Anda di halaman 1dari 5

Scribe #1 : Tujuan Program & Topik

Mungkin kita berpikir, keterampilan presentasi hanya dibutuhkan oleh public speaker, trainer, para
leader dan orang-orang yang dituntut untuk sering berbicara di depan orang banyak.

Pada akhirnya banyak orang, punya banyak alasan untuk menolak melakukan presentasi karena merasa
tidak siap, tidak berani, atau … tidak terbiasa.

Apakah Anda pernah mengalaminya?

Bagi kita yang pernah atau sering menolak kesempatan karena merasa tidak siap, tidak berani atau tidak
terbiasa melakukan presentasi, sangat penting untuk membekali diri dengan keterampilan praktis
presentasi. Dan ketika nanti saatnya kesempatan itu datang, kita sudah siap, lebih berani, meski tidak
terbiasa presentasi.

Dalam course kali ini kita akan membahas teknik-teknik praktis yang bisa diterapkan, ketika kita diminta
melakukan presentasi atau berbicara di depan publik. Diantaranya :

1. Mengatasi ketakutan dan kegugupan saat presentasi, dalam topik Overcome Your Fear
2. Keep It Clear And Simple, bagaimana mempersiapkan presentasi dengan singkat, jelas dan tepat
sasaran.
3. How To Deliver Presentation, tentang teknik-teknik melakukan presentasi.
4. Bagaimana melibatkan audience dan membangun suasana presentasi dalam sesi Actively
Engage and Involve the Audience
5. Dan terakhir ditutup dengan tips-tips praktis dan efektif (di scribe munculnya sesuai outline :
Top Tips for Effective Presentation) berdasarkan kejadian yang sering muncul ketika melakukan
presentasi

Mari kita masuk ke bagian yang pertama : Overcome Your Fear

Scribe #2 : Overcome Your Fear


Beberapa tahun yang lalu, saya diminta untuk memberikan presentasi pertama saya. Dan saya
melakukan kesalahan dengan mengiyakannya.

Saya merasa ketakutan. Jantung saya berdegup kencang setiap kali memikirkan ada yang mengangkat
tangan ingin bertanya.

Beberapa minggu sebelum hari H, saya bermimpi buruk : lupa apa yang ingin dikatakan, lalu terbangun
dengan keringat membasahi seluruh tubuh.

Tidak peduli seberapa sering saya berlatih, hingga tiga hari menjelang hari itu, saya merasa sulit
bernafas lega.
Itu tadi adalah sepenggal kisah seorang yang bernama Adam Grant. Tapi bisa jadi, itu juga yang kita
alami ketika kita diminta atau tidak punya pilihan untuk berbicara di depan umum.

Presentasi dan public speaking jadi begitu menyeramkan bagi kebanyakan orang. Ketakutan kita sudah
dimulai bahkan sejak jauh sebelum waktunya presentasi. Gejala yang ditemui bisa berbeda-beda di
setiap orang. Ada yang sudah pasti langsung menolak saat diminta untuk presentasi, ada yang jadi
khawatir berlebihan, sakit perut, kehilangan nafsu makan, dan lain sebagainya.

Tapi tunggu dulu, ternyata kisah nyata Adam Grant tadi tidak berhenti sampai di sana. Mari kita
lanjutkan kisahnya..

Sepanjang presentasi berlangsung, tidak ada yang aneh, tidak ada yang salah, dan tidak ada yang
menakutkan terjadi. Saya lega… hingga saya membaca masukan dari para peserta, diantaranya :

"Cobalah untuk tidak terlalu gugup. Anda tampak sangat kaku dan sepertinya Anda menghafal setiap
kalimat untuk presentasi. "
"Anda seperti membacakan teleprompter. Bernafas! Terlalu mekanis. "
  "Kamu begitu tegang sehingga membuatku ikut-ikutan gemetar di kursiku."

Bertahun-tahun kemudian, Adam Grant telah memberikan lebih dari seratus keynote speech, dan
ratusan presentasi. Dan banyak hal telah berubah secara dramatis. Adam Grant masih sering gugup tapi
berbicara di depan umum sekarang adalah salah satu kegiatan favoritnya.

Kita tentu tidak perlu menjadi seperti Adam Grant, tapi kita bisa belajar bagaimana kita mampu
mengatasi ketakutan kita.

