Anda di halaman 1dari 2

Luthfi E.

A (09201244035)

NEGERI LIMA MENARA

Secara singkat novel ini menceritakan mengenai sesosok alif yang berasal dari Maninjau
yang disuruh sama ibunya untuk menuntut ilmu di Pondok pesantren modern Madani. Karena ini
permintaan ibunya, mulanya Alif merasa setengah hati untuk bersekolah di pondok tersebut.
Namun karena mendapatkan pengalaman hidup baru bersama teman teman baru dari berbagai
daerah maka alif pun sudah merasa betah untuk menuntut ilmu di pondok pesantren tersebut.
Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep,
Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Teman dekat tersebut menjadi sahabat karib Alif.

Kelima bocah yang menuntut ilmu di Pondok Pesantren Gontor ini setiap sore mempunyai
kebiasaan unik. Menjelang Azan Maghrib berkumpul di bawah menara masjid sambil melihat ke
awan. Dengan membayangkan awan itulah mereka melambungkan impiannya. Misalnya Fuadi
mengaku jika awan itu bentuknya seperti benua Amerika, sebuah negara yang ingin ia kunjungi
kelak lulus nanti. Begitu pula lainnya menggambarkan awan itu seperti negara Arab Saudi, Mesir
dan Benua Eropa.

Mereka senang mengobrol dan berimajinasi di bawah menara masjid pondok, sehingga
teman teman mereka menjulukinya sebagai sahibul Menara.

Pada awal masuk pondok, Alif terkesima dengan kata-kata dari kiai pondok tersebut.
“Man Jadda Wa Jadda” yang artinya barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
Dengan kata-kata yang inspiratif tersebut, maka Alif bersama teman-teman sohibul Menara
menjalani kehidupan sehari-hari dengan optimisme. Termasuk mereka bermimpi untuk bisa
mengunjungi negara-negara yang mereka inginkan. Berkat usaha dan doa, mimpi mereka
mengantarkan mereka. Jangan merehkan doa. Karena Allah itu Maha Mendengar dan
Mengabulkan.

Melalui lika liku kehidupan di pesantren yang tidak dibayangkan selama ini, ke lima
santri itu digambarkan bertemu di London, Inggris beberapa tahun kemudian. Dan, mereka
kemudian bernostalgia dan saling membuktikan impian mereka ketika melihat awan di bawah
menara masjid Pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur.

Bagi orang awan, kesan pondok pesantren itu hanya tempat untuk menuntut ilmu agama
saja. Namun alif menyadari bahwa pondok Madani tersebut mengajarkan banyak hal. mulai dari
belajar bahasa Inggris dan Arab yang nantinya akan digunakan sebagai bahasa percakapan
sehari-hari. Diajari public speaking, orasi, berpidato, mengembangkan bakat diri termasuk
bermain sepakbola dan tentu saja ilmu agama itu sendiri tidak ditinggalkan.

Penulis: Ahmad Fuadi


Ilustrator: Doddy R. Nasution
Penerbit: Gramedia (Jakarta)
Tanggal terbit:Juli 2009
Halaman: 416

Tokoh Alif disini sangat disiplin dalam segala tindakannya terutama dalam usahanya dalam
meraih cita-citanya untuk bisa belajar diluar negeri.
Hal ini dapat kita tiru dalam kehidupan sehari-hari dalam mencari ilmu memang diperlukan
kedisiplinan supaya tumbuh kesungguhan dalam belajar.

Anda mungkin juga menyukai