiskusikan kelemahan kinerja dengan karyawan. Walaupun hampir setiap
karyawan bisa nerima dan memperbaiki kinerja mereka, para manajer takut bila harus
berkonfrontasi dengan mereka ketika memberikan umpan balik yang bernada negative.
Keengganan ini yang jelas terlihat bahkan ketika orang memberikan umpan balik negative
kepaa computer! Bill Gates mengatakan bahwa Microsoft pernah mengadakan sebuah
proyek yang meminta pengguna untuk memberikan penilaian mereka terhadap seperangkat
computer.” Ketika kami meminta para pengguna yang telah memakai computer buat kami
untuk memberikan evaluasi mereka terhadap kinerja nyaa , respons mereka cenderung
positif. Akan tetapi ,ketika computer kedua menanyai orang-orang yang cenderung positif.
Akan tetapi, ketika computer kedua menanyai orang-orang yang sama tentang kinerja
Solusi terhadap persoalan umpan balik kinerja bukan dengan mengacuhkannnya, tetapi
dengan cara melatih para manajer untuk mengadakan sesi umpan balik yang konstruktif.
Penilaian yang efektif-salah satu hal yang membuat penilaian dipandang adil oleh karyawan
adalah bila salah satu yang membuat penilaian dipandang adil oleh karyawan adalah bila
manajer bersikap tulus dan iklimnya konstruktif seharusnya membuat karyawan, ketika
selesai menjalaninya, merasakan suasana hati yang menyenangkan, mendapatkan informasi
yang berguna tentang area kerja mereka yang membutuhkan perbaikan, dan memiliki tekad
untuk memperbaiki kekurangan mereka. Selain itu, penilaian kinerja harus dirancang lebih
sebagai aktivitas konseling dari pada proses penghakiman. Hal ini bisa dicapai bila evaluasi
melibatkan dan menyadarkan karyawan terhadap kekurangannya sendiri.
Pernahkan anda memberikan umpan balik kepada kolega atau teman sekelas anda
tentang kinerja mereka? Apakah anda mencoba untuk bersikap positif atau mengambil
pendekatan negative? Mungkin, anda perlu menangani situasi tersebut dengan cara berbeda
lain kali.
Seleksi
Kajian ini, bila digabungkan dengan penelitian dahulu, memberi tahu kita bahwa
tidak ada praktik seleksi yang bersifat universal. Selain itu, perusahan-perusahaan global
yang berusaha mengimplimpletasikan praktik seleksi yang terstandarisasi diseluruh dunia
bisa mendapati penolakan yang berarti dari para manajer local. Praktik dan kebijakan perlu
dimodifikasi untuk melereflikasi kan norma kultur dan nilai sosial setempat seperti norma
hokum dan perbedaan ekonomi.
Evaluasi Kinerja
Kita telah melihat peran evaluasi kinerja dalam memotivasi dan memengaruhi
perilaku. Namun demikian, kita harus berhati-hati untuk tidak menggeralisasi dalam semua
kultur.mengapa ? oleh karna banyak kultur tidak secara khusus memeiliki perhatian
terhadap penilaian kinerja atau jika ada, mereka tidak melihatnya sama seperti manajer
diAS atau kanada. Mari kita melihat evulasi kinerja tersebut dalam kontek empat dimensi.
Kultur : individualism atau kebersamaan, hubungan seseorang dengan lingkungan, orientasi
waktu, dan focus tanggung jawab. Kultur yang berorientasi pada individu seperti di AS
lebih menekankan pada sistem evaluasi kinerja formal dari pada sistem, informal. Kultur itu
mendorong, sebagai contoh evaluasi tertulis dilakukan pada interval yang pasti, hasilnya
ditunjukan kepada karyawan para karyawan dan diapakai sebagai pentuan imbalan. Di lain
pihak, kultur kebersamaan yang mendominasi asia dan banyak negra amerika latin dicirikan
oleh sistem yang lebih informal tidak terlalu mengaitkan alokasi imbalan dengan penilaian
kinerja, raksasa teknologi jepang pada pertengahan 1990-an. akan tetapi baru-baru ini,
perusahaan tersebut mengentikannya karena menemukan bahwa praktik itu “ ternyata cacat
dan tidak sesuai dengan kultur bisnis(kolektivis)jepang.
Beberapa Negara, seperti AS, mempunyai orientasi waktu jangka pendek. Didalam
kultur seperti ii, evaluasi kinerja cenderung sering dilakukan paling sedikit sekali setahun.
Sedangkan, dijepang, dimana orang memiliki kerangka waktu jangka panjang, evaluasi
kinerja bisa jadi baru dilakukan setiap 5 sampai 10 tahun.
Kultur Israel jauh lebih menghargai aktivitas kelompok daripada kultur AS atau
kanada. Oleh karenanya, sementara para manajer di amerika utara secara tradisional
Kelompok pertama yang terdiri atas delapan orang dengan keterbelakangan mental
datang setelah menyelesaikan pelatihan kerja mereka dari agensi layanan social dan
langsung mengkerjakan matras tinju. Dua minggu kemudian, demikian pengakual saul, para
karyawan mendatanginya dan berkata kenapa perusahaan tidak.”memperkerjakan orang-
orang seperti mereka ini yang peduli dan mau melakukan tugas mereka dengan bangga dan
senyum?”