Ada 3 hal utama yang bisa kita kembangkan, yaitu 3P : percaya diri, perspektif dan power posture.

1. Percaya Diri

Pernahkah Anda mendengar istilah “Confidence Kills Fear”. Ya, percaya diri membunuh
ketakutan-ketakutan kita.

Ketakutan akan presentasi sebenarnya adalah ketakutan akan kegagalan. Kita semua
menghadapi kemungkinan untuk salah (terutama ketika kita berharap segala sesuatunya
berjalan dengan benar dan sempurna). Ini bisa memperparah stress kita.

Untuk memperkecil kemungkinan salah, sehingga kita lebih percaya diri dalam berbicara di
depan umum, tidak ada cara lain selain dengan menguasai apa yang kita bawakan.

“Yaah.. gimana mau menguasai.. kan ini dimintanya dadakan, saya ga pinter, ada yang jauh lebih
tahu dan lebih berpengalaman dibanding saya..” Mungkin ini adalah respon pertama Anda.

Kita tidak pernah bisa menguasai sesuatu jika kita tidak memulainya. Bukan hanya pom bensin
yang tepat mengatakan “dimulai dari nol, ya”, kompetensi kita pun tidak akan bertambah ketika
kita tidak pernah mulai mengasahnya.

Bagian terpenting yang seringkali terlupakan adalah, Anda yang diminta. Itu artinya, Anda yang
dianggap orang lain mampu, bisa dan kompeten, dalam hal ini. Mungkin belum ahli, tapi bagi
audiens, Anda adalah sumber informasi, dan bagi yang memintanya, Anda adalah orang yang
tepat diantara orang-orang lainnya.
Tugas Anda, dan harus menjadi focus Anda sekarang adalah melengkapinya. Dengan melakukan
riset data, mempersiapkan materinya, dan berlatih, berlatih, berlatih. Supaya pada saat hari H
nya nanti, Anda tidak benar-benar memulainya dari nol.

Anda juga bisa melakukan beberapa hal berikut ini untuk meningkatkan kepercayaan diri :

 Datang lebih awal supaya Anda memiliki mentalitas seorang “host”, memiliki
kesempatan pertama menyapa setiap audience yang memasuki ruangan. Jabat tangan
dengan tenang namun kokoh untuk menunjukkan kepercayaan diri Anda. Sedikit
obrolan ringan juga bisa membuat Anda lebih nyaman dengan mereka.
 Ketika bercakap-cakap ringan sebelum presentasi dimulai, gunakan kesempatan
tersebut untuk menggali apa yang mereka inginkan dan butuhkan, tanpa berkesan
menginterogasi. Informasi penting ini bisa disisipkan dalam presentasi sehingga Anda
terkesan benar-benar memahami konteks-nya.
 Hindari berbicara terus-menerus. Audience akan melihat kegugupan Anda. Sesekali
berikan jeda berbicara, untuk mengatur nafas, menetralkan perasaan takut, dan
memberikan kesempatan Anda beralih dari sekedar memaparkan materi ke menjalin
hubungan baik dengan audience. Tunjukan kehadiran Anda sebagai partner yang
meyenangkan, dan bukan robot yang berbicara. Ini akan menunjukkan Anda
professional di bidang yang Anda bawakan.

Ingat, dalam presentasi yang Anda siapkan, Anda adalah satu-satunya orang yang paling siap
dan paling memahami isinya.

2. Perspektif
Dalam sebuah wawancaranya, Simon Sinek, seorang pembicara hebat, penulis buku yang
inspirational , berkata :
Show up to give, not to get.
Share your ideas to help others and others will share your ideas.
Tujuan awal dan mendasar yang harus dimikili ketika kita berbicara di depan umum adalah
untuk memberi, bukan untuk mendapatkan. Simon menyebutkan dengan tegas : You know
something, you see something, you do something, dan orang lain pengen tahu itu.

Banyak pembicara di akhir sesinya, ketika menjawab pertanyaan audience mengatakan “Anda
bisa temukan jawabannya di buku ini” lalu dia jualan buku. Tidak salah memang, bahkan dalam
strategi marketing, terbukti efektif untuk meng-endorse buku ketika presentasi. Namun
mentalitas dasarnya yang perlu diperbaiki. Pembicara yang menjawab pertanyaan melalui
penjualan buku, memiliki mentalitas meminta, bukan memberi. Padahal sebenarnya bisa saja
dia menjawab langsung pertanyaan peserta, karena toh dia yang menulis bukunya.

Mungkin kita tidak menjual buku dalam presentasi kita, tetapi kita punya ekspektasi lain,
misalnya : setelah presentasi kita berharap mendapatkan tepuk tangan meriah dari audience.
Atau, kita juga tanpa sadar mencantumkan identitas (berupa nomor telepon, email, Instagram)
dalam presentasi kita, supaya audience mencatat, menghubungi, follow Instagram, supaya kita
mendapatkan sesuatu dari mereka.
Memiliki tujuan lain (selain to give) dalam presentasi menciptakan ekspektasi. Dan ketika
ekspektasi tersebut tidak terjadi, maka kita mulai gelisah, takut, dan khawatir.
Beda halnya jika satu-satunya motivasi kita presentasi adalah to give, maka yang kita lakukan
adalah memberi, hanya memberi, tanpa timbul ekspektasi kita akan respon dari audience. Kita
tidak perlu menghadapi ketakutan kita akan respon kecewa dari audience.

The art of public speaking : its about an attitude of giving – Simon Sinek

Persepsi lain, yang perlu kita geser adalah :

Your audience isn’t putting pressure on you, you are.

Bukan audience yang membuat Anda tertekan, Anda sendiri yang melakukannya. Faktanya, jika
Anda berhasil menjalin relasi yang baik dengan audience, mereka akan secara aktif memberikan
energy positifa dan menginginkan Anda sukses.

Oprah Winfrey dalam sharingnya tentang masa kanak-kanaknya, berhasil membuat audience
berempati dan mendukungnya penuh.

Dengan perspektif baru ini, Anda perlu.. mohon maaf, RELAX. Yah.. ini adalah saran yang klasik,
bahkan bisa jadi menyebalkan bagi beberapa orang. Siapa sih yang benar-benar bisa relax ketika
seseorang menyuruhnya untuk relaks?

Tapi ini adalah sebagian saran yang bisa Anda berikan untuk diri Anda sendiri. Dan idealnya
diberikan jauh sebelum kita memasuki “panggung” presentasi. Ini adalah cara untuk mengatasi
ketakutan presentasi.

Anda harus percaya bahwa :

 Anda akan mengatasi hal ini, bahwa Anda akan mengatasi rasa takut
 Merasa takut tidak bukan hal yang salah
 Bagaimanapun presentasi ini akan berjalan, sukses atau gagal, bukanlah indicator yang
menunjukkan arti hidup Anda sebagai manusia

3. Power posture

Holding one's body in "high-power" poses for short time periods can summon an extra surge of
power and sense of well-being when it's needed,

Amy J.C. Cuddy - Harvard Business School professor.

Dalam penelitiannya, Cuddy menyatakan bahwa dengan menahan tubuh seseorang secara
ekspansif, melakukan "power pose" selama dua menit, akan merangsang tingkat testosteron
yang lebih tinggi dan kadar kortisol yang lebih rendah. Selain menyebabkan perubahan hormon
yang diinginkan, kekuatan yang ditimbulkan menyebabkan peningkatan perasaan berkuasa dan
toleransi yang lebih besar terhadap risiko.
Kita bisa percaya bahwa gesture seseorang berasal dari apa yang ada di dalam diri orang
tersebut. Orang yang gelisah, gembira, sedih, cemas, terlihat dari gerakan-gerakan tubuhnya.

Namun penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa kondisi sebaliknya juga bisa terjadi. Kita bisa
mengatur hormon yang ada dalam tubuh kita dengan melakukan suatu gerakan tertentu dalam
waktu tertentu. Mudahnya, Anda bisa tersenyum terus hingga akhirnya Anda merasa bahagia.

Untuk mengatasi ketakutan kita menghadapi presentasi, kita perlu memastikan kita
menggunakan “power pose” kita. Caranya bagaimana?

Silakan Anda berdiri, bayangkan bahwa Anda adalah seorang Wonder atau Superman yang
sedang berpose dengan tangan di pinggul dan kaki yang dibuka agak lebar. Nah, inilah yang Amy
Cuddy sebut dengan power pose.

Scribe #3 : Keep It Clear And Simple


……

Scribe #4 : Contoh (roleplay) presentasi yang salah


……

Scribe #5 : Closing
……

Anda mungkin juga menyukai