Rise mutakhir tentang konflik kehidupan kerja telah memberikan pandangan baru
bagi manajer mengenai apa yang berhasil dan kapan. Sebagai contoh, petunjukan
mengidikasikan bahwa tekanan waktu bukan merupakan masalah utama yang mendasari
konflik kehidupan kerja. Terbawa-bawanya masalah kerja ke dalam lingkup kehidupan
keluarga dan sebaliknya yang merupakan penyebab pokok. Orang membawa kekhawatiran
pribadi ke tempat kerja dan memikirkan masalah kerja dirumah. Demikianlah masalah kerja
dirumah. Demikianlah, para ayah bisa jadi bisa meluangkan waktu untuk makan malam
dirumah, namun pikiran mereka berada ditempat lain sementara tubuh mereka berada di
depan meja makan. Hal ini menunjukakan bahwa organisasi perlu mengurangi campur
tangan mereka dalam menentukan jadwal karyawan dan lebih membantu mereka untuk
secara jelas menentukan jadwal karyawan dan lebih membantu mereka untuk secara jelas
menyegmentasi kehidupan mereka. Menjaga agar beban kerja yang ditanggung karyawan
tetap masuk akal, mengurangi frekuensi perjalanan dinas mereka, dan menawarkan jasa
penitipan anak yang berkualitas dan tak jauh dari tempat kerja merupakan contoh tindakan
yang bisa membantu mengatasi masalah ini.
Kebijakan Sumber Daya Manusia dan Praktiknya 24
Hal yang juga tidak mengejutkan adalah bahwa orang-orang mempunyai preferensi
yang berbeda dalam pilihan jadwal dan maanfaat. Beberapa orang lebih menyukai inisiatif
organisasional yang membagi kehidupan pribadi dan kehidupan kerja dengan lebih baik.
Sebagaian yang lebih memilih prakarsa yang dapat memfasilitasi intergrasi. Sebagai
contoh, segmentasi waktu yang fleksibel, karena hal itu memungkinkan para karyawan
untuk menjadwal jam kerja mereka agar tidak bertabrakan dengan tanggung jawab
personal. Di lain pihak, penitipan anak tempat kerja menghasilkan integrasi karena
membaurkan batas-batas antara tanggung jawab keluarga dan tanggung jawab kerja. Orang
yang lebih memilih segmentasi lebih terpuaskan dan komit pada pekerjaan mereka bila
mereka diberi pilihan sperti waktu kerja yang fleksibel, pembagian kerja dan jam paruh
waktu. Orang-orang yang lebih memilih intergrasi lebih cenderung merespons secara positif
pilihan seperti penitipan anak ditempat kerja , fasilitas gedung keluarga dan piknik
keluarga, dan piknik keluarga yang disponsor oleh perusahaan.
Pelatihan Keberagaman
Jantung dari sebagian besar program keragaman adalah pelatihan. Sebagai contoh,
survai yang relative mutakhir menemukan bahwa 93 persen perusahaan dengan prakarsa
keberagaman menggunakan pelatihan sebagai bagian dari program mereka. Secara umum,
program pelatihan keberagaman dimaksudkan untuk menyediakan kendaraan guna
meningkatkan kesadaran dan mencermati stereotip yang mungkin ada. Partisipan belajar
untuk menghargai perbedaan individual, meningkatkan pemahaman antarkultur, dan
melawan stereotip.
Praktik Seleksi. Praktik seleksi suatu organisasi akan menentukan siapa yang
diterima untuk bekerja didalamnya. Jika dirancang dengan baik, praktik tersebut akan
menghasilkan kandidat yang berkompeten dan secara akurat sesuai dengan pekerjaan dan
organisasi.pemakaian alat seleksi yang tepat akan meningkatkan probabilitas bahwa orang
yang sesui terpilih untuk mengisi posisi yang kosong.
Walaupun seleksi karyawan jauh dari ilmiah, beberapa organisasi tidak mampu
membuat rancangan sistem seleksi yang tepat yang memperbesar kemungkinan bahwa
orang yang tepat akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Ketika ada kesalahan, kinerja
kandidat yang terpilih akan berada dibawah ukuran yang memuaskan. Pelatihan, karenanya
diperlukan untuk meningkatkan keterampilan kandidat tersebut. Dalam scenario terburuk,
kandidat akan terbukti sulit diterima dan penggantinya harus segera ditemukan. Serupa
dengannya bila proses seleksi menghasilkan kandidat yang kurang memenuhi syarat atau
Evaluasi Kinerja. Tujuan utama dari evaluasi kinerja adalah untuk menilai
kontribusi kinerja individu secara akurat sebagai dasar untuk membuat keputusan alokasi
imbalan. Jika proses evaluasi kinerja ini menekankan kriteria yang salah atau tidak akurat
dalam menilai kinerja aktual. Karyawan entah akan mendapatkan penghargaaan yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Seperti diperlihatkan dibab 6 dalam pembahasan kita
tentang teori persamaan, ini bisa mengarahkan pada konsekuensi negative seperti usaha
yang diturunkan naik nya tingkat kemangkiran kinerja, atau upaya untuk mencari pekerjaan
alternative. Selain itu, apa yang dievaluasi disadari juga memengaruhi kinerja dan kepuasan
karyawan. Secara khusus, tingkat kepuasan dan kinerja naik bila evaluasi didasarkan pada
kriteria-kriteria perilaku dan berorientasi hasil, ketika isu karir dan isu kinerja
dipertimbangkan, dan jika karyawan dibeli kesempatan untuk berpartisipasi didalam proses
tersebut